Anda di halaman 1dari 48

PENELITIAN EKPERIMEN PSIKOLOGI

“PENGARUH MUSIK POP TERHADAP


KONSENTRASI BELAJAR MAHASISWA”

Di susun oleh:

Nama : 1. Maryza Putri Marthen (201610515046)


2. Ramadhan Siregar (201610515075)

Kelas : 6 B2

Dosen : Dr. Netty Merdiaty, MM

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang


Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan
dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah


berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa
disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan


para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah
ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan
kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah
selanjutnya yang lebih baik lagi.

Bekasi, 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 6


2.1 Konsentrasi Belajar ....................................................................................... 6
2.2 Musik POP ......................................................................................................... 7
2.3 Perkembangan Kognitif Mahasiswa ........................................................ 8
2.4 Rumusan Masalah .......................................................................................... 9
2.5 Kerangka Berfikir ........................................................................................... 9
2.6 Hipotesis ............................................................................................................ 9

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 11


3.1 Tipe / Desain Penelitian .............................................................................. 11
3.2 Variabel Penelitian ......................................................................................... 11
3.3 Populasi dan Sampel ..................................................................................... 11
3.4 Alat Ukur ............................................................................................................ 12
3.5 Prosedur dan Pelaksanaan Penelitian .................................................... 12
3.6 Prosedur Eksperimen ................................................................................... 13
3.7 Teknik Analisis ................................................................................................ 13
3.8 Teknik Kontrol ................................................................................................. 14

II
iii

BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................................... 15

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ....................................................... 15


4.2 Hasil Penelitian ............................................................................................... 15

BAB V PENUTUP .......................................................................................................... 21

5.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 21


5.2 Saran .................................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 23

LAMPIRAN ...................................................................................................................... 25
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Menurut REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA (https://trendtek.republika.co.id
/berita/trendtek/sains-trendtek/19/02/19/pn5kfb366-musik-motivasi otak
-untuk-belajar diakses tanggal 27 Maret 2019) - Manusia telah membuat dan
mendengarkan musik serta menari diiringi musik sejak zaman dahulu. Seni ini
dapat dengan mudah menenangkan atau memperkuat emosi. Penelitian baru
menjelaskan apa efek musik di otak dan bagaimana kaitannya dengan proses
kognitif tertentu, khususnya pembelajaran. Dalam sebuah studi baru, temuan
yang menjadi fitur dalam jurnal Proceedings of the National Academy of
Sciences (PNAS), peneliti dari McGill University di Montreal Kanada, telah
menunjukkan dapat menggunakan musik untuk mengaktifkan pusat
penghargaan otak dan memotivasi pembelajaran dalam model prediksi
kesalahan.
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa musik berpengaruh
terhadap manusia secara fisiologis, psikologis, dan spiritual. Musik pun dapat
menenangkan pikiran setiap individu. Pengaruh musik terhadap konsentrasi
belajar disebabkan oleh paling sedikit tujuh faktor, yaitu satu emosi tertentu
yang dibangkitkan oleh jenis musik tertentu, dua preferensi musik siswa, tiga
pengetahuan siswa sebalumnya mengenai topik yang dipelajari, empat teknik
berpikir yang dibutuhkan, lima valume musik, enam karakter musik dan, tujuh
waktu pemutaran musik.
Konsentrasi merupakan hal terpenting dalam kehidupan individu.
Konsentrasi berkaitan dengan usaha individu dalam memfokuskan
perhatiannya terhadap suatu objek, sehingga individu dapat memahami dan
mengerti objek yang diperhatikannya. Konsentrasi belajar adalah sebuah kata
yang sering di dengar, setiap individu pasti berharap dirinya dapat
berkonsentrasi secara maksimal. Kenyataannya tidak semua individu

1
2

memiliki hal tersebut, terkadang beberapa individu mengalami kesulitan


dalam konsentrasi baik yang melibatkan kognitif maupun psikomotorik. Bagi
seorang mahasiswa hal ini merupakan hal yang penting, dikarenakan
mahasiswa dituntut untuk memiliki konsentrasi yang baik.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya,
dalam belajar konsentrasi berarti pemusatan pikiran terhadap suatu mata
pelajaran dengan menyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan
dengan pelajaran. Salah satu yang dapat mempengaruhi motivasi belajar
adalah musik.
Menurut Bandura (dalam Syah, 2009), proses belajar terjadi dalam
urutan tahapan peristiwa yang meliputi, attentional phase (tahap perhatian),
retention phase (tahap penyimpanan dalam ingatan), reproduction phase
(tahap reproduksi), dan motivation phase (tahap motivasi). Proses belajar
dapat terjadi apabila tahap-tahap tersebut diikuti sesuai dengan urutannya.
Dilihat dari aktivitas belajar sehari-hari, mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Bhayangkara Jaya Bekasi, ketika belajar diperoleh gambaran
bahwa tingkat ketahanan konsentrasi mahasiswa psikologi masih terkategori
lemah. Banyak mahasiswa yang kurang memusatkan perhatian atau
mengkonsentrasikan pikiran pada pelajaran yang disampaikan, sehingga
mereka kurang mampu menjawab pertanyaan yang diajukan dosen mengenai
pelajaran yang baru dipelajari, atau mengajukan pertanyaan pada dosen
mengenai bahan pelajaran yang kurang mahasiswa pahami. Mahasiswa malah
sering melakukan aktivitas yang tidak ada hubungannya dengan pembelajaran
seperti memainkan hp, menoleh ke kanan, ke kiri atau belakang, dan sebagian
mahasiswa ada yang terlihat duduk tidak tenang, gelisah, dan keluar masuk
dengan alasan pergi ke toilet. Untuk mengurangi ketergangguan konsentrasi,
perlu diupayakan usaha-usaha untuk meningkatkan daya tahan konsentrasi
atau pemusatan perhatian ketika belajar. Salah satu upaya meningkatkan daya
tahan konsentrasi pada saat belajar adalah dengan cara memperdengarkan
musik yang disukai sebagai musik pengiring belajar.
3

Dalam dunia pendidikan, pengaruh musik terhadap peningkatan


kemampuan akademik sudah cukup lama diyakini, selain dapat berpengaruh
positif terhadap kualitas kehidupan anak juga dapat merangsang keberhasilan
akademik jangka panjang. Karena musik dan ritme membuat individu lebih
mudah mengingat (Deporter, 2010). Penelitian Hasshumaker (dalam
Rahmawati, 2005), menujukkan bahwa musik memiliki kemampuan untuk
memfasilitasi perolehan bahasa, kesiapan membaca dan perkembangan
kecerdasan secara umum.
Musik memiliki bagian-bagian yang identik dengan proses belajar secara
umum, dan memiliki dimensi kreatif. Dalam musik terdapat analogi melalui
persepsi, visual, auditori, antisipasi, induktif-deduktif, memori, konsentrasi,
dan logika. Dalam musik juga dapat dibedakan serta dipelajari cepat-lambat,
tinggi-rendah, keras-lembut yang berguna untuk melatih kepekaan sensori
terhadap stimuli lingkungan. Selain itu, musik juga sebagai alat untuk
meningkatkan dan membantu perkembangan kemampuan pribadi (Djohan,
2009).
Menurut Rentfrow dan Gosling (2007) terdapat 14 jenis musik yaitu
alternative, blues, klasik, country, elektronik dansa, folk, heavy metal, rap hip
hop, jazz, pop, religious, rock, soul funk, dan soundtrack. Musik yang biasa
didengarkan oleh setiap individu Indonesia adalah musik pop, musik jazz,
musik K-pop, musik dangdut (musik melayu) ataupun musik rock. Musik pop
sangat berkembang di Indonesia khususnya di kalangan usia muda. Sepuluh
video musik yang paling banyak dilihat di Youtube selama tahun 2012 adalah
video musik pop (Deliusno, 2012). Data ini salah satu yang membuktikan
bahwa musik pop sangat mudah diterima oleh masyarakat di semua kalangan
usia daripada musik klasik.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin melakukan uji coba, yaitu
memperdengarkan musik pada mahasiswa Universitas Bhayangkara pada
saat proses pembelajaran berlangsung. Dengan jenis musik pop disetiap
observasi setelah perlakuan, dengan harapan dapat lebih meningkatkan
konsentrasi belajar mahasiswa dan hasil belajarnya. Serta dapat tercipta
pembelajaran yang terasa nyaman seperti halnya saat mahasiswa belajar di
4

rumahnya. Sehingga peneliti mengusulkan penelitian dengan judul “Pengaruh


Musik Pop Terhadap Konsentrasi Belajar Mahasiswa”.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang, masalah yang dibahas dalam penelitian ini
yaitu: “Apakah penggunaan musik pop mempengaruhi konsentrasi belajar
pada mahasiswa Universitas Bhayangkara Bekasi?”

1.3 TUJUAN PENELITIAN


 Untuk mengetahui dan membuktikan apakah terdapat pengaruh
penggunaan musik pop dengan konsentrasi belajar pada mahasiswa
Universitas Bhayangkara Bekasi.
 Untuk mengetahui bagaimana cara yang tepat dalam meningkatkan
kualitas konsentrasi pada mahasiswa, hal ini dilihat dari penggunaan dan
pengaruh musik pop yang diberikan kepada mahasiswa Universitas
Bhayangkara Bekasi.

1.4 MANFAAT PENELITIAN


Keberhasilan penelitian ini akan memberi manfaat baik secara teoritis
maupun praktis.
1. Secara teoritis dapat menambah ilmu pengetahuan, yaitu tentang
pengaruh musik terhadap konsentrasi pada mahasiswa Universitas
Bhayangkara Bekasi, sehingga dikemudian hari dapat memunculkan
penelitian-penelitian serupa serta mengembangkannya agar dapat
melengkapi penelitian ini.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini bermanfaat bagi Fakultas Psikologi
dan lembaga pendidikan lainnya, mahasiswa dan orangtua.
a. Bagi Fakultas Psikologi dan lembaga pendidikan lainnya, hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar dalam
mempergunakan musik pop sebagai salah satu media pendidikan
yang dapat meningkatkan konsentrasi mahasiswa dalam belajar.
5

b. Bagi mahasiswa, hasil penelitian ini dapat digunakan


sebagai salah satu cara untuk meningkatkan konsentrasi
dalam belajar dengan mendengarkan musik pop.
c. Bagi orangtua, hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar
untuk memanfaatkan musik sebagai sarana belajar bagi
anak-anaknya di rumah.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSENTRASI BELAJAR


2.1.1 Definisi Konsentrasi Belajar
Konsentrasi belajar berasal dari dua kata, yaitu konsentrasi dan belajar.
Slameto (2003) mengartikan konsentrasi sebagai “pemusatan pikiran
terhadap suatu hal dengan mengesampingkan semua hal lainnya yang tidak
berhubungan.” Menurut Siswanto (2007) konsentrasi yaitu kemampuan
untuk memusatkan perhatian secara penuh pada persoalan yang sedang
dihadapi.
Menurut Gates, belajar adalah perubahan tingkah laku melalui
pengalaman dan latihan. Sedangkan menurut Morgan, belajar adalah
perubahan tingkah laku yang relative tetap yang merupakan hasil pengalaman
yang lalu.
Menurut Slameto (2003) konsentrasi belajar adalah pemusatan
perhatian dalam pelajaran. Ciri-ciri siswa yang dapat berkonsentrasi belajar
tampak pada perhatiannya yang terfokus pada hal yang diterangkan guru atau
pelajaran yang sedang dipelajari.
Menurut Dimyati dan Mudjiono, “Konsentrasi belajar merupakan
kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian
tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya.”
Dari definisi-definisi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
konsentrasi belajar adalah pemusatan perhatian dalam proses perubahan
tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan
penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan
kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi.

6
7

2.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konsentrasi Belajar


Dalam memahami konsentrasi belajar, terdapat faktor pendukung yang
mempengaruhi konsentrasi belajar, faktor tersebut berasal dari faktor
internal dan faktor eksternal.
Faktor-faktor pendukung konsentrasi belajar seorang siswa dipengaruhi
oleh 2 faktor yakni:
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah sesuatu hal yang berada dalam diri seseorang.
Beberapa factor internal pendukung konsestrasi belajar, yaitu kondisi badan
di atas normal atau fit akan lebih menunjang konsentrasi, cukup tidur dan
istirahat, cukup makan dan minum, seluruh panca indera berfungsi dengan
baik, detak jantung normal. Detak jantung ini mempengaruhi ketenangan dan
sangat mempengaruhi konsentrasi efektif.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal berarti hal-hal yang berada di luar diri seseorang atau
dapat dikatakan hal-hal yang berada di sekitar lingkungan. Beberapa factor
eksternal yang mempengaruhi belajar, yaitu faktor lingkungan, penerangan
harus cukup agar tidak mengganggu penglihatan, orang-orang di sekitar harus
mendukung suasana tenang apalagi lingkungan tersebut merupakan
lingkungan belajar.

2.2 MUSIK POP


2.2.1 Definisi Musik Pop
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) musik pop adalah musik
dengan irama yang sederhana sehingga mudah dikenal dan disukai oleh orang
umum. Shuker (2005) juga mendefinisikan musik pop sebagai musik yang
mudah diperoleh, berorientasi pada komersil, menekankan pada chorus atau
ulangan lagu yang mengesankan, dan lirik yang menyenangkan dengan tema
romantik. Musik klasik memiliki perangkat musik yang beraneka ragam,
sehingga di dalamnya terangkum warna warni suara yang rentang variasinya
sangat luas. Dengan kata lain, variasi pada musik klasik jauh lebih kaya
daripada variasi bunyi musik lainnya.
8

2.2.2 Fungsi Musik


Menurut Levinson (1990) bahwa musik mampu menyatakan
kebenarannya secara langsung seperti pada musik absolut (lawan dari musik
program) karena tidak terkait dengan ide-ide di luar aspek musikalnya sendiri.
Menurut Taylor, bahwa mendengarkan musik instrumental
menggunakan bagian otak yang berbeda dengan bagian otak yang digunakan
saat membaca buku. Kegiatan membaca buku sambil mendengarkan musik
tidak menganggu. Namun sesuaikan dan pilih jenis musik yang individu
dengarkan, seperti musik instrumental. Sehingga pemahaman setiap individu
terhadap materi bacaan tidak terganggu dengan kegiatan mendengarkan
musik.

2.2.3 Efek Psikologis Musik


Diakses dari Squline menurut Psikolog Klinis Dr. Emma (2018), bahwa
mendengarkan musik sambil belajar dapat meningkatkan efektifitas belajar.
Dr. Emma bersama dengan Spotify, sebuah perusahaan layanan musik digital,
melakukan penelitian terhadap pelajar-pelajar yang mendengarkan musik
saat belajar.
Menurut penelitian tersebut bahwa mendengarkan musik pop dan rock
yang mengunggah emosi dapat menimbulkan rasa senang serta menambah
kemampuan artistik. Selain itu, membaca buku sambil mendengarkan musik
merupakan salah satu kegiatan multitasking. Dengan melakukan dua kegiatan
yang berbeda secara bersamaan, melatih otak setiap individu untuk
berkonsentrasi terhadap hal-hal yang memiliki fokus yang berbeda.

2.3 Perkembangan Kognitif Mahasiswa


Mahasiswa berusia kisaran 18-24 tahun. Menurut Piaget (dalam Papalia
et al., 2009), umur 18 hingga 24 tahun masuk kedalam tahap emerging
adulhood. Dalam tahap ini individu mampu berfikir abstrak dan dapat
menganalisis masalah secara ilmiah dan kemudian menyelesaikan masalah.
Individu mengalami pergeseran ke pemikiran post-formal. Pemikiran pada
masa dewasa cenderung tampak fleksibel, terbuka, adaptif, dan individualistis.
9

Tahap kognisi orang dewasa ini sering kali disebut pemikiran post-formal
yang bersifat relatif. Pemikiran post-formal melihat bayangan abu-abu.
Pemikiran tersebut sering kali muncul sebagai respon terhadap peristiwa dan
interaksi membuka cara pandang tidak biasa terhadap sesuatu dan menantang
pandanan sederhana terpolarisasi terhadap dunia. Pemikiran tersebut
memungkinkan orang dewasa melampaui sistem logika tunggal dan
mendamaikan atau memilih diantara beberapa ide yang saling berlawanan.

2.4 Rumusan Masalah


2.4.1 Masalah Konseptual
Masalah konseptual dalam penelitian ini adalah apakah mahasiswa
diberi musik saat belajar memiliki konsentrasi yang lebih baik dibandingkan
dengan mahasiswa yang belajar tidak diberikan musik?

2.4.2 Masalah Operasional


Masalah operasional dalam penelitian ini adalah apakah kelompok
mahasiswa yang diberi musik saat belajar memiliki skor konsentrasi yang
lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa yang belajar tidak diberikan
musik?

2.5 Kerangka Pemikiran


Variabel X Variabel Y
Mendengarkan Konsentrasi
Musik Pop Belajar

Variabel bebas adalah mendengarkan musik pop. Variabel terikat adalah


konsentrasi belajar.
10

2.6 Hipotesis

2.5.1 Hipotesis Alternatif


Terdapat pengaruh yang signifikan antara pemberian musik terhadap
konsentrasi belajar dibanding dengan konsentrasi belajar yang tidak
diberikan musik.

2.5.2 Hipotesis Null


Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pemberian musik
terhadap konsentrasi belajar mahasiswa dengan mahasiswa yang tidak
diberikan musik saat belajar.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 TIPE / DESAIN PENELITIAN


Penelitian ini menggunakan metode eksperimen murni (true
experimental design), yaitu desain penelitian yang melakukan pengendalian
secara ketat variabel-variabel yang tidak dikehendaki pengaruhnya terhadap
variabel terikat, penentuan sampel dilakukan dengan randomisasi, dan
menggunakan kelompok kontrol sebagai pembanding kelompok perlakuan
(Latipun, 2004). Sehingga desain eksperimen ini dijadikan sebagai desain
penelitian yang paling ideal untuk mempelajari mekanisme hubungan sebab
akibat karena hampir semua sumber invaliditas dapat dikontrol dengan baik
(Latipun, 2004).

3.2 VARIABEL PENELITIAN


Variabel merupakan karakteristik atau kondisi yang berubah atau nilai
yang berbeda untuk individu yang berbeda (Gravetter dan Forzano, 2009).
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan
variabel terikat. Adapun yang menjadi kedua variabel tersebut yaitu,
pemberian musik sebagai variabel bebas dan konsentrasi belajar sebagai
variabel terikat. Dalam penelitian ini, terdapat 2 variasi pada variabel bebas,
yaitu pemberian musik saat belajar dan hanya belajar saja. Pemberian musik
tersebut kemudian dikaitkan dengan konsentrasi belajar yang merupakan
variable terikat.

3.3 POPULASI DAN SAMPEL


Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010).

11
12

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas


Bhayangkara Jaya angkatan 2017 yang terdiri dari 1 kelas sore.
Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu
untuk diteliti (Riduwan, 2012). Sampel yang diambil pada penelitian
eksperimental peneliti adalah 10 mahasiswa yang dibagi secara random dalam
dua kelompok, yaiu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dengan
jumlah subjek pada masing-masing kelompok adalah 5 subjek dari populasi
mahasiswa Fakultas Psikologi Bhayangkara Jaya angkatan 2017 kelas sore.

3.4 ALAT UKUR


Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini merupakan membaca
setiap materi dalam waktu 5 menit lalu menyelesaikan soal pada lembar
jawaban selama 5 menit. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005)
bahwa membaca adalah mengeja atau melafalkan apa yang tertulis. Membaca
menurut Kridalaksana dalam Rachmawati (2007) bahwa membaca adalah
keterampilan mengenal dan memahami tulisan dalam bentuk urutan
lambang-lambang grafis dan perubahannya menjadi wicara bermakna dalam
bentuk pemahaman diam-diam atau pengujaran keras-keras.
Dengan demikian derajat kesulitan item semakin lama semakin
meningkat. Pada kelompok eksperimen peneliti memberikan soal dan musik,
sedangkan kelompok kontrol hanya mendapatkan soal saja. Skoring dilakukan
berdasarkan banyaknya jawaban yang benar.

3.5 PROSEDUR DAN PELAKSANAAN PENELITIAN


Penelitian dilakukan di Universitas Bhayangkara Jaya. Sampel penelitian
merupakan mahasiswa kelas sore dari universitas tersebut, dimana terdapat
1 kelas, yaitu 4B2. Penelitian eksperimental ini dilaksanakan pukul 18:00.
Sebelum penelitian dimulai, semua partisipan diberi informed consent
bahwa mereka akan diminta untuk membaca materi yang peneliti berikan dan
mengerjakan soal yang diberikan sebanyak 10 pertanyaan berupa pilihan
ganda yang terdiri dari teori kepribadian Thorndike dan Skinner. Mahasiswa
yang sudah selesai mengerjakan soal diminta untuk mengangkat tangan lalu
13

kami mengambil soal dan jawaban yang sudah dikerjakan oleh mereka.
Setelah semua selesai mengerjakan, kami pun mengucapkan terima kasih dan
memberikan reward kepada mereka. Hal tersebut dilakukan kembali dengan
prosedur yang sama kepada kelas 4B2.

3.6 PROSEDUR EKSPERIMEN


Manipulasi yang dilakukan terdiri dari 2 jenis, yaitu belajar menggukan
musik dan belajar tidak menggunakan musik. 5 mahasiswa kelas 4B2
diperdengarkan musik ketika sedang belajar, sedangkan 5 mahasiswa lainnya
hanya belajar saja. Pembagian tersebut dilakukan dengan randomisasi.
Sebelum soal dibagikan, kami memberikan instruksi bahwa soal tersebut
adalah soal mengenai teori dari para ahli psikologi. Waktu membaca soal ini
maksimal 5 menit, setelah membaca soal diminta untuk menjawab soal
dengan maksimal pengerjaan 5 menit. Jika ada yang sudah selesai
mengerjakan sebelum batas waktunya habis, diminta untuk mengangkat
tangan dan kami yang akan mengambil soal beserta jawaban tersebut. Setelah
itu mereka akan diberikan kesempatan untuk bertanya apabila ada instruksi
dari kami yang kurang jelas. Jika sudah tidak ada pertanyaan, soal pun
dibagikan kepada setiap mahasiswa. Setelah soal dibagikan, mereka diminta
untuk membaca soal tersebut. Setelah waktu memaca selesai, kami akan
mengambil lembar soal bacaan tersebut lalu membagikan lembar jawab soal
ke mahasiswa, mereka diminta untuk mengisi nama, kelas, dan npm pada
lembar jawab soal lalu menuliskan kembali apa yangn telah mereka baca.
Setelah semua anak selesai mengerjakan dan semua lembar jawab soal telah
dikumpulkan, kami pun mengucapkan terima kasih dan memberikan reward
kepada mereka.

3.7 TEKNIK ANALISIS


Untuk mengetahui pengaruh pemberian musik pop pada konsentrasi
terhadap konsentrasi belajar dan menjawab soal, peneliti menggunakan
teknik analysis of variance (ANOVA) one way dan Lilliefors. Teknik analisa ini
digunakan karena dalam penelitian ini terdapat beberapa variasi diberikan
14

atau tidaknya musik pop yang pengaruhnya terhadap konsentrasi belajar yang
diukur dari jumlah banyaknya jumlah jawaban yang benar.

3.8 TEKNIK KONTROL


Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa cara untuk
mengontrol di antaranya :
 Panjang dan jenis bacaan: diberikan kepada dua kelompok jenis soal dan
jenis bacaan yang sama.
 IQ: kami menggunakan teknik randomisasi tanpa adminustrasi tes untuk
melihat hasil IQ.
 Usia: kami membatasi hanya untuk 18 – 24 tahun.
 Status: kami memilih partisipan yang kuliah sambil bekerja.
 Suhu ruangan: dimana di setiap kelas terdapat AC (air conditioner) yang
bersuhu sama.
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN


Subjek penelitian yang dipilih oleh penelitian ini adalah mahasiswa kelas
4 B2 dari Fakultas Psikologi Bhayangkara Jaya. Melalui Universitas tersebut,
peneliti mengambil data sebanyak 10 subjek yang di bagi menjadi dua
kelompok, di mana dalam setiap kelompok terdiri dari 5 subjek. Dengan
demikian, besar sampel dalam penelitian ini adalah 10 subjek. Kisaran usia
mahasiswa yang menjadi subjek penelitian kami yaitu antara 18-24 tahun.

4.2 HASIL PENELITIAN


4.2.1 Uji Normalitas
1. Test Normalitas Kelompok Eksperimen

Tests of Normality

Kelas Kolmogorov- Shapiro-Wilk


Smirnova
Statis df Sig. Statis df Sig.
tic tic
Pre-Test
,372 5 ,022 ,828 5 ,135
Konsentrasi Eksperimen
Belajar Post-Test
,237 5 ,200* ,961 5 ,814
Eksperimen
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan output SPSS di atas diketahui nilai signifikansi (Sig.) untuk


data Pre-Test kelas eksperimen dan Post-Test kelas eksperimen pada uji
Shapiro-Wilk >0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data penelitian
berdistribusi normal.

15
16

2. Test Normalitas Kelompok Kontrol

Tests of Normality

Kelas Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk


Statist Df Sig. Statist df Sig.
ic ic
Pre-Test
,273 5 ,200* ,852 5 ,201
Konsentrasi Kontrol
Belajar Post-Test
,213 5 ,200* ,963 5 ,826
Kontrol
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan output SPSS di atas diketahui nilai signifikansi (Sig.) untuk


data Pre-Test kelas kontrol dan Post-Test kelas kontrol pada uji Shapiro-Wilk
>0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data penelitian berdistribusi normal.

4.2.2 Uji Homoge


1. Tes Homogenitas Kelompok Eksperimen
Test of Homogeneity of Variance

Levene df1 df2 Sig.


Statistic

Based on Mean ,145 1 8 ,713


Based on Median ,133 1 8 ,724
Based on Median
Konsentrasi
and with adjusted ,133 1 7,965 ,725
Belajar
df
Based on trimmed
,171 1 8 ,690
mean

Berdasarkan output di atas diketahui nilai signifikansi (Sig.) base on


mean adalah sebesar 0,713 > 0.05, sehingga dapat di simpulkan bahwa varians
kelompok Pre-Test dan Post-Test kelas eksperimen adalah sama atau
homogen.
17

2. Tes Homogenitas Kelompok Kontrol

Test of Homogeneity of Variance

Levene df1 df2 Sig.


Statistic

Based on Mean ,086 1 8 ,776

Based on Median ,074 1 8 ,792

Konsentrasi Based on Median


Belajar and with adjusted ,074 1 7,496 ,793
df

Based on trimmed
,081 1 8 ,783
mean

Berdasarkan output di atas diketahui nilai signifikansi (Sig.) base on


mean adalah sebesar 0,776 > 0.05, sehingga dapat di simpulkan bahwa varians
kelompok Pre-Test dan Post-Test kelas Kontrol adalah sama atau homogen.

4.2.3 Uji Oneway Anova


1. Test Deskriptif Kelompok Eksperimen

Descriptives
Konsentrasi Belajar

N Mea Std. Std. 95% Confidence Mini Maxi


n Deviati Error Interval for Mean mum mum
on Lower Upper
Bound Bound
Pre-Test Kelas
5 5,80 1,095 ,490 4,44 7,16 4 7
Eksperimen
Post-Test
Kelas 5 4,60 1,140 ,510 3,18 6,02 3 6
Eksperimen
Total 10 5,20 1,229 ,389 4,32 6,08 3 7
Tabel 1
18

ANOVA
Konsentrasi Belajar

Sum of Df Mean F Sig.


Squares Square
Between
3,600 1 3,600 2,880 ,128
Groups
Within Groups 10,000 8 1,250
Total 13,600 9
Tabel 2

Berdasarkan output diatas, hasil yang didapat terdiri dalam dua tabel
yang terdiri dari tabel 1 yaitu skor deskriptives untuk mengetahui mean dan
standart deviation dari masing-masing kelompok dan tabel 2 yaitu skor test
Anova. Berdasarkan hasil uji Anova didapatkan nilai Sig. sebesar 0,128 (p
>0,05), dapat di simpulkan ada perbedaan yang signifikan pada kelas
eksperimen.

2. Test Deskriptif Kelompok Kontrol

Descriptives
Konsentrasi Belajar
N Mea Std. Std. 95% Confidence Mini Maxi
n Deviati Erro Interval for mum mum
on r Mean
Lower Upper
Bound Bound
Pre-Test
Kelas 5 6,60 1,342 ,600 4,93 8,27 5 8
Kontrol
Post-Test
Kelas 5 5,40 1,817 ,812 3,14 7,66 3 8
Kontrol
Total 10 6,00 1,633 ,516 4,83 7,17 3 8
Tabel 1
19

ANOVA
Konsentrasi Belajar

Sum of df Mean F Sig.


Squares Square
Between
3,600 1 3,600 1,412 ,269
Groups
Within Groups 20,400 8 2,550
Total 24,000 9
Tabel 2

Berdasarkan output diatas, hasil yang didapat terdiri dalam dua tabel
yang terdiri dari tabel 1 yaitu skor deskriptives untuk mengetahui mean dan
standart deviation dari masing-masing kelompok dan tabel 2 yaitu skor test
Anova. Berdasarkan hasil uji Anova didapatkan nilai Sig. sebesar 0,269 (p
>0,05), dapat di simpulkan ada perbedaan yang signifikan pada kelas kontrol.

4.2.4 Uji Independent T-Test

Independent Samples Test


Levene's t-test for Equality of Means
Test for
Equality
of
Variances
F Sig. t df Sig. (2- Mea Std. 95%
tailed) n Error Confidence
Diffe Differ Interval of the
renc ence Difference
e Lower Upper
Equal
variances ,505 ,497 -,834 8 ,428 -,800 ,959 -3,012 1,412
Konsentr assumed
asi Equal
Belajar variances
-,834 6,728 ,433 -,800 ,959 -3,087 1,487
not
assumed
20

Berdasarkan output di atas diperoleh nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0.428 >
0,05, maka dapat disimpulkan ada perbedaan rata-rata konsentrasi belajar
mahasiswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Group Statistics
Kelas N Mean Std. Std. Error
Deviation Mean
Post-Test
5 4,60 1,140 ,510
Konsentrasi eksperimen
Belajar Post-Test
5 5,40 1,817 ,812
Kontrol

Berdasarkan output di atas dapat terlihat perbedaan antara Pos-Test


kelompok eksperimen dengan Post-Test kelompok kontrol dari data mean,
dimana konsentrasi belajar mahasiswa pada kelas eksperimen memiliki nilai
rata-rata 4,60, sedangkan pada kelas kontrol memiliki nilai rata-rata 5,40,
maka dapat disimpulkan pembelajaran menggunakan musik pop tidak
terdapat pengaruh yang signifikan yang di artikan HA ditolak dan HO diterima,
sehingga kesimpulan yang didapat adalah tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara konsentrasi belajar dengan mendengarkan musik pop, di
mana nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih rendah dibandingkan dengan
nilai rata-rata kelompok kontrol.
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa belajar
dengan menggunakan musik pop tidak berpengaruh terhadap konsentrasi
belajar mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Bhayangkara Jaya. Dalam
pemberian musik menghasilkan skor mean yang berbeda secara signifikan
terhadap konsentrasi belajar. Di mana kelompok eksperimen, yaitu kelompok
yang diberikan musik pop saat belajar memiliki skor terendah dibandingkan
dengan kelompok kontrol, yaitu kelompok yang hanya belajar saja. Sehingga
terdapat perbedaan skor test jika dilihat dari hasil mean dan didukung oleh
hasil komputasi oneway Anova yang menunjukan tidak ada pengaruh yang
signifikan dalam belajar dengan menggunakan musik pop.

5.2 SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang ingin peneliti sampaikan yaitu


sebagai berikut:
1. Bagi Fakultas Psikologi dan lembaga pendidikan lainnya
Fakultas Psikologi dan lembaga pendidikan lainnya disarankan
untuk mempertimbangkan hasil penelitian ini ketika mempergunakan
musik pop sebagai salah satu media pendidikan, yang dapat bermanfaat
untuk meningkatkan konsentrasi dalam belajar.
2. Bagi mahasiswa
Bagi mahasiswa yang terbiasa belajar sambil diiringi musik pop,
disarankan untuk menguranginya agar konsentrasi belajar tidak
menurun.

21
22

3. Bagi orangtua
Bagi orang tua disarankan untuk bisa mempertimbangkan
penggunaan sarana dan fasilitas yang dapat membantu meningkatkan
konsentrasi belajar ketika anak belajar di rumah.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya agar dapat mengganti jenis musik
selain musik pop, untuk mengetahui jenis musik apakah yang paling
berpengaruh pada konsentrasi belajar pada mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA

REPLUBLIKA.CO.ID, https://trendtek. republika.co. id/ berita/trendtek/


sains-trendtek/19/02/19/pn5kfb366-musik-motivasi-otak-untuk-
belajar (diakses tanggal 27 Maret 2019).

NEWS WARTA PUBLIK https://newswartapublik.com/ini-manfaat-


musik-untuk-kecerdasan-anak/ (diakses tanggal 27 Maret 2019).
Salim, Danny (2010) Pengaruh Musik Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa
Kelas 2 SMUK 1 Salatiga (http://repository.uksw.edu/bitstream/
123456789/530/2/ART_Danny%20Salim_Pengaruh%20musik%20ter
hadap%20konsentrasi_Full%20text.pdf diakses pada tanggal 9 april
2019).
Sari, Ayu Paramita & Grashinta, Aully. 2015. Pengaruh Jenis Music
Terhadap Performa Kognitif Yang Menuntut Ingatan Jangka Pendek Pada
Anak-anak Usia 7-11 Tahun. Jurnal. Fakultas Psikologi Universitas
Pancasila. http://jpu.k-pin.org/index.php/jpu/article/ view/39/35. 22
Maret 2019.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.
Jakarta: Rineka Cipta.
Siswanto, Kesehatan Mental; Konsep, Cakupan, dan Perkembangannya,
(Yogyakarta : Penerbit ANDI, 2007), 65.
Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2013), 226.
Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo & Pustaka Belajar Jogjakarta), 33.
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : Rineka Cipta,
2009), 239.
Sunawan, Diagnosa Kesulitan Belajar, (Semarang : UNNES, 2009), 14-18.

23
24

Squline, Belajar Sambil Mendengarkan Musik Melatih Kerja Fungsi Otak dalam
Multitasking Sumber https://squline.com/belajar-sambil mendengarka
n-musik-melatih-kerja-fungsi-otak-dalam-multitasking/ (diakses pada
tanggal 25 Maret 2019).
Universitas Psikologi Sumber Artikel: https://www.universitaspsikologi.com
/2018/04/perkembangan-fisik-dan-kognitif-dewasa-awal.html
(Diakses pada tanggal 26 Maret 2019).
LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. Materi Bacaan Pre-Test


B. Soal Pilihan Ganda Pre-Test
C. Materi Bacaan Post-Test
D. Soal Pilihan Ganda Post-Test
E. Hasil Coding Penelitian

25
26

A. MATERI BACAAN PRE-TEST


Teori Belajar Thorndike
Pada mulanya, pendidikan dan pengajaran di amerika serikat di
dominasi oleh pengaruh dari Thorndike (1874-1949) teori belajar Thorndike
di sebut “ Connectionism” karena belajar merupakan proses pembentukan
koneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Teori ini sering juga disebut
“Trial and error” dalam rangka menilai respon yang terdapat bagi stimulus
tertentu. Thorndike mendasarkan teorinya atas hasil-hasil penelitiannya
terhadap tingkah laku beberapa binatang antara lain kucing, dan tingkah laku
anak-anak dan orang dewasa.
Teori koneksionisme adalah teori yang ditemukan dan dikembangkan
oleh Thorndike berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1890-an.
Eksperimen ini menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk
mengetahui fenomena belajar.
Seekor kucing yang lapar ditempatkan dalam sangkar berbentuk kotak
berjeruji yang dilengkapi dengan peralatan, seperti pengungkit, gerendel
pintu, dan tali yang menghubungkan pengungkit dengan gerendel tersebut.
Peralatan ini ditata sedemikian rupa sehingga memungkinkan kucing tersebut
memperoleh makanan yang tersedia di depan sangkar tadi.
Keadaan bagian dalam sangkar yang disebut puzzle box (teka-teki) itu
merupakan situasi stimulus yang merangsang kecil untuk bereaksi
melepaskan diri dan memperoleh makanan yang ada di muka pintu. Mula-
mula kucing tersebut mengeong, mencakardan berlari-larian, namun gagal
membuka pintu untuk memperoleh makanan yang ada di depannya. Akhirnya,
entah bagaimana, secara kebetulan kucing itu berhasil menekan pengungkit
dan terbukalah pintu sangkar tersebut. Eksperimen puzzle box ini kemudian
terkenal dengan nama instrumental conditioning. Artinya, tingkah laku yang
dipelajari berfungsi sebagai instrumental (penolong) untuk mencapai hasil
atau ganjaran yang dikehendaki.
Berdasarkan eksperimen di atas, Thorndike berkesimpulan bahwa
belajar adalah hubungan antara stimulus dan respon. Itulah sebabnya teori
koneksionisme juga disebut “S-R Bond Theory” dan “S-R Psycology of learning”
27

selain itu, teori ini juga terkenal dengan “Trial and Error Learning”. Istilah ini
menunjuk pada panjangnya waktu atau banyaknya jumlah kekeliruan dalam
mencapai suatu tujuan. Apabila kita perhatikan secara seksama dalam
eksperimen Thorndike tadi akan kita dapati 2 hal pokok yang mendorong
timbulnya fenomena belajar.
Pertama, keadaan kucing yang lapar. Seandainya kucing itu kenyang,
sudah tentu tidak akan berusaha keras untuk keluar. Bahkan, barangkali ia
akan tidur saja dalam puzzle box yang mengurungnya. Dengan kata lain, kucing
itu tidak akan menampakkan gejala belajar untuk keluar. Sehubung dengan hal
ini, hampir dapat dipastikan bahwa motivasi (seperti rasa lapar) merupakan
hal yang sangat vital dalam belajar.
Kedua, tersedianya makanan di muka pintu puzzle box, merupakan efek
positif atau memuaskan yang dicapai oleh respon dan kemudian menjadi
dasar timbulnya hukum belajar yang disebut law of effect. Artinya, jika sebuah
respon menghasilkan efek yang memuaskan, hubungan antara stimulus dan
respon akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan
(mengganggu) efek yang dicapai respon, semakin lemah pula hubungan
stimulus dan respon tersebut.
Percobaan yang dilakukan berulang-ulang maka akan terlihat beberapa
perubahan yaitu:
1) Waktu yang diperlukan untuk menyentuh engsel bertambah singkat.
2) Kesalahan-kesalahan (reaksi yang tidak relevan) semakin berkurang
dan malah akhirnya kucing sama sekali tidak berbuat kesalahan lagi,
begitu dimasukkan ke dalam kotak, kucing langsung menyentuh engsel.

Teori belajar yang dekemukakan Thorndike disebut dengan


teori Connectionism atau dapat juga di sebut Trial and Error Learning. Ciri-ciri
Belajar dengan Trial and error adalah:
1. Ada motif pendorong aktivitas
2. Ada berbagai respon terhadap situasi
3. Ada eliminasi respon-respon yang gagal atau salah
4. Ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan
28

Hukum-hukum yang digunakan Thorndike adalah hukum latihan dan


hukum efek.
Menurut Thorndike praktik pendidikan harus dipelajari searah ilmiah.
Praktek pendidikan harus dihubungkan dengan proses belajar. Menurutnya
mengajar yang baik adalah tahu apa yang hendak diajarkan, artinya tahu
materi apa yang akan diberikan, respon apa yang akan diharapkan dan kapan
harus memberi hadiah/ reward.
Ada beberapa aturan yang di buat Thorndike berkenaan dengan
pengajaran, yaitu:
1) perhatikan situasi murid
2) perhatikan respon apa yang diharapkan dari respon tersebut
3) ciptakan hubungan respon tersebut dengan sengaja, jangan
mengharapkan hubungan terjadi dengan sendirinya
4) situasi-situasi lain yang sama jangan diindahkan sekiranya dapat
memutuskan hubungan tersebut.
5) Bila hendak menciptakan hubungan tertentu jangan membuat
hubungan-hubungan lain yang sejenis
6) buat hubungan tersebut sedemikian rupa hingga dapat perbuatan
nyata
7) ciptakan suasana belajar sedemikian rupa sehingga dapat digunakan
dalam kehidupan sehari-hari

Ada pun dari hasil percobaan Thorndike maka dikenal 3 hukum pokok, yaitu:
1. Hukum Latihan (Law oF Exercise) Hukum ini mengandung 2 hal
yaitu:
1) The Law Of Use, yaitu hukum yang menyatakan bahwa
hubungan atau koneksi antara stimulus dan respon akan
menjadi kuat bila sering digunakan. Dengan kata lain bahwa
hubungan antara stimulus dan respon itu akan menjadi kuat
semata-mata karena adanya latihan.
29

2) The Law of Disuse, yaitu suatu hukum yang menyatakan bahwa


hubungan atau koneksi antara stimulus dan respon akan
menjadi lemah bila tidak ada latihan.
Prinsip ini menunjukkan bahwa ulangan merupakan hak
yang pertama dalam belajar. Makin sering suatu pelajaran yang
diulang makin mantaplah bahan pelajaran tersebut dalam diri
siswa. Pada prakteknya tentu diperlukan berbagai variasi,
bukan ulangan sembarang ulangan. Pengaturan waktu
distribusi frekuensi ulangan dapat menentukan hasil belajar.

2. Hukum Akibat (Law of Effect) Hukum ini juga berisikan 2 hal, yaitu:
1) suatu tindakan/perbuatan yang menghasilkan rasa puas
(menyenangkan) akan cenderung diulang, sebaliknya suatu
tindakan (perbuatan) menghasilkan rasa tidak puas (tidak
menyenangkan) akan cenderung tidak diulang lagi. Hal ini
menunjukkan bagaimana pengaruh hasil perbuatan bagi
perbuatan itu sendiri.
2) Dalam pendidikan, hukum ini diaplikasikan dalam bentuk
hadiah dan hukuman. Hadiah menyebabkan orang cenderung
ingin melakukan lagi perbuatan yang menghasilkan hadiah
tadi, sebaliknya hukuman cenderung menyebabkan seseorang
menghentikan perbuatan, atau tidak mengulangi perbuatan.

3. Hukum Kesiapan (The law of readiness) Hukum ini menjelaskan


tentang kesiapan individu dalam melakukan sesuatu. Yang
dimaksud dengan kesiapan adalah kecenderungan untuk
bertindak. Agar proses belajar mencapai hasil yang sebaik-
baiknya, maka diperlukan adanya kesiapan organisme yang
bersangkutan untuk melakukan belajar tersebut. Ada 3 keadaan
yang menunjukkan berlakunya hukum ini. Yaitu:
30

1) Bila pada organisme adanya kesiapan untuk bertindak atau


berprilaku, dan bila organisme itu dapat melakukan kesiapan
tersebut, maka organisme akan mengalami kepuasan.
2) Bila pada organisme ada kesiapan organisme untuk bertindak
atau berperilaku, dan organisme tersebut tidak dapat
melaksanakan kesiapan tersebut , maka organisme akan
mengalami kekecewaan.
3) Bila pada organisme tidak ada persiapan untuk bertindak dan
organisme itu dipaksa untuk melakukannya maka hal tersebut
akan menimbulkan keadaan yang tidak memuaskan.

Di samping hukum-hukum belajar seperti yang telah dikemukakan di


atas, konsep penting dari teori belajar koneksionisme Thorndike adalah yang
dinamakan Transfer of Training. Konsep ini menjelaskan bahwa apa yang
pernah dipelajari oleh anak sekarang harus dapat digunakan untuk hal lain di
masa yang akan datang. Dalam konteks pembelajaran konsep transfer of
training merupakan hal yang sangat penting, sebab seandainya konsep ini
tidak ada, maka apa yang akan dipelajarai tidak akan bermakna.
Oleh karena itu, apa yang dipelajari oleh siswa di sekolah harus
berguna dan dapat dipergunakan di luar sekolah. Misalnya, anak belajar
membaca, maka keterampilan membaca dapat digunakan untuk membaca
apapun di luar sekolah, walaupun di sekolah tidak diajarkan bagaimana
membaca koran, tapi karena huruf-huruf yang diajarkan di sekolah sama
dengan huruf yang ada dalam koran, maka keterampilan membaca di sekolah
dapat ditransfer untuk membaca koran, untuk membaca majalah, atau
membaca apapun.
Selain ketiga hukum pokok di atas, Thorndike mengemukakan adanya
5 hukum tambahan, yaitu:
1. Law of Multiple response, yaitu individu mencoba berbagai respon
sebelum mendapat respon yang tepat.
2. Law of attitude, yaitu proses belajar dapat berlangsung bila ada
kesiapan mental yang positif pada siswa.
31

3. Law of partial activity, yaitu individu dapat bereaksi secara selektif


terhadap kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam situasi tertentu.
Individu dapat memilih hal-hal yang pokok dan mendasarkan tingkah
lakunya kepada hal-hal yang pokok, dan meninggalkan hal-hal yang
kecil.
4. Law of response by analogy, yaitu individu cenderung mempunyai
reaksi yang sama terhadap situasi baru, atau dengan kata lain individu
bereaksi terhadap situasi yang mirip dengan situasi yang dihadapinya
waktu yang lalu.
5. Law of assciative shifting, yaitu sikap respon yang telah dimiliki
individu dapat melekat stimulus baru.

Menurut Thorndike, belajar dapat dilakukan dengan mencoba-coba.


Mencoba-coba ini dapat dilakukan manakala seseorang tidak tahu bagaimana
harus memberikan respon. Karakteristik belajar secara mencoba-coba adalah
sebagai berikut:
1. Adanya motif pada diri seseorang yang mendorong untuk melakukan
sesuatu.
2. Seseorang berusaha melakukan berbagai macam respon dalam rangka
memenuhi motif-motifnya.
3. Respon-respon yang dirasakan tidak sesuai dengan motifnya akan
dihilangkan.
4. Akhirnya, seseorang mendapatkan jenis respon yang paling tepat.

Thorndike juga mengemukakan prinsip-prinsip belajar yaitu:


1. Pada saat seseorang berhadapan dengan situasi yang bagi dia
termasukbaru, berbagai ragam respon maka akan ia lakukan. Respon
tersebut ada kalanya berbeda-beda sampai yang bersangkutan
memperoleh respon yang benar.
2. Apa yang ada pada diri seseorang, baik itu berupa pengalaman,
kepercayaan, sikap dan hal-hal lain yang telah ada pada dirinya turut
menentukan tercapainya tujuan yang ingin dicapai.
32

3. Pada diri seseorang sebenarnya terdapat potensi untuk mengadakan


seleksi terhadap unsur-unsur penting dari yang kurang atau tidak
penting hingga akhirnya dapat menentukan respon yang tepat.
4. Orang cenderung memberikan respon yang sama terhada psituasi yang
sama.
5. Orang cenderung menghubungkan respon yang ia kuasai dengan
situasi tertentu tatkala menyadari bahwa respon yang ia kuasai dengan
situasi tersebut mempunyai hubungan.

B. SOAL PILIHAN GANDA PRE-TEST

Nama :

Nomer :
33

Beri tanda silang (X) pada jawaban yang menurut anda benar!

1. Binatang apa yang digunakan dalam eksperimen dari teori Edward Lee
Thorndike?
a. Kelinci c. Ular
b. Kucing d. Anjing
2. Stimulus apa yang disediakan oleh Thorndike dalam eksperimenya?
a. Roti c. Susu
b. Daging d. Telur
3. Suatu hukum yang menyatakan apabila latihan diulang–ulang maka
hubungan stimulus dan respons akan semakin kuat, hukum tersebut
adalah?
a. The law of use c. The law of disuse
b. The law of effect d. The law of readiness
4. Berikut ini merupakan hukum–hukum belajar dari Thorndike,
kecuali…
a. Hukum kesiapan (the law of readiness)
b. Hukum bawaan atau keturunan
c. Hukum latihan (the law of exercise)
d. Hukum akibat (the law of effect)
5. Thorndike teknenal dengan teorinya yang disebut dengan...
a. Teori Hierarki kebutuhan c. Teori psikologi analisis
b. Teori ego – super ego d. Teori belajar koneksionisme

6. Manusia dapat melakukan respon pada situasi yang belum dialaminya,


pernyataan ini merupakan arti dari hukum tambahan Thorndike,
yaitu...
a. Response by analogy c. Sikap
b. Multiple Respons d. Perpindahan asosiasi
7. Thorndike menyatakan bahwa asosiasi antara stimulus dan respon
akan melemah bila latihan dihentikan, hukum tersebut adalah?
34

a. The law of readiness c. The law of disuse


b. The law of effect d. The law of use
8. Dibawah ini yang bukan merupakan tokoh aliran behavioristik adalah...
a. Carl Rogers c. Skinner
b. Thorndike d. Waston
9. Bila seseorang siap untuk melakukan suatu tingkah laku, tapi tingkah
laku tersebut tidak terlaksana, maka akan menimbulkan kekecewaan
baginya, sehingga menyebabkan dilakukan tingkah laku lain untuk
mengurangi kekecewaanya. Pernyataan ini merupakan rumus dari
salah satu hukum...
a. Hukum kesiapan c. Hukum akibat
b. Hukum latihan d. Hukum latihan ditinggalkan
10. Yang merupakan hukum tambahan dari Thorndike, yaitu...
a. Hukum akibat c. Perpindahan asosiasi
b. Hukum latihan ditinggalkan d. Spread of effect

C. MATERI BACAAN POST TEST


Teori Belajar Burrhus Frederic Skinner
35

Sebagai pengantar pada teori Skinner, terlebih dahulu pemakalah


sajikan pandangan Skinner tetang manusia. Menurut Skinner manusia adalah
sekumpulan reaksi unik yang sebagian diantaranya telah ada dan secara
genetis diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pengkondisian
yang kita alami dari lingkungan sosial menentukan “pengalaman” yakni
sekumpulan prilaku yang sudah ada. Jadi manusia adalah produk dari
lingkungannya (Husen, 2003).
Studi Skinner tentang pembelajaran berpusat pada tingkah laku dan
konsekuensi-konsekuensinya (Sagala, 2009). Menurut Gredler sebagaimana
yang dikutip oleh Baharudin dan Wahyuni, Skinner mendefinisikan belajar
sebagai proses perubahan perilaku. Perubahan perilaku yang dicapai sebagai
hasil belajar tersebut melalui proses penguatan perilaku baru yang muncul
yakni operant conditioning (kondisioning operan) (Baharudin dan Wahyuni,
2008). Operant conditioning atau pengkondisian suatu operant yang dapat
mengakibatkan prilaku tersebut terulang kembali atau menghilang sesuai
dengan keinginan (Sugihartono, 2007).
Dari eksperimen yang dilakukan Skinner terhadap tikus dan
selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar,
diantaranya: 1) Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku
diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan
meningkat. 2) Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant
telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat,
maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah. (Baharudin
dan Wahyuni : 70). Menurut Skinner sebagaimana dikutip oleh Saiful Sagala,
dalam belajar ditemukan hal-hal berikut: Pertama. kesempatan terjadinya
peristiwa yang menimbulkan respon belajar. Kedua, respon si pelajar. Ketiga,
konsekuensi yang bersifat menggunakan respon tersebut, baik
konsekuensinya sebagai hadiah maupun teguran atau hukuman (Sagala,
2009).
Sebagaimana yang dikutip oleh Suryabrata, Skinner membedakan
adanya dua macam respons, yaitu:
36

a. Respondent Response (reflexive response), yaitu respon yang


ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu. Perangsang-
perangsang yang demikian itu yang disebut eliciting stimuli,
menimbulkan respon-respon yang secara relatif tetap, misalnya
makanan yang menimbulkan keluarnya air liur. Pada umumnya,
perangsang-perangsang yang demikian itu mendahului respons yang
ditimbulkannya.
b. Operant Responsen (instrumental response), yaitu respon yang timbul
dan berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu.
Perangsang yang demikian itu disebut reinforcing stimuli atau
reinforcer, karena perangsang-perangsang tersebut memperkuat
respons yang telah dilakukan oleh organisme. Jadi, perangsang yang
demikian itu mengikuti (dan karenanya memperkuat) sesuatu tingkah
laku tertentu yang telah dilakukan. Jika seorang belajar (telah
melakukan perbuatan), lalu mendapat hadiah, maka dia akan menjadi
lebih giat belajar (responsnya menjadi lebih intensif/kuat)
(Suryabrata, 2007).

Dalam pengkondisian operant, stimulus-stimulus tertentu bisa


mempengaruhi kemungkinan munculnya respon operant, tanpa harus ia
menjadi “penyebab” munculnya respon tersebut (Seifert, 2010). Dalam
pengkondisian operant, perilaku yang meningkatkan frekuensinya seringkali
disebut dengan operant, hal ini agaknya disebabkan karena perilaku tersebut
“mengoperasikan” atau dalam kata lain menghasilkan, konsekuensinya
(Seifert, 2010). Dengan kata lain operant adalah perilaku yang diperkuat jika
akibatnya menyenangkan. Operant merupakan tingkah laku yang ditimbulkan
oleh organisme itu sendiri. Operant belum tentu didahului oleh stimulus dari
luar. Operant conditioning telah terbentuk bila dalam frekuensi tingkah laku
operant yang bertambah atau bila timbul tingkah laku operant yang tidak
tampak sebelumnya. Frekuensi terjadinya tingkah laku operant ditentukan
oleh akibat dari tingkah laku itu sendiri (Djiwandono, 2008).
37

Yang menentukan apakah operant tertentu akan terjadi atau tidaknya


adalah stimulus, stimulus ini memliki pengaruh melalui proses dikriminasi.
Jika suatu operant dikuatkan dengan hadirnya suatu stimulus namun tidak
dikuatkan ketika stimulus yang hadir berbeda, kecenderungan untuk
merespon stimulus kedua ketika dihadirkan secara bertahap akan mengalami
ekstingsi, dan diskriminasipun akan terbentuk (Hill, 2011). Diskriminasi itu
sendiri adalah belajar memberikan respon terhadap suatu stimulus dan tidak
memberikan respon terhadap stimulus lain, walaupun stimulus itu
berhubungan dengan stimulus pertama, atau dengan menggunakan tanda-
tanda atau informasi untuk mengetahui kapan tingkah laku akan direinforced.
Belajar adalah menguasai suatu bahan dan diskriminasi yang lebih kompleks
(Djiwandono, 2008). Contoh, semua huruf, angka, kata-kata, adalah
diskriminasi stimuli. Seorang anak kecil belajar mendiskriminasikan huru B
dan D.
Dasar operant conditioning dalam pengajaran adalah untuk
memastikan respon terhadap stimuli. Guru berperan penting di kelas, dengan
mengontrol langsung kegiatan belajar siswa, pertama-tama yang harus
dilakukan adalah menentukan logika yang penting agar menyampaikan materi
pelajaran dengan langkah-langkah yang pendekatan kemudian mencoba
untuk memberikan reinforcement segera setalah siswa memberikan respon
(Djiwandono, 2008).
Agar mempermudah pemahaman kita terhadap pengondisian operan
itu, menulis mengutip mekanismenya dari Smith dkk, diantaranya: Pertama,
penguatan atau imbalan positif: Respon yang diberikan imbalan kemungkinan
akan diulang. Kedua, penguatan negatif: Respons yang membuat lari dari rasa
sakit atau situasi situasi yang tidak diharapkan kemungkinan akan diulangi.
Ketiga, penghentian atau tidak ada penguat: Respons yang tidak diperkuat
kemungkinan tidak akan diulangi (Smith dkk., 2009). (mengabaikan perilaku
yang buruk seharusnya menghentikan perbuatan tersebut).
Ada enam asumsi yang membentuk landasan untuk kondisioning
operan. Asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut:
1. Belajar itu adalah tingkah laku.
38

2. Perubahan tingkah laku (belajar) secara fungsional berkaitan dengan


adanya perubahan dalam kejadian-kejadian di lingkungan kondisi-
kondisi lingkungan.
3. Hubungan yang berhukum antara tingkah laku dan lingkungan hanya
dapat di tentukan kalau sifat-sifat tingkah laku dan kondisi
eksperimennya di definisikan menurut fisiknya dan di observasi di
bawah kondisi-kondisi yang di kontrol secara seksama.
4. Data dari studi eksperimental tingkah laku merupakan satu-satunya
sumber informasi yang dapat diterima tentang penyebab terjadinya
tingkah laku.
5. Tingkah laku organisme secara individual merupakan sumber data
yang cocok.
6. Dinamika interaksi organisme dengan lingkungan itu sama untuk
semua jenis mahkluk hidup (Gredler, 1994).

Materi belajar harus disampaikan kepada anak didik secara bertahap


dengan mepertimbangkan tingkat kesulitan dan jarak dari satu item ke item
lain. Anak didik dipacu untuk menghadapi materi pelajaran dengan harus
menjawab pertanyaan-pertanyaan dan konfrontasi dengan kualitas jawaban
karena mesin akan secara otomatis akan mengevaluasi reaksinya.
Pemerograman ini dapat mengetahui apakah anak didik diarahkan ke jalur
yang berbeda melalui materi pelajaran, tergantung jawaban mereka, dengan
demikian anak didik yang memberikan jawaban salah dapat dikembalikan
ketingkat yang lebih dasar, sebaliknya pelajaran yang konsisten memberikan
jawaban benar diperbolehkan meninggalkan materi pelajaran tersebut
(Husen, 2003).
Skinner memandang reward (hadiah) atau reinforcement (penguatan)
sebagai unsur yang paling penting dalam proses belajar. Kita cenderung untuk
belajar suatu respon jika diikuti oleh reinforcement (penguat). Skinner lebih
memilih istilah reinforcement dari pada reward, ini dikarenakan reward
diinterpretasikan sebagai tingkah laku subjektif yang dihubungkan dengan
kesenangan, sedangkan reinforcement adalah istilah yang netral. Penemuan
39

Skinner memusatkan hubungan tingkah laku dengan konsekuen (Djiwandono,


2008). Contoh, jika tingkah laku individu segara diikuti oleh konsekuensi
menyenangkan, maka individu tersebut akan menggunakan tingkah laku itu
lagi sesering mungkin. Untuk penguat itu sendiri seringkali berbentuk
penghargaan non-fisik, seperti; pujian dsb (Seifert, 2010). Penguatan
(reinforcement) itu sendiri dibagi menjadi dua, penguatan positif dan
penguatan negatif. Penguat positif adalah ransangan yang memperkuat atau
mendorong suatu tindak balas. Sedangkan penguatan negatif ialah penguatan
yang mendorong individu untuk menghindari suatu tindakan balas tertentu
yang tidak memuaskan (Suprijono, 2011).
Penguat berarti memperkuat, dalam penguat positif, frekuensi respon
meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding).
Contoh, komentar guru meningkatkan perilaku menulis murid, atau memuji
orang tua yang mau hadir dalam rapat orang tua dan guru mungkin akan
mendorong mereka untuk kelak ikut rapat lagi. Sedangkan dalam penguat
negatif, frekuensi respon meningkat karena diikuti dengan penghilangan
stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Contoh, ayah mengomeli
anaknya agar mau mengerjakan PR, dia terus mengomel, akhirnya anak itu
mendengarkan omelan dan mengerjakan PR nya. Respon anak (mengerjakan
PR) menghilangkan stimulus yang tidak menyenangkan (omelan) (Santrock,
2008).
Menurut Hintzman sebagaimana dikutip oleh Syah (1999) bahwa
proses belajar dan teori operant conditioning tunduk kepada dua hukum
operant yang berbeda, yakni law of operant conditioning dan low of operant
axtinction. Menurut law of operant conditioning, jika timbulnya tingkah laku
operant diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan tingkah laku
tersebut akan meningkat. Sebaliknya menurut low of operant axtinction, jika
timbulnya tingkah laku operant yang telah diperkuat melalui proses
conditioning itu tidak diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan
tingkah laku tersebut akan menurun bahkan musnah.
Sebagaimana telah pemakalah paparkan di paragraf sebelumnya,
bahwa Skinner setuju dengan rewad atau dalam bahasanya reinforcement,
40

namun Skinner berbeda dengan pendukung behavioristik lainnya, ia tidak


setuju dengan hukuman, Skinner lebih percaya dengan apa yang disebutnya
dengan penguat negatif. Penguat negatif tidak sama dengan hukuman.
Ketidaksamaanya terletak bila hukuman harus diberikan (sebagai stimulus)
agar respon akan muncul berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan
penguat negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama
menjadi semakin kuat. Hukuman terkadang menghalangi perilaku positif dari
objek yang mendapat hukuman (Seifert, 2010). Penerapan prinsip
pengkondisian operant, dengan tidak adanya hukuman dalam pendidikan
bukan berarti ia mengajarkan pendidikan bebas, akan tetapi ia menekankan
bahwa sangsi atau hukuman justru melahirkan perilaku-perilaku yang tidak
diharapkan. (Husen, 2003). Penguat negatif tidak sama dengan hukuman,
ketidak samaannya terletak pada bila hukuman harus diberikan (sebagai
stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama semakin kuat.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Budiningsih, ada beberapa alasan
mengapa Skinner tidak setuju dengan hukuman:
a. Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku bersifat sangat
sementara.
b. Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi
bagian dari jiwa si terhukum) bila hukuman berlangsung lama.
c. Hukuman mendorong si terhukum mencari cara lain (meskipun salah
dan buruk) agar ia terbebas dari hukuman. Dengan kata lain, hukuman
dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang kadang kala
lebih buruk dari pada kesalahan yang diperbuatnya (Budiningsih,
2005).
Menurut Skinner hukuman yang baik (operant negative) adalah anak
merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya, misalnya anak perlu
mengalami sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan.
Penggunaan hukuman verbal maupun fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan,
cubitan, jeweran justru akan berakibat buruk bagi siswa (Sugihartono
dkk.,2007) Satu hal yang perlu dicatat mengenai penguat, yang positif maupun
yang negatif, bahwasanya keduanya bisa dikondisikan (Hill, 2011).
41

Jadi bisa dikatakan dalam teori Skinner ini bahwasanya hal terpenting
dalam belajar adalah penguatan, pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan
stimulus dengan respon akan semakin kuat apabila diberi penguatan, Baik
penguatan positif maupun negatif, dimana penguatan positif dapat
meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu sedangkan penguatan
negatif dapat mengakibatkan perilaku berkurang atau menghilang.
Satu cara untuk mengingat perbedaan antara penguat-penguat positif
dan negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan
atau diperoleh. Sedangkan dalam penguat negatif, ada sesuatu yang dikurangi
atau dihilangkan. Agar istilah penguat negatif dan hukumat tidak rancu, ingat
bahwa penguat negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu prilaku,
sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya prilaku (Santrock,
2008).
Keefektifan reinforcement dalam prilaku tergantung pada berbagai
faktor, salah satunya diantaranya adalah frekuensi atau jadwal pemberian
reinforcement. Ada empat macam pemberian jadwal reinforcement, yaitu:
a. Fixed Ratio, yaitu salah satu skedul pemberian reinforcement ketika
reinforcement diberikan setelah sejumlah tingkah laku. Contoh,
seorang guru mengatakan “kalau kalian dapat menyelesaikan sepuluh
soal matematika dengan cepat dan benar, maka kalian boleh pulang
lebih dulu”.
b. Variable Ratio, yaitu sejumlah perilaku yang dibutuhkan untuk
berbagai macam reinforcement dari reinforcement satu ke
reinforcement lain. Jumlah perilaku yang dibutuhkan mungkin sangat
bermacam-macam dan siswa tidak tahu perilaku mana yang akan
direinforcement. Contoh, guru tidak hanya melihat apakah tugas dapat
diselesaikan, tapi juga melihat kemajuankemajuan yang diperoleh pada
tahap-tahap penyelesaian tugas tersebut.
c. Fixed Interval, yang diberikan ketika seseorang menunjukan perilaku
yang diinginkan pada waktu tertentu. Contoh, setiap 30 menit sekali.
d. Variabel Interval, yaitu reinforcement yang diberikan tergantung pada
waktu dan sebuah respon (Baharudin dan Esa, 2008).
42

D. SOAL PILIHAN GANDA POST-TEST

Nama :

Nomer :
43

Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang menurut anda benar!

1. Skinner adalah salah satu tokoh psikologi yang beraliran...


a. Konstruktivisme c. Kognitivisme
b. Humanisme d. Behaviorisme
2. Dalam percobaan Skinner, tikus yang digunakan adalah tikus yang dalam
keadaan:
a. Dalam keadaan lapar c. Dalam keadaan stress
b. Dalam keadaan normal d. Dalam keadaan sakit
3. Skinner membantah teori belajar yang meneliti ketidak sadaran dan motif
tersembunyi yang menurut Skinner adalah suatu hal yang percuma
karena sesuatu yang bisa diteliti dan diselidiki hanya perilaku yang
tampak/terlihat. Tokoh psikologi yang dibantah Skinner tersebut adalah...
a. Sigmund Freud c. Alfred Binet
b. Carl Jung d.John Watson
4. Di bawah ini merupakan unsur-unsur dalam operant conditioning,
kecuali…
a. Reinforcement c. Shaping
b. Punishment d. Modeling
5. Dalam percobaannya, Skinner menggunakan ….
a. Tikus dan anjing c. Tikus dan merpati
b. Merpati d. Anjing dan merpati
6. Tujuan pemberian reinforcement kepada organisme adalah…
a. Sebagai hadiah c.Tidak ada maksud apa-apa.
b. Agar perilaku negatif diulangi d. Agar perilaku positif diulangi

7. Contoh penerapan teori Skinner dalam dunia pendidikan adalah…


a. Siswa dilatih untuk saling memaafkan.
b. Guru menghukum anak yang nakal.
c. Pelaksanaan upacara bendera setiap hari Senin.
d. Memakai seragam pramuka setiap hari Jumat.
8. Proses belajar untuk menghindari reinforcement negatif disebut…
44

a. Escape learning c. Punishment


b. Avoidance learning d. Shaping
9. Proses belajar yang didasarkan pada pengkondisian operan dengan teknik
pemberian reinforcement negaif disebut…
a. Punishment c. Avoidance learning
b. Konstruktivisme d. Escape learning
10. Dalam pengkondisian operan, bila stimulus yang mengawali suatu respon
itu mirip,maka perilaku (respon) yang sama cenderung untuk muncul. H
al ini merupakan prinsip teori belajar Skinner yang dikenal dengan
istilah…
a. Generalisasi stimulus c. Avoidance learning
b. Stimulus diskriminasi d. Reinforcement sekunder

E. HASIL CODING PENELITIAN

KELAS EKSPERIMEN KELAS KONTROL


Subjek PRE- POST- PRE- POST-
TEST TEST TEST TEST
1 7 4 5 3
2 6 6 8 8
3 4 3 8 6
4 6 5 6 5
5 6 5 6 5

Anda mungkin juga menyukai