Anda di halaman 1dari 19

HUBUNGAN INSOMNIA DENGAN KONSENTRASI BELAJAR

MAHASISWA POLITEKNIK NEGERI INDRAMAYU

KARYA TULIS ILMIAH


Sebagai salah satu tugas mata kuliah Metodologi Keperawatan
Program Diploma III Keperawatan
Politeknik Negeri Indramayu

Oleh:
HILMI NURUL AZIZAH
NIM. 2006010

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
POLITEKNIK NEGERI INDRAMAYU
FEBRUARI 2022
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nyabahwa dengan segala keterbatasan yang penulis miliki akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi penelitian dengan judul “Hubungan Insomnia dengan
Konsentrasi Belajar Mahasiswa Politeknik Negeri Indramayu”. Penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini dilaksanakan dalam rangka memenuhi salah satu syarat mata
kuliah Metodologi Keperawatan

Proses penyusunan penelitian ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, serta
motivasi berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan
ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Pak Nurohmat selaku dosen
mata kuliah Metodologi Keperawatan, google tempat saya menemukan keajaiban,
dan spotify yang selalu menemani.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari yang diharapkan, untuk
itu dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran dari semua
pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Namun demikian, dengan segala keterbatasan
yang ada, mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi orang banyak.
Akhirnyapenulis berdoa semoga Allah SWT senantiasa memberikan imbalan yang
setimpal kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyelesaian skripsi ini.
Amin.

Indramayu, 01 Maret 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 5

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 5

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 6

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 7

1.5 Metode Penelitian.......................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 9

2.1 Kecemasan .................................................................................................... 9

2.1.1 Definisi Kecemasan ............................................................................... 9

2.1.2 Faktor Risiko Kecemasan ...................................................................... 9

2.1.3 Gejala Kecemasan ................................................................................ 10

2.1.4 Tingkat Kecemasan .............................................................................. 10

2.1.5 Penanganan Gangguan Kecemasan...................................................... 11

2.2 Insomnia ...................................................................................................... 12

2.2.1 Definisi Insomnia ................................................................................. 12

2.2.2 Klasifikasi Insomnia............................................................................. 13

2.2.3 Faktor Risiko Insomnia ........................................................................ 13

2.2.4 Diagnosis .............................................................................................. 14

2.2.5 Penanganan Insomnia........................................................................... 15

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 17

3.1 Desain Penelitian ......................................................................................... 17

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 17

3.2.1 Lokasi Penelitian .................................................................................. 17

3
3.2.2 Waktu Penelitian .................................................................................. 17

3.3 Populasi dan Sampel ................................................................................... 17

3.3.1 Populasi ................................................................................................ 17

3.3.2 Sampel .................................................................................................. 17

3.4 Kriteria Sampel ........................................................................................... 17

3.4.1 Kriteria Inklusi ..................................................................................... 17

3.4.2 Kriteria Ekslusi..................................................................................... 17

3.5 Jenis Data dan Instrumen Penelitian ........................................................... 18

3.5.1 Jenis Data ............................................................................................. 18

3.5.2 Instrumen Penelitian............................................................................. 18

3.6 Pengumpulan Data ...................................................................................... 18

3.7 Besar Sampel ............................................................................................... 18

3.8 Pengolahan dan Analisis Data ..................................................................... 19

3.9 Etika Penelitian ........................................................................................... 19

4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Mahasiswa kerap kali mengalami gangguan tidur atau insomnia karena tugas
dan amanah organisasi. Insomnia yang terjadi menimbulkan efek negatif pada
konsentrasi belajar, prestasi akademik, kesehatan fisik, penurunan aktivitas, dan
psikologis mahasiswa itu sendiri. Mengantuk menjadi salah satu alasan terjadi
penurunan konsentrasi belajar pada mahasiswa.

Manusia membutuhkan hampir seperempat hingga sepertiga waktunya untuk


tidur (Purwanto, 2008). Tidur berguna untuk pemulihan fungsi kognitif dalam diri
manusia. Pada saat tidur terjadi peningkatan aliran darah menuju serebral, sehingga
otak akan mendapatkan lebih banyak oksigen yang berfungsi untuk membantu
penyimpanan memori dan pembelajaran yang berhubungan dengan fungsi kognitif
(Potter & Perry, 2010).

Insomnia merupakan salah satu gangguan tidur berupa kesulitan untuk memulai
tidur, kesulitan mempertahankan tidur, dan ketidakpuasan tidur (Buysee, 2011).
Insomnia memiliki dampak pada kemampuan untuk berkonsentrasi. Seseorang
yang mengalami insomnia akan mengantuk pada siang hari, sehingga dapat
menurunkan konsentrasi dan akan mengganggu aktivitas (Munir, 2015).

Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan. Di


Indonesia, prevalensi insomnia cukup tinggi yaitu sekitar 10%. Artinya, kurang
lebih 28 juta dari total 238 juta penduduk Indonesia menderita insomnia (US
Census Bureau, 2004). Sebuah studi dilakukan pada mahasiswa Kedokteran
Universitas Udayana menunjukkan bahwa 56% dari total 50 mahasiswa yang
diteliti menderita insomnia klinik sedang dan 4% mahasiswa menderita insomnia
klinis berat (Sathivel, 2017).

Konsentrasi belajar merupakan usaha pemusatan pikiran atau perhatian


terhadap suatu objek yang sedang dipelajari dengan tidak membagi perhatiannya
kepada hal lain dan dilakukan secara sadar oleh individu (Rahmawati, 2014). Peran
5
mahasiswa yang sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran ialah tingkat
keseriusan dan konsentrasi yang dimiliki, terlaksananya proses pembelajaran perlu
adanya keseriusan akan pemahaman yang baik oleh masing-masing mahasiswa.
Pemahaman yang baik tentunya memberikan tingkat konsentrasi belajar yang baik
pula. Sedangkan sebaliknya apabila pemahaman yang dimiliki mahasiswa kurang
maka akan memberikan tingkat konsentrasi belajar yang kurang baik.

Berdasarkan pengamatan yang terlah dilakukan menunjukkan bahwa adanya


mahasiswa yang sulit berkonsentrasi pada saat proses pembelajaran yang ditandai
dengan adanya mahasiswa yang mudah terusik dengan kegaduhan, mengantuk,
pasif, berbicara dengan temannya, bermain ponsel, atau tidak mencatat apa yang
perlu dicatat. Hal itulah yang menjadi penyebab mahasiswa mengalami kesulitan
dalam menerima informasi atau materi dengan baik.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang


tingkat insomnia dengan konsentrasi belajar mahasiswa Politeknik Negeri
Indramayu, yang dituangkan dalam penelitian yang berjudul “Hubungan
Insomnia dengan Konsentrasi Belajar Mahasiswa Politeknik Negeri
Indramayu”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan dalam penelitian ini adalah


bagaimana hubungan insomnia dengan konsentrasi belajar mahasiswa Politeknik
Negeri Indramayu?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan insomnia dengan


konsentrasi belajar mahasiswa Politeknik Negeri Indramayu.

1.3.2 Tujuan Khusus

6
a. Untuk mengetahui gambaran kejadian insomnia di kalangan mahasiswa
Politeknik Negeri Indramayu.

b. Untuk mengetahui gambaran tingkat konsentrasi belajar di kalangan


mahasiswa Politeknik Negeri Indramayu.

c. Untuk mengetahui hubungan yang paling berkaitan dalam tingkat insomnia


dengan konsentrasi belajar mahasiswa Politeknik Negeri Indramayu.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk, antara lain

1.4.1 Peneliti

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam melaksanakan


penelitian dan sebagai wadah mengaplikasikan ilmu ynag telah didapat selama
studi.

1.4.2 Ilmu Pengetahuan

Sebagai masukan untuk penelitian-penelitian selanjutnya mengenai


kejadian insomnia.

1.4.3 Pemerintah

Sebagai sumber data kejadia insomnia.

1.4.4 Masyarakat

Untuk memahami tentang hubungan tingkat insomnia dengan konsentrasi


belajar mahasiswa.

1.5 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan rancangan


korelasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan pada
mahasiswa Politeknik Negeri Indramayu. Populasi pada penelitian ini sebanyak x
mahasiswa aktif Politeknik Negeri Indramayu. Sampel yang digunakan sebanyak y

7
responden yang dipilih dengan menggunakan teknik proportional stratified random
sampling, yaitu dengan cara pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan strata
tiap angkatan.

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner KSPBJ-IRS


(Kelompok Studi Psikiatri Biologik Jakarta – Insomnia Rating Scale) untuk
mengukur derajat insomnia, kuesioner tersebut telah teruji validitasnya antar
psikiater r = 0,95 dan antar psikiater dengan dokter non psikiater r = 0,94, dan uji
sensitivitas instrumen tersebut sebesar 97,4%.

Kuesioner yang digunakan untuk mengukur konsentrasi belajar menggunakan


kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti yang terdiri dari 18 pertanyaan yang
mencangkup pemusatan perhatian, antusiasme, keaktifan, dan sikap tenang pada
saat pembelajaran. Kuesioner tersebut menggunakan Skala Likert dengan nilai
koefisien uji reabilitas sebesar 0,891. Uji statistik yang digunakan untuk
mengetahui hubungan menggunakan uji Spearman Rank.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kecemasan

2.1.1 Definisi Kecemasan

Cemas adalah suatu keadaan perasaan dimana individu merasa lemah


sehingga tidak berani untuk bersikap dan bertindak secara rasional sesuai
dengan yang seharusnya. Seseorang yang cemas akan merasa ketakutan atau
kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal naupun wujudnya.
(Wiramihardja, 2007).

Kecemasan atau ansietas digambarkan sebagai kondisi mood yang tidak


menyenangkan disertai rasa subyektif tentang ketidakpastian dan ancaman di
masa depan. Ansietas meliputi gejala utama takut (fear) dan khawatir (worry).
(Stahl,2013).

Jadi dapat disimpulkan bahwa kecemasan merupakan suatu kondisi


perasaan yang tidak menyenangkan dimana seseorang merasa takut atau
khawatir yang tidak jelas asal dan wujudnya. Kecemasan sebenarnya
dibutuhkan untuk mempersiapkan diri atau mengantisipasi kejadian yang akan
terjadi. Namun kecemasan berlebihan atau tidak wajar dapat memberatkan
individu itu sendiri dan mebuat seseorang sulit untuk membuat keputusan.
(Semiun, 2006).

2.1.2 Faktor Risiko Kecemasan

Berbagai peristiwa kehidupan pribadi seperti mengalami penyakit fisik


atau luka, kematian anggota keluarga atau teman dekat, dan masalah finansial
juga perlu dipertimbangkan sebagai sumber stress bagi mahasiswa. Ciri
kepribadian yang sulit beradaptasi juga merupakan faktor risiko kecemasan dan
mempengaruhi presepsi individu terhadap stress dan pencapaian dalam
kehidupannya. (Dyrbye, et al, 2011).

9
2.1.3 Gejala Kecemasan

Gejala-gejala kecemasan ada dua macam yaitu yang bersifat fisik dan
mental (Sundari, 2005):

a. Gejala kecemasan yang bersifat fisik merupakan suatu emosi yang ditandai
dengan meningkatnya aktivitas secara otonom, secara khusus aktivasi pada
sistem syaraf sympathetic, antara lain:

• Jari-jari tangan dingin

• Detak jantung makin cepat

• Berkeringat dingin

• Kepala pusing

• Nafsu makan berkurang

• Tidur tidak nyenyak

• Dada sesak nafas

b. Gejala kecemasan yang bersifat mental yaitu perasaan subyektif terhadap


tekanan, dan kognisi yang meliputi:

• Ketakutan

• Merasa akan ditimpa bahaya

• Tidak dapat memusatkan perhatian

• Tidak tentram

• Ingin lari dari kenyataan

2.1.4 Tingkat Kecemasan

Menurut (Stuart. 1998), tingkat kecemasan dibagi menjadi

10
a. Ansietas ringan: berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-
hari sehingga menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan
lahan persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar serta menghasilkan
pertumbuhan dan kreatifitas
b. Ansietas sedang: memungkinkan seseorang untuk memusatkan padahal
penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami
perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang terarah.
c. Ansietas berat: kecemasan yang sangat mengurangi lahan persepsi
seseorang. Seseorang cenderung memusatkan pada sesuatu yang terinci dan
spesifik serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan
untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak
pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.
d. Ansietas tingkat panik: berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan
teror. Pola pikir terpecah dari proporsinya karena mengalami kehilangan
kendali, tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan.
Terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsi menyimpang dan kehilangan
pemikiran yang rasional, dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan
kematian

2.1.5 Penanganan Gangguan Kecemasan

a. Terapi humanistika berfokus pada membantu klien mengidentifikasi dan


menerima dirinya yang sejati dan bukan dengan bereaksi pada kecemasan
setiap kali perasaan-perasaan dan kebutuhan-kebutuhannya yang sejati
mulai muncul ke permukaan. (Nevid, 2005).
b. Terapi psikofarmaka berfokus pada penggunaan obat anti cemas
(anxiolytic) dan obat-obat anti depresan seperti Diazepam, Clobazam,
Bromazepam, Lorazepam, Meprobamate, Alprazolam, Oxazolam,
chlordiazepoxide HCl, Hidroxyzine HCl. (Hawari, 2008).
c. Terapi somatik dilakukan dengan memberikan obat-obatan untuk
mengurangi keluhan-keluhan fisik pada organ tubuh yang bersangkutan

11
yang timbul sebagai akibat dari stres, kecemasan dan depresi yang
berkepanjangan.(Hawari, 2008).
d. Psikoterapi dilakukan dalam sebuah group dan biasanya dipilih group terapi
dengan kondisi anggota yang satu tidak jauh beda dengan anggota yanglain
sehingga proses penyembuhan dapat berjalan lebih efektif. Dalam
psikoterapi ini dilakukan terapi pernafasan dan teknik relaksasi ketika
menghadapi kecemasan serta sugesti bahwa kecemasan yang muncul
adalah tidak realistis (Hawari. 2008)
e. Terapi psikososial adalah untuk memulihkan kembali kemampuanadaptasi
agar yang bersangkutan dapat kembali berfungsi secara wajar dalam
kehidupan sehari-hari baik di rumah, sekolah/kampus, di tempat kerja
maupun di lingkungan pergaulan sosialnya. (Hawari, 2008).
f. Terapi psikoreligius pendekatan agama akan memberikan rasa nyaman
terhadap pikiran, kedekatan kepada Tuhan dan doa-doa yang disampaikan
akan memberikan harapan positif. (Hawari, 2008).
g. Pendekatan Keluarga dukungan (support) keluarga cukup efektif dalam
mengurangikecemasan. (Nevid, 2005).
h. Konseling: dapat dilakukan secara efisien dan efektif bila ada motivasi dari
kedua belah pihak, antara klien (orang yang mendapat konsultasi) dan
konselor (orang yang memberikan konsultasi). (Hawari, 2008).

2.2 Insomnia

2.2.1 Definisi Insomnia

Menurut DSM-IV, insomnia didefinisikan sebagai keluhan dalam halkesulitan


untuk memulai atau mempertahankan tidur atau tidur non-restoratif berlangsung
setidaknya satu bulan dan menyebabkan gangguan signifikan gangguan dalam
fungsi individu. (Sadock & Sadock, 2009).

Menurut The International Classification of Sleep Disorders, insomnia adalah


kesulitan tidur yang terjadi hampir setiap malam, disertai rasa tidak nyaman setelah
episode tidur tersebut. Jadi, insomnia adalah gejala kelainan dalam tidur berupa

12
kesulitan berulang untuk tidur atau mempertahankan tidur walaupun ada
kesempatan untuk melakukannya. Insomnia bukan suatu penyakit,tetapi merupakan
suatu gejala yang memiliki berbagai penyebab, seperti kelainan emosional,
kelainan fisik dan pemakaian obat-obatan. Insomnia dapat mempengaruhi tidak
hanya tingkat energi dan suasana hati tetapi juga kesehatan, kinerja dan kualitas
hidup. (DSM IV-TR, 2000).

2.2.2 Klasifikasi Insomnia

Secara internasional insomnia masuk dalam 3 sistem diagnostik yaitu


International Code Of Diagnosis (ICD) 10, Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders (DSM) IV dan International Classification of Sleep Disorders
(ISD) (Gelder, 2003).

Dalam ICD 10, insomnia dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Organik

b. Non organik

• Dyssomnias (gangguan pada lama, kualitas dan waktu tidur)


• Parasomnias (ada episode abnormal yang muncul selama tidur sepertimimpu
buruk, berjalan sambil tidur, dll). (WHO, 2010)

Dalam DSM IV, gangguan tidur (insomnia) dibagi menjadi 4 tipe yaitu:

• Gangguan tidur yang berkorelasi dengan gangguan mental lain


• Gangguan tidur yang disebabkan oleh kondisi medis umum
• Gangguan tidur yang diinduksi oleh bahan-bahan atau keadaan tertentu
• Gangguan tidur primer (gangguan tidur tidak berhubungan sama sekali
dengan kondisi mental, penyakit, ataupun obat-obatan.) Gangguan ini
menetap dan diderita minimal 1 bulan.

2.2.3 Faktor Risiko Insomnia

Hampir setiap orang memiliki kesulitan untuk tidur pada malam hari tetapi
resiko insomnia meningkat jika terjadi pada:

13
a. Wanita. Perempuan lebih mungkin mengalami insomnia. Perubahan hormon
selama siklus menstruasi dan menopause mungkin memainkan peran. Selama
menopause, sering berkeringat pada malam hari dan hot flashes sering
mengganggu tidur.
b. Usia lebih dari 60 tahun. Karena terjadi perubahan dalam pola tidur, insomnia
meningkat sejalan dengan usia.
c. Memiliki gangguan kesehatan mental. Banyak gangguan, termasuk depresi,
kecemasan, gangguan bipolar dan post-traumatic stress disorder, mengganggu
tidur.
d. Stres. Stres dapat menyebabkan insomnia sementara, stress jangka panjang
seperti kematian orang yang dikasihi atau perceraian, dapat menyebabkan
insomnia kronis. Menjadi miskin atau pengangguran juga meningkatkan risiko
terjadinya insomnia.
e. Perjalanan jauh (jet lag) dan perubahan jadwal kerja. Bekerja di malam hari
sering meningkatkan resiko insomnia (Kaplan, 2010).

2.2.4 Diagnosis

Untuk mendiagnosis insomnia, dilakukan penilaian terhadap:

a. Pola tidur penderita.


b. Pemakaian obat-obatan, alkohol, atau obat terlarang.
c. Tingkatan stres psikis.
d. Riwayat medis.
e. Aktivitas fisik

Diagnosis berdasarkan kebutuhan tidur secara individual (Kaplan, 2010).


Kriteria Diagnostik Insomnia Non-Organik berdasarkan PPDGJ:

a. Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur, atau


kualitas tidur yang buruk
b. Gangguan minimal terjadi 3 kali dalam seminggu selama minimal 1 bulan
c. Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur dan peduli yang berlebihan
terhadap akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang hari

14
d. Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan
penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan
pekerjaan.

Adanya gangguan jiwa lain seperti depresi dan anxietas tidak menyebabkan
diagnosis insomnia diabaikan. Kriteria “lama tidur” (kuantitas) tidak diguankan
untuk menentukan adanya gangguan, oleh karena luasnyavariasi individual. Lama
gangguan yang tidak memenuhi kriteria di atas (seperti pada “transient insomnia”)
tidak didiagnosis di sini, dapat dimasukkan dalam reaksi stres akut atau gangguan
penyesuaian (Muslim, 2001).

2.2.5 Penanganan Insomnia

a. Terapi Tingkah Laku meliputi edukasi tentang kebiasaan tidur yang baik
dan teknik relaksasi
b. Terapi kognitif.
• Restriksi Tidur dimaksudkan untuk mengurangi waktu yang dihabiskan
di tempat tidur yang dapat membuat lelah pada malam berikutnya.
• Kontrol stimulus terapi ini dimaksudkan untuk membatasi waktu yang
dihabiskanuntuk beraktivitas.
c. Gaya hidup dan pengobatan di rumah
• Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia:
• Tidak berada di tempat tidur ketika tidak tidur.
• Mengatur jadwal tidur yang konsisten termasuk pada hari libur
• Olahraga dan tetap aktif, seperti olahraga selama 20 hingga 30 menit
setiap hari sekitar lima hingga enam jam sebelum tidur.
• Tidak memaksakan diri untuk tidur jika tidak bisa.
• Hanya menggunakan tempat tidur hanya untuk tidur.
• Relaksasi sebelum tidur, seperti mandi air hangat, membaca, latihan
pernapasan atau beribadah
• Menghindari atau membatasi tidur siang karena akan menyulitkan tidur
pada malam hari.
• Menyiapkan suasana nyaman pada kamar untuk tidur
15
• Menghindari kafein, alkohol, dan nikotin
• Menghindari makan besar sebelum tidur
• Cek kesehatan secara rutin
• Terapi Farmakologis
d. Pengobatan insomnia secara farmakologi dibagi menjadi dua golongan, yaitu
Benzodiazepine (Nitrazepam,Trizolam, dan Estazolam) dan Non
benzodiazepine (Chloral-hydrate, Phenobarbital)

16
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan design


cross sectional. Pengambilan subjek berdasarkan probability sampling yaitu simple
random sampling.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Politeknik Negeri Indramayu, Indramayu,


Jawa Barat

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sejak 1 Maret 2022.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Politeknik Negeri Indramayu.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Politeknik Negeri Indramayu


yang bersedia untuk dijadikan sampel.

3.4 Kriteria Sampel

3.4.1 Kriteria Inklusi

Semua mahasiswa Politeknik Negeri Indramayu.

3.4.2 Kriteria Ekslusi

• Mahasiswa Politeknik Negeri Indramayu yang tidak hadir saat pengisian


kuesioner penelitian.
• Mahasiswa Politeknik Negeri Indramayu yang menolak mengisi kuesioner.
17
3.5 Jenis Data dan Instrumen Penelitian

3.5.1 Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer berupa kuesioner yang
dibagikan pada mahasiswa Politeknik Negeri Indramayu.

3.5.2 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrumen penelitian yang dipergunakan yaitu kuesioner


yang dibagikan pada mahasiswa Politeknik Negeri Indramayu sebagai data primer.

3.6 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah meminta perizinan dari pihak Politeknik


Negeri Indramayu. Data dikumpulkan setelah mendapat persetujuan dari subjek
dengan menggunakan kuesioner kemudian dilakukan pencatatan dan rekapitulasi
terhadap data yang ada.

3.7 Besar Sampel

Perhitungan besar sampel pada penelitian ini memakai rumus besar sampel
untuk penelitian analitik korelatif sebagai berikut (Dahlan, 2009)

18
Berdasarkan penghitungan dengan menggunakan rumus di atas ditetapkan
jumlah sampel minimal sebesar 89 orang.

3.8 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan setelah kuesioner telah terisi secara lengkap


kemudian data dimasukkan ke dalam tabel. Selanjutnya data dianalisa secara
deskriptif analitik dengan menggunakan Uji chi square menggunakan Statistical
Package for the Social Sciences (SPSS) versi 21.0 ®.

3.9 Etika Penelitian

Hal-hal yang terkait dengan etika penelitian ini adalah:

a. Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan dari Komite Etik Penelitian


Kesehatan FK Unhas nomor 1097 / H4.8.4.5.31 / PP36-KOMETIK / 2017.
b. Setiap subjek akan dimintai persetujuan melalui Informed Consent terlebih
dahulu dan mengisi surat pernyataan kesediaan mengisi kuesioner. Setiap
subjek akan dijamin kerahasiaannya atas data yang diperoleh dari kuesioner
yang dijawab.

19

Anda mungkin juga menyukai