Oleh:
HILMI NURUL AZIZAH
NIM. 2006010
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nyabahwa dengan segala keterbatasan yang penulis miliki akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi penelitian dengan judul “Hubungan Insomnia dengan
Konsentrasi Belajar Mahasiswa Politeknik Negeri Indramayu”. Penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini dilaksanakan dalam rangka memenuhi salah satu syarat mata
kuliah Metodologi Keperawatan
Proses penyusunan penelitian ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, serta
motivasi berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan
ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Pak Nurohmat selaku dosen
mata kuliah Metodologi Keperawatan, google tempat saya menemukan keajaiban,
dan spotify yang selalu menemani.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari yang diharapkan, untuk
itu dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran dari semua
pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Namun demikian, dengan segala keterbatasan
yang ada, mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi orang banyak.
Akhirnyapenulis berdoa semoga Allah SWT senantiasa memberikan imbalan yang
setimpal kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyelesaian skripsi ini.
Amin.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
3.2.2 Waktu Penelitian .................................................................................. 17
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mahasiswa kerap kali mengalami gangguan tidur atau insomnia karena tugas
dan amanah organisasi. Insomnia yang terjadi menimbulkan efek negatif pada
konsentrasi belajar, prestasi akademik, kesehatan fisik, penurunan aktivitas, dan
psikologis mahasiswa itu sendiri. Mengantuk menjadi salah satu alasan terjadi
penurunan konsentrasi belajar pada mahasiswa.
Insomnia merupakan salah satu gangguan tidur berupa kesulitan untuk memulai
tidur, kesulitan mempertahankan tidur, dan ketidakpuasan tidur (Buysee, 2011).
Insomnia memiliki dampak pada kemampuan untuk berkonsentrasi. Seseorang
yang mengalami insomnia akan mengantuk pada siang hari, sehingga dapat
menurunkan konsentrasi dan akan mengganggu aktivitas (Munir, 2015).
6
a. Untuk mengetahui gambaran kejadian insomnia di kalangan mahasiswa
Politeknik Negeri Indramayu.
1.4.1 Peneliti
1.4.3 Pemerintah
1.4.4 Masyarakat
7
responden yang dipilih dengan menggunakan teknik proportional stratified random
sampling, yaitu dengan cara pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan strata
tiap angkatan.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kecemasan
9
2.1.3 Gejala Kecemasan
Gejala-gejala kecemasan ada dua macam yaitu yang bersifat fisik dan
mental (Sundari, 2005):
a. Gejala kecemasan yang bersifat fisik merupakan suatu emosi yang ditandai
dengan meningkatnya aktivitas secara otonom, secara khusus aktivasi pada
sistem syaraf sympathetic, antara lain:
• Berkeringat dingin
• Kepala pusing
• Ketakutan
• Tidak tentram
10
a. Ansietas ringan: berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-
hari sehingga menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan
lahan persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar serta menghasilkan
pertumbuhan dan kreatifitas
b. Ansietas sedang: memungkinkan seseorang untuk memusatkan padahal
penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami
perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang terarah.
c. Ansietas berat: kecemasan yang sangat mengurangi lahan persepsi
seseorang. Seseorang cenderung memusatkan pada sesuatu yang terinci dan
spesifik serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan
untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak
pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.
d. Ansietas tingkat panik: berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan
teror. Pola pikir terpecah dari proporsinya karena mengalami kehilangan
kendali, tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan.
Terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsi menyimpang dan kehilangan
pemikiran yang rasional, dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan
kematian
11
yang timbul sebagai akibat dari stres, kecemasan dan depresi yang
berkepanjangan.(Hawari, 2008).
d. Psikoterapi dilakukan dalam sebuah group dan biasanya dipilih group terapi
dengan kondisi anggota yang satu tidak jauh beda dengan anggota yanglain
sehingga proses penyembuhan dapat berjalan lebih efektif. Dalam
psikoterapi ini dilakukan terapi pernafasan dan teknik relaksasi ketika
menghadapi kecemasan serta sugesti bahwa kecemasan yang muncul
adalah tidak realistis (Hawari. 2008)
e. Terapi psikososial adalah untuk memulihkan kembali kemampuanadaptasi
agar yang bersangkutan dapat kembali berfungsi secara wajar dalam
kehidupan sehari-hari baik di rumah, sekolah/kampus, di tempat kerja
maupun di lingkungan pergaulan sosialnya. (Hawari, 2008).
f. Terapi psikoreligius pendekatan agama akan memberikan rasa nyaman
terhadap pikiran, kedekatan kepada Tuhan dan doa-doa yang disampaikan
akan memberikan harapan positif. (Hawari, 2008).
g. Pendekatan Keluarga dukungan (support) keluarga cukup efektif dalam
mengurangikecemasan. (Nevid, 2005).
h. Konseling: dapat dilakukan secara efisien dan efektif bila ada motivasi dari
kedua belah pihak, antara klien (orang yang mendapat konsultasi) dan
konselor (orang yang memberikan konsultasi). (Hawari, 2008).
2.2 Insomnia
12
kesulitan berulang untuk tidur atau mempertahankan tidur walaupun ada
kesempatan untuk melakukannya. Insomnia bukan suatu penyakit,tetapi merupakan
suatu gejala yang memiliki berbagai penyebab, seperti kelainan emosional,
kelainan fisik dan pemakaian obat-obatan. Insomnia dapat mempengaruhi tidak
hanya tingkat energi dan suasana hati tetapi juga kesehatan, kinerja dan kualitas
hidup. (DSM IV-TR, 2000).
a. Organik
b. Non organik
Dalam DSM IV, gangguan tidur (insomnia) dibagi menjadi 4 tipe yaitu:
Hampir setiap orang memiliki kesulitan untuk tidur pada malam hari tetapi
resiko insomnia meningkat jika terjadi pada:
13
a. Wanita. Perempuan lebih mungkin mengalami insomnia. Perubahan hormon
selama siklus menstruasi dan menopause mungkin memainkan peran. Selama
menopause, sering berkeringat pada malam hari dan hot flashes sering
mengganggu tidur.
b. Usia lebih dari 60 tahun. Karena terjadi perubahan dalam pola tidur, insomnia
meningkat sejalan dengan usia.
c. Memiliki gangguan kesehatan mental. Banyak gangguan, termasuk depresi,
kecemasan, gangguan bipolar dan post-traumatic stress disorder, mengganggu
tidur.
d. Stres. Stres dapat menyebabkan insomnia sementara, stress jangka panjang
seperti kematian orang yang dikasihi atau perceraian, dapat menyebabkan
insomnia kronis. Menjadi miskin atau pengangguran juga meningkatkan risiko
terjadinya insomnia.
e. Perjalanan jauh (jet lag) dan perubahan jadwal kerja. Bekerja di malam hari
sering meningkatkan resiko insomnia (Kaplan, 2010).
2.2.4 Diagnosis
14
d. Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan
penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan
pekerjaan.
Adanya gangguan jiwa lain seperti depresi dan anxietas tidak menyebabkan
diagnosis insomnia diabaikan. Kriteria “lama tidur” (kuantitas) tidak diguankan
untuk menentukan adanya gangguan, oleh karena luasnyavariasi individual. Lama
gangguan yang tidak memenuhi kriteria di atas (seperti pada “transient insomnia”)
tidak didiagnosis di sini, dapat dimasukkan dalam reaksi stres akut atau gangguan
penyesuaian (Muslim, 2001).
a. Terapi Tingkah Laku meliputi edukasi tentang kebiasaan tidur yang baik
dan teknik relaksasi
b. Terapi kognitif.
• Restriksi Tidur dimaksudkan untuk mengurangi waktu yang dihabiskan
di tempat tidur yang dapat membuat lelah pada malam berikutnya.
• Kontrol stimulus terapi ini dimaksudkan untuk membatasi waktu yang
dihabiskanuntuk beraktivitas.
c. Gaya hidup dan pengobatan di rumah
• Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia:
• Tidak berada di tempat tidur ketika tidak tidur.
• Mengatur jadwal tidur yang konsisten termasuk pada hari libur
• Olahraga dan tetap aktif, seperti olahraga selama 20 hingga 30 menit
setiap hari sekitar lima hingga enam jam sebelum tidur.
• Tidak memaksakan diri untuk tidur jika tidak bisa.
• Hanya menggunakan tempat tidur hanya untuk tidur.
• Relaksasi sebelum tidur, seperti mandi air hangat, membaca, latihan
pernapasan atau beribadah
• Menghindari atau membatasi tidur siang karena akan menyulitkan tidur
pada malam hari.
• Menyiapkan suasana nyaman pada kamar untuk tidur
15
• Menghindari kafein, alkohol, dan nikotin
• Menghindari makan besar sebelum tidur
• Cek kesehatan secara rutin
• Terapi Farmakologis
d. Pengobatan insomnia secara farmakologi dibagi menjadi dua golongan, yaitu
Benzodiazepine (Nitrazepam,Trizolam, dan Estazolam) dan Non
benzodiazepine (Chloral-hydrate, Phenobarbital)
16
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
3.3.1 Populasi
3.3.2 Sampel
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer berupa kuesioner yang
dibagikan pada mahasiswa Politeknik Negeri Indramayu.
Perhitungan besar sampel pada penelitian ini memakai rumus besar sampel
untuk penelitian analitik korelatif sebagai berikut (Dahlan, 2009)
18
Berdasarkan penghitungan dengan menggunakan rumus di atas ditetapkan
jumlah sampel minimal sebesar 89 orang.
19