Anda di halaman 1dari 25

Penelitian Korelasional

A. Pendahuluan
Gall, Gall, and Borg (2003)[1] menyatakan jenis penelitian untuk pendidikan dibagi
menjadi tiga. Pertama penelitian kuantitatif, yang terdiri dari penelitian eksperimen dan non
eksperimen. Penelitian non eksperimen terdiri dari penelitian deskriptif, kausal komperatif dan
korelasional. Kedua adalah penelitian kualitatif yang terdiri dari studi kasus, penelitian etnografi,
fenomologi, dan sejarah. Ketiga adalah penelitian terapan yang terdiri dari penelitian evaluasi
dan penelitian tindakan.
Penelitian korelasional merupakan ragam penelitian yang telah lama digunakan tidak
hanya dalam peneltian bahasa, tetapi juga dalam bidang psikologi, sosilogi, maupun pendidikan
secara umum. Istilah korelasional sebetulnya tidak hanya merujuk pada bagaimana peneliti
mengumpulkan data, tetapi juga berhubungan dengan jenis penelitian, penyajian data, dan
analisis yang digunakan. Penelitian korelasional merupakan ragam penelitian yang berfokus pada
analisis hubungan antar variabel. Penelitian ini juga dapat didefinisikan sebagai studi tentang
hubungan antar variabel yang diuji melalui statistik korelasional (Gall, Gall dan Borg, 2003)[2].
Creswell (2008)[3] berpendapat penelitian korelasi adalah penelitian yang memberikan
kesempatan untuk memprediksi skor tertentu karena adanya skor yang lain dan menerangkan
antar variabel. Berdasarkan pernyataan di atas ada dua kata kunci dalam penelitian korelasional,
yaitu hubungan (correlation) dan prediksi atau ramalan (prediction). Suatu korelasi adalah uji
statistik untuk menentukan kecenderungan atau pola untuk dua (atau lebih) variabel atau dua set
data bervariasi secara konsisten.
“A correlation is a statistical test to determine the tendency or pattern for two (or more)
variabels or two sets of data to vary consistently…”

Menurut Gay (2000)[4] penelitian korelasional kadang diperlakukan sebagai penelitian


deskriptif, terutama disebabkan penelitian korelasional mendeskripsikan sebuah kondisi yang
telah ada. Menurut dia, bagaimanapun, kondisi yang didiskripsikan berbeda secara nyata dari
kondisi yang biasanya didiskripsikan dalam laporan diri atau studi observasi; suatu studi
korelasional mendeskripsikan, dalam istilah kuanitatif tingkatan di mana variabel-variabel
tersebut berhubungan.
Sementara itu Ricards, Platt and Weber (1985)[5] memberikan definisi korelasi sebagai
suatu ukuran kekuatan hubungan antara dua kumpulan data. Metode ini menggambarkan secara
kuantitatif asosiasi ataupun relasi satu variabel dengan variabel lainnya. Misalnya kita ingin
mengetahui antara nilai tes matematika sekelompoknya siswa dengan tinggi nilai ujian.
Berdasarkan definisi di atas, kata kunci dari penelitian korelasional adalah “hubungan
antar variabel.” Artinya, penelitian ini mencoba untuk mengetahui sejauh mana tingkat hubungan
dan kualitas hubungan.

B. Tujuan Penelitian Korelasional


Penelitian korelasi bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik seseorang
atau keberadaan yang lainnya (Donna, 1992)[6]. Penelitian korelasional atau correlational
research pada hakikatnya bertujuan untuk menentukan dan mengetahui seberapa besar variansi-
variansi pada satu faktor berkaitan dengan variansi-variansi pada satu atau beberapa faktor lain
berdasarkan koefesien korelasi.
Berkaitan dengan tujuan di atas, penelitian korelasional juga dapat dikatakan sebagai
sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih
(Donna: 1992)[7]. Di samping itu, penelitian korelasional bertujuan untuk memehami hubungan
antar sifat/karakteristik orang atau entitas lainnya
Penelitian korelasional menggambarkan suatu pendekatan umum untuk penelitian yang
berfokus pada penaksiran pada kovariasi di antara variabel yang muncul secara alami. Tujuan
penelitian korelasional adalah untuk mengidentifikasi hubungan prediktif dengan menggunakan
teknik korelasi atau teknik statistik. Hasil penelitian korelasional juga mempunyai implikasi
untuk pengambilan keputusan (Zechmester, 2000)[8]. Secara khusus, tujuan penelitian
korelasional adalah: (1) untuk mencari bukti terdapat tidaknya hubungan (korelasi) antar
variabel, (2) bila sudah ada hubungan, untuk melihat tingkat keeratan hubungan antar variabel,
dan (3) untuk memperoleh kejelasan dan kepastian apakah hubungan tersebut berarti
(meyakinkan/significant) atau tidak berarti (insignificant).
Studi hubungan biasanya menyelidiki sejumlah variabel yang dipercaya berhubungan
dengan suatu variabel mayor, seperti hasil belajar sebagaimana dalam contoh di atas. Variabel
yang ternyata tidak mempunyai hubungan yang tinggi dieliminasi dari perhatian selanjutnya;
variabel yang mempunyai hubungan yang tinggi disarankan untuk diteliti lebih lanjut dengan
metode kausal komparatit (expost facto) atau metode eksperimental untuk menentukan jika
hubungan tersebut adalah kausal.
Penelitian korelasi dapat dipahami dengan mudah kalau disandingkan dengan penelitian
sebab (causal), misalnya, penelitian eksperimen. Dalam penlelitian eksperimen, peneliti berusaha
menetapkan bahwa suatu variabel menyebabkan yang lain, sedangkan dalam korelasi, misalnya,
peneliti mempertanyakan dalam bentuk “apa hubungan antara kemampuan membaca dan
penguasaan kosa kata? Bukan “apakah membaca menyebabkan meningkatnya penguasaan kosa
kata seseorang?”
Dalam penelitian korelational peneliti mencari tujuan hubungan antara berbagai variabel
yang menjadi objek penelitian. Ada beberapa pertanyaan yang dapat digunakan untuk
mengetahui tujuan dari penelitian korelasi tersebut, yaitu: 1) apa pertanyaan peneletian, 2) dalam
konteks sperti apa penelitian dilakukan, 3) apa orientasi dari peneliti, 4) siapa yang menjadi
subjek atau partisipan dalam penelitian, berapa banyak dan bagaimana partisipant diseleksi, dan
apakah mereka memiliki karakteristik yang relevan, 5) bagaimana variabel dinilai dan bagaimana
didefinisikan dan diukur, dan apakah cukup valid dan reliable, 6) apakah analisis korelasi
dilakukakan dengan hasil apa, 7) kesimpulan bagaimana yang ditunjukkan, dan apakah
mengeneralisasikan hasilnya adalah cocok, 8) apakah kontribusi penelitian untuk pengetahuan
social atau faktor kontekstual terhadap pembelajaran bahasa kedua, 9) bagaimana implikasi
untuk pembelajaran bahasa kedua secara formal (Donna: 1992)[9]

C. Ciri-ciri Penelitian Korelasional


Ada beberapa ciri utama penelitian korelasional yang harus diketahui oleh seorang calon
dan peneliti. Danim (2002)[10];
1. variabel yang diteliti relatif rumit; tidak dapat dieksperimentasikan dan dimanipulasikan.,
2. mengukur variabel yang berhubungan secara serentak dalam situasi realistik,
3. koefeisien korelasi yang ingin dicari adalah positif atau negatif; signifikan atau tidak signifikan,
4. satu atau lebih variabel disebut variabel bebas (independent variabel (s)) dan satu atau lebih
variabel terikat (dependent variabel).
Penelitian korelasi dilakukan oleh para peneliti umumnya mempunyai beberapa tujuan, di
antaranya seperti yang disebutkan Gay (2000)[11] “Corelational research is to investigate the
extent to which variations in one vactor corresponde with variations in one or more other factors
based on correlation coefficients”.
Di samping itu, penelitian korelasi juga dilakukan untuk menjawab tiga pertanyaan
penelitian tetntang dua variabel atau lebih. Pertanyaan tersebut yaitu:
a. adakah hubungan antara dua variabel? Jika ada, kemudian diikuti dengan pertanyaan, yaitu
b. bagaimanakah arah hubungan tersebut? Dan selanjutnya pertanyaan
c. berapa besar hubungan kedua variabel tersebut dapat diterangkan?
Dalam penelitian korelasi, para peneliti biasanya hanya mendasarkan pada penampilan
variabel sebagaimana adanya, tanpa mengatur kondisi atau memanipulasi variabel tersebut. Oleh
karena itu, peneliti hendaknya mempunyai cukup banyak alasan yang kuat guna
mempertahankan hasil hubungan yang ditemukan.

D. Jenis-jenis Desain Penelitian Korelasional


Bertahun-tahun yang lalu, para penulis metode penelitian menetapkan penelitian
korelasional sebagai salah satu "desain" kuantitatif. Dengan aplikasi canggih dan prosedur
korelasi yang eksplisit, penelitian korelasional mendapat tempat di antara desain-desain yang ada
dalam penelitian kuantitatif. Namun, tampaknya para ahli agak berbeda pendapat dalam
mengklasifikasi dan mengelompokkan jenis rancangan penelitian korelasional. Shaughnessy dan
Zechmeiser (dalam Emzir, 2008)[12] menyatakan ada 5 jenis desain penelitian korelasional yaitu
a) korelasi bivariat, b) korelasi regresi dan prediksi, c) regresi jamak, d) analisis factor, dan e)
korelasi yang dibuat untuk membuat kesimpulan kausal. Sementara Creswell (2008)[13]
menyatakan hanya ada dua desain utama penelitian korelasional yaitu eksplanatori (explanatory)
dan prediksi (prediction).
1. Explanatory Research Design (Rancangan Penelitian Penjelasan).
Adalah desain korelasional di mana peneliti tertarik dalam dua variabel (atau lebih)
bervariasi, yaitu di mana perubahan dalam satu variabel merefleksi perubahan variabel lain.
Berikut adalah struktur rancangan penelitian penjelasan (explanatory research design):
a) Para peneliti dapat mengkorelasikan dua variabel atau lebih.
b) Para peneliti mengumpulkan data pada satu titik waktu. Bukti ditemukan dalam administrasi
instrumen.
c) Peneliti menganalisis semua variabel.
d) Peneliti memperoleh setidaknya dua skor untuk masing-masing variabel.
e) Peneliti melaporkan penggunaan statistik uji korelasi dalam analisis data.
f) Di akhir, peneliti membuat interpretasi atau menarik kesimpulan dari hitungan hasil tes.

2. The Prediction Design (Rancangan Penelitian Prediksi)


Prediktor adalah variabel yang digunakan untuk membuat prediksi tentang hasil dalam
penelitian korelasional. Hasil prediksinya itu disebut kriteria variabel. Berikut adalah struktur
rancangan dari penelitian prediksi, antara lain.
a. Para penulis biasanya memasukan kata ‘prediksi’ di dalam judul.
b. Para peneliti biasanya mengukur variabel prediktor pada satu titik waktu dan variabel kriteria
pada suatu titik waktu selanjutnya.
c. Para peneliti memperkirakan kinerja masa depan.
Sebuah penelitian prediksi akan melaporkan analisa korelasi menggunakan uji statistik
korelasi. Sebagai contoh, penulis mungkin tertarik di beberapa prediktor yang membantu
menjelaskan kriteria dari setiap variabel.
Meskipun para ahli mengelompokkan rancangan penelitian korelasional agak berbeda,
namun pada prinsipnya pengklasifikasian tersebut hanya berpijak pada pandangan yang berbeda
dan penamaan yang berbeda. Terlebih lagi isu yang dibahas pada umumnya sama atau hampir
sama. Selanjutnya, dalam penamaannya berbagai ahli merujuk penelitian ini sebagai penelitian
"relasional" (hubungan) (Cohen & Manion, 1994)[14], "studi accounting-for- variance" (Punch,
1998)[15] atau penelitian "explanatory" (Frankel & Wallen, 2000)[16]. Karena salah satu tujuan
dasar dari bentuk penelitian korelasi ini adalah untuk menjelaskan hubungan antara atau di antara
variabel, maka akan digunakan istilah penelitian eksplanatori.
Desain penelitian eksplanatori adalah desain korelasional yang peneliti tertarik pada
sejauh mana dua variabel (atau lebih) bersama-bervariasi/co-vary, yaitu, bahwa perubahan dalam
satu variabel tercermin dalam perubahan yang lain. Desain penelitian eksplanatori terdiri dari
asosiasi yang sederhana antara dua variabel (misalnya, rasa humor dan kinerja dalam bidang
drama) atau lebih dari dua (misalnya, tekanan dari teman atau perasaan isolasi yang
berkontribusi terhadap pesta). Bagaimana mengidentifikasinya sebagai penelitian korelasional
eksplanatori? Karakteristik yang umum untuk kedua desain ini adalah:
1. Desain Explanatory
Desain eksplanatori adalah penelitian korelasional yang bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana dua variabel atau lebih berhubungan. Pada kenyataannya, desain ini dapat
dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu hubungan sederhana atau simple association (Creswell,
2008)[17] atau korelasi bivariat dan atau hubungan lebih dari dua variabel (multiple correlation).
Karakteristik desain eksplanatori adalah:
a. Peneliti mengkorelasikan dua variabel atau lebih dan melaporkan uji statistik korelasi dan
menyebutkan penggunaan beberapa variabel. Variabel ini secara khusus disebutkan dalam
pernyataan tujuan, pertanyaan penelitian, atau tabel prosedur pelaporan statistik.
b. Peneliti mengumpulkan data pada satu titik waktu. Bukti untuk prosedur ini akan ditemukan
dalam administrasi instrumen "in one sitting" kepada siswa. Dalam penelitian explanatory, para
peneliti tidak tertarik baik di masa lalu atau kinerja peserta.
c. Peneliti menganalisis semua peserta sebagai satu kelompok. Dibandingkan dengan sebuah
eksperimen yang melibatkan kelompok-kelompok atau perlakuan beberapa kondisi, peneliti
mengumpulkan skor dari hanya satu kelompok dan tidak membagi kelompok menjadi kategori
(atau faktor).
d. Peneliti memperoleh setidaknya dua nilai untuk setiap individu dalam kelompok-satu untuk
setiap variabel. Dalam metode diskusi, peneliti korelasi akan menyebutkan berapa banyak skor
yang dikumpulkan dari masing-masing peserta.
e. Peneliti melaporkan penggunaan uji statistik korelasi (atau merupakan perpanjangan) dalam
analisis data. Ini adalah fitur dasar dari jenis penelitian ini.
f. Para peneliti membuat interpretasi atau menarik kesimpulan dari hasil uji statistik. Penting
untuk dicatat bahwa kesimpulan tidak menetapkan hubungan sebab-akibat (atau inferensi kausal)
karena peneliti hanya dapat menggunakan kontrol statistik (misalnya, kontrol atas variabel
dengan menggunakan prosedur statistik) daripada kontrol yang lebih ketat secara fisik mengubah
kondisi (yaitu, seperti dalam percobaan).

2. Desain Prediksi
Dalam sebuah desain prediksi, peneliti berusaha untuk mengantisipasi hasil-hasil dengan
menggunakan variabel-variabel tertentu sebagai alat prediksi, bukan hanya berkaitan dengan dua
variabel pada suatu waktu atau kompleks seperti dalam contoh terakhir. Sebagai contoh,
pengawas dan kepala sekolah perlu untuk mengidentifikasi guru yang akan berhasil di sekolah
mereka. Untuk memilih guru yang memiliki peluang bagus untuk sukses, para administrator
dapat mengidentifikasi prediktor keberhasilan dengan menggunakan penelitian korelasi. Desain
prediksi, oleh karena itu, berguna karena membantu mengantisipasi atau meramalkan perilaku
masa depan.
Tujuan dari desain prediksi adalah untuk mengidentifikasi variabel yang akan
memprediksi hasil atau kriteria. Dalam bentuk penelitian, penyelidik mengidentifikasi satu atau
lebih variabel prediktor dan kriteria ( hasil) variabel. Sebuah variabel prediksi adalah variabel
yang digunakan untuk membuat ramalan tentang hasil penelitian pada penelitian korelasi. Dalam
kasus memprediksikan keberhasilan guru dalam sekolah, alat tes yang mungkin dipakai
"mentoring" selama pelatihan guru atau "bertahun-tahun dari pengalaman mengajar". Dalam
banyak penelitian prediksi, para peneliti sering menggunakan lebih dari satu variabel prediktor.
Hasil yang diprediksikan dalam penelitian korelasi disebut variabel kriteria. Sebagai contoh,
keberhasilan guru adalah variabel kriteria. Untuk mengidentifikasi penelitian dengan desain
prediksi, karakteristiknya sebagai berikut.

b. Penulis akan mengikutkan kata prediksi dalam judulnya


c. Peneliti akan mengukur variabel predictor secara khusus pada satu waktu, dan variabel critiria
pada kesempatan lain
d. Penulis akan memprediksikan performance di masa datang

E. Variabel dalam Penelitian Korelasional


Variabel adalah "karakteristik tertentu yang berbeda-beda; sedikitnya memiliki dua nilai,
dan bisanya lebih" (Smith & Glass, 1987)[18]. Variabel merupakan aspek yang sangat penting
dalam penelitian korelasional. Semakin meningkat varian, akan semakin gampang untuk
memperkirakan skor dari variabel independen terhadap variabel dependen.
Yang dimaksud konstruk atau trait adalah konsep atau ide abstrak mengenai beberapa
kualitas dari seorang individu (Smith & Glass, 1987)[19]. Suatu konstruk hipotetis tidak bisa
diobservasi atau diukur secara langsung. Oleh karena itu, peneliti menjabarkan konstruk itu
dalam bentuk operasional yang bisa diukur, seperti tertuang dalam jawaban-jawaban siswa
terhadap seperangkat pertanyaan yang mengukur kecemasan dalam menulis.
Variabel-variabel yang penting dalam penelitian bahasa adalah kecakapan berbahasa,
motivasi, latar belakang kultural dan linguistik, dan sejumlah karakteristik siswa yang lain.
Variabel juga dapat berupa karakteristik guru seperti pengalaman atau kemampuan bahasanya.
Variabel juga dapat berupa karakteristik kelas seperti komposisi etnis, ukuran kelas, atau juga
dapat berupa karakteristik satuan atau entitas lainnya seperti Perguruan Tinggi, sekolah atau
program. Banyak penelitian bahasa kedua yang melibatkan variabel-variabel linguistik seperti
penggunaan tipe/ciri-ciri wacana tertentu, tindak ujaran atau struktur gramatikal. Melalui
penggunaan teknik-teknik korelasional, peneliti berusaha untuk mempelajari bagaimana
variabel-variabel tersebut diukur dan berkaitan satu sama lain.
Jika penelitian korelasional dalam bentuk sederhana hanya menghubungkan dua variabel,
pertanyaan akan muncul jika ada lebih dari dua variabel. Dalam hal ini, kondisi penelitian bahasa
penuh dengan fenomena kompleks sehingga penelitian korelasional yang sederhana tidak dapat
menjawab faktor penting lainnya. Akibatnya, kebanyakan penelitian korelasional ternyata
menjadi multivariat.
Dalam penelitian korelasional model ini, peneliti menentukan hakikat hubungan dan
magnitude antara variabel ganda/multiple dengan melakukan sejumlah analisis statistik yang
kompleks. Penelitian yang mengambil variabel yang kompleks demikian memiliki keuntungan
lebih dari penelitian korelasional bivariat, dalam hal potensi yang dimiliki penelitian multivariat
terhadap validitas lebih besar. Karena mempertimbangkan banyak variabel, penelitian
multivariate lebih akurat dalam merepresentasikan kompleksitas situasi pembelajaran bahasa
yang nyata..

F. Tahapan Penelitian Korelasional


Secara umum langkah-langkah dalam penelitian ini adalah:
1. mengidentifikasi dan merumuskan masalah
2. melakukan studi pustaka dalam rangka pendalaman teori
3. Merancang pendekatan yang akan digunakan termasuk mengidentifikasi variabel yang relevan
dan menenukan subjek penelitian.
4. Menyusun instrumen penelitian dan memilih metode korelasional yang relevan.
5. Mengumpulkan data
6. Menganalisis data dan interpretasi
7. Dan menarik kesimpulan dan saran, serta implikasinya.
Di sisi lain, menurut Fraenkel, Walen, dan Hyun (2012: 363) struktur rancangan dalam
penelitian korelasi antara lain adalah memilih masalah, memilih sampel, memilih atau
mengembangkan instrumen, penentuan prosedur, mengumpulkan dan menganalisis data, dan
menginterpretasikan hasil.

G. Analisis Data Penelitian Korelasional


Teknik analisa korelasional ialah teknik analisa statistik mengenai hubungan antar dua
variabel atau lebih. Adapun tujuan analisis adalah:
a. Ingin mencari bukti (berlandaskan pada data yang ada), apakah memang benarr antara variabel
yang satu dengan variabel yang lain terdapat hubungan atau korelasi.
b. Ingin menjawab pertanyaan apakah hubungan antar variabel itu (jika memang ada
hubungannya), termasuk hubungan yang kuat, cukupan ataukah lemah
c. Ingin memperoleh kejelasan dan kepastian (secara matematis), apakah hubuungan antar variabel
itu perupakan hubungan yang berarti atau meyakinkan (signifikan) ataukah hubungan yang tidak
berarti atau tidak meyakinkan.
Teknik analisa korelasionalsebagaimana yang telah sedikit diungkap di atas dapat
dibedakan menjadi dua golongan, yaitu Teknik analisa Korelasional Bivariat dan Teknik Analisa
Multivariat. Sebagaimana dalam tabel berikut:
Tabel Pembagian Teknik Analisa Korelasional
Teknik Analisa Korelasi Bivariat Teknik Analisa Korelasi Multivariat
Korelasi product moment Korelasi parsial
Korelasi tata jenjang Spearmen Korelasi Regresi Ganda
Korelasi tata jenjang Kendall Analisis Faktor
Korelasi biserial Korelasi Kanonikal
Korelasi Point Biserial
Korelasi tetrachoric
Korelasi Kontingency
Korelasi Koefesien Phi
Korelasi Koefesien Cramer
Korelasi Rasio
Pengembangan oleh penulis dari Tuckman, B.W. (1978)[20]
Pada prinsipnya, penelitian korelasional hanya mencari hubungan atau korelasi (r) antar
variabel. Dalam penelitian korelasional ada dua variabel utama yaitu variabel bebas (independent
variable) dan variabel terikat (independent variable), Variabel bebas berfungsi untuk
mempengaruhi variabel terikat atau keberadan variabel terikat bergantung pada variabel bebes.
Umumnya variabel bebas disimbolkan dengan notasi dengan huruf (X) dan variabel terikat
dinotasikan dengan huruf (Y). Misalnya mencari hubungan antar interaksi verbal (X) kemahiran
berbicara (Y) atau tingkat kecemasan (X) dengan kualitas menulis bahasa kedua (Y). Berikut
adalah pola hubungan korelasional dalam penelitian korelasi.

Misalnya : X Y (korelasi sederhana)


X1

Y (korelasi ganda/multiple)

X2
Atau (korelasi ganda/multiple)

X1
Y
X2
Berdasarkan uraian di atas, teknik analisis data penelitian korelasional dapat dilakukan
secara deskriptif dan inferensial. Teknik analisis deskriptif merupakan teknik analisis yang
sederhana karena data hanya dideskripsikan dan tidak melihat hubungan antar variabel. Pada
tataran deskriptif data hanya disajikan dalam bentuk histogram, perhitungan mean, median
modus, simpangan baku (SD), dan rentang teoritik. Analisis deskriptif tidak menguji hipotesis.
Berbeda dengan teknik analisis data deskriptif, teknik inferesial sebagai teknik analisis
data yang menguji hipotesis. Teknik inferensial dikelompokan menjadi dua jenis yaitu analisis
korelasional dan analisis regresi. Uji atau analisis data korelasional dan regresi bisa bersifat
sederhana maupun ganda atau kompleks/multiple korelasi/ regresi. Perlu diingat bahwa uji
prasyarat analisis data perlu dilakukan yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas.
Uji korelasional hanya menganilisis data untuk mengetahui model/jenis/sifat hubungan
(r) apakah positif atau negatif atau signifikan atau tidak signifikan antara variabel. Uji korelasi
biasanya direpresentsi dengan rumus rxy = rxy.
Sedangkan uji regresi pada hakekatnya adalah lanjutan dari uji korelasi. Penekanan pada
uji regresi adalah untuk memprediksi (meramal) variabel terikat bila variabel bebas telah
diketahui.
Sedangkan rumus uji regresi adalah Y = a + bx atau X = p +qY. Secara grafik teknik
analisis data penelitian korelasional dapat digambarkan sebagai berikut.
Uji hubungan korelasional

Deskriptive
Inferensial
Korelasional
Regresi
Sederhana
Ganda/multiple
Histogram
Mean
, perhitungan mean
Median
Modus
Simpangan Baku

H. Validitas dan Realibilatas dalam Pengukuran Penelitian Korelasi


Data penelitian korelasi umumnya dikumpulkan dengan berbagai penilaian kecakapan
berbahasa (mendengar, berbicara, membaca, menulis), tes kemampuan akademis, observasi
kuantitas penggunaan bahasa kuisioner dan skala sikap.
Pada hakikatnya, penelitian korelasi adalah kuantitatif. Suatu konsep/ide diukur dengan
menggunakan teknik yang menghasilkan angka-angka. Angka-angka ini yang dianggap mewakili
konseo/ide kemudian dianalisis. Pengukuran yang valid dan reliabel sangat penting dalam
penelitian korelasi.
1. Validitas
Masalah validitas berhubungan dengan sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa
yang dianggap orang seharusnya diukur oleh alat tersebut. Suatu skala atau instrumen pengukur
dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi
ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran
tersebut. Sedangkan tes yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak
relevan dengan tujuan pengukuran.
Terkandung di sini pengertian bahwa ketepatan pada validitas suatu alat ukur tergantung
pada kemampuan alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat.
Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang
hendak diukur.
Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur
yang valid tidak hanya mampu menghasilkan data yang tepat akan tetapi juga harus memberikan
gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Cermat berarti bahwa pengukuran itu dapat
memberikan gambaran mengenai perbedaan yang sekecil-kecilnya di antara subjek yang satu
dengan yang lain.
Validitas yang umum dipakai adalah Content, Criterion dan Construct,:
a. Validitas isi (Content Validity). Valditas isi berkaitan dengan kemampuan suatu instrumen
mengukur isi (konsep) yang harus diukur. Ini berarti bahwa suatu alat ukur mampu mengungkap
isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur. Pengukuran motivasi harus mampu mengukur
seluruh aspek yang berkaitan dengan konsep motivasi, dan demikian juga untuk hal-hal lainnya.
Penentuan validitas isi terutama berkaitan dengan proses analisis logis, dengan dasar ini Dia
berpendapat bahwa validitas isi berbeda dengan validitas rupa yang kurang menggunakan
analisis logis yang sistematis, lebih lanjut dia menyatakan bahwa sebuah instrumen yang punya
validitas isi biasanya juga mempunyai validitas rupa, sedang keadaan sebaliknya belum tentu
benar.
b. Validitas kriteria (Criterion validity). Adalah validasi suatu instrumen dengan
membandingkannya dengan instrumen-pengukuran lainnya yang sudah valid dan reliabel dengan
cara mengkorelasikannya, bila korelasinya signifikan maka instrumen tersebut mempunyai
validitas kriteria. Terdapat dua bentuk Validitas kriteria yaitu :
1) Validitas konkuren (Concurrent validity),
2) Validitas ramalan (Predictive validity),
Validitas konkuren adalah kemampuan suatu instrumen pengukuran untuk mengukur
gejala tertentu pada saat sekarang kemudian dibandingkan dengan instrumen pengukuran lain
untukkonstruk yang sama. Validitas ramalan adalah kemampuan suatu instrumen pengukuran
memprediksi secara tepat dengan apa yang akan terjadi di masa datang. Contohnya apakah test
masuk sekolah mempunyai validitas ramalan atau tidak ditentukan oleh kenyataan apakah
terdapat korelasi yang signifikan antara hasil test masuk dengan prestasi belajar sesudah menjadi
siswa, bila ada, berarti test tersebut mempunyai validitas ramalan.
3) Validitas konstruk (Construct Validity).
Konstruk adalah kerangka dari suatu konsep, validitas konstruk adalah validitas yang
berkaitan dengan kesanggupan suatu alat ukur dalam mengukur pengertian suatu konsep yang
diukurnya. Menurut Jack R. Fraenkel validasi konstruk (penentuan validitas konstruk)
merupakan yang terluas cakupannya dibanding dengan validasi lainnya, karena melibatkan
banyak prosedur termasuk validasi isi dan validasi kriteria.
2. Reliabilitas
Syarat lain yang juga penting bagi seorang peneliti adalah reliabilitas. Reliabilitas suatu
alat pengukur derajat keajegan alat tersebut dalam mengukur apa yang diukurnya. Reliabilitas
sama dengan konsistensi atau keajegan. Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai
reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam
mengukur yang hendak diukur. Ini berarti semakin reliabel suatu tes memiliki persyaratan maka
semakin yakin kita dapat menyatakan dalam suatu tes mempunyai hasil yang sama ketika
dilakukan tes kembali.
Reabilitas berarti keakuratan atau kekonsistenan pengukuran. Banyak hal yang dapat
mengurangi keakuratan pengukuran. Dalam mengukur program bilingual, misalnya, siswa kelas
dua mengikuti tes tertulis mengenai konsep diri. Tes diberikan oleh guru kepada sekitar 20 siswa.
Beberapa orang siswa sibuk melingkari jawaban pada lembaran yang salah. Hal ini dapat
menjadi sumber ketidak sahihan pengukuran.
Dalam membaca dan menilai penelitian korelasi, sangat perlu diperhatikan ketercukupan
pengukuran. Bagaimana melakukan itu? Pertama, peneliti menunjukkan bukti bahwa pengukuran
yang telah mereka gunakan sahih dan handal. Bukti-buktinya bisa bisa juga berasal dari
penelitian sebelumnya. Tambahan lagi, bukti kesahihan dan kehandalan pengukuran harus
dijelaskan pada laporan penelitian. Ini penting karena bisa saja ukuran yang cukup bagi suatu
kelompok siswa menjadi tidak cukup pada siyuasi lain.

I. Kriteria Untuk Menganalisis Penelitian Korelasi


Pertanyaan di bawah ini dapat digunakan untuk membaca dan mengevaluasi penelitian
yang menggunakan teknik korelasi
1. Apa pertanyaan penelitiannya?
2. Dalam konteks apa penelitian dilaksanakan?
3. Apa orientasi teoritis peneliti?
4. Siapa yang menjadi subjek dalam penelitian? Berapa orang jumlah dan bagaimana memilih
subjek? Apa karakteristik mereka yang relevan?
5. Variabel apa saja yang dinilai? Bagaimana variabel di jelaskan dan diukur?
6. Korelasi analisis apa yang ditampilkan dan apa hasilnya?
7. Kesimpulan apa yang diambil?
8. Apa kontribusi penelitian terhadap pengetahuan atau pembelajaran?
9. Apa implikasi pembelajaran dalam konteks formal?

J. Teknik Analisis Data Korelasional


Teknik analisa korelasional – sebagaimana yang telah sedikit diungkap di atas - dapat
dibedakan menjadi dua golongan, yaitu Teknik analisa Korelasional Bivariat dan Teknik Analisa
Multivariat.
Teknik korelasi parsial digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel,
sedangkan efek variabel ketiga ditekan. Teknik korelasi ganda digunakan untuk menentukan
hubungan antara satu variabel bebas dengan beberapa variabel bebas yang telah digabung.
Teknik korelasi kanonikal digunakan apabila variabel terikatnya terdiri atas sub-sub variabel.
Teknik analisis factor digunakan untuk mengelompokkan sejumlah variabel menjadi beberapa
kelompok atau variabel baru.
Bila dua variabel dikorelasikan hasilnya adalah koefesien korelasi. Suatu koefesien
korelasi disimbolkan dengan angka decimal, antara 0,00 dan +1,00, atau –0,00 dan –1,00, yang
mengindikasikan derajat hubungan dua variabel. Jika koefesien mendekati +1,00; kedua variabel
tersebut mempunyai hubungan positif. Hal ini berarti bahwa seseorang dengan skor yang tinggi
pada suatu variabel akan memiliki skor yang tinggi pula pada variabel lain. Dan seseorang
dengan skor rendah pada satu variabel akan memiliki skor yang rendah pada sutau variabel yang
lain. Suatu peningkatan pada suatu variabel berhubungan /diasosiasikan dengan peningkatan
pada variabel lain. Jika koefesien korelasi tersebut mendekati 0,00, kedua variabel tidak
berhubungan. Hal ini berarti bahwa skor seseorang pada suatu variabel tidak mengindikasikan
skor orang tersebut pada variabel lain.
Jika koefesien tersebut mendekati -1,00, kedua variabel memiliki hubungan yang
sebaliknya (negatif). Hal ini berarti bahwa seorang dengan skor tinggi pada suatu variabel akan
memiliki skor rendah pada variabel lain. Peningkatan pada suatu variabel akan diasosiasikan
dengan penurunan pada variabel lain, dan sebaliknya.
Interpretasi suatu koefesien korelasi tergantung pada bagaimana ia akan digunakan.
Dengan kata lain seberapa besar ia diperlukan agar bermanfaat tergantung pada tujuan
perhitungannya. Dalam studi yang dirancang untuk menyelidiki hubungan yang dihipotesiskan,
suatu koefesien korelasi diinterpretasikan dalam istilah signifikansi statistiknya. Signifikansi
statistik mengacu pada apakah koefesien yang diperoleh berbeda secara nyata dari zero (0) dan
mencerminkan sutau hubungan yang benar, bukan suatu kemungkinan hubungan. Keputusan
berdasarkan signifikansi statistik dibuat pada suatu level kemungkinan (probability) yang
diberikan.
Jadi, berdasarkan ukuran sampel yang diberikan, seorang peneliti tidak diperkenankan
untuk secara langsung menentukan secara positif apakah ada atau tidak ada hubungan yang benar
antara dua variabel, tetapi dapat dikatakan bahwa secara probabilitas ada atau tidak ada
hubungan.
Sementara, untuk menentukan signifikansi statistik maka harus dikonsultasikan pada
tabel yang dapat mengatakan tentang sebeberapa besar koefesien yang diperlukan untuk menjadi
signifikan pada level probabilitas dan ukuran sampel yang diberikan. Untuk level probabilitas
yang sama, atau level signifikansi yang sama, koefesien yang besar diperlukan bila sampel yang
lebih kecil dilibatkan. Secara umum, memiliki lebih banyak bukti dalam koefesien yang
didasarkan pada 100 subjek daripada 10 subjek.
Ketika penginterpretasian suatu koefesien korelasi dilakukan, peneliti harus selalu ingat
bahwa dia hanya berbicara tentang suatu hubungan, bukan hubungan sebab akibat (Causal
Correlation). Koefesien korelasi yang signifikan mungkin menyarankan hubungan sebab akibat
tetapi tidak menetapkannya. Hanya ada satu cara untuk menetapkan hubungan sebab akibat,
yaitu eksperimen. Bila seseorang menemukan hubungan yang dekat antara dua variabel, hal itu
sering menjadi pemicu untuk menyimpulkan bahwa satu menyebabkan yang lain. Dalam
kenyataannya, itu hal itu mungkin tidak saling mempengaruhi; mungkin terdapat variabel ketiga
yang mempengaruhi kedua variabel tersebut. (Emzir, 2010)[21].
Di atas telah disinggung sedikit mengenai beberapa teknik analisa korelasional baik yang
berupa bivariat maupun yang multivariate. Dalam pembahasan di sub bab ini hanya akan
diKorelasi Tata Jenjang, dan Korelasi Point Biserial.
1. Korelasi Product Moment
Product Moment Correlation atau Product of the Moment Correlation adalah salah satu
teknik untuk mencari korelasi antar dua variabel yang kerap kali digunakan. Teknik korelasi ini
dikembangkan oleh Karl Pearson, yang karenanya sering disebut dengan istilah Teknik Korelasi
Pearson. Sedangkan disebut Product Moment Correlation karena koefesien korelasinya
diperoleh dengan cara mencari hasil perkalian dari moment-moment variabel yang dikorelasikan
(Product of the moment).
Teknik ini digunakan ketika berhadapan dengan kenyataan seperti; variabel yang
dikorelasikan berbentuk gejala atau data yang bersifat continue, sampel yang diteliti mempunyai
sifat homogen atau mendekati homogeny, dan regresinya merupakan regresi linier. Adapun
lambang yang digunakan adalah “r” dan angka indeksnya dengan huruf kecil dari huruf-huruf
yang dipergunakan dalam variabel-variabel. Misalnya variabel X dan variabel Y, maka angka
indeks korelasinya diberi lambang rxy.
Sementara untuk memberikan interpretasi terhadap Angka Indeks korelsi “r” Product
Moment ini adalah 1) dengan cara sederhana (kasar) dan 2) dengan jalan berkonsultasi pada tabel
Nilai “r” Product Moment. Dengan cara sederhana dapat digunakan pedoman atau ancer-ancer
sebagai berikut:
Besarnya “r”
product Moment Interpretasi
(rxy)
Antara Variabel X dan variabel Y memang terdapat
korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau
0,00 – 0,20 sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan
(dianggap tidak ada korelasi
Antara Variabel X dan variabel Y memang terdapat
0,20 – 0,40 korelasi yang lemah atau rendah
Antara Variabel X dan variabel Y memang terdapat
0,40 – 0,70 korelasi yang sedang atau cukup
Antara Variabel X dan variabel Y memang terdapat
0,70 – 0,90 korelasi yang kuat atau tinggi
Antara Variabel X dan variabel Y memang terdapat
0,90 – 1,00 korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi

Cara kedua adalah dengan mengkonsultasikan pada tabel “r”..


Banyaknya variabel yang dikorelasikan
df. 2
(degrees of freedom) Harga “r” pada taraf signifikansi
Atau 5% 1%
db (derajat bebas)
1 0,997 1,000
2 0,950 0,990
3 0,878 0,950
4 0,811 0,917
5 0,754 0,874
6 0,707 0,834
7 0,666 0,798
8 0,632 0,765
9 0,602 0,735
10 0,576 0,708
11 0,553 0,684
12 0,532 0,661
13 0,514 0,641
14 0,497 0,623
15 0,482 0,606
16 0,468 0,590
17 0,456 0,575
18 0,444 0,561
19 0,433 0,549
20 0,423 0,537

Apabila cara kedua ini yang ditempuh, prosedur yang harus dilalui secara berturut-turut
adalah:
a. Membuat hipotesa Ha (hipotesa alternative) dan Ho (hipotesa Nihil (Nul));
Contoh hipotesanya:
Ha: “Ada (terdapat) korelasi positif (atau negatif) yang signifikan antara variabel X dan variabel
Y
Ho: “Tidak ada (tidak terdapat) korelasi positif (atau negatif) yang signifikan antara variabel X
dan variabel Y
b. Menguji kebenaran atau kepalsuan dari hipotesa yang telah diajukan
Tujuannya untuk mengetahui kebenaran apakah Ha atau Ho dengan jalan
membandingkan besarnya “r” yang telah diperoleh dalam proses perhitungan atau “r” observasi
(ro) dengan besarnya “r” yang tercantum dalam tabel Nilai “r” Product Moment (rt), dengan
terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (db) atau degrees of freedomnya 9df) yang rumusnya
adalah:
df = N – nr

df = degrees of freedom
N = Number of class
nr = banyaknya variabel yang dikorelasikan
Dengan diperolehnya db atau df maka dapat dicari besarnya “r” yang tercantum dalam
tabel nilai “r” Product Moment, baik pada taraf signifikansi 1% maupun 5%. Jika ro sama
dengan atau lebih besar dari pad art maka Hipotesa alternative (Ha) diterima berarti memang
benar antara variabel X dan variabel Y ada hubungan yang signifikan, dan sebaliknya Ho ditolak.
Selanjutnya adalah menghitung dan memberikan intepretasi terhadap angka indeks korelasi “r”
Product Moment.
a. Rumus
Apabila dalam mencari angka indeks korelasi “r”, perhitungannya didasarkan pada
Deviasi Standar dari data yang sedang dicari korelasinya maka rumusnya adalah:
rxy = ∑xy
N.SDx.SDy

b. Langkah-langkah
1) Menyiapkan tabel kerja atau tabel perhitungan, yang terdiri dari delapan kolom. Pada kolom 1
dimuat Subjek Penelitian; kolom 2 memuat skor variabel X; kolom 3 memuat skor Y; kolom 4
memuat deviasi sekor variabel X terhadap Mean Groupnya (Mx); Kolom 5 memuat deviasi skor
variabel Y terhadap Mean Groupnya (My); kolom 6 memuat hasil perkalian antara deviasi x
(yaitu x2) dan kolom 8 memuat hasil pengkuaadratan deviasi y (yaitu y2).
2) Menghitung Mean dari variabel X (yaitu Mx) dengan menggunakan rumus :

3) Menghitung Mean dari variabel Y (yaitu My) dengan menggunakan rumus:

4) Menghitung Deviasi Standar variabel X (yaitu SDx) dengan menggunakan rumus:


SDx =

5) Menghitung Deviasi Standar variabel Y (yaitu SDy) dengan menggunakan rumus:


SDy =

6) Menghitung angka Indeks Korelasi antara variabel X dan variabel Y (yaitu rxy), dengan
menggunakan rumus:
rxy =

Adapun untuk menentukan koefesien korelasi, terdapat tiga macam


1) Rumus 1
rxy =

2) Rumus 2
rxy=

3) Rumus 3
rxy =
2. Korelasi Tata jenjang
Korelasi tata jenjang yang disebut dalam istilah bahasa inggris Rank Difference
Correlation atau Rank-Order Correlation, digunakan untuk menentukan hubungan dua gejala
yang kedua-duanya merupakan gejala ordinal atau tata jenjang. Teknik ini menggunakan rumus
yang dikemukakan oleh Spearmen, sebagai berikut:
Rho xy = 1 -

Artinya :
Rho xy = koefesien korelasi tata jenjang
D = Difference. Sering digunakan juga B singkatan
dari Beda. D adalah beda antara jenjang setiap
subjek
N = Banyaknya subjek

3. Point Bisereal Correlation


Point Bisereal Correlation atau korelasi point biserial digunakan apabila kita hendak
mengetahui korelasi antara dua variabel, yang satu berbentuk variabel kontinu, sedang yang lain
variabel diskrit murni. Misalnya ingin mengetahui hubungan antara jenis kelamin dengan
inteligensi, kemampuan berpidato atau prestasi belajar.
Hasil perhitungan dengan korelasi point biserial dapat dikonsultasikan ke tabel “r” hasil
korelasi product Moment. Rumusnya adalah sebagai berikut:
rpbis =
DAFTAR PUSTAKA

Creswell, W. John.2008. Educational Reaserch Design: Planning, Conducting, and


Evaluation,Quantitative Research 3thed. Pearson: New Jersey

Danim, Sudarwan, 2002. Menjadi Penelitian Kualitatif, ed.4. Rake Sarasin: Yogyakarta.

Donna, M.Johnson. 1992. Approach to Research in Second Language Learning. Longman.

Emzir. 2008. Metode Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif. Penerbit Raja Grafindo Persada:
Jakarta

Gall, Meredith D., Joyce P. Gall, and Walter Borg. 2003. Educational research : an Introduction.
Boston : pearson education Inc.

Gay, L. R. & Airasian, Peter. 2000. Educational Research: Competencies for Analysis and Application.
London: Prentice-Hall International (UK) ltd.

Tuckman, B.W. 1978. Conducting Educational Research. New York: Harcout Brace Jovanovich,
Publisher

Zechmeister & Shaughnessy. 2000. Research Methods in Psychology, 5/e Chapter 4: Correlational
Research: Surveys. (Online Learning Center).
http://www.mhhe.com/socscience/psychology/shaugh/ch04_summary.html.
Lampiran

HUBUNGAN PENGUASAAN GRAMATIKAL, PEMAHAMAN BUDAYA PRANCIS, DAN


KOMPETENSI KOMUNIKATIF DENGAN KINERJA MENGAJAR GURU BAHASA
PRANCIS SMA
R. EKO DJUNIARTO No. Reg: 7317030501 Program Studi: Pendidikan Bahasa
masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut.
Apakah terdapat hubungan penguasaan gramatikal dengan kinerja mengajar guru bahasa Prancis
SMA?
(1) Apakah terdapat hubungan pemahaman budaya Prancis dengan kinerja mengajar guru
bahasa Prancis SMA?
(2) Apakah terdapat hubungan kompetensi komunikatif dengan kineija mengajar guru bahasa
Prancis SMA?
(3) Apakah terdapat hubungan penguasaan gramatikal, pemahaman budaya, dan kompetensi
komunikatif dengan kinerja mengajar guru bahasa Prancis SMA?
Hasil
Melalui pengujian keempat hipotesis yang diajukan, baik dalam pengujian regresi maupun
pengujian korelasi dapat disimpulkan baflWai terdapat hubungan positif dan signifikan antara
kemampuan berpikir kritis (X ), kemampuan analisis wacana (X ), penguasaan sintaksis bahasa
Inggris (X3) dengan keterampilan menulis akademik bahasa Inggris (Y) baik secara sendiri-
sendiri, maupun secara bersama- sama.
Keempat variabel yang diuji dengan analisis regresi menunjukkan garis regresi linier dan
signifikan. Hal demikian berdasarkan hasil uji linieritas yang menunjukkan Fhltung < Ftabel
Demikian pula, uji signifikansi di mana
Pengujian hipotesis keempat variabel pula menunjukkan hasil positif dan sangat signifikan.
Korelasi positif dan signifikansi korelasi di mana hasil analisis melalui korelasi Product Moment
dengan koefisien (R) rh > ■"tebal
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SOSIAL, PERSEPSI TENTANG KEMAMPUAN
GURU DALAM PEMBELAJARAN, DAN MINAT TERHADAP BAHASA ARAB DENGAN
HASIL BELAJAR BAHASA ARAB SISWA MADRASAH ALIYAH NEGERI SE JAKARTA
TIMUR
SYAIPULLOH
No. Reg.: 7117010981 Program Studi: Teknologi Pendidikan

Gambar 3.1: Konstelasi Hubungan Antar Variabel Penelitian

[1] Gall, Meredith D., Joyce P. Gall, and Walter Borg, Educational research : an Introduction,
(Boston: Pearson Education Inc., 2003), hh.:278-540
[2] Gall, Meredith D., Joyce P. Gall, and Walter Borg, 2003, Op. Cit., hh. 569-570
[3] Creswell, W. John, Educational Reaserch Design: Planning, Conducting, and
Evaluation,Quantitative Research 3thed., (Pearson: New Jersey, 2008), h. 338
[4] Gay, L. R. & Airasian, Peter, Educational Research: Competencies for Analysis and
Application (London: Prentice-Hall International (UK) ltd., 2000), h.182
[5] Richards, Jack, John Platt, and Heidi Weber, Longman Dictionary Of Applied Linguistics,
(Harlow, Essex, England: Longman, . 1985), h. 66
[6] Donna, M. Johnson, Approach to Research in Second Language Learning, (Harlow, Essex,
England: Longman, 1992), h.
[7] Donna, M.Johnson, 1992, Loc. Cit
[8] Zechmeister & Shaughnessy. 2000. “Research Methods in Psychology”, Chapter 4:
Correlational Research: Surveys. (Online Learning Center). http://www.mhhe.com/, h. 1
[9] Donna, M.Johnson, 1992, Loc. Cit.
[10] Danim, Sudarwan, Menjadi Penelitian Kualitatif, ed. 4, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2002)
[11] Gay, L. R. & Airasian, Peter, 2000, OP. Cit.,h. 430
[12] Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan; Kualitatif dan Kuantitatif. (Jakarta: PT. Grafindo
Persada, 2008).
[13] Creswell, 2008, Op. Cit., h. 339-342
[14] Ibid.
[15] Ibid.
[16] Ibid.
[17] Ibid.
[18] Smith, Merry Lee and Gene V. Glass. Research and Evaluation in Education and The
Social Science. (New Jersey: Prentice-Hall Inc. Englewood Cliffs, 1987), h. 12
[19] Ibid.
[20] Tuckman, B.W., Conducting Educational Research. (New York: Harcout Brace Jovanovich,
Publisher, 1978).
[21] Emzir, 2010, Op. Cit, h. 46
Posted by Andri Wicaksono, M.Pd. at 17.03

Andri Wicaksono, 2017. Penelitian korelasional. http://andriew.blogspot.co.id/2015/05/penelitian-


korelasional.html. diakses pada tgl 12/04/2017

Anda mungkin juga menyukai