Di susun oleh:
Kelas : 6 B2
FAKULTAS PSIKOLOGI
2019
KATA PENGANTAR
Bekasi, 2019
i
DAFTAR ISI
II
iii
LAMPIRAN ...................................................................................................................... 25
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
TINJAUAN PUSTAKA
6
7
Tahap kognisi orang dewasa ini sering kali disebut pemikiran post-formal
yang bersifat relatif. Pemikiran post-formal melihat bayangan abu-abu.
Pemikiran tersebut sering kali muncul sebagai respon terhadap peristiwa dan
interaksi membuka cara pandang tidak biasa terhadap sesuatu dan menantang
pandanan sederhana terpolarisasi terhadap dunia. Pemikiran tersebut
memungkinkan orang dewasa melampaui sistem logika tunggal dan
mendamaikan atau memilih diantara beberapa ide yang saling berlawanan.
2.6 Hipotesis
METODE PENELITIAN
11
12
kami mengambil soal dan jawaban yang sudah dikerjakan oleh mereka.
Setelah semua selesai mengerjakan, kami pun mengucapkan terima kasih dan
memberikan reward kepada mereka. Hal tersebut dilakukan kembali dengan
prosedur yang sama kepada kelas 4B2.
atau tidaknya musik pop yang pengaruhnya terhadap konsentrasi belajar yang
diukur dari jumlah banyaknya jumlah jawaban yang benar.
HASIL PENELITIAN
Tests of Normality
15
16
Tests of Normality
Based on trimmed
,081 1 8 ,783
mean
Descriptives
Konsentrasi Belajar
ANOVA
Konsentrasi Belajar
Berdasarkan output diatas, hasil yang didapat terdiri dalam dua tabel
yang terdiri dari tabel 1 yaitu skor deskriptives untuk mengetahui mean dan
standart deviation dari masing-masing kelompok dan tabel 2 yaitu skor test
Anova. Berdasarkan hasil uji Anova didapatkan nilai Sig. sebesar 0,128 (p
>0,05), dapat di simpulkan ada perbedaan yang signifikan pada kelas
eksperimen.
Descriptives
Konsentrasi Belajar
N Mea Std. Std. 95% Confidence Mini Maxi
n Deviati Erro Interval for mum mum
on r Mean
Lower Upper
Bound Bound
Pre-Test
Kelas 5 6,60 1,342 ,600 4,93 8,27 5 8
Kontrol
Post-Test
Kelas 5 5,40 1,817 ,812 3,14 7,66 3 8
Kontrol
Total 10 6,00 1,633 ,516 4,83 7,17 3 8
Tabel 1
19
ANOVA
Konsentrasi Belajar
Berdasarkan output diatas, hasil yang didapat terdiri dalam dua tabel
yang terdiri dari tabel 1 yaitu skor deskriptives untuk mengetahui mean dan
standart deviation dari masing-masing kelompok dan tabel 2 yaitu skor test
Anova. Berdasarkan hasil uji Anova didapatkan nilai Sig. sebesar 0,269 (p
>0,05), dapat di simpulkan ada perbedaan yang signifikan pada kelas kontrol.
Berdasarkan output di atas diperoleh nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0.428 >
0,05, maka dapat disimpulkan ada perbedaan rata-rata konsentrasi belajar
mahasiswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Group Statistics
Kelas N Mean Std. Std. Error
Deviation Mean
Post-Test
5 4,60 1,140 ,510
Konsentrasi eksperimen
Belajar Post-Test
5 5,40 1,817 ,812
Kontrol
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa belajar
dengan menggunakan musik pop tidak berpengaruh terhadap konsentrasi
belajar mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Bhayangkara Jaya. Dalam
pemberian musik menghasilkan skor mean yang berbeda secara signifikan
terhadap konsentrasi belajar. Di mana kelompok eksperimen, yaitu kelompok
yang diberikan musik pop saat belajar memiliki skor terendah dibandingkan
dengan kelompok kontrol, yaitu kelompok yang hanya belajar saja. Sehingga
terdapat perbedaan skor test jika dilihat dari hasil mean dan didukung oleh
hasil komputasi oneway Anova yang menunjukan tidak ada pengaruh yang
signifikan dalam belajar dengan menggunakan musik pop.
5.2 SARAN
21
22
3. Bagi orangtua
Bagi orang tua disarankan untuk bisa mempertimbangkan
penggunaan sarana dan fasilitas yang dapat membantu meningkatkan
konsentrasi belajar ketika anak belajar di rumah.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya agar dapat mengganti jenis musik
selain musik pop, untuk mengetahui jenis musik apakah yang paling
berpengaruh pada konsentrasi belajar pada mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
23
24
Squline, Belajar Sambil Mendengarkan Musik Melatih Kerja Fungsi Otak dalam
Multitasking Sumber https://squline.com/belajar-sambil mendengarka
n-musik-melatih-kerja-fungsi-otak-dalam-multitasking/ (diakses pada
tanggal 25 Maret 2019).
Universitas Psikologi Sumber Artikel: https://www.universitaspsikologi.com
/2018/04/perkembangan-fisik-dan-kognitif-dewasa-awal.html
(Diakses pada tanggal 26 Maret 2019).
LAMPIRAN-LAMPIRAN
25
26
selain itu, teori ini juga terkenal dengan “Trial and Error Learning”. Istilah ini
menunjuk pada panjangnya waktu atau banyaknya jumlah kekeliruan dalam
mencapai suatu tujuan. Apabila kita perhatikan secara seksama dalam
eksperimen Thorndike tadi akan kita dapati 2 hal pokok yang mendorong
timbulnya fenomena belajar.
Pertama, keadaan kucing yang lapar. Seandainya kucing itu kenyang,
sudah tentu tidak akan berusaha keras untuk keluar. Bahkan, barangkali ia
akan tidur saja dalam puzzle box yang mengurungnya. Dengan kata lain, kucing
itu tidak akan menampakkan gejala belajar untuk keluar. Sehubung dengan hal
ini, hampir dapat dipastikan bahwa motivasi (seperti rasa lapar) merupakan
hal yang sangat vital dalam belajar.
Kedua, tersedianya makanan di muka pintu puzzle box, merupakan efek
positif atau memuaskan yang dicapai oleh respon dan kemudian menjadi
dasar timbulnya hukum belajar yang disebut law of effect. Artinya, jika sebuah
respon menghasilkan efek yang memuaskan, hubungan antara stimulus dan
respon akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan
(mengganggu) efek yang dicapai respon, semakin lemah pula hubungan
stimulus dan respon tersebut.
Percobaan yang dilakukan berulang-ulang maka akan terlihat beberapa
perubahan yaitu:
1) Waktu yang diperlukan untuk menyentuh engsel bertambah singkat.
2) Kesalahan-kesalahan (reaksi yang tidak relevan) semakin berkurang
dan malah akhirnya kucing sama sekali tidak berbuat kesalahan lagi,
begitu dimasukkan ke dalam kotak, kucing langsung menyentuh engsel.
Ada pun dari hasil percobaan Thorndike maka dikenal 3 hukum pokok, yaitu:
1. Hukum Latihan (Law oF Exercise) Hukum ini mengandung 2 hal
yaitu:
1) The Law Of Use, yaitu hukum yang menyatakan bahwa
hubungan atau koneksi antara stimulus dan respon akan
menjadi kuat bila sering digunakan. Dengan kata lain bahwa
hubungan antara stimulus dan respon itu akan menjadi kuat
semata-mata karena adanya latihan.
29
2. Hukum Akibat (Law of Effect) Hukum ini juga berisikan 2 hal, yaitu:
1) suatu tindakan/perbuatan yang menghasilkan rasa puas
(menyenangkan) akan cenderung diulang, sebaliknya suatu
tindakan (perbuatan) menghasilkan rasa tidak puas (tidak
menyenangkan) akan cenderung tidak diulang lagi. Hal ini
menunjukkan bagaimana pengaruh hasil perbuatan bagi
perbuatan itu sendiri.
2) Dalam pendidikan, hukum ini diaplikasikan dalam bentuk
hadiah dan hukuman. Hadiah menyebabkan orang cenderung
ingin melakukan lagi perbuatan yang menghasilkan hadiah
tadi, sebaliknya hukuman cenderung menyebabkan seseorang
menghentikan perbuatan, atau tidak mengulangi perbuatan.
Nama :
Nomer :
33
Beri tanda silang (X) pada jawaban yang menurut anda benar!
1. Binatang apa yang digunakan dalam eksperimen dari teori Edward Lee
Thorndike?
a. Kelinci c. Ular
b. Kucing d. Anjing
2. Stimulus apa yang disediakan oleh Thorndike dalam eksperimenya?
a. Roti c. Susu
b. Daging d. Telur
3. Suatu hukum yang menyatakan apabila latihan diulang–ulang maka
hubungan stimulus dan respons akan semakin kuat, hukum tersebut
adalah?
a. The law of use c. The law of disuse
b. The law of effect d. The law of readiness
4. Berikut ini merupakan hukum–hukum belajar dari Thorndike,
kecuali…
a. Hukum kesiapan (the law of readiness)
b. Hukum bawaan atau keturunan
c. Hukum latihan (the law of exercise)
d. Hukum akibat (the law of effect)
5. Thorndike teknenal dengan teorinya yang disebut dengan...
a. Teori Hierarki kebutuhan c. Teori psikologi analisis
b. Teori ego – super ego d. Teori belajar koneksionisme
Jadi bisa dikatakan dalam teori Skinner ini bahwasanya hal terpenting
dalam belajar adalah penguatan, pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan
stimulus dengan respon akan semakin kuat apabila diberi penguatan, Baik
penguatan positif maupun negatif, dimana penguatan positif dapat
meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu sedangkan penguatan
negatif dapat mengakibatkan perilaku berkurang atau menghilang.
Satu cara untuk mengingat perbedaan antara penguat-penguat positif
dan negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan
atau diperoleh. Sedangkan dalam penguat negatif, ada sesuatu yang dikurangi
atau dihilangkan. Agar istilah penguat negatif dan hukumat tidak rancu, ingat
bahwa penguat negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu prilaku,
sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya prilaku (Santrock,
2008).
Keefektifan reinforcement dalam prilaku tergantung pada berbagai
faktor, salah satunya diantaranya adalah frekuensi atau jadwal pemberian
reinforcement. Ada empat macam pemberian jadwal reinforcement, yaitu:
a. Fixed Ratio, yaitu salah satu skedul pemberian reinforcement ketika
reinforcement diberikan setelah sejumlah tingkah laku. Contoh,
seorang guru mengatakan “kalau kalian dapat menyelesaikan sepuluh
soal matematika dengan cepat dan benar, maka kalian boleh pulang
lebih dulu”.
b. Variable Ratio, yaitu sejumlah perilaku yang dibutuhkan untuk
berbagai macam reinforcement dari reinforcement satu ke
reinforcement lain. Jumlah perilaku yang dibutuhkan mungkin sangat
bermacam-macam dan siswa tidak tahu perilaku mana yang akan
direinforcement. Contoh, guru tidak hanya melihat apakah tugas dapat
diselesaikan, tapi juga melihat kemajuankemajuan yang diperoleh pada
tahap-tahap penyelesaian tugas tersebut.
c. Fixed Interval, yang diberikan ketika seseorang menunjukan perilaku
yang diinginkan pada waktu tertentu. Contoh, setiap 30 menit sekali.
d. Variabel Interval, yaitu reinforcement yang diberikan tergantung pada
waktu dan sebuah respon (Baharudin dan Esa, 2008).
42
Nama :
Nomer :
43
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang menurut anda benar!