Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

KEPERAWATAN KELUARGA

PADA MASA PENSIUN DAN LANSIA

Disusun Oleh :

1. ASEP MAULANA

2. M.DIDI HAMIDI

3. SHOFWAN HABIB MU’AFA

4. M.DZAKY FIKRI

POLITEKNIK NEGERI INDRAMAYU

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Semoga dengan adanya makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis maupun
Pembaca, dan terima kasih kepada yang suport dan mendukung kami sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Kami ingin menyempurnyakan Makalah ini maka perlu adanya Kritik dan saran
bagi pembaca, untuk menyempurnakan makalah ini.

Demikian Makalah ini saya buat semoga bermanfaat

Indramayu, 16 Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ i

DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

BAB I PEDAHULUAN.............................................................................. 1

A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 3

BAB II PEBAHASAN................................................................................ 4

A. Konsep Tahapan Keluarga............................................................. 4


B. Konsep Lansia................................................................................ 8
C. Apa masalah kesehatan yang mungkin muncul pada masing masing
tahap tumbuh Kembang ................................................................ 11
D. Tugas dari perawat dari masing masing tahap tumbuh kembang
keluarga.......................................................................................... 17
E. Contoh Pengkajian Terhadap Keluarga Tahap VIII...................... 20

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ..................................................................................... 23
DAFTAR PUSAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga dengan tahap perkembangan usia lanjut merupakan tahap
perkembangan dari keluarga yang merupakan tahap akhir dari sebuah tahapan
keluarga. Pada tahap ini menurut Duvall dan Miller 1985 adalah tahap terakhir
siklus kehidupan keluarga di mulai dengan salah satu atau kedua pasangan
memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu pasangan
meninggal, dan berakhir dengan pasangan lain meninggal Pada tahap
perkembangan keluarga usia lanjut proses lanjut usia dan pensiun merupakan
realita yang tidak dapat dihindari karena berbagai stressor dan kehilangan yang
harus dialami keluarga.
Stressor tersebut adalah berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai
hubungan sosial, kehilangan pekerjaan serta perasaan menurunya produktivitas
dan fungsi kesehatan. Untuk memenuhi tugas-tugas perkembangan keluarga usia
lanjut keluarga harus mampu beradaptasi menghadapi stressor tersebut
(Friedman, 1998). Keluarga pada tahap ini harus mampu memenuhi tugastugas
perkembangan dalam keluarga yaitu mempertahankan pengaturan hidup yang
memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun,
mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan
pasangan, mempertahankan ikatan keluarga antar generasi, meneruskan untuk
memahami eksistensi usia lanjut.
Lansia merupakan kelompok umur yang memerlukan perhatian lebih, kerena
telah mengalami berbagai kemunduran baik fungsi fisik maupun psikologisnya.
Termasuk pada kemunduran pada sistem musculoskeletal diantaranya tulang,
persendian, otot-otot pada lansia. Penurunan pada masa tulang dapat disebabkan
karena ketidakaktifan fisik, perubahan hormonal dan resorbsi tulang. Efek dari
penurunan masa tulang adalah tulang menjadi lemah, lunak dan dapat tertekan
serta tulang berbatang panjang kurang dapat menahan sehingga mengakibatkan
fraktur (Maryam,2008).

1
Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin
meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia
lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula
pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitanya dengan
timbulnya beberapa golongan nyeri sendi. Yang sering dialami pada usia lanjut
yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah nyeri sendi
(fitriani, 2009).
Setiap orang, apalagi lansia (lanjut usia), tentu pernah merasakan nyeri
selama perjalanan hidupnya. Perasaan ini kualitas dan kuantitasnya berbeda dari
satu orang ke orang lain, tergantung dari tempat nyeri, waktu, penyebab dan lain-
lain. Pada lansia rasa nyeri ini sudah menurun, sehingga keluhan akan berkurang,
karena kepekaan sarafnya sudah mulai berkurang bahkan bisa sampai hilang
sama sekali. Karena berkurangnya rasa nyeri inilah maka diagnosis nyeri pada
lansia sering kali sulit atau bahkan kabur untuk menentukan tempat/daerah asal
nyeri (Warfields, 1991).
Berdasarkan hasil penelitian terakhir dari Zeng QY et al 2008, prevalensi
nyeri sendi di Indonesia mencapai 23,6% hingga 31,3%. Angka ini menunjukan
bahwa rasa nyeri sendi sudah cukup mengganggu aktivitas sangat padat di daerah
perkotaan seperti mengendarai kendaraan di tengah arus kemacetan, duduk
selama berjam-jam tanpa gerakan tubuh yang berati, tuntutan untuk tampil
menarik dan prima, kurangya porsi berolahraga, serta faktor bertambahnya usia.
Perawat berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan kepada anggota
keluarga yang sakit, sebagai pendidik kesehatan dan sebagai fasilitator agar
pelayanan kesehatan mudah dijangkau dan perawat dengan mudah dapat
menampung permasalahan yang di hadapi keluarga serta membantu mencarikan
jalan pemecahnya, misalnya mengajarkan kepada keluarga untuk mencegah agar
tidak terjadi penyakit nyeri sendi.
Peran klien dan keluarga lebih difokuskan untuk menjalankan lima tugas
keluarga tersebut adalah mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan
tindakan kesehatan yang tepat, memberi perawatan kepada anggota keluarga
yang sakit, mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat,

2
mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas kesehatan masyarakat
(Friedman, 1998).
Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk membahas tentang perawatan
keluarga dalam masa pensiun dan lansia ( juga menunjuk kepada anggota
keluarga yang berusia lanjut atau pensiun) hingga pasangan yang sudah
mengenalinya

B. Rumusan Masalah
1. Konsep tahapan keluarga
2. Apa masalah kesehatan yang mungkin muncul pada masing masing tahap
tumbuh Kembang
3. Tugas dari perawat dari masing masing tahap tumbuh kembang keluarga
4. Role play pengkajian keperawatan keluarga berdasarkan tahapan tumbuh
kembang keluarga

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Tahapan Keluarga


1. Tahap Perkembangan Keluarga Usia Lanjut
a. Definisi Keluarga
Keluarga didefinisikan dalam berbagai cara. Definisi keluarga
berbeda-beda, tergantung kepada orientasi teoritis “pendefinisi” yaitu
dengan menggunakan menjelaskan yang penulis cari untuk
menghubungkan keluarga. Misal para penulis mengikuti orientasi teoritis
interaksionalis keluarga, memandang keluarga sebagai suatu arena
berlangsungnya suatu interaksi kepribadian, dengan demikian menekankan
karakteristik transaksi dinamika. Para penulis yang mendukung suatu
perspektif sistem-sistem sosial terbuka ukuran kecil yang terdiri dari
seperangkat bagian yang sangat tergantung sama lain dan dipengaruhi oleh
struktur internal dan sistem-sistem yang ekstrem (Friedman, 1998).
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran
masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman, 1998)).
b. Tipe dan Bentuk Keluarga
Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuwan dan
orang yang mengelompokkan menurut (Murwani, 2007) tipe keluarga ada
6 yaitu :
a. Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri
dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunan atau adopsi
atau keduanya
b. Keluarga besar (Extented Family) adalah keluarga inti ditambah
anggota keluarga yang lain yang masih mempunyai hubungan
darah (kakek, nenek, paman, bibi).

4
c. Keluarga berantai (Serial Family), adalah keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan
satu keluarga inti.
d. Keluarga duda/janda (Single famili), adalah keluarga yang terjadi
karena perceraian/kematian.
e. Keluarga berkomposisi (Composite Family), adalah keluarga yang
perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama. f. Keluarga
kabitas (Cahabitation Family), adalah dua orang menjadi satu tanpa
pernikahan membentuk satu keluarga
c. Peran Keluarga
1) Peran formal keluarga menurut (Murwani, 2007) antara lain:
a) Peran parental dan perkawinan
Ada delapan peran dasar yang membentuk posisi sosial
sebagai suami-ayah dan istri-ibu antara lain yaitu, Peran
sebagai provider (penyedia), Peran sebagai rumah tangga,
Peran perawat anak, Peran perawatan anak, Peran rekreasi,
Peran persaudaraan/kinship (memelihara hubungan keluarga
paternal dan maternal), Peran terapeutik (Memenuhi kebutuhan
afektif pasangan), Peran seksual.
b) Peran Perkawinan
Kebutuhan bagi pasangan memelihara suatu hubungan
perkawinan yang kokoh itu sangat penting. Anak-anak
terutama dapat mempengaruhi membentuk suatu koalisi
dengan anak. Memelihara suatu hubungan perkawinan yang
memuaskan merupakan salah satu tugas perkembangan yang
vital dari keluarga.
c) Peran Informal
1) Pengharmonis : Menengahi perbedaan yang terdapat di
anatara para anggota, menghibur dan menyatukan kembali
perbedaan pendapat.

5
2) Insiator-kontributor : mengemukakan dan mengajukan
ideide baru atau cara-cara mengingat masalah-masalah atau
tujuan-tujuan kelompok.
3) Pendamai : merupakan salah satu dari bagian dari konflik
dan ketidak sepakatan, pendamai menyatakan kesalahannya,
atau menawarkan penyelesaian “setengah jalan”.
4) Perawat keluarga : Orang yang terpanggil untuk merawat
dan mengasuh anggota keluarga lain yang
membutuhkannya.
5) Koordinator keluarga : Mengorganisasi dan merencanakan
kegiatan-kegiatan keluarga, berfungsi mengangkat
keterikatan/keakraban.
d. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) antara lain :
a. Fungsi Afektif (The affective function) adalah fungsi keluarga yang
utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan
anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.
b. Fungsi Sosialisasi dan penempatan social (sosialisation and social
placement fungtion) adalah fungsi pengembangan dan tempat
melatih anak untuk berkehidupan social sebelum meninggalkan
rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
c. Fungsi Reproduksi (reproductive function) adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi menjadi kelangsungan keluarga.
d. Fungsi Ekonomi (the economic function) adalah untuk memenuhi
kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan keluarga. e. Fungsi perawatan atau
pemeliharaan kesehatan (the healty care function) adalah untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi.

6
e. Tugas Kesehatan Keluarga
Tugas kesehatan keluarga menurut (Friedman, 1998) yaitu :
a. Mengenal masalah kesehatan Megenal masalah kesehatan dalam
mengenal masalah kesehatan nyeri sendi karena kurangnya
pengetahuan tentang nyeri sendi dan rasa takut akibat masalah
yang di ketahui.
b. Ketidak mampuan keluarga dalam mengambil keputusan di
sebabkan oleh tidak memahami mengeni sifat, berat, dan luasnya
masalah, maslah tidak begitu menonjol dan tidak sanggup
memcahkan masalah kurang pengetahuan tentang nyeri sendi.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit. Ketidak
mampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit
nyeri sendi di karenakan oleh ketidak mampuan tentang penyakit,
misal penyebab, gejala, penyebaran, dan perawatan penyakit.
d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
Dikarenakan oleh keluarga dapat melihat keuntungan dan manfaa t
f. Tugas Perkembangan Keluarga Usia Lanjut
Tugas perkembangan keluarga usia lanjut merupakan bagian penting
dalam konsep keluarga usia lanjut. Perawat keluarga perlu memahami
setiap tahap perkembannganya yaitu menerima penurunan
kemampuan dan keterbatasan, menyesuaikan dengan masa pensiun,
mengatur pola hidup yang terorganisir, menerima kehilangan dan
kematian dengan tentram (Mubarak, 2006).
a. Tugas-tugas perkembangan keluarga usia lanjut.
1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
3) Mempertahankan hubungan perkawinan
4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
5) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi

7
6) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (diadaptasi dari
caeter dan McGoldrik (1988 ), Duval dan Miller (1985) b.
Permasalahan yang terjadi pada usia lanjut 1) Menurunya fungsi
dan kekuatan fisik 2) Sumber-sumber finansial yang tidak
memadai 3) Isolasi sosial 4) Kesepian (kelley et al, 1977 dalam
friedman)

B. Konsep Lansia
1. Pengertian Lansia
Lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan
biologis, fisik, kejiwaan dan sosial, perubahan ini akan memberikan
pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatanya, oleh
karena itu kesehatan lansia perlu mendapat perhatian khusus dengan tetap
dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara
produktif sesuai dengan kemampuanya sehingga dapat ikut serta berperan
aktif dalam pembangunan (Mubarak, 2006). Aging process atau proses
menua merupakan suatu proses biologis yang tidak dapat dihindarkan,
yang akan dialami oleh setiap orang. Menua adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan (graduil) kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti
dan mempertahankan struktur dan fungsi secara normal, ketahanan
terhadap injuri termasuk adanya infeksi (Paris Contantinides, 1994).
Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa,
misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf
dan jaringan lain sehingga tubuh “mati” sedikit demi sedikit. Sebenarnya
tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa penampilan seorang mulai
menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat
berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak maupun aat menurunya.
Namun umumnya fungsi fisiologis tubuh mencapai puncaknya pada umur
20-30 tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi alat tubuh akan berada

8
dalam kondisi tetap utuh beberapa saat, kemudian menurun sedikit demi
sedikit sesuai bertambahnya umur.
2. Batasan-batasan Lansia
Departemen Kesehatan RI membagi lansia sebagiai berikut: 1)
Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 th) sebagai masa vibrilitas 2)
Kelompok usia lanjut (55-64 th) sebagai presenium 3) Kelompok usia
lanjut (65 th >) sebagai senium Menurut organisasi kesehatan Dunia lanjut
usia dikelompokkan menjadi
1) Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun. 2) Lanjut usia (elderly) : antara 60 dan 74 tahun. 3) Lanjut usia tua
(old) : antara 75 dan 90 tahun. 4) Usia sangat tua (very old) : diatas 90
tahun.
3. Teori Menua
Menurut Wahyudi (2008), Teori proses menua dibagi menjadi dua,
yaitu teori biologis dan teori sosiologis. Adapun teori biologis diantaranya
sebagai berikut :
1) Teori Biologis
Teori genetic clock merupakan teori intrinsik yang
menjelaskan bahwa didalam tubuh terdapat jam biologis yang
mengatur gen dan menentukan proses penuaan. Teori ini
menyatakan bahwa menua itu telah terprogram secara genetik
untuk spesies tertentu. Setiap spesies didalam inti selnya memiliki
suatu jam genetik atau jam biologis sendiri dan setiap spesies
mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang telah diputar
menurut replikasi tertentu sehingga bila jenius ini berhenti
berputar, maka ia akan mati.
2) Teori mutasi somatik.
Menurut teori ini, penuaan terjadi karena adanya mutasi somatic
akibat pengaruh lingkungan
yang buruk. Terjadi kesalahan dalam proses transkripsi DNA atau RNA
dan dalam proses translasi RNA protein atau enzim. Kesalahan ini

9
terjadi terus-menerus sehingga akhirnya akan terjadi penurunan
fungsi organ atau perubahan sel menjadi kanker atau penyakit.
Setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai contoh
yang khas adalah mutasi sel kelamin sehingga terjadi penurunan
kemampuan fungsional sel.
3) Teori Nengonetik
Teori penurunan sistem imun tubuh merupakan mutasi yang
berulang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem
imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition). Jika
mutasi yang merusak membrane sel, akan menyebabkan sistem
imun tidak mengenalinya sehingga merusaknya. Dalam proses
metabolisme tubuh, diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan
tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga
jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh, tambahan
kelenjar timus yang pada usia dewasa berinvolusi dan sejak itu
terjadi kelainan autoimun.
4) Teori Sosiologi
Teori interaksi sosial teori ini mencoba menjelaskan mengapa
lanjut usia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar
hal-hal yang dihargai masyarakat. Kemampuan lanjut usia untuk
terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci mempertahankan
status sosialnya berdasarkan kemampuannya bersosialisasi.
4. Perubahan sistem muskuloskeletal
Perubahan pada lansia Menurut Wahyudi (2008),
Perubahan Fisik meliputi : 1) Sistem persarafan a) Menurun hubungan
persarafan b) Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang
berkurang setiap harinya) c) Respons dan waktu untuk bereaksi lambat,
khususnya terhadap stress d) Saraf panca-indra mengecil e) Penglihatan
berkurang, pendengaran menhilang, saraf penciuman dan perasa mengecil,
lebih sensitif terhadap perubahan suhu, dan rendahnya ketahanan terhadap
dingin f) Kurang sensitif terhadap sentuhan g) Defisit memori

10
C. Apa masalah kesehatan yang mungkin muncul pada masing masing
tahap tumbuh Kembang
1. Masalah Kesehatan
Masalah-masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari
orang dewasa. Masalah kesehatan pada lansia sering disebut sebagai sindroma
geriatri yaitu kumpulan gejala-gejala mengenai kesehatan yang sering dikeluhkan
oleh para lanjut usia dan atau keluarganya (istilah 14 I), yaitu :
1. Immobility (kurang bergerak)
2. Instability (mudah jatuh)
3. Incontinence (beser BAB/BAK)
4. Intellectual impairment (gangguan intelektual/ demensia)
5. Infection (infeksi)
6. Impairement of hearing, vision and smell (gangguan pendengaran,
penglihatan dan penciuman)
7. Isolation (Depression)
8. Inanition (malnutrisi)
9. Impecunity (kemiskinan)
10. Iatrogenic (menderita penyakit pengaruh obat-obatan)
11. Insomnia(sulit tidur)
12. Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh)
13. Impotence(Gangguan seksual)
14. Impaction (sulit buang air besar)

1. Immobility (kurang bergerak)


• Keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3 hari atau lebih.
• Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah,
kekakuan otot, ketidak seimbangan,masalah psikologis, depresi atau
demensia.
• Komplikasi yang timbul adalah luka di bagian yang mengalami
penekanan terus menerus timbul lecet bahkan infeksi, kelemahan otot,

11
kontraktur/kekakuan otot dan sendi, infeksi paru-paru dan saluran
kemih, konstipasi dan lain-lain.
• Penanganan : latihan fisik, perubahan posisi secara teratur,
menggunakan kasur anti dekubitus, monitor asupan cairan dan
makanan yang berserat.

2. Instability (Instabilitas dan Jatuh)


• Penyebab jatuh misalnya kecelakaan seperti terpeleset,
sinkop/kehilangan kesadaran mendadak, dizzines/vertigo, hipotensi
orthostatik, proses penyakit dan lain-lain.
• Dipengaruhi oleh faktor intrinsik (faktor risiko yang ada pada pasien
misalnya kekakuan sendi, kelemahan otot, gangguan
pendengaran,penglihatan, gangguan keseimbangan, penyakit misalnya
hipertensi, DM, jantung,dll ) dan faktor risiko ekstrinsik (faktor yang
terdapat di lingkungan misalnya alas kaki tidak sesuai, lantai licin,
jalan tidak rata, penerangan kurang, benda-benda dilantai yang
membuat terpeleset dll).
• Akibat yang ditimbulkan akibat jatuh berupa cedera kepala, cedera
jaringan lunak, sampai patah tulang yang bisa menimbulkan
imobilisasi.
• Prinsip dasar tatalaksana usia lanjut dengan masalah instabilitas dan
riwayat jatuh adalah: mengobati berbagai kondisi yang mendasari
instabilitas dan jatuh, memberikan terapi fisik dan penyuluhan berupa
latihan cara berjalan, penguatan otot, alat bantu, sepatu atau sandal
yang sesuai, serta mengubah lingkungan agar lebih aman seperti
pencahayaan yang cukup, pegangan, lantai yang tidak licin.
a. Incontinence Urin dan Alvi (Beser BAB dan BAK)
• Inkontinensia urin didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak
dikehendaki dalam jumlah dan frekuensi tertentu sehingga
menimbulkan masalah sosial dan atau kesehatan.

12
• Inkontinensia urin akut terjadi secara mendadak dapat diobati bila
penyakit yang mendasarinya diatasi misalnya infeksisaluran kemih,
gangguan kesadaran, obat-obatan, masalah psikologik dan skibala.
• Inkontinesia urin yang menetap di bedakan atas: tipe urgensi yaitu
keinginan berkemih yang tidak bisa ditahan penyebanya
overaktifitas/kerja otot detrusor karena hilangnya kontrol neurologis,
terapi dengan obatobatan antimuskarinik prognosis baik, tipe stres
kerena kegagalan mekanisme sfingter/katup saluran kencing untuk
menutup ketika ada peningkatan tekanan intra abdomen mendadak
seperti bersin, batuk, tertawa terapi dengan latihan otot dasar panggul
prognosis baik, tipe overflow yaitu menggelembungnya kandung
kemih melebihi volume normal, post void residu > 100 cc terapi
tergantung penyebab misalnya atasi sumbatan/retensi urin..
• Inkontinensia alvi/fekal sebagai perjalanan spontan atau
ketidakmampuan untuk mengendalikan pembuangan feses melalui
anus, penyebab cedera panggul, operasi anus/rektum, prolaps rektum,
tumor dll. • Pada inkontinensia urin ntuk menghindari sering
mengompol pasien sering mengurangi minum yang menyebabkan
terjadi dehidrasi.
4. Intelectual Impairement (Gangguan Intelektual Seperti Demensia dan
Delirium)
• Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori didapat
yang disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan
gangguan tingkat kesadaran sehingga mempengaruhi aktifitas kerja
dan sosial secara bermakna.
• Demensia tidak hanya masalah pada memori. Demensia mencakup
berkurangnya kemampuan untuk mengenal, berpikir, menyimpan atau
mengingat pengalaman yang lalu dan juga kehilangan pola sentuh,
pasien menjadi perasa, dan terganggunya aktivitas.
• Faktor risiko : hipertensi, DM, gangguan jantung, PPOK dan obesitas.

13
• Sindroma derilium akut adalah sindroma mental organik yang ditandai
dengan gangguan kesadaran dan atensi serta perubahan kognitif atau
gangguan persepsi yang timbul dalam jangka pendek dan berfluktuasi.
• Gejalanya: gangguan kognitif global berupa gangguan memori jangka
pendek, gangguan persepsi (halusinasi, ilusi), gangguan proses pikir
(diorientasi waktu, tempat, orang), komunikasi tidak relevan, pasien
mengomel, ide pembicaraan melompat-lompat, gangguan siklus tidur.
5. Infection (infeksi)
• Pada lanjut usia terdapat beberapa penyakit sekaligus, menurunnya
daya tahan/imunitas terhadap infeksi, menurunnya daya
komunikasipada lanjut usia sehingga sulit/jarang mengeluh, sulitnya
mengenal tanda infeksi secara dini.
• Ciri utama pada semua penyakit infeksi biasanya ditandai dengan
meningkatnya temperatur badan, dan hal ini sering tidak dijumpai
pada usia lanjut, malah suhu badan yang rendah lebih sering dijumpai.
• Keluhan dan gejala infeksi semakin tidak khas antara lain berupa
konfusi/delirium sampai koma, adanya penurunan nafsu makan tiba-
tiba, badan menjadi lemas, dan adanya perubahan tingkah laku sering
terjadi pada pasien usia lanjut.
6. Impairement of hearing, vision and smell (gangguan pendengaran,
penglihatandan penciuman)
• Gangguan pendengaran sangat umum ditemui pada lanjut usia dan
menyebabkan pasien sulit untuk diajak komunikasi
• Penatalaksanaan untuk gangguan pendengaran pada geriatri adalah
dengan cara memasangkan alat bantu dengar atau dengan tindakan
bedah berupa implantasi koklea.
• Gangguan penglihatan bisa disebabkan gangguan refraksi, katarak
atau komplikasi dari penyakit lain misalnya DM, HT dll,
penatalaksanaan dengan memakai alat bantu kacamata atan dengan
operasi pada katarak.

14
7. Isolation (Depression)
• Isolation (terisolasi) / depresi, penyebab utama depresi pada lanjut
usia adalah kehilangan seseorang yang disayangi, pasangan hidup,
anak, bahkan binatang peliharaan.
• Selain itu kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan,
menyebabkan dirinya terisolasi dan menjadi depresi. Keluarga yang
mulai mengacuhkan karena merasa direpotkan menyebabkan pasien
akan merasa hidup sendiri dan menjadi depresi. Beberapa orang dapat
melakukan usaha bunuh diri akibat depresi yang berkepajangan.
8. Inanition (malnutrisi), Asupan makanan berkurang sekitar 25% pada
usia 40- 70 tahun. Anoreksia dipengaruhi oleh faktor fisiologis
(perubahan rasa kecap, pembauan, sulit mengunyah, gangguan usus
dll), psikologis (depresi dan demensia) dan sosial (hidup dan makan
sendiri) yang berpengaruh pada nafsu makan dan asupan makanan.
9. Impecunity (Tidak punya penghasilan)
• Dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan
mental akan berkurang secara berlahan-lahan, yang menyebabkan
ketidakmampuan tubuh dalam mengerjakan atau menyelesaikan
pekerjaan sehingga tidak dapat memberikan penghasilan.
• Usia pensiun dimana sebagian dari lansia hanya mengandalkan hidup
dari tunjangan hari tuanya.
• Selain masalah finansial, pensiun juga berarti kehilangan teman
sejawat, berarti interaksi sosial pun berkurang memudahkan seorang
lansia mengalami depresi.
10. Iatrogenic (penyakit karena pemakaian obat-obatan) • Lansia sering
menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan obat
yang lebih banyak, apalagi sebagian lansia sering menggunakan obat
dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan dokter sehingga
dapat menimbulkan penyakit. • Akibat yang ditimbulkan antara lain
efek samping dan efek dari interaksi obat-obat tersebut yang dapat
mengancam jiwa.

15
11. Insomnia (Sulit tidur) • Dapat terjadi karena masalah-masalah dalam
hidup yang menyebabkan seorang lansia menjadi depresi. Selain itu
beberapa penyakit juga dapat menyebabkan insomnia seperti diabetes
melitus dan gangguan kelenjar thyroid, gangguan di otak juga dapat
menyebabkan insomnia. Jam tidur yang sudah berubah juga dapat
menjadi penyebabnya.
• Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh lansia
yaitu sulit untuk masuk kedalam proses tidur, tidurnya tidak dalam
dan mudah terbangun, jika terbangun sulit untuk tidur kembali,
terbangun dini hari, lesu setelah bangun di pagi hari. • Agar bisa
tidur : hindari olahraga 3-4 jam sebelum tidur, santai mendekati waktu
tidur, hindari rokok waktu tidur, hindari minum minuman berkafein
saat sore hari, batasi asupan cairan setelah jam makan malam ada
nokturia, batasi tidur siang 30 menit atau kurang, hindari
menggunakan tempat tidur untuk menonton tv, menulis tagihan dan
membaca.
12. Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh),Daya tahan
tubuh menurun bisa disebabkan oleh proses menua disertai penurunan
fungsi organ tubuh, juga disebabkan penyakit yang diderita,
penggunaan obat-obatan, keadaan gizi yang menurun.
13. Impotence(Gangguan seksual), Impotensi/ ketidakmampuan
melakukan aktivitas seksual pada usia lanjut terutama disebabkan oleh
gangguan organik seperti gangguan hormon, syaraf, dan pembuluh
darah dan juga depresi 14. Impaction (sulit buang air besar) • Faktor
yang mempengaruhi: kurangnya gerak fisik, makanan yang kurang
mengandung serat, kurang minum, akibat obat-obat tertentu dan lain-
lain. • Akibatnya pengosongan usus menjadi sulit atau isi usus
menjadi tertahan, kotoran dalam usus menjadi keras dan kering dan
pada keadaan yang berat dapat terjadi penyumbatan didalam usus dan
perut menjadi sakit.

16
D. Tugas dari perawat dari masing masing tahap tumbuh kembang
keluarga
1. Askep Lansia di tatanan Klinis
• Upaya perawat memberikan bantuan bagi usia lanjut yang mengalami
masalah kesehatan
• Bertujuan-memecahkan masalah kesehatan klien dengan
menggunakan pendekatan proses Keperawatan
2. Pengkajian
• Pertimbangan Khusus pada pengkajian penurunan seluruh fungsi
tubuh (penglihatan, pendengaran, kondisi ekstremitas atas dan bawah,
fungsi sistem perkemihan,dan status nutrisi klien serta psikososial dan
lingkungannya)
• Mulut dan Gigi  gigi rusak,gusi atrophy, mulut kering sehingga air
liur mudah mengental. Mukosa mulut mudah pecah  stomatitis
• Kulit gatal-gatal, kulit kering dan mudah terluka
• Ekstremitas atas dan bawah kulit kaki dan tangan kering, terjadi
penebalan pada daerah yang tertekan, beberapa bagian kulit bahkan
menipis, kulit terkelupas, pecah-pecah dan mudah tergores. Selain itu
terkjadi berbagai kelainan kuku seperti lapisan tanduk, yang semakin
mengeras
• Mobilitas- kemampuan beraktifitas
• Eliminasi Konstipasi, inkontinensia urin dan fekal, diare. – Hal-hal
yang dikaji  frekuensi dan pola defekasi, penggunaan laxative,pola
diet, masukan dan keluaran cairan, aktiftas klien, integritas kulit
sekitar anus
• Penglihatan - Kehilangan ketajaman penglihatan, glaukoma dan
katarak.
• Pengengaran Penurunan fungsi pendengaran • Jantung dan pembuluh
darah Peningkatan tekanan darah (HT), gagal jantung • Pernapasan
Pneumonia dan PPOMkaji kemampuan batuk, dan mengeluarkan

17
dahak,mudah lelah, lemah, berat badan menurun, dan tidak nafsu
makan
• Endokrine - Diabetes dan penyakit tiroid  kaji BB, nafsu makan,
toleransi terhadap panas dingin, pola BAK dan aktifitas
• Nyeri skala nyeri, menangis,mengerang,agitasi dan kelemahan fisik
Depresi sulit berkonsentrasi, merasa sedih dan pesimis, sulit tidur,
kehilangan BB, hilangnya minat melakukan aktifitas
• Demensia Gangguan berbahasa, kehilangan daya ingat

3. Diangosa Keperawatan
• Gangguan Mobilitas fisik
• Gangguan pemenuhan kebutuhan sehar-hari: toileting, makan,
minum,kebersihan diri, dan rekreasi
• Gangguan eliminasi urine dan fekal
• Gangguan persepsi sensori
• Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
• Intoleransi aktifitas
• Tidak efektifnya pola napas
• Nyeri
• Gangguan proses berpikir
• Gangguan pola tidur

4. Perencanaan Tindakan Keperawatan


• Prinsip tindakan keperawatan Lansia :
– Continuum of Care  Kerjasama tim perawatan, dokter dan ahli gizi –
Rehabilitasi  Discharge planning
– Kemandirian  memberikan fasiltas pada klien utk menolong diri, dan
motivasi
– Long-Term Care

18
– Home Based Care perawatan di rumah terutama kesiapan keluarga,
perawat perlu mengidentifikasi masalah kesehatan klien
• Tindak Lanjut operasional dari rencana tindakan yang telah dirancang
sebelumnya
• Tindakan bantuan pemenuhan kebutuhan sehari-hari, pemberian
oksigen, perawatan kebersihan diri, melakukan mobilisasi,
mengorientasi klien terhadap tempat,waktu dan orang
5. ASKEP PASIEN LANSIA DI TATANAN KOMUNITAS
(Community Area)
• Asuhan Keperawatan Keluarga (Family Health care)
– Perawatan kesehatan keluarga dipusatkan pada satu kesatuan keluarga
yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan dan perawatan sebagai
sarananya.
– Menggunakan pendekatan proses Keperawatan keluarga
6. Pengkajian
• Data yang dikaji  struktur dan karakteristik keluarga, sosial ekonomi
dan budaya, faktor lingkungan, riwayat kesehatan dari setiap anggota
keluarga serta keadaan psikososial • Pengumpulan data observasi
langsung, wawancara, melakukan pengukuran
7. Diagnosa Keperawatan Keluarga
• Problem berdasarkan NANDA
• Etiologi menggunakan 5 tugas keluarga  Mengenal masalah
kesehatan keluarga  Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi
masalah kesehatan keluarga  Melakukan tindakan keperawatan
kesehatan kepada anggota keluarga yang sakit, mempunyai gangguan
fungsi tubuh dan atau yang membutuhkan bantuan atau
asuhankeperawatan  Memelihara lingkungan (fisik,psikis dan sosial)
sehingga dapat menunjang peningkatan kesehatankeluarga 
Memanfaatkan sumber dayayang ada di masyarakat misalnya puskesmas,
pustu, kartu sehat dan posyandu untuk memperoleh pelayanan kesehatan

19
8. Perencanaan
• Dimulai dengan melakukan prioritas masalah kesehatanberdasarkan
sifat masalah, kemungkinan masalah diatasi,potensi masalah untuk
dicegah, menonjolnya masalah
• Rencana Tindakan disesuaikan dengan masalah keperawatan
Pelaksanaan
• Bertujuan mengurangi atau menghilangkan sebab-sebab
ketidaksanggupan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan –
Membangkitkan minat keluarga dalam mengadakan perbaiakan, –
Memberikan perhatian terhadap kesulitan, ketidaktahuan dan
ketidakmampuan keluarga dengan teknik motivasi tertentu
E. CONTOH PENGKAJIAN PADA KELUARGA TAHAP VIII
I. DATA UMUM
1. Kepala Keluarga (KK) : Tn.D
2. Jenis kelamin : Laki-Laki
3. Umur : 60 Thn
4. Pekerjaan KK : Wiraswasta
5. Pendidikan KK : SD
6. Alamat dan Telepon : jln. Abdul Wahab Syahrani gg. 3B no.
67 Rt 23, Samarinda

Komposisi anggota keluarga

No Nama Jenis Kelamin Hub Usia Pendidikan Imunisasi


. Dengan Terakhir
KK
1. Tn.D Laki-Laki Kepala 60 Thn SD Lengkap
Keluarga

Genogram :

7. Tipe keluarga : Tunggal


8. Suku bangsa : Bugis
9. Agama : Islam
10. Status social ekonomi : Cukup
11. Aktifitas rekreasi keluarga : Tidak Pernah Melakukan Rekreasi

II. Riwayat & tahap perkembangan keluarga.

20
12. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Ny.N merupakan tahap keluarga orang tua paruh baya atau middle age
families yang mana saat ini Tn. D berusia 60 tahun

13. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


Pemenuhan kebutuhan perkembangan mempertahankan suasana rumah
yang menyenangkan.

14. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya


Di keluarga Tn. D memiliki riwayat penyakit hipertensi dan stroke.
Keluarga Tn. D tidak ada yang memiliki riwayat penyakit menular dalam
keluarganya.

III. Data Lingkungan


16. Karakteristik rumah

Tempat tinggal keluarga Tn. D memiliki luas tanah 5 x 8 m 2.


Bangunan tersebut milik pribadi. Rumah Tn. D memiliki 1 kamar, 1
ruang tamu, 1 dapur, dan 1 kamar mandi. Lantai rumah terlihat bersih,
dinding rumah terbuat dari kayu, lingkungan terlihat sedikit kotor karena
terdapat dedaunan yang berjatuhan, dan lantai rumah menggunakan kayu.
Ventilasi/ruangan tidak memadai karena jendela rumah hanya ada di
kamar tidak ada di ruang tamu dan juga pintu rumah Tn. D sering
tertutup. Untuk penggunaan air, keluarga Tn. D menggunakan sumber
air PDAM. Tn. D memiliki perkarangan bunga di depan rumah
dan menanam sayur-sayuran di samping rumahnya. Untuk penggunaan
air keluarga Tn. D menggunakan sumber PDAM.

Denah Rumah :

21
IV. Struktur keluarga
21. Struktur peran
Tn. D berperan sebagai Isti, ibu rumah tangga, dan pencari nafkah.

22. Nilai atau norma keluarga


Tn. D menganut agama Islam dan norma yang berlaku di masyarakat dan
adat istiadat lingkungan sekitar. Tn. D juga mengajarkan betapa pentingnya
bersikap sopan dan santun dengan
orang lain. Apabila Tn. D sakit, Tn. D mempercayai bahwa ini adalah
cobaan yang Allah berikan agar keluarga dapat kuat dan tabah

23. Pola Komunikasi keluarga


Keluarga Tn. D untuk setiap harinya berkomunikasi menggunakan bahasa
Indonesia. Setiap ada masalah dalam keluarga Tn. D selalu berfikir
matangmatang terlebih dahulu lalu memutuskan

24. Struktur Kekuatan Keluarga


Sedangkan Tn. D hanya memutuskan sendiri yang baik untuk dirinya.

V. Fungsi Keluarga
25. Fungsi Perawatan Kesehatan
Masalah kesehatan yang saat ini dialami oleh keluarga Tn. D adalah
memiliki penyakit hipertensi, dengan keluhan nyeri pada tengkuk menjalar
hingga ke leher dengan skala nyeri 5 seperti ditusuk-tusuk dan terjadi
secara hilang timbul, pusing, sakit kepala dan kaki kiri terkadang kram dan
juga terkadang klien terlihat berpegang pada dinding saat berjalan dan
terlihat terdapat alat bantu jalan di sudut rumah. Ketika keluhan timbul
biasanya Tn. D beristirahat terlebih dahulu jika tidak kunjung sembuh Tn.
D pergi ke puskesmas terdekat. Tn. D mengatakan tidak mengetahui
banyak tentang penyakit hipertensi, penyebabnya, komplikasi, dan cara
penanganan yang di lakukan terlebih dahulu jika keluahan itu muncul. Tn.
D mengatakan rutin dating ke puskesmas terlebih jika obat anti
hipertensinya habis.

26. Fungsi Sosial


Sedangkan Tn. D selalu berfikir sebelum mengambil keputusan untuk
kebaikan dirinya sendiri.

27. Fungsi Afektif


Tn. D merasa bahagia dengan hidupnya yang sekarang dan
menyayangi dirinya sekarang dan juga Tn. D selalu mengajarkan
sopan santun kepada anak angkatnya jika datang mengunjungi dan
kepada siapapun yang datang ke rumahnya termasuk perawat.

22
VI. Stress dan Koping Keluarga

34. Stressor jangka pendek dan panjang


Tn. D mengatakan kakinya kram sejak 1 tahun terakhir sejak dirinya tidak
melakukan terapi strokenya di RSUD AWS. Tetapi setelah pulang dari
tempat saudara di Sulawesi Tn. D mengeluh nyeri di tengkuk, sakit kepala,
pusing dan tidak bisa beraktivitas.

35. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor


Setelah mengetahui nyeri yang di alami tidak kujung sembuh akhirnya Tn.
D memutuskan untuk memeriksakan dirinya ke puskesmas

36. Strategi koping yang digunakan


Cara menghadapi masalah ini Tn. D memikirkan matang-matang terlebih
dahulu sebelum memutuskannya.
37. Strategi adaptasi disfungsional
Pada saat pengkajian tidak ditemukan adanya tanda-tanda perilaku
maladaptif

VII. Pemeriksaan Kesehatan


a. Tanda-tanda vital
TD : 160/100 mmHg, N : 90 x/m, RR :
20 x/m, T: 36, 7 oC
b. Kepala
Bentuk kepala normal, kulit kepala bersih tidak ada lesi, rambut
merata berwarna hitam dan putih, wajah tidak ada oedem, mata
lengkap tidak ada oedem, konjugtiva tidak anemis, sclera jernih tidak
ikterik, telinga simetris kanan dan kiri, ukuran sedang, hidung bersih
dan tulang hidung simetris kanan dan kiri, mulut tidak ada
sariawan, tidak ada perdarahan gusi, mukosa lembab, gigi tidak
lengkap, lidah bersih faring dan laring normal tidak ada
pembengkakan
c. Leher
Posisi trakea simetris, suara terdengar jelas, Tidak ada pembesaran
pada kelenjar getah bening maupun kelenjar tiroid
d. Dada
Bentuk dada simetris antara kanan dan kiri, tidak ada retraksi dinding
dada dan payudara normal, suara nafas vesikuler diseluruh lapang
paru, ucapan/suara kanan kiri sama, tidak ada suara nafas tambahan
e. Punggung
Bentuk punggung simetris dan tidak ada kelainan.
f. Perut
Ukuran perut normal, datar, tidak teraba adanya massa tumor, perkusi
timpani, tidak ada acites, tidak teraba pembesaran hepar, peristaltik 8
x/menit

23
g. Ekstremitas
Ektremitas normal tidak ada oedem, turgor kulit elastic kembali cepat
< 2dtk, kekuatan ektremitas kiri sedikit menurun namun masih bias
melakukan aktivitas.
VIII. Harapan Keluarga
Pemenuhan kebutuhan perkembangan mempertahankan suasana rumah yang
menyenangkan

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lansia merupakan kelompok umur yang memerlukan perhatian lebih,
kerena telah mengalami berbagai kemunduran baik fungsi fisik maupun
psikologisnya. Termasuk pada kemunduran pada sistem musculoskeletal
diantaranya tulang, persendian, otot-otot pada lansia. Penurunan pada
masa tulang dapat disebabkan karena ketidakaktifan fisik, perubahan
hormonal dan resorbsi tulang. Efek dari penurunan masa tulang adalah
tulang menjadi lemah, lunak dan dapat tertekan serta tulang berbatang
panjang kurang dapat menahan sehingga mengakibatkan fraktur
(Maryam,2008).
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran
masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman, 1998)).
Masalah-masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda
dari orang dewasa. Masalah kesehatan pada lansia sering disebut sebagai
sindroma geriatri yaitu kumpulan gejala-gejala mengenai kesehatan yang
sering dikeluhkan oleh para lanjut usia dan atau keluarganya

25
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, A, dkk. (2010). Penyakit di usia tua. Jakarta: EGC Anbarasan, Sri Santiya.
(2015). Gambaran Kualitas Hidup Lansia Dengan Hipertensi di wilayah
Kerja Puskesmas Rendang.
Diakses pada tanggal 30 Mei 2016 dari http://ejournal.almaata.ac.id/index.php
/JNKI/ article /download/10/9. Azizah, Lilik. (2011). Keperawatan
Lanjut Usia. Yogyakarta :
Graha Ilmu Bandiyah, Siti. (2009). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik.
Yogjakarta : Mulia Medika.
Chin, Y. R, et.al (2014). Effects of Hypertension, Diabetes, and/or Cardiovascular
Disease on Health-related Quality of Life in Elderly Korean Individuals:
A Population-based Cross-sectional.
Diakses pada tanggal 26 Agustus 2016 pada : Survey3,http://search.proquest.com
Cohen, S.,& Hoberman, H. (1983). Positif Event and Social Support as
Buffers of Life Change Stress.
Journal Of Applied Social Pschology. Diakses pada tanggal 5 Agustus 2016 dari :
http://fetzer.org/sites/default/files
/images/stories/pdf/selfmeasures/Self_Measures_for_Social_Support_IN
TERPERSONAL_SUPPORT_EVALUATION.pdf
Dinas Kesehatan Kota Padang, (2015). Data tentang Lansia dan Hipertensi Pada
Lansia. Padang Fatimah. (2010). Merawat Manusia Lanjut Usia. Jakarta :
CV. Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai