Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada suatu masalah yang memerlukan
solusi yang tepat. Dalam kehidupan selalu ada masalah, baik masalah pribadi, keluarga,
masyarakat dan negara. Dari semua masalah tersebut, tidak semua masalah yang memerlukan
solusi dalam bentuk kegiatan penelitian. Perbedaanya adalah pada kegiatan penyelesaian
masalah. Selain masalah, komponen penting yang harus ada dalam penelitian adalah tujuan
penelitian sehingga dapat ditentukan metode yang tepat untuk penyelesain masalah. Kegiatan
penyelesaian masalah yang disebut penelitian dapat dilakukan secara sistematis dengan
mengikuti metodologi, dikontrol, dan didasarkan teori yang ada serta diperkuat dengan gejala
yang ada (Sukardi, 2004:3).
Secara umum, penelitian dapat dibedakan dari beberapa aspek, diantaranya aspek tujuan,
aspek metode, aspek kajian. Menurut Gay (dalam Sukardi, 2004:13) Aspek tujuan terdiri dari
penelitian dasar dan lanjut. Aspek metode terdiri atas penelitian deskriptif, penelitian sejarah,
penelitian survei, penelitian ex-postfakto, penelitian eksperimen, penelitian kuai eksperimen.
Sedangkan, aspek kajian sesuai bidang garapan dapat dibagi menjadi dua, yaitu penelitian
kependidikan dan penelitian nonkependidikan (Sukardi, 2004:13-16).
Masalah penelitian dapat dibagi dalam berbagai bidang diantaranya bidang pendidikan,
kesehatan, sosial, ekonomi, dan lain-lain. Salah satu bidang penelitian yang memerlukan
perhatian khusus adalah bidang penelitian pendidikan. Secara umum metode penyelesaian
masalah pada penelitian pendidikan ada dua, yaitu metode kualitatif dan kuantitatif. Salah
satu peneltian yang penting dan bermanfaat dalam dunia pendidikan adalah penelitian
korelasional.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian penelitian korelasional?
2. Apa tujuan penelitian korelasional
3. Apa saja macam-macam studi korelasional?
4. Apasaja ciri-ciri penelitian korelasional?
5. Bagaimana langkah-langkah penelitian korelasional?
6. Bagaimana rancangan penelitian korelasional?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian penelitian korelasional?
2. Mengetahui tujuan penelitian korelasional
3. Mengetahui macam-macam studi korelasional?
4. Mengetahui ciri-ciri penelitian korelasional?
5. Mengetahui langkah-langkah penelitian korelasional?
6. Mengetahui rancangan penelitian korelasional?
BAB II
ISI
A. PENGERTIAN PENELITIAN KORELASI
Gay dalam Emzir (2008:40) menyatakan penelitian korelasi kadang-kadang
diperlakukan sebagai penelitian deskriptif, terutama disebabkan penelitian korelasional
mendeskripsikan sebuh kondisi yang telah ada.
Penelitian korelasi merupakan suatu penelitian yang melibatkan kegiatan
pengumpulan data untuk menentukan, adakah hubungan dan tingkat hubungan antara 2
variabel atau lebih. Penelitian korelasi dilakukan, saat peneliti ingin mengetahui tentang ada
atau tidaknya dan kuat lemahnya suatu hubungan variabel yang berkaitan dalam suatu objek
atau subjek yang diteliti. Hasil penelitian korelasional juga mempunyai implikasi untuk
pengambilan keputusan, seperti tercermin dalam penggunaan prediksi aktuarial secara tepat
(Zechmester,2000:1).
Penelitaan korelasi merupakan suatu studi yang sering dilakukan dan termasuk
kategori penelitian kuantitatif, studi korelasi dapat bersifat simetris, asimetris dan asosiasi.
Dalam penelitan korelasi pengumpulan datanya minimal pada dua variabel dari subjek yang
diteliti, selanjutnya dilakukan komputasi dan seterusnya diadakan pengujian secara kuantitatif
sesuai dengan formula statistika yang digunakan. Penelitian korelasi dapat digunakan untuk
menghasilkan hipotesis atau menguji hipotesis.

B. TUJUAN
Tujuan penelitian korelasi adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada
suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan
pada koefisien korelasi (Sumadi Suryabrata, 1983:26).
Dalam studi yang bertujuan untuk menghasilkan hipotesis, peneliti mengukur
sejumlah variabel dan menghitung koefisien korelasi antar variabel tersebut untuk
mengetahui variabel mana yang berkorelasi. Dalam studi yang bertujuan untuk menguji
hipotesis, peneliti mempunyai bias praduga dan mengharapkan korelasi antar variabel.
Pilihan variabel dalam penelitian berdasarkan atas teori yang sudah ada sehingga dapat
menyususn hipotesis (nyoman dantes, 2012:73).
C. MACAM-MACAM STUDI KORELASIONAL
1. Studi Hubungan
Studi hubungan biasanya dilakukan dalam usaha mendapatkan pemahaman faktor apa saja
atau variabel yang berhubungan dengan variabel yang kompleks, misalnya seperti hasil
belajar akademik, konsep diri dan motivasi. Variabel yang diketahui tidak mempunyai
hubungan dapat dieliminasi dari perhatian atau pertimbangan yang selanjutnya. Identifikasi
variabel yang berhubungan dapat membantu beberapa tujuan utama.
Pertama, studi hubungan dapat memberikan arah untuk melanjutkan studi kausal-komparatif
ataupun eksperimental. Dalam studi kausal - komparatif atau eksperimental, peneliti juga
berkonsentrasi terhadap pengontrolan variabel selain variabel bebas, yang mungkin saja
berhubungan dengan variabel terikat dan menyingkirkan pengaruhnya agar tidak bercampur
dengan pengaruh variabel bebas.
Studi hubungan dapat membantu peneliti mengidentifkasi variabel-variabel seperti itu, yang
berguna untuk mengontrol, dan selanjutnya menyelidiki pengaruh variabel bebas yang
sesungguhnya.
2. Studi Prediksi
Bila variabel mempunyai hubungan yang signifikan, skor pada satu variabel dapat dipakai
untuk memprediksikan skor pada variabel yang lainnya. Sebagai contoh, Peringkat SMA,
dapat dipakai untuk memprediksikan peringkat di perguruan tinggi. Studi prediksi sering
dilakukan guna memudahkan dalam pengambilan suatu kesimpulan mengenai individu atau
membantu dalam pemilihan individu. Studi prediksi juga dijalankan guna menguji hipotesis
teoretis tentang variabel yang dipercaya menjadi prediktor pada suatu kriteria, dan guna
menentukan validitas prediktif dari instrumen pengukuran individual.
Sebagai contoh, hasil studi prediksi digunakan untuk memprediksikan level keberhasilan
yang kemungkinan diperoleh individu pada mata pelajaran tertentu, mislanya aljabar pada
tahun pertama untuk memprediksikan individu mana yang kemungkinan sukses di perguruan
tinggi atau untuk memprediksikan dalam bidang studi mana seseorang individu mungkin
yang paling sukses.
Bila beberapa variabel prediktor masing-masing mempunyai hubungan dengan suatu variabel
kriteria, prediksi yang didasarkan pada kombinasi dari beberapa variabel tersebut akan lebih
akurat daripada didasarkan hanya pada salah satu darinya. Sebagai contoh, prediksi
kesuksesan di perguruan tinggi umumnya didasarkan pada kombinasi beberapa faktor, seperti
rangking dalam peringkat kelas, peringkat SMA, dan skor pada ujian masuk perguruan tinggi.
Meskipun terdapat beberapa perbedaan utama antara studi prediksi dengan studi hubungan,
keduanya melibatkan penentuan hubungan antara sejumlah variabel yang diidentifikasi dan
variabel kompleks.
3. Korelasi dan Kausalitas
Penelitian korelasional merupakan suatu studi bertujuan untuk mengungkapkan hubungan
antar variabel melalui penggunaan statistik korelasional (r). Kuadrat dari koefisien korelasi
akan menghasilkan varians yang dijelaskan (r-square). Suatu hubungan korelasional antara 2
variabel kadang kala merupakan hasil dari sumber lain, jadi peneliti haruslah hati-hati dan
korelasi tidaklah harus menjelaskan sebab dan akibat. Bila suatu hubungan yang kuat
ditemukan antara 2 variabel, kausalitas dapat diuji melalui pemakaian pendekatan
eksperimental (LaMar, 2004:1).
Berbagai rancangan penelitian korelasional umumnya didasarkan pada asumsi bahwa realitas
lebih baik dideskripsikan sebagai suatu jaringan timbal balik dan penginteraksian daripada
hubungan kausal. Sesuatu memengaruhi dan dipengaruhi oleh sesuatu yang lain. Jaringan
hubungan ini tidak linier, seperti dalam penelitian eksperimental. Dengan demikian, dinamika
suatu sistem lebih penting dari kausalitas. Sebagai suatu kaidah, rancangan korelasional
seperti analisis jalur (path analysis) dan rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel
designs) membolehkan pernyataan-pernyataan kausal. Penelitian korelasional adalah
kuantitatif (ibid).
D. CIRI CIRI PENELITIAN KORELASIONAL
1. Penelitian ini cocok dilakukan apabila variabel yang diteliti rumit atau tidak dapat diteliti
dengan metode eksperimental
2. Studi ini memungkinkan pengukuran beberapa variabel dan hubunganya secara serentak
dalam keadaan realistiknya.
3. Hal yang diperoleh dari penelitian ini adalah taraf atau tinggi rendahnya suatu hubungan,
bukan ada atau tidak adanya saling hubungan tersebut.

E. LANGKAH LANGKAH PENELITIAN


1. Pemilihan masalah, menentkan variabel mana dari suatu daftar yang mungkin berhubungan
maupun untuk menguji hipotesis.
2. Sample dan pemilihan instrument, sampel dengan menggunakan teknik sampling yang
diterima. Dalam sebuah studi penting untuk memilih dan dan mengembangkan pengukuran
yang valid dan reliabel. Bila variabel tidak memadai dikumpulkan, maka koefisien korelasi
yang diperoleh akan mewakili estimasi tingkat korelasi yang kurang bahkan tidak akurat.
Kemudian bila pengukuran yang dilakukan tidak secara nyata benar-benar mengukur variabel
yang diinginkan, maka koefisien yang dihasilkan tidak akan mengindikasikan hubungan yang
diinginkan.
3. Desain dan prosedur, Desain korelasional dasar sangatlah sederhana; 2 atau lebih skor yang
didapatkan dari setiap jumlah sampel yang dipilih, 1 skor untuk setiap variabel yang diteliti,
dan skor berpasangan kemudian dikorelasikan. Koefisien korelasi yang diperoleh
mengindikasikan tingkatan atau derajat hubungan antara kedua variabel tersebut. Penelitian
yang berbeda menyelidiki sejumlah variabel, dan beberapa penggunaan prosedur statistik
yang kompleks, namun desain dasar tetaplah sama dalam semua penelitian korelasional
4. Analisis data dan interprestasi, Jika 2 variabel dikorelasikan maka hasilnya yaitu koefisien
korelasi. Suatu koefisien korelasi dalam bentuk angka desimal, antara 0,00 dan +1,00, atau
0,00 dan –1,00, yang mengindikasikan tingkat atau derajat hubungan antara 2 variabel. Bila
koefisien mendekati +1,00 maka kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang positif. Hal
ini dapat diartikan bahwa seseorang yang mempunyai skor yang tinggi pada suatu variabel
tertentu akan mempunyai skor yang tinggi pula pada variabel yang lain. Dapat juga diartikan
suatu peningkatan pada suatu variabel berhubungan atau diasosiasikan dengan peningkatan
juga pada variabel lain.
Apabila koefisien korelasi mendekati 0,00 kedua variabel tersebut tidak mempunyai
hubungan. Hal ini dapat diartikan bahwa skor seseorang pada suatu variabel tertentu tidak
mengindikasikan skor orang tersebut pada variabel yang lain. Bila koefisien tersebut
mendekati -1,00, maka diartikan kedua variabel memiliki hubungan yang berkebalikan atau
negatif. Hal ini diartikan bahwa seseorang dengan skor tinggi pada suatu variabel tertentu
akan mempunyai skor yang rendah pada variabel yang lain, atau peningkatan pada suatu
variabel akan diasosiasikan dengan penurunan pada variabel lain, dan begitu juga sebaliknya.
Interpretasi suatu koefisien korelasi tergantung pada bagaimana koefisien tersebut akan
digunakan. Dengan kata lain, seberapa besar koefisien tersebut diperlukan supaya bermanfaat
tergantung pada tujuan perhitunganya. Dalam studi yang dirancang guna menyelidiki atau
hubungan yang dihipotesiskan, suatu koefisien korelasi diinterprestasikan pada suatu istilah
signifikansi statistiknya. Dalam penelitian prediksi, signifikansi statistik merupakan nilai
kedua dari koefisien dalam memudahkan prediksi yang tepat dan akurat. Signifikansi statistik
mengacu kepada, apakah koefisiensi yang didapatkan berbeda secara nyata dari zero (0) dan
mencerminkan hubungan yang benar, bukan suatu kemungkinan hubungan, keputusan
berdasarkan signifikansi statistik dihasilkan pada suatu level kemungkinan (probability) yang
diberikan. Dengan kata lain, berdasarkan pada ukuran sampel yang diberikan, peneliti tidak
bisa menentukan secara positif apakah ada atau tidak ada hubungan yang benar antara dua
variabel, tetapi peneliti bisa mengatakan secara probabilitas ada atau tidak ada hubungan.
Untuk menentukan signifikansi statistik, peneliti hanya mengonsultasikanya pada sebuah
tabel yang mampu mengatakan pada peneliti seberapa besar koefisiensi diperlukan untuk
menjadi signifikan pada level probabilitas yang diberikan. Untuk suatu level probabillitas
yang sama, atau level signifikansi yang sama, koefisien yang besar diperlukan jika sampel
yang lebih kecil dilibatkan.
Ketika penginterprestasian suatu koefisien korelasi, peneliti harus selalu ingat bahwa peneliti
hanya berbicara tentang suatu hubungan, bukan hubungan sebab-akibat. Koefisiensi korelasi
yang signifikan mungkin menyarankan hubungan sebab-akibat akan tetapi tidak
menetapkannya. Hanya ada 1 cara untuk menetapkan hubungan sebab-akibat, yaitu penelitian
eksperimen. Jika seseorang menemukan hubungan yang dekat antara 2 variabel, hal tersebut
sering kali menggoda untuk menyimpulkan bahwa 1 variabel menyebabkan variabel yang
lain. Pada kenyataannya, hal itu mungkin tidak saling mempengaruhi; mungkin terdapat
variabel ketiga yang mempengaruhi kedua variabel tersebut.
F. RANCANGAN PENELITIAN KORELASIONAL
Penelitian korelasional mempunyai bermacam jenis rancangan dianataranya, yaitu (1)
korelasi bivariat, (2) regresi dan prediksi (3) regresi jamak, (4) analisis faktor, dan (5)
rancangan korelasi yang digunakan untuk membuat kesimpulan kausal. (Shaughnessy &
Zechmeister,2000:2-5). Rancangan penelitian tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Korelasi Bivariat
Rancangan penelitian korelasi bivariat merupakan suatu rancangan penelitian yang memiliki
tujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara dua variabel. Hubungan antara 2 variabel
tersebut diukur. Hubungan tersebut mempunyai tingkatan dan arah.
Tingkat hubungan menunjukkan bagaimana atau seberapa kuatnya hubungan tersebut,
umumnya diungkapkan dalam angka antara -1 dan +1, tingkatan hubungan itu dinamakan
koefisien korelasi. Korelasi zero (0) mengindikasikan tidak adaanya hubungan antarvariabel.
Koefisiensi korelasi yang bergerak ke arah -1 atau +1, merupakan korelasi sempurna pada
kedua ekstrem. Arah hubungan diindikasikan oleh simbol – dan +. Suatu korelasi negatif
berarti bahwa semakin rendah skor pada suatu variabel, semakin rendah pula skor pada
variabel lain. Korelasi positif mengindikasikan bahwa semakin tingngi skor pada suatu
variabel, semakin tinggi pula skor pada variabel lain. Hubungan antara prestasi dan motivasi
belajar merupakan contoh korelasi positif. Sedangkan, hubungan antara sehat dan sres
merupakan contoh korelasi negatif.
2. Regresi dan Prediksi
Bila terdapat korelasi antara 2 variabel, dan peneliti mengetahui skor pada salah satu variabel,
peneliti dapat meprediksikan skor pada variabel kedua. Regresi merujuk pada seberapa baik
peneliti bisa membuat prediksi semacam ini. Sebagaimana pendekatan koefisien korelasi baik
yang bernilai -1 maupun +1, prediksi peneliti dapat lebih baik. Sebagai contoh, terdapat
hubungan antara kesehatan dan stres. Jika peneliti mengetahui skor stres seseorang, maka
peneliti mampu memprediksikan skor kesehatan seseorang tersebut dimasa yang akan datang.

3. Regresi Jamak (Multiple Regression)


Regresi jamak adalah perluasan regresi dan prediksi sederhana dengan menambahkan
beberapa variabel. Kombinasi beberapa variabel ini dapat memberikan lebih banyak kekuatan
kepada peneliti untuk membuat prediksi yang lebih akurat. Apa yang peneliti prediksikan
disebut variabel kriteria (criterion variabel). Apa yang peneliti gunakan untuk membuat
prediksi, sedangkan variabel-variabel yang telah diketahui, disebut variabel prediktor
(predictor variables).
Jika peneliti tidak hanya mengetahui skor stres, akan tetapi juga mengetahui skor perilaku
kesehatan atau seberapa baik seseorang memperhatikan dirinya sendiri, dan bagaimana
kesehatan seseorang selama ini secara umum sehat atau sakit, maka peneliti akan lebih dapat
memprediksikan secara lebih tepat status kesehatan seseorang tersebut. Dengan demikian,
terdapat tiga variabel prediktor stres, perilaku kesehatan, dan status kesehatan sebelumnya,
dan satu variabel kriteria, yaitu kesehatan di masa akan datang.
4. Analisis faktor
Prosedur statistik yang satu ini mengidentifikasi pola variabel yang ada. Sejumlah besar
variabel dikorelasikan dan terdapatnya antar korelasi yang tinggi mengindikasikan suatu
faktor penting yang umum.
Sebagai contoh, peneliti dapat mengukur sejumlah besar aspek kesehatan fisik, mental,
emosi, dan spiritual. Setiap pertanyaan akan memberikan kepada peneliti suatu skor. Korelasi
yang tinggi baik positif itu maupun negatif antara beberapa skor ini akan mengindikasikan
faktor penting yang bersifat umum. Banyak pertanyaan berbeda yang dapat diberikan, yang
kemungkinan dapat mengukur faktor kesehatan emosional. Dalam kasus ini akan terdapat
korelasi yang tinggi antara pertanyaan tentang marah, depresi, cemas, dan seterusnya. Atau di
lain pihak, bila masing-masing pertanyaan merupakan faktor terpisah, akan terdapat korelasi
yang kecil antara pertanyaan yang berhubungan dengan marah, depresi, cemas, dan
seterusnya.
5. Rancangan Korelasional yang Digunakan untuk Menarik Kesimpulan Kausal.
Terdapat 2 rancangan yang bisa digunakan guna membuat pernyataan-pernyataan tentang
sebab dan akibat menggunakan metode korelasional. Rancangan tersebut yaitu rancangan
analisis jalur (path analysis design) dan rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel
design).
Analisis jalur digunakan untuk menentukan yang mana dari sejumlah jalur yang
menghubungkan satu variabel dengan variabel lainnya. Sebagai contoh, peneliti mengetahui
adanya suatu hubungan antara kesehatan dan stres. Analsis jalur digunakan untuk
memperlihatkan bahwa terdapat jalur kecil melalui psikologi, jalur utama yang berhubungan
dengan kesehatan dan stres melalui perilaku sehat. Artinya kita mengetahui bahwa stres
memengaruhi faktor-faktor psikologi seperti coronary dan fungsi-fungsi kekebalan. Kita juga
mengetahui bahwa kita stres, kita menghentikan kehati-hatian terhadap diri kita, kita kurang
tidur, makan kurang baik, gagal memperoleh latihan-latihan yang layak, dan seterusnya.
Penelitian memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang lebih kuat antara stres, perilaku
sehat, dan kesehatan daripada antara stres, psikologi, dan kesehatan. Penelitian ini
menggunakan statistik korelasi untuk menggambarkan kesimpulan ini.
6. Analisis Sistem (System Analysis)
Analisis sistem melibatkan penggunaan prosedur matemetik yang kompleks atau rumit guna
menentukan proses dinamik, mislanya seperti perubahan sepanjang waktu, jerat umpan balik,
serta aliran dan unsur hubungan. Sebagai contoh, sistem analisis digunakan untuk
menggambarkan atau membuat diagram perbedaan antara SMP yang berhasil dan SMP yang
gagal. Beberapa unsur dari sistem ini adalah harapan guru terhadap usaha pengajaran,
performasi siswa, dan performasi siswa. Masing-masing unsur ini saling memengaruhi dan
berubah sepanjang waktu.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan
antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut
sehingga tidak terdapat manipulasi variabel. Adanya hubungan dan tingkat variabel ini
penting karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat
mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogjakarta : Andi.


Emzir. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif Dan Kualitatif. Jakarta : PT Rajagrafindo
Persada.
Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi
Aksara.
Suryabrata, Sumadi. 1983. Metodeologi Penelitian : analisis kuantitatif. Yogjakarta : Lembaga
Pendidikan Doktor Universitas Gajah Mada.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada suatu masalah yang
memerlukan solusi yang tepat. Dalam kehidupan selalu ada masalah, baik masalah pribadi,
keluarga, masyarakat dan negara. Dari semua masalah tersebut, tidak semua masalah yang
memerlukan solusi dalam bentuk kegiatan penelitian. Perbedaannya adalah pada kegiatan
penyelesaian masalah. Selain masalah, komponen penting yang harus ada dalam penelitian
adalah tujuan penelitian sehingga dapat ditentukan metode yang tepat untuk penyelesaian
masalah. Kegiatan penyelesaian masalah yang disebit penelitian dapat dilakukan secara
sistematis dengan mengikuti metodologi, dikontrol, dan didasarkan teori yang ada serta
diperkuat dengan gejala yang ada.
Secara umum penelitian dapat dibedakan dari beberapa aspek, diantaranya aspek tujuan,
aspek metode, aspek kajian. Aspek tujuan terdiri dari penelitian dasar dan lanjut. Aspek
metode terdiri dari atas penelitian deskriptif, penelitian sejarah, penelitian survei,
penelitian ex-postfakto, penelitian eksperimen, penelitian kuai eksperimen. Sedangkan aspek
kajian sesuai bidang garapan dapat dibagi menjadi dua, yaitu penelitian kependidikan dan
penelitian nonkependidikan.
Masalah penelitian dapat dibagi dalam berbagi bidang diantaranya bidang pendidikan,
kesehatan, sosial, ekonomi. Salah satu bidang penelitian yang memerlukan perhatian khusus
adalah bidang penelitian pendidikan. Secara umum metode penyelesaian masalah pada
penelitian pendidikan ada dua, yaitu metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif yang
pengumpulan datanya berinteraksi langsung dengan objek penelitiannya dan hasilnya tidak
diperoleh melalui prosedur statistik. Sedangkan metode kuantitatif pengumpulan datanya
melalui instrumen penelitian berupa populasi dan sampel serta hasilnya diperoleh melalui
prosedur statistik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penelitian korelasional?
2. Apa tujuan dari penelitian korelasional?
3. Apa saja ciri-ciri penelitian korelaional?
4. Jelaskan macam-macam penelitian korelasional!
5. Bagaimana rancangan penelitian korelasional?
6. Bagaimana desain dari penelitian korelasional?
7. Jelaskan kelebihan dan keterbatasan penelitian korelasional!
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penelitian Korelasional
Penelitian korelasi atau korelasional adalah suatu penelitian untuk mengethui hubungan
antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi vriabel tersebut sehingga
tidak terdapat manipulasi variabel. Adanya hubungan dan tingkat variabel ini penting karena
dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya
sesuai dengan tujuan penelitian. Jenis penelitian ini biasanya melibatkan ukuran
statistik/tingkat hubungan yang disebut dengan korelasi. Penelitian korelasional
menggunakan instrumen untuk menentukan apakah, dan untuk tingkat apa, terdapat
hubungan antara dua variabel atau lebih yang dapat dikuantifikasikan.
Penelitian korelasi merupakan salah satu bagian penlitian ex-post facto karena biasanya
peneliti tidak memanipulasi keadaan variabelyang ada dan langsung mencari keberadaan
hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefisien korelasi.
Sedangkan menurut Fraenkel dan Wallen menyatakan bahwa penelitian korelasi termasuk
kedalam penelitian deskriptif karena penelitian itu merupakan usaha menggambarkan
kejadian yang sudah terjadi. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha menggambarkan kondisi
sekarang dalam konteks kiantitatif yang direfleksikan dalam bentuk variabel.[1]
Penelitian korelasional dilakukan dalam berbagai bidang, diantaranya : pendidikan, sosial,
maupun ekonomi. Penelitian ini hanya terbatas pada penafsiran hubungan antar variabel saja
tidak sampai pada hubungan kausalitas, tetapi penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan
untuk dijadikan penelitian selanjutnya seperti penelitian eksperimen. Penelitian korelasi
memiliki tiga karakteristik penting untuk para peneliti yang hendak menggunakannya. Tiga
karakteristik tersebut adalah sebagai berikut :
1. Penelitian korelasi tepat digunakan jika variabelnya kompleks dan peneliti tidak mungkin
melakukan manipulasi dan mengontrol variabel seperti dalam penelitian eksperimen.
2. Memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam setting (lingkungan) nyata.
3. Memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang signifikan.[2]
B. Tujuan Penelitian Korelasional
Adapun tujuan penelitian korelasional adalah untuk melihat sejauh mana variabel-variabel
pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih. Faktor lain
berdasarkan pada koefisien korelasi, untuk menentukan hubungan antara variabel, atau untuk
menggunakan hubungan tersebut untuk membuat prediksi. Adapun secara khusus, tujuan dari
penelitian korelasional itu sebagai berikut
1. Untuk mencari bukti terdapat tidaknya hubungan (korelasi) antar variabel.
2. Bila telah ada hubungan, maka penelitian ini bertujuan untuk melihat tingkat keeratan
hubungan antar variabel.
3. Untuk memperoleh kejelasan dan kepastian apakah hubungan tersebut berarti
(meyakinkan/signifikan) atau tidak berarti (tidak meyakinkan/insignifican).[3]
C. Ciri-Ciri Penelitian Korelasional
1. Variabel yang diteliti relatif rumit, tidak dapat dieksperimentasikan dan dimanipulasikan.
2. Mengukur variabel yang berhubungan secara serentak dalam situasi realistik
3. Koefisien korelasi yang ingin dicari adalah positif atau negatif, signifikan atau tidak
signifikan
4. Satu atau lebih variabel disebut variabel bebas (independen variables) dan satu satu atau lebih
variabel terikat (dependen variables).[4]
D. Macam-Macam Penelitian Korelasional
1. Penelitian korelasi
Penelitian korelasi, relasional, atau korelasi sederhana (seringkali hanya disebut
korelasi saja) digunakan untuk menyelidiki hubungan antara hasil pengukuran terhadap dua
variabel yang berbeda dalam waktu yang bersamaan. Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan tingkat atau derajat hubungan antara sepasang variabel (bivariat). Lebih lanjut,
penelitian jenis ini seringkali menjadi bagian dari penelitian lain, yang dilakukan sebagai
awala untuk proses penelitian lain yang kompleks. Misalnya, dalam penelitian korelasi
multivariat yang meneliti hubungan beberapa variabel secara simultan pada umumnya selalu
di awali dengan peneitian hubungan sederhana untuk melihat bagaimana masing-masing
variabel tersebut berhubungan antar satu sama lain secara berpasangan.
Dalam penelitian korelasi sederhana ini hubungan antara variabel tersebut
ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi. Nilai koefisien korelasi merupakan suatu alat
statistik yang digunakan untuk membantu peneliti dalam memahami tingkat hubungan
tersebut. Nilai koefisien bervariasi mulai dari -1,00 sampai +1,00 diperoleh dengan
menggunakan tehnik statistik tertentu sesuai dengan karakteristik dari data masing-masing
variabel.[5]
Pada dasarnya, desain penelitian hubungan ini cukup sederhana, yakni hanya dengan
mengumpulkan skor dua variabel dari kelompok subjek yang sama dan kemudian
menghitung koefisien korelasinya. Oleh karena itu dalam melakukan penelitian ini, pertama-
tama peneliti menentukan sepasang variabel yang akan diselidiki tingkat hubungannya.
Pemilihan kedua variabel tersebut harus didasarkan pada teori, asumsi, hasil penelitian yang
mendahului, atau pengalaman bahwa keduanya sangat mungkin berhubungan.
2. Penelitian Prediktif
Dalam pelaksanaan di bidang pendidikan, banyak situasi yag menghendaki
dilakukannya prediksi atau peramalan. Pada tahun ajran baru, misalnya, setiap sekolah karena
keterbatasan fasilitas, seringkali harus menyeleksi para pendaftar yang akan diterima menjadi
calon siswa baru.
Penelitian korelasi jenis ini memfokuskan pada pengukuran terhadap satu variabel
atau lebih yang dapat dipakai untuk memprediksi atau meramal kejadian di masa yang akan
datang atau variabel lain. Penelitian ini sebagaimana penelitian relasional, melibatkan
penghitungan korelasi antara suatu pola tingkah laku yang kompleks, yakni variabel yang
menjadi sasaran prediksi atau yang akan diramalkan kejadiannya (disebut kriteria), dan
variabel lain yang diperkirakan berhubngan dengan kriteria, yakni variabel yang dipakai
untuk memprediksi (disebut prediktor). Teknik yang digunakan untuk mengetahui tingkat
prediksi antara kedua variabel tersebut adalah tehnik analisis regresi yang menghasilkan
koefisien regresi.
Perbedaan yang utama antara penelitian relasional dengan penelitian jenis ini terletak
pada asumsi yang mendasari hubungan antar variabel yang diteliti. Dalam penelitian
relasional, peneliti berasumsi bahwa hubungan antara kedua variabel terjadi secara dua arah.
Dengan kata lain, ia hanya ingin menyelidiki apakah kedua variabel memiliki hubungan,
tanpa memiliki anggapan bahwa variabel yang muncul lebih awal dari yang lain. Oleh karena
itu, biasanya kedua variabel diukur dalam waktu yang bersamaan. Sedangkan dalam
penelitian prediktif, disamping ingin menyelidiki hubungan dua variabel, peneliti juga
memiliki anggapan bahwa salah satu variabel muncul lebih dahulu dari yang lain, atau
hubungan satu arah. Oleh karena itu, tidak seperti penelitian relasional, kedua variabel diukur
dalam waktu yang berurutan, yakni variabel prediktor diukur sebelum variabel kritria terjadi,
dan tidak dapat dilakukan sebaliknya.[6]
3. Korelasi multivariat
Tekhnik untuk mengukur dan menyelidiki tingkat hubungan antara kombinasi dari
tiga variabel atau lebih dusebut tehnik korelasi multivariat. Ada beberapa tehnk yang dapat
diginakan, dua diantaranya yang akan dibahas disini adalah : regresi ganda atau multiple
regresion dan korelasi kanonik.
a. Regresi ganda
Memprediksi suatu fenomena yang kompleks hanya dengan menggunakan satu faktor
(variabel prediktor) seringkali hanya memberikan hasil yang kurang akurat. Dalam banyak
hal, semakin banyk informsasi yang diperoleh maka semakin akurat prediksi yang akan
dibuat, yakni dengan menggunakan kombinasi dua atau lebih variabel prediktor, prediksi
terhadap variabel kriteria akan lebih akurat dibanding dengan hanya menggunakan masing-
masing variabel prediktor secara sendiri-sendiri. Dengan demikian penambahan jumlah
prediktor akan meningkatkan akurasi prediksi kriteria.

b. Korelasi kanonik
Pada dasarnya tehnik ini sama dengan regresi ganda, dimana beberapa variabel
dikombinasikan untuk memprediksi variabel kriteria. Akan tetapi, tidak seperti regresi ganda
yang hanya meibatkan satu variabel kriteria, korelasi kanonik melibatkan lebih dari satu
variabel kriteria. Korelasi ini berguna untuk menjawab pertanyaan, bagaimana serangkaian
variabel prediktor memprediksi serangkaian variabel kriteria? Dengan demikian, korelasi
kanonik ini dapat dianggap sebagai perluasan dari regresi ganda, dan sebaliknya, rehresi
berganda dapat dianggap sebagai bagian dari korelasi kanonik. Seringkali penelitian ini
digunakan dalam penelitian eksplorasi, yang bertujuan untuk menentukan apakah sejumlah
variabel memiliki hubungan satu sama lain yang serupa atau berbeda.[7]
E. Rancangan Penelitian Korelasional
Pengertian korelasional mempunyai berbagai jenis ranvangan menurut Shaughnessy dan
Zechmenter yaitu:
1. Korelasi Bivariat
Rancangan penelitian korelasi bivariat adalah suatu rancangan penelitian yang
bertujuan untuk mendeskrifsikan hubungan antara dua variabel. Hubungan antara dua
variabel diukur hubungan tersebut mempunyai tingkatan dan arah. Tingkat hubungan
(bagaimana kuatnya hubungan) biasanya diungkapkan dalam angka antara -1,00 dan + 1,00,
yang dinamakan koefisien korelasi. korelasi zero (0) mengindekasikan tidak ada hubungan.
Koefisien korelasi yang bergerak ke arah – 1,00 atau +1,00, merupakan korelasi sempurna
pada kedua ekstrem. Arah hubungan diindikasikan dengan simbol “-“ dan “+”. Suatu korelasi
negatif berarti bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin rendah pula skor pada
variabel lain atau sebaliknya. Korelasi positif mengidentifikasikan bahwa semakin tinggi skor
pada suatu variabel maka semakin tinggi pula skor variabel lain atau sebaliknya.

2. Regresi dan Prediksi


Jika terdapat korelasi antara dua variabel dan kita mengetahui skor pada salah satu
variabel, skor pada variabel kedua dapat diprediksikan. Regresi menunjukkan pada seberapa
baik kita dapat membuat prediksi ini. Sebagaimana pendekatan koefisien korelasi baik -1,00
maupun +1,00, perdoksi kita dapat lebuh baik.
3. Regresi Ganda (Multiple Regresion)
Regresi jamak merupakan perluasan dari regresi dan prediksi sederhana dengan
penambahan beberapa variabel. Kombinasi beberapa variabel ini memberikan lebih banyak
kekuatan pada kita untuk membuat prediksi yang akurat. Apa yang kita prediksikan disebut
variabel kriteria (Criterion Variable). Apa yang kita gunakan untuk membuat prediksi,
variabel-variabel yang sudah diketahuai disebut variabel prediktor (Predictor Variables).
4. Analisis Faktor
Prosedur statistik ini mengidentifikasi pola variabel yang ada. Sejumlah besar variabel
dikorelasikan dan terdapatnya antar korelasi yang tinggi mengindikasikan suatu faktor
penting yang umum.
5. Rancangan Korelasional
Yang digunakan untuk menarik kesimpulan kausal terdapat dua racangan yang dapat
digunakan untuk membuat pernyataan-pernyataan tentang sebab dan akibat menggunakan
metode korelasional. Rancangan tersebut adalah rancangan analisis jalur (Path Analysis
Design) dan rancangan panel lintas akhir (Cross-Lagged Panel Design). Analisis jalur
digunakan untuk menentukan mana dari sejumlah jalur yang menghubungkan satu variabel
dengan variabel lainnya. Sedangkan desain panel lintas akhir mengukur dua variabel pada
dua titik sekaligus.

6. Analisis Sistem (System Analysis)


Desain ini melibatkan penggunaan presedur matematika yang kompleks atau rumit
untuk menentukan preses dinamik, seperti perubahan sepanjang waktu, jerat umpan balik
serta unsur dan aliran hubungan.[8]
F. Desain Dasar Penelitian Korelasional
Pada dasarnya penelitian korelasonal melibatkan perhitungan korelasi antara variabel
yang komplek (variabel kriteria) dengan variabel lain yang dianggap mempunyai hubungan
(variabel prediktor). Langkah-langkah penelitian ini secara umum yaitu penentuan masalah,
peninjauan masalah atau studi pustaka, pertanyaan penelitian atau hipotesisi, rancangan
penelitian dan metodologi penelitian, pengumpulan data, dan analisis data, dan kesimpulan.
1. Penentuan Masalah
Masalah dalam penelitian merupakan kesenjangan antara yang diharapkan dengan
kenyataan yang ada atau sesuatu yang dijadikan target yang telah ditetapkan oleh peneliti,
tetapi target tersebut tidak tercapai. Disetiap penelitian langkah awal yang dilakukan oleh
seorang peneliti adalah menentukan masalah penelitian yang akan menjadi fokus studinya.
Ciri-ciri permaslahan yang layak diteliti adalah yang dapat diteliti, mempunyai kontribusi
atau kebermanfaatan bagi banyak pihak, dapat didukung oleh data empiris serta sesuai
kemampuan dan keinginan peneliti. Dalam penelitian korelasional, masalah yang dimasukkan
atau dipilih harus mempunyai nilai yang berarti dalam pola perilaku fenomena yang
kompleks yang memerlukan pemahaman. Disamping itu, variabel yang dimasukkan dalam
penelitian harus didasarkan pada pertimbangan, baik secara teoritis maupun nalar, bahwa
variabel tersebut mempunyai hubungan tertentu. Hal ini biasanya dapat diperoleh
berdasarkan hasil penelitian sebelumnya.
2. Peninjauan Masalah atau Studi Kepustakaan
Setelah penentuan masalah, kegiatan penelitian yang penting adalah studi kepustakaan
yang menjadi dasar pijakan untuk memperoleh lanadasan teori, kerangka pikir dan pnentuan
dugaan sementara sehingga peneliti dapat mengerti, mengalokasikan, mengorganisasikan,
dan menggunakan variasi pustaka pada bidangnya. Macam- macam sumber untuk
memperoleh teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti adalah dari jurnal, laporan
hasil penelitisn, msjslsh ilmmiah, surat kabar, buku yang relevan, hasil-hasil seminar, artikel
ilmiah dan narasumber.
3. Rancangan Penelitian atau Metodologi Penelitian
Pada tahap ini peneliti menentukan subjek penelitian yang akan dipilih dan
menentukan cara pengolahan datanya. Subjek yang akan dilibatkan dalam penelitian ini harus
dapat diukur dalam variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian subjek tersebut harus
relatif homogen dalam faktor-faktor diluar variabel yang diteliti yang mungkin dapat
mempengaruhi variabel terikat. Bila subjek yang dilibatkan mempunyai perbedaan yang
berarti dalam faktor-faktor tersebut, korelasi antar variabel yang diteliti menjadi kabur. Untuk
mengurangi heterogenitas tersebut, peneliti dapat mengklasifikasikan subjek menjadi
beberapa kelompok berdasarkan tingkat faktor tertentu. Kemudian menguji hubungan antar
variabel penelitian untuk masing-masing kelompok.
4. Pengumpulan Data
Berbagai jenis instrumen dapat digunakan untuk mengukur dan mengumpulkan data
masing-masing variabel seperti angket, test, pedoman interview dan pedoman observasi,
tentunya disesuaikan dengan kebutuhan. Data yang dikumpulkan dengan instrumen-
instrumen tersebut harus dalam bentuk angka. Dalam penelitian korelasonal pengukuran
variabel dapat dilakukan dalam waktu yang relatif sama sedang dalam penelitian prediktif,
variabel predikator harus diukur selang beberapa waktu sebelum variabel kriteria terjadi. Jika
tidak demikian maka prediksi terhadap kriteria tersebut tidak ada artinya.
5. Analisis Data
Pada dasarnya, analisis dalam penelitian korelasional dilakukan dengan cara
mengkorelasikan hasil pengukuran suatu variabel dengan hasil pengukuran variabel lain.
Dalam penelitian korelasional, tehnik korelasi bivariat, sesuai dengan jenis datanya,
digunakan untuk menghitung tingkat hubungan anatara variabel yang satu dengan yang lain.
Sedang dalam penelitian prediktif, teknik yang digunakan adalah analisis regresi untuk
mengetahui tingkat kemampuan prediktif variabel prediktor terhadap variabel kriteria.
Namun demikian dapat pula digunakan analisis korelasi biasa bila hanya melibatkan dua
variabel. Bila melibatkan lebih dari dua variabel, misalnya untuk menentukan apakah dua
variabel prediktor atau lebih dapat digunakan untuk memprediksi variabel kriteria lebih baik
dari bila digunakan secara sendiri-sendiri. Tehnik analisis regresi ganda, multiple
regresion atau analisis kanonik dapat digunakan. Hasil analisis tersebut biasanya dilaporkan
dalambentuk nilai koefisien korelasi, atau koefisien regresi serta tingkat signifikansinya,
disamping proporsi variansi yang disumbangkan oleh variabel bebas terhadap variabel
terikat.
Interpretasi data pada penelitian korelasional adalah bila dua variabel dihubungkan
maka akan menghasilkan koefisien korelasi dengan simbol (r). Hubungan variabel tersebut
dinyatakan dengan nilai dari -1 sampai +1. Nilai (-) menunjukkan korelasi negatif yang
variabelnya saling bertolak belakang, dan nilai (+) menunjukkakn korelasi positif yang
variabelnya saling mendekati kearah yang sama.
6. Kesimpulan
Berisi tentang analisis deskrifsi dan pembahasan tentang hal yang diteliti dengan
menggukan kata-kata yang mudah dipahami oleh pembaca secara ringkas.[9]
G. Kelebihan dan Keterbatasan Penelitian Korelasional
1. Kelebihan Penelitian Korelasional
Penelitian korelasional mengandung kelebihan-kelebihan antara lain: kemampuannya
untuk menyelidiki hubungan anatara beberapa variabel secara bersama-sama, dan penelitian
korelasional juga dapat memberikan informasi tentang derajat atau kekuatan hubungan antara
variabel-variabel yang diteliti. Selanjutnya kelebihan penelitian ini adalah penelitian ini
berguna untu mengatasi masalah yang berkaitan dengan bidang pendidikan, ekonomi, dan
sosial. Dengan penelitian ini juga memungkinkan untuk menyelidiki beberapa variabel untuk
diselidiki secara intensif dan penelitian ini dapat melakukan analisis prediksi tanpa
memerlukan sampel yang besar atau banyak.
2. Keterbatasan Penelitian Korelasional
Disamping memeiliki kelebihan, penelitian korelasi memiliki keterbatasan antara lain:
hasilnya hanya mengidentifikasi apa sejalan dengan apa, tidak mesti menunjukkan saling
hubungan yang bersifat kausal, jika dibandingkan dengan penelitian eksperimental, penelitian
korelasional kurang tertib ketat, karna kurang melakukan kontrol terhadap variabel-variabel
bebas, pola saling hubungan itu serig tak menentu sering kabur, sering merangsang
penggunaannya sebagi semacam short-gun ap proach, yaitu memasukkan berbagai data
tanpapilihan-pilihan, dan menggunakan setiap interpretasi yang berguna atau bermakna.[10]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian korelasi atau korelasional adalah suatu penelitian untuk mengethui hubungan
antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi vriabel tersebut sehingga
tidak terdapat manipulasi variabel. Adanya hubungan dan tingkat variabel ini penting karena
dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya
sesuai dengan tujuan penelitian. Jenis penelitian ini biasanya melibatkan ukuran
statistik/tingkat hubungan yang disebut dengan korelasi. Penelitian korelasional
menggunakan instrumen untuk menentukan apakah, dan untuk tingkat apa, terdapat
hubungan antara dua variabel atau lebih yang dapat dikuantifikasikan.
Jadi dengan adanya makalah ini kami harapkan pembaca dapat lebih mengetahui apa itu
penelitian korelasional.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Nizar Rangkuti. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: CitaPustaka Media, 2016
Emzir. Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif, Jakarta: PT Raja Grapindo
Pergoda, 2009
Muhammad Zainal Abidin. Penelitian Korelasional, Jakarta: Pustaka Jaya, 2008
Ruseffendi, Statistika Untuk Penelitian Pendidikan, Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan
Perguruan Tinggi, 1993
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, Jakarta: Bumi Aksara,
2004
Syamsuddin dan Vismaia S.Damaianti, Metotologi Penelitian Pendidikan, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009

[1] Ahmad Nizar Rangkuti, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CitaPustaka Media,
2016), hlm. 92
[2] Ibid., hlm. 93
[3] Muhammad Zainal Abidin, Penelitian Korelasional, (Jakarta: Pustaka Jaya, 2008), hlm.
41
[4] Ibid.
[5] Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif, (Jakarta: PT Raja
Grapindo Pergoda, 2009), hlm. 118
[6] Ibid., hlm. 120
[7] Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, ( Jakarta: Bumi
Aksara, 2004), hlm. 47
[8] Ruseffendi, Statistika Untuk Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan
Perguruan Tinggi, 1993), hlm. 122
[9] Syamsuddin dan Vismaia S.Damaianti, Metotologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 203
[10] Ibid., hlm. 207
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang sering disebut sebagai animal rational yang dibekali
hasrat ingin tahu. Dorongan rasa ingin tahu tersebut membawa manusia selalu berusaha
mendapatkan pengetahuan yang sedang dipermasalahkan atau yang sedang
dipertanyakan. Hasrat ingin tahu manusia terpuaskan apabila dia memperoleh
pengetahuan mengenai hal yang dipertanyakannya. Adapun pengetahuan yang
diinginkannya adalah pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar atau kebenaran
memang secara inherent dapat dicapai manusia, baik melalui pendekatan non ilmiah
maupun pendekatan ilmiah (Suryabrata, 2005). Melalui pendekatan ilmiah orang akan
berusaha untuk memperoleh kebenaran ilmiah.
Pengetahuan yang diperoleh dengan pendekatan ilmiah inilah yang didapat melalui
penelitian ilmiah. Dalam melakukan penelitian orang dapat menggunakan berbagai
macam metode dan sajian dengan rancangan penelitian juga digunakan bermacam-
macam, misalnya metode penelitian korelasi (correlational research) adalah suatu
penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan apakah ada
hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih (Sukardi, 2003).
Penelitian ini sifatnya expose-facto yaitu mengungkapkan fakta yang sudah terjadi di
mana penyebabnya tidak bisa diinterfensi. Adanya hubungan dan tingkat variabel sangat
penting, karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat
mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian
korelasional adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi variasi pada suatu faktor
berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada
koefisien korelasi (Suryabratha, 2003).
Penelitian korenasional memiliki kelemahan dan kelebihan yang perlu diketahui oleh
peneliti, sehingga dengan adanya hal-hal ini maka penulis dapat meyusun makalah ini
agar dapat lebih mengetahui metode penilitian korelasional, kelemahan, kelebihan dan
tujuan penilitian ini.

B. Tujuan dan Manfaat


Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui bagaimakah prinsip
penelitian korelasional ini ?. Sedangkan manfaat yang diperoleh dari pembuatan
makalah ini yaitu dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan mengenai prinsip dan
metode penelitian korelasinal.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penelitian Korelasional
Penelitian korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data
guna menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau
lebih. Adanya hubungan dan tingkat variabel ini penting, karena dengan mengetahui
tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan
tujuan penelitian.
Menurut Gay dalam Sukardi (2008:166) menyatakan bahwa; penelitian korelasi
merupakan salah satu bagian penelitian ex-postfacto karena biasanya peneliti tidak
memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan hubungan
dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefisien korelasi. Walaupun
demikian ada peneliti lain seperti di antaranya Nazir dalam Sukardi (2008:166);
mengelompokkan penelitian korelasi ke dalam penelitian deskripsi, karena penelitian
tersebut juga berusaha menggambarkan kondisi yang sudah terjadi. Dalam penelitian
ini, peneliti berusaha menggambarkan kondisi sekarang dalam konteks kuantitatif yang
direfleksikan dalam variabel.
Penelitian korelasi mempunyai tiga karakteristik penting untuk para peneliti yang
hendak menggunakannya. Tiga karakteristik tersebut, adalah:

1. Penelitian korelasi tepat jika variabel kompleks dan peneliti tidak mungkin melakukan
manipulasi dan mengontrol variabel seperti dalam penelitian eksperimen.
2. Memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam setting (lingkungan) nyata.
3. Memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang signifikan.

B. Tujuan Penelitian Korelasional


Tujuan penelitian korelasional menurut Suryabrata (1994:24) adalah untuk mendeteksi
sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu
atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi. Sedangkan menurut Gay
dalam Emzir (2007:38); Tujuan penelitian korelasional adalah untuk menentukan
hubungan antara variabel, atau untuk menggunakan hubungan tersebut untuk membuat
prediksi.
Studi hubungan biasanya menyelidiki sejumlah variabel yang dipercaya berhubungan
dengan suatu variabel mayor, seperti hasil belajar variabel yang ternyata tidak
mempunyai hubungan yang tinggi dieliminasi dari perhatian selanjutnya.

C. Ciri-ciri Penelitian Korelasional


1. Penelitian macam ini cocok dilakukan bila variabel-variabel yang diteliti rumit
dan/atau tak dapat diteliti dengan metode eksperimental atau tak dapat dimanipulasi.
2. Studi macam ini memungkinkan pengukuran beberapa variabel dan saling
hubungannya secara serentak dalam keadaan realistiknya.
3. Output dari penelitian ini adalah taraf atau tinggi-rendahnya saling hubungan dan
bukan ada atau tidak adanya saling hubungan tersebut.
4. Dapat digunakan untuk meramalkan variabel tertentu berdasarkan variabel bebas.
5. Penelitian korelasional, mengandung kelemahan-kelemahan, antara lain: Hasilnya
cuma mengidentifikasi apa sejalan dengan apa, tidak mesti menunjukkan saling
hubungan yang bersifat kausal; Jika dibandingkan dengan penelitian eksperimental,
penelitian korelasional itu kurang tertib- ketat, karena kurang melakukan kontrol
terhadap variabel-variabel bebas; Pola saling hubungan itu sering tak menentu dan
kabur; ering merangsang penggunaannya sebagai semacam short-gun approach, yaitu
memasukkan berbagai data tanpa pilih-pilih dan menggunakan setiap interpretasi yang
berguna atau bermakna.
6. Penelitian korelasional juga mengandung kelebihan-kelebihan, antara lain:
kemampuannya untuk menyelidiki hubungan antara beberapa variabel secara bersama-
sama (simultan); dan Penelitian korelasional juga dapat memberikan informasi tentang
derajat (kekuatan) hubungan antara variabel-variabel yang diteliti.
D. Langkah-Langkah Pokok
1. Definisikan masalah
2. Lakukan telaah pustaka
3. Rancang cara pendekatannya
4. Kumpulkan data
5. Analisis data dan buat interpretasinya
6. Susun laporan
E. Macam Penelitian Korelasional
a. Penelitian Hubungan
Penelitian hubungan, relasional, atau korelasi sederhana (seringkali hanya disebut
korelasi saja) digunakan untuk menyelidiki hubungan antara hasil pengukuran terhadap
dua variabel yang berbeda dalam waktu yang bersamaan. Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan tingkat atau derajat hubungan antara sepasang variabel (bivariat).
Lebih lanjut, penelitian jenis ini seringkali menjadi bagian dari penelitian lain, yang
dilakukan sebgai awal untuk proses penelitian lain yang kompleks. Misalnya, dalam
penelitian korelasi multivariat yang meneliti hubungan beberapa variabel secara
simultan pada umumnya selalu diawali dengan penelitian hbungan sederhana untuk
melihat bagaimana masing-masing variabel tersebut berhubungan satu sama lain secara
berpasangan.
Dalam penelitian korelasi sederhana ini hubungan antar variabel tersebut ditunjukkan
oleh nilai koefisien korelasi, suatu alat statistik yang digunakan untuk membantu
peneliti dalam memahami tingkat hubungan tersebut. Nilai koefisien tersebut, bervariasi
dari -1,00 sampai +1,00 diperoleh dengan menggunakan teknik statistik tertentu sesuai
dengan karakter dari data masing-masing variabel.
Pada dasarnya, desain penelitian hubungan ini cukup sederhana, yakni hanya dengan
mengumpulkan skor dua variabel dari kelompok subjek yang sama dan kemudian
menghitung koefisien korelasinya. Oleh karena itu, dalam melakukan penelitian ini,
pertama-tama peneliti menentukan sepasang variabel yang akan diselidiki tingkat
hubungannya. Pemilihan kedua variabel tersebut harus didasarkan pada teori, asumsi,
hasil penelitian yang mendahului, atau pengalaman bahwa keduanya sangat mungkin
berhubungan.
b. Penelitian Prediktif
Dalam pelaksanaan di bidang pendidikan, banyak situasi yang menghendaki
dilakukannya prediksi atau peramalan. Pada awal tahun ajaran baru, misalnya, setiap
sekolah karena keterbatasan fasilitas, seringkali harus menyeleksi para pendaftar yang
akan diterima menjadi calon siswa baru.
Penelitian korelasi jenis ini memfokuskan pada pengukuran terhadap satu variabel atau
lebih yang dapat dipakai untuk memprediksi atau meramal kejadian di masa yang akan
datang atau variabel lain (Borg & Gall dalam Hadjar; 1999:285). Penelitian ini
sebagaimana penelitian relasional, melibatkan penghitungan korelasi antara suatu pola
tingkah laku yang kompleks, yakni variabel yang menjadi sasaran prediksi atau yang
diramalkan kejadiannya (disebut kriteria), dan variabel lain yang diperkirakan
berhubungan dengan kriteria, yakni variabel yang dipakai untuk memprediksi (disebut
prediktor). Teknik yang digunakan untuk mengetahui tingkat prediksi antara kedua
variabel tersebut adalah teknik analisis regresi yang menghasilkan nilai koefisien regresi,
yang dilambangkan dengan R.
Perbedaan yang uama antara penelitian relasional dan penelitian jenis in terletak pada
asumsi yang mendasari hubungan antar variabel yang diteliti. Dalam penelitian
relasional, peneliti berasumsi bahwa hubungan an tar kedua variabel terjadi secara dua
arah atau dengan kata lain, ia hanya ingi menyelidiki apakah kedua variabel mempunyai
hbungan, tanpa mempunyai anggapan bahwa variabel yang muncul lebih awal dari yang
lain. Oleh karena itu, kedua variabel biasanya diukur dalam waktu yang bersamaan.
Sedang dalam penelitian prediktif, di samping ingin menyelidiki hubungan antara dua
variabel, peneliti juga mempunyai anggapan bahwa salah satu variabel muncul lebh
dahulu dari yang lain, atau hubungan satu arah. Oleh karena itu, tidak seperti penelitian
relasional, kedua variabel diukur dalkam waktu yang berurutan, yakni variabel prediktor
diukur sebelum variabel kriteria terjadi, dan tidak dapat sebaliknya.
c. Korelasi Multivariat
Teknik untuk mengukur dan menyelidiki tingkat hubungan antara kombinasi dari tiga
variabel atau lebih disebut teknik korelasi multivariat. Ada beberapa teknik yang dapat
digunakan, dua diantaranya yang akan dibahas di sini adalah: regresi ganda atau
multiple regresion dan korelasi kanonik.
Regresi ganda. Memprediksi suatu fenomena yang kompleks hanya dengan
menggunakan stu faktor (variabel prediktor) seringkali hanya memberikan hasilyang
kurang akurat. Dalam banyak hal, semakin banyak informasi yang diperoleh semakin
akurat prediksi yang dapat dibuat (Mc Millan & Schumaker dalam Hadjar; 1999:288),
yakni dengan menggunakan kombinasi dua atau lebih variabel prediktor, prediksi
terhadap variabel kriteria akan lebih akurat dibanding dengan hanyamenggunakan
masing-masing variabel prediktorsecara sendiri-sendiri. Dengan demikian, penambahan
jumlah prediktor akan meningkatkan akurasi prediksi kriteria.
Korelasi kanonik. Pada dasarrnya teknik ini sama dengan regresi ganda, dimana
beberapa variabel dikombinasikan untuk memprediksi variabel kriteria. Akan
tetapi,tidak seperti regresi ganda yang hanya melibatkan satu variabel kriteria, korelasi
kanonik melibatkan lebih dari satu variabel kriteria. Korelasi ini berguna untuk
menjawab pertanyaan, bagaimana serangkaian variabel prediktor memprediksi
serangkai variabel kriteria?. Dengan demikian, korelasi kanonik ini dapatdianggap
sebagai perluasan dari regresi ganda,dan sebaliknya, regresi berganda dapat dianggap
sebagai bagian dari korelasi kanonik (Pedhazur dalam Hadjar; 1999:289).
Seringkali korelasi ini digunakan dalam penelitian eksplorasi yang bertujuan untuk
meentukan apakah sejumlah variabel.mempunyai hubungan satu sama lain yang serupa
atau berbeda.
F. Desain Dasar Penelitian Korelasional
Pada dasarnya penelitian korelasioanal, baik relasional, prediktif, maupun multivariat,
melibatkan perhitungan korelasii antara variabel yang kompleks (variabel kriteria)
dengan variabel lain yang dianggap mempuyai hubungan (variabel prediktor). Untuk
menguji hubungan tersebut, desain atau langkah-langkah yag ditempuh untuk
penelitian relasional dan prediksi sama meskipun detail masing-masing langkah untuk
keduanya berbeda, terutama dalam pengumpulan dan analsis data. Langkah-langkah
tesebut, yang paling pokok, adalah: penentuan masalah, penentuan subjek,
pengumpulan data, dan analisis data.
a. Penentuan masalah
Sebagaimana dalam setiap penelitian, langkah awal yang harus dilakukan peneliti
adalahmenentukan masalah penelitian yang akan menjadi fokus studinya. Dalam
penelitian korelasional, masalah yang dipilih harus mempunyai nilai yang berarti dalam
pola perilaku fenomena yang kompleks yang memrlukan pemahaman. Disamping itu,
variabel yang dimasukkan dalam penelitian harus didasarkan pada pertimbangan, baik
secara teoritis maupun nalar, bahwa variabel tersebut mempunyai hubungan tertentu.
Hal ini biasanya dapat diperoleh berdasarkan hasil penelitian yang terdahulu atau
terdahulu.
b. Penentuan subyek
Subyek yang dilibatkan dalam penelitian ini harus dapat diukur dalam variabel-variabel
yang menjadi fokus penelitian. Subyek tersebut harus relatif homogen dalam faktor-
faktor di luar variabel yang diteliti yang mungkin dapat mempengaruhi variabel terikat.
Bila subyek yang dilibatkan mempunyai perbedaan yang berarti dalam faktor-faktor
tersebut, korelasi antar variabel yang diteliti menjadi kabur.
Untuk mengurangi heterogenitas tersebut, peneliti dapat mengklasifikasikan subyek
menjadi beberapa kelompok berdasarkan tingkat faktor tertentu dan, kemudian menguji
hubungan antar variabel penelitian untuk masing-masing kelompok.
c. Pengumpulan data
Berbagai jenis instrumen dapat digunakan untuk mengukur dan mengumpulkan data
masing-masing variabel, seperti angket, tes, pedoman interview dan pedoman observasi,
tentunya disesuaikan dengan kebutuhan. Data yang dikumpulkan dengan instrumen-
instrumen tersebut harus dalam bentuk angka. Dalam penelitian relasional, pengukuran
variabel dapat dilakukan dalam waktu yang relatif sama. Sedang dalam penelitian
prediktif, variabel prediktor harus diukur selang beberapa waktu sebelum variabel
kriteri terjadi. Jika tidak demikian, maka prediksi terhadap kriteria tersebut tidak ada
artinya.
d. Analisis data
Pada dasarnya, analisis dalam penelitian korelasional dilakukan dengan cara
mengkorelasikan hasil pengukuran suatu variabel dengan hasil pengukuran variabel
lain. Dalam penelitian relasional, teknik korelasi bivariat, sesuai dengan jenis datanya,
digunakan untuk menghitung tingkat hubungan antara vaiabel yang satu dngan yang
lain. Sedang dalam penelitian prediktif, teknik yang digunakan adalah analisis regresi
untuk mengetahui tingkat kemampuan prediktif variabel prediktor terhadap variabel
kriteria. Namun demikian, dapat pula digunakan analisis korelasi biasa bila hanya
melibatkan dua variabel. Bila melibatkan lebih dari dua variabel, misalnya untuk
menentukan apakah dua variabel prediktor atau lebih dapat digunakan untuk
memprediksi variabel kriteria lebih baik daripada bila digunakan secara sendiri-sendiri,
teknik analisis regresi ganda, multiple regresion atau analisis kanonik dapat digunakan.
Hasil analisis tersebut biasanya dilaporkan dalam bentuk nilai koefisien korelasi atau
koefisien regresi serta tingkat signifikansinya, disamping proporsi variansi yang
disumbangkan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat.

G. Rancangan penelitian korelasional


Penelitian korelasional mempunyai berbagai jenis rancangan, yaitu:
a. Korelasi Bivariat
Rancangan penelitian korelasi bivariat adalah suatu rancangan penelitian yang
bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara dua variabel. Hubungan antara dua
variabel diukur. Hubungan tersebut mempunyai tingkatan dan arah.
Tingkat hubungan (bagaimana kuatnya hubungan) biasanya diungkapkan dalam angka
antar -1,00 dan +1,00, yang dinamakan foefisien korelasi. Korelasi zero (0)
mengindikasikan tidak ada hubungan. Koefisien korelasi yang bergerak ke arah -1,00
atau +1,00, merupakan korelasi sempurna pada kedua ekstrem.
Arah hubungan diindikasikan olh simbol “-“ dan “+”. Suatu korelasi negatif berarti
bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin rendah pula skor pada variabel
lain atau sebaliknya. Korelasi positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi skor pada
suatu variabel, semakin tinggi pula skor pada variabel lain atau sebaliknya.
b. Regresi dan Prediksi
Jika terdapat korelasi antara dua variabel dan kita mengetahui skor pada salah satu
variabel, skor pada variabel kedua dapat diprediksikan. Regresi merujuk pada seberapa
baik kita dapat membuat prediksi ini. Sebagaimana pendekatan koefisien korelasi baik -
1,00 maupun +1,00, prediksi kita dapat lebih baik.

c. Regresi Jamak (Multiple Regresion)


Regresi jamak merupakan perluasan regresi dan prediksi sederhana dengan
penambahan beberapa variabel. Kombinasi beberapa variabel ini memberikan lebih
banyak kekuatan kepada kita untuk membuat prediksi yang akurat. Apa yang kita
prediksikan disebut variabel kriteria (criterion variable). Apa yang kita gunakan untuk
membuat prediksi, variabel-variabel yang sudah diketahui disebut variabel prediktor
(predictor variables).
d. Analisis Faktor
Prosedur statistik ini mengidentifikasi pola variabel yang ada. Sejumlah besar variabel
dikorelasikan dan terdapatnya antarkorelasi yang tinggi mengindikasikan suatu faktor
penting yang umum.
e. Rancangan korelasional yang digunakan untuk menarik kesimpulan kausal
Terdapat dua rancangan yang dapat digunakan untuk membuat pernyataan-pernyataan
tentang sebab dan akibat menggunakan metode korelasional. Rancangan tersebut
adalah rancangan analisis jalur (path analysis design) dan rancangan panel lintas-akhir
(cross-lagged panel design).
Analisis jalur digunakan untuk menentukan mana dari sejumlah jalur yang
menghubungkan satu variabel dengan variabel lainnya. Sedangkan desain panel lintas
akhir mengukur dua variabel pada dua titik sekaligus.

f. Analisis sistem (System Analysis)


Desain ini meibatkan penggunaan prosedur matematik yang kompleks/rumit untuk
menentukan proses dinamik, seperti perubahan sepanjang waktu, jerat umpan balik
serta unsur dan aliran hubungan.
H. Kesalahan dalam Penelitian Korelasional
Kesalahan-kesalahan yang kadang-kadang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian
korelasional adalah sebagai berikut:
1. Peneliti berasumsi bahwa korelasi merupakan bukti sebab akibat
2. Peneliti bertumpu pada pendekatan sekali tembak (shotgun approach)
3. Peneliti memilih statistik yang salah
4. Peneliti menggunakan analisis bivariat ketika multivariat yang lebih tepat
5. Peneliti tidak melakukan studi vasilitas silang
6. Peneliti menggunakan analisis jalur tanpa peninjauan asumsi-asumsi (teori)
7. Peneliti gagal menentukan suatu variabel kausal penting dalam perencanaan suatu
analisis jalur
8. Peneliti salah tafsir terhadapsignifikansi praktis atau statistik dalam suatu studi.

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari pembahasan di atas yaitu :
1. Penelitian korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan
data guna menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel
atau lebih.
2. Tujuan penelitian korelasional adalah untuk menentukan hubungan antara variabel,
atau untuk menggunakan hubungan tersebut untuk membuat prediksi.
3. Langkah-langkah penilitian korelasional yang paling pokok, adalah: penentuan
masalah, penentuan subjek, pengumpulan data, dan analisis data.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010. Penelitian Korelasional Dalam
http://meetabied.wordpress.com/2010/03/20/penelitian-korelasional-2/
Anonim, 2010. Dalam http://www.scribd.com/doc/23272077/Penelitian-korelasional
Suryabrata, S. 2005.Metodologi penelitian pendidikan (Kompetensi dan Praktiknya).
Bumi Aksara.. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
PENDAHULUAN
BAB I
LATAR BELAKANG
Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada suatu masalah yang
memerlukan solusi yang tepat. Dalam kehidupan selalu ada masalah, baik
masalah pribadi, keluarga, masyarakat dan negara. Dari semua masalah
tersebut, tidak semua masalah yang memerlukan solusi dalam bentuk kegiatan
penelitian. Perbedaanya adalah pada kegiatan penyelesaian masalah. Selain
masalah, komponen penting yang harus ada dalam penelitian adalah tujuan
penelitian sehingga dapat ditentukan metode yang tepat untuk penyelesain
masalah. Kegiatan penyelesaian masalah yang disebut penelitian dapat
dilakukan secara sistematis dengan mengikuti metodologi, dikontrol, dan
didasarkan teori yang ada serta diperkuat dengan gejala yang ada (Sukardi,
2004:3).
(sumber: internet/imel’s Blog)
Secara umum, penelitian dapat dibedakan dari beberapa aspek, diantaranya
aspek tujuan, aspek metode, aspek kajian. Menurut Gay (dalam Sukardi,
2004:13) Aspek tujuan terdiri dari penelitian dasar dan lanjut. Aspek metode
terdiri atas penelitian deskriptif, penelitian sejarah, penelitian survei,
penelitian ex-postfakto, penelitian eksperimen, penelitian kuai eksperimen.
Sedangkan, aspek kajian sesuai bidang garapan dapat dibagi menjadi dua, yaitu
penelitian kependidikan dan penelitian nonkependidikan (Sukardi, 2004:13-16).
Masalah penelitian dapat dibagi dalam berbagai bidang diantaranya bidang
pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, dan lain-lain. Salah satu bidang
penelitian yang memerlukan perhatian khusus adalah bidang penelitian
pendidikan. Secara umum metode penyelesaian masalah pada penelitian
pendidikan ada dua, yaitu metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif
yang yang pengumpulan datanya berinteraksi langsung dengan objek
penelitianya dan hasilnya tidak diperoleh melalui prosedur statistik. Sedangkan
metode kuantitatif, pengumpulan datanya melalui instrumen penelitian berupa
populasi dan sampel serta hasilnya diperoleh melalui prosedur statistic. Salah
satu peneltian yang penting dan bermanfaat dalam dunia pendidikan adalah
penelitian korelasional.

RUMUSAN MASALAH

1. Apa devinisi metode penelitian korelasi?


2. Apa tujuan metode penelitian korelasi?
3. Apa langkah-langkah metode korelasi?
4. Apa kekurangan dan kelebihan metode korelasi?

TUJUAN MAKALAH

1. Untuk mengetahui devinisi metode penelitian korelasi


2. Untuk mengetahui tujuan metode penelitian korelasi
3. Untuk mengetahui langkah-langkah metode penelitian korelasi
4. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan metode penelitian korelasi

BAB II
PEMBAHASAN
Devinisi metode korelasi menurut para ahli
Pengertian Menurut Para Ahli
Prof.Dr.Husaini Usman, M.Pd., M.T. & Purnomo Setiady Akbar, M.Pd.
Penelitian korelasi bermaksud mendeteksi seberapa jauh variasi pada suatu
faktor berhubungan dengan variasi atau lebih faktor lain berdasarkan koefisien
korelasinya
( www.lirikonline.com )
Creswell
Penelitian Korelasional merupakan suatu uji statistik untuk menentukan
kecenderungan atau pola untuk dua atau lebih variabel atau data bervariasi
secara konsisten.
( www.lirikonline.com )

Gay
Penelitian Korelasional merupakan salah satu bagian penelitian ex-posteacto
karena biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan
langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang
direfleksikan dalam koefisien korelasi.
( https://amanahtp.wordpress.com )

Menurut Sukardi (2004:166) penelitian korelasi mempunyai tiga karakteristik


penting untuk para peneliti yang hendak menggunakannya. Tiga karakteristik
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Penelitian korelasi tepat jika variabel kompleks dan peneliti tidak mungkin
melakukan manipulasi dan mengontrol variabel seperti dalam penelitian
eksperimen.
2. Memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam setting (lingkungan)
nyata.
3. Memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang signifikan.
( https://amanahtp.wordpress.com )

Jadi pengertian metode korelasi menurut kelompok kami adalah suatu penelitian
yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (1
variabel bebas dan 1 atau lebih variabel terikat) dalam suatu penelitian atau
objek yang akan diteliti yang bersifat kuantitatif.

Tujuan metode penelitian korelasi


Tujuan penelitian korelasional menurut Suryabrata (dalam Abidin, 2010) adalah
untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan
dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada
koefisien korelasi.
( https://bintangkecilungu.wordpress.com )
menurut Gay dalam Emzir (2009:38) Tujuan penelitian korelasional adalah
untuk menentukan hubungan antara variabel, atau untuk menggunakan
hubungan tersebut untuk membuat prediksi. Studi hubungan biasanya
menyelidiki sejumlah variabel yang dipercaya berhubungan dengan suatu
variabel mayor, seperti hasil belajar variabel yang ternyata tidak mempunyai
hubungan yang tinggi dieliminasi dari perhatian selanjutnya.
( https://bintangkecilungu.wordpress.com )

Jadi menurut pendapat kelompok kami tujuan metode peneelitian adalah :


1. Untuk mengetahui arti pentingnya metode penelitian
2. Untuk menilai hasil-hasil peneelitian
3. Untuk mengembangkan anak untuk berpikir dalam pengetahuan korelasi secara
efektif dan efisien.
4. Untuk membuat siswa aktif untuk melakukan penelitian
5. Untuk melihat seberapa erat hubungan antara dua variabel.

Langkah-langkah-langkah metode penelitian korelasi


1. Identifikasi masalah, yaitu pengamatan, pengenalan masalah, pencatatan
masalah.
2. Mennyusun kerangka teori dan hipotesis
3. Mengembangkan instrumen dalam pengumpulan data
4. Menganalisis data untuk menguji hasil hipotesis dan menjawab masalah.

Kekurangan dan kelebihan metode penelitian korelasi


Kelebihan
- Berguna untuk mengatasi masalah yang berkaitan dalam bidang pendidikan,
ekonomi, sosial.
- Peneliti dapat melakukan analisis prediksi tanpa memerlukan sampel yang
besar.
Kelemahan
- Bawah dengan korelasi hanya mengidentifiksai apayang terjadi tanpa
melakukan manipulasi dan mengontrol variabel.
- Penelitian ini juga tidak dapat membangun hubungan dengan variabel yang
lain.

BAB III
KESIMPULAN
Jadi korelasi digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel yang
bersifat kuantitatif. Dan korelasi merupakan studi pembahasan mengenai
hubungan atau asosiasi antara dua variabel.
Kegiataan korelasi pengambilan data pada ojek yang diteliti dalam menentukan
variabel.serta variabel ini membutuhkan waktu yang cukup lama dalam
melakukan penelitian yang sering terjadi pada variabel terikat dan variabel
bebas.
DAFTAR PUSTAKA
EMZIR,2007 . METODOLOGI PENELITIAN Korelasi
BANDUNG : RAJA GRAFINDO PERSADA.
( https://bintangkecilungu.wordpress.com)
Sukardi. 2008 metodologi penelitian pendidikan kompetensi dan prakteknya
JAKARTA:BUMI AKSARA
Penelitian Korelasional

A. Pendahuluan

Gall, Gall, and Borg (2003)[1] menyatakan jenis penelitian untuk pendidikan dibagi
menjadi tiga. Pertama penelitian kuantitatif, yang terdiri dari penelitian eksperimen dan non
eksperimen. Penelitian non eksperimen terdiri dari penelitian deskriptif, kausal komperatif
dan korelasional. Kedua adalah penelitian kualitatif yang terdiri dari studi kasus, penelitian
etnografi, fenomologi, dan sejarah. Ketiga adalah penelitian terapan yang terdiri dari
penelitian evaluasi dan penelitian tindakan.

Penelitian korelasional merupakan ragam penelitian yang telah lama digunakan tidak
hanya dalam peneltian bahasa, tetapi juga dalam bidang psikologi, sosilogi, maupun
pendidikan secara umum. Istilah korelasional sebetulnya tidak hanya merujuk pada
bagaimana peneliti mengumpulkan data, tetapi juga berhubungan dengan jenis penelitian,
penyajian data, dan analisis yang digunakan. Penelitian korelasional merupakan ragam
penelitian yang berfokus pada analisis hubungan antar variabel. Penelitian ini juga dapat
didefinisikan sebagai studi tentang hubungan antar variabel yang diuji melalui statistik
korelasional (Gall, Gall dan Borg, 2003)[2].

Creswell (2008)[3] berpendapat penelitian korelasi adalah penelitian yang


memberikan kesempatan untuk memprediksi skor tertentu karena adanya skor yang lain dan
menerangkan antar variabel. Berdasarkan pernyataan di atas ada dua kata kunci dalam
penelitian korelasional, yaitu hubungan (correlation) dan prediksi atau ramalan
(prediction). Suatu korelasi adalah uji statistik untuk menentukan kecenderungan atau pola
untuk dua (atau lebih) variabel atau dua set data bervariasi secara konsisten.

“A correlation is a statistical test to determine the tendency or pattern for two (or more)
variabels or two sets of data to vary consistently…”

Menurut Gay (2000)[4] penelitian korelasional kadang diperlakukan sebagai


penelitian deskriptif, terutama disebabkan penelitian korelasional mendeskripsikan sebuah
kondisi yang telah ada. Menurut dia, bagaimanapun, kondisi yang didiskripsikan berbeda
secara nyata dari kondisi yang biasanya didiskripsikan dalam laporan diri atau studi
observasi; suatu studi korelasional mendeskripsikan, dalam istilah kuanitatif tingkatan di
mana variabel-variabel tersebut berhubungan.

Sementara itu Ricards, Platt and Weber (1985)[5] memberikan definisi korelasi
sebagai suatu ukuran kekuatan hubungan antara dua kumpulan data. Metode ini
menggambarkan secara kuantitatif asosiasi ataupun relasi satu variabel dengan variabel
lainnya. Misalnya kita ingin mengetahui antara nilai tes matematika sekelompoknya siswa
dengan tinggi nilai ujian.

Berdasarkan definisi di atas, kata kunci dari penelitian korelasional


adalah “hubungan antar variabel.” Artinya, penelitian ini mencoba untuk mengetahui sejauh
mana tingkat hubungan dan kualitas hubungan.
B. Tujuan Penelitian Korelasional

Penelitian korelasi bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik


seseorang atau keberadaan yang lainnya (Donna, 1992)[6]. Penelitian korelasional
atau correlational research pada hakikatnya bertujuan untuk menentukan dan mengetahui
seberapa besar variansi-variansi pada satu faktor berkaitan dengan variansi-variansi pada
satu atau beberapa faktor lain berdasarkan koefesien korelasi.

Berkaitan dengan tujuan di atas, penelitian korelasional juga dapat dikatakan


sebagai sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel
atau lebih (Donna: 1992)[7]. Di samping itu, penelitian korelasional bertujuan untuk
memehami hubungan antar sifat/karakteristik orang atau entitas lainnya

Penelitian korelasional menggambarkan suatu pendekatan umum untuk penelitian


yang berfokus pada penaksiran pada kovariasi di antara variabel yang muncul secara alami.
Tujuan penelitian korelasional adalah untuk mengidentifikasi hubungan prediktif dengan
menggunakan teknik korelasi atau teknik statistik. Hasil penelitian korelasional juga
mempunyai implikasi untuk pengambilan keputusan (Zechmester, 2000)[8]. Secara khusus,
tujuan penelitian korelasional adalah: (1) untuk mencari bukti terdapat tidaknya hubungan
(korelasi) antar variabel, (2) bila sudah ada hubungan, untuk melihat tingkat keeratan
hubungan antar variabel, dan (3) untuk memperoleh kejelasan dan kepastian apakah
hubungan tersebut berarti (meyakinkan/significant) atau tidak berarti (insignificant).

Studi hubungan biasanya menyelidiki sejumlah variabel yang dipercaya


berhubungan dengan suatu variabel mayor, seperti hasil belajar sebagaimana dalam contoh
di atas. Variabel yang ternyata tidak mempunyai hubungan yang tinggi dieliminasi dari
perhatian selanjutnya; variabel yang mempunyai hubungan yang tinggi disarankan untuk
diteliti lebih lanjut dengan metode kausal komparatit (expost facto) atau metode
eksperimental untuk menentukan jika hubungan tersebut adalah kausal.

Penelitian korelasi dapat dipahami dengan mudah kalau disandingkan dengan


penelitian sebab (causal), misalnya, penelitian eksperimen. Dalam penlelitian eksperimen,
peneliti berusaha menetapkan bahwa suatu variabel menyebabkan yang lain, sedangkan
dalam korelasi, misalnya, peneliti mempertanyakan dalam bentuk “apa hubungan antara
kemampuan membaca dan penguasaan kosa kata? Bukan “apakah membaca
menyebabkan meningkatnya penguasaan kosa kata seseorang?”

Dalam penelitian korelational peneliti mencari tujuan hubungan antara berbagai


variabel yang menjadi objek penelitian. Ada beberapa pertanyaan yang dapat digunakan
untuk mengetahui tujuan dari penelitian korelasi tersebut, yaitu: 1) apa pertanyaan
peneletian, 2) dalam konteks sperti apa penelitian dilakukan, 3) apa orientasi dari peneliti, 4)
siapa yang menjadi subjek atau partisipan dalam penelitian, berapa banyak dan bagaimana
partisipant diseleksi, dan apakah mereka memiliki karakteristik yang relevan, 5) bagaimana
variabel dinilai dan bagaimana didefinisikan dan diukur, dan apakah cukup valid dan
reliable, 6) apakah analisis korelasi dilakukakan dengan hasil apa, 7) kesimpulan bagaimana
yang ditunjukkan, dan apakah mengeneralisasikan hasilnya adalah cocok, 8) apakah
kontribusi penelitian untuk pengetahuan social atau faktor kontekstual terhadap
pembelajaran bahasa kedua, 9) bagaimana implikasi untuk pembelajaran bahasa kedua
secara formal (Donna: 1992)[9]
C. Ciri-ciri Penelitian Korelasional

Ada beberapa ciri utama penelitian korelasional yang harus diketahui oleh seorang
calon dan peneliti. Danim (2002)[10];

1. variabel yang diteliti relatif rumit; tidak dapat dieksperimentasikan dan dimanipulasikan.,

2. mengukur variabel yang berhubungan secara serentak dalam situasi realistik,

3. koefeisien korelasi yang ingin dicari adalah positif atau negatif; signifikan atau tidak
signifikan,

4. satu atau lebih variabel disebut variabel bebas (independent variabel (s)) dan satu atau lebih
variabel terikat (dependent variabel).

Penelitian korelasi dilakukan oleh para peneliti umumnya mempunyai beberapa


tujuan, di antaranya seperti yang disebutkan Gay (2000)[11] “Corelational research is to
investigate the extent to which variations in one vactor corresponde with variations in one or
more other factors based on correlation coefficients”.

Di samping itu, penelitian korelasi juga dilakukan untuk menjawab tiga pertanyaan
penelitian tetntang dua variabel atau lebih. Pertanyaan tersebut yaitu:

a. adakah hubungan antara dua variabel? Jika ada, kemudian diikuti dengan pertanyaan, yaitu

b. bagaimanakah arah hubungan tersebut? Dan selanjutnya pertanyaan

c. berapa besar hubungan kedua variabel tersebut dapat diterangkan?

Dalam penelitian korelasi, para peneliti biasanya hanya mendasarkan pada


penampilan variabel sebagaimana adanya, tanpa mengatur kondisi atau memanipulasi
variabel tersebut. Oleh karena itu, peneliti hendaknya mempunyai cukup banyak alasan
yang kuat guna mempertahankan hasil hubungan yang ditemukan.

D. Jenis-jenis Desain Penelitian Korelasional

Bertahun-tahun yang lalu, para penulis metode penelitian menetapkan penelitian


korelasional sebagai salah satu "desain" kuantitatif. Dengan aplikasi canggih dan prosedur
korelasi yang eksplisit, penelitian korelasional mendapat tempat di antara desain-desain
yang ada dalam penelitian kuantitatif. Namun, tampaknya para ahli agak berbeda pendapat
dalam mengklasifikasi dan mengelompokkan jenis rancangan penelitian korelasional.
Shaughnessy dan Zechmeiser (dalam Emzir, 2008)[12] menyatakan ada 5 jenis desain
penelitian korelasional yaitu a) korelasi bivariat, b) korelasi regresi dan prediksi, c) regresi
jamak, d) analisis factor, dan e) korelasi yang dibuat untuk membuat kesimpulan kausal.
Sementara Creswell (2008)[13] menyatakan hanya ada dua desain utama penelitian
korelasional yaitu eksplanatori (explanatory) dan prediksi (prediction).

1. Explanatory Research Design (Rancangan Penelitian Penjelasan).


Adalah desain korelasional di mana peneliti tertarik dalam dua variabel (atau lebih)
bervariasi, yaitu di mana perubahan dalam satu variabel merefleksi perubahan variabel lain.
Berikut adalah struktur rancangan penelitian penjelasan (explanatory research design):

a) Para peneliti dapat mengkorelasikan dua variabel atau lebih.

b) Para peneliti mengumpulkan data pada satu titik waktu. Bukti ditemukan dalam administrasi
instrumen.

c) Penelitimenganalisis semua variabel.

d) Peneliti memperoleh setidaknya dua skor untuk masing-masing variabel.

e) Peneliti melaporkan penggunaan statistik uji korelasi dalam analisis data.

f) Di akhir, peneliti membuat interpretasi atau menarik kesimpulan dari hitungan hasil tes.

2. The Prediction Design (Rancangan Penelitian Prediksi)

Prediktor adalah variabel yang digunakan untuk membuat prediksi tentang hasil
dalam penelitian korelasional. Hasil prediksinya itu disebut kriteria variabel. Berikut adalah
struktur rancangan dari penelitian prediksi, antara lain.

a. Para penulis biasanya memasukan kata ‘prediksi’ di dalam judul.

b. Para peneliti biasanya mengukur variabel prediktor pada satu titik waktu dan variabel kriteria
pada suatu titik waktu selanjutnya.

c. Para peneliti memperkirakan kinerja masa depan.

Sebuah penelitian prediksi akan melaporkan analisa korelasi menggunakan uji


statistik korelasi. Sebagai contoh, penulis mungkin tertarik di beberapa prediktor yang
membantu menjelaskan kriteria dari setiap variabel.

Meskipun para ahli mengelompokkan rancangan penelitian korelasional agak


berbeda, namun pada prinsipnya pengklasifikasian tersebut hanya berpijak pada pandangan
yang berbeda dan penamaan yang berbeda. Terlebih lagi isu yang dibahas pada umumnya
sama atau hampir sama. Selanjutnya, dalam penamaannya berbagai ahli merujuk penelitian
ini sebagai penelitian "relasional" (hubungan) (Cohen & Manion, 1994)[14], "studi
accounting-for- variance" (Punch, 1998)[15] atau penelitian "explanatory" (Frankel & Wallen,
2000)[16]. Karena salah satu tujuan dasar dari bentuk penelitian korelasi ini adalah untuk
menjelaskan hubungan antara atau di antara variabel, maka akan digunakan istilah
penelitian eksplanatori.

Desain penelitian eksplanatori adalah desain korelasional yang peneliti tertarik pada
sejauh mana dua variabel (atau lebih) bersama-bervariasi/co-vary, yaitu, bahwa perubahan
dalam satu variabel tercermin dalam perubahan yang lain. Desain penelitian eksplanatori
terdiri dari asosiasi yang sederhana antara dua variabel (misalnya, rasa humor dan kinerja
dalam bidang drama) atau lebih dari dua (misalnya, tekanan dari teman atau perasaan
isolasi yang berkontribusi terhadap pesta). Bagaimana mengidentifikasinya sebagai
penelitian korelasional eksplanatori? Karakteristik yang umum untuk kedua desain ini
adalah:

1. Desain Explanatory

Desain eksplanatori adalah penelitian korelasional yang bertujuan untuk mengetahui


sejauh mana dua variabel atau lebih berhubungan. Pada kenyataannya, desain ini dapat
dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu hubungan sederhana atau simple
association (Creswell, 2008)[17] atau korelasi bivariat dan atau hubungan lebih dari dua
variabel (multiple correlation). Karakteristik desain eksplanatori adalah:

a. Peneliti mengkorelasikan dua variabel atau lebih dan melaporkan uji statistik korelasi dan
menyebutkan penggunaan beberapa variabel. Variabel ini secara khusus disebutkan dalam
pernyataan tujuan, pertanyaan penelitian, atau tabel prosedur pelaporan statistik.

b. Peneliti mengumpulkan data pada satu titik waktu. Bukti untuk prosedur ini akan ditemukan
dalam administrasi instrumen "in one sitting" kepada siswa. Dalam penelitian explanatory,
para peneliti tidak tertarik baik di masa lalu atau kinerja peserta.

c. Peneliti menganalisis semua peserta sebagai satu kelompok. Dibandingkan dengan sebuah
eksperimen yang melibatkan kelompok-kelompok atau perlakuan beberapa kondisi, peneliti
mengumpulkan skor dari hanya satu kelompok dan tidak membagi kelompok menjadi
kategori (atau faktor).

d. Peneliti memperoleh setidaknya dua nilai untuk setiap individu dalam kelompok-satu untuk
setiap variabel. Dalam metode diskusi, peneliti korelasi akan menyebutkan berapa banyak
skor yang dikumpulkan dari masing-masing peserta.

e. Peneliti melaporkan penggunaan uji statistik korelasi (atau merupakan perpanjangan) dalam
analisis data. Ini adalah fitur dasar dari jenis penelitian ini.

f. Para peneliti membuat interpretasi atau menarik kesimpulan dari hasil uji statistik. Penting
untuk dicatat bahwa kesimpulan tidak menetapkan hubungan sebab-akibat (atau inferensi
kausal) karena peneliti hanya dapat menggunakan kontrol statistik (misalnya, kontrol atas
variabel dengan menggunakan prosedur statistik) daripada kontrol yang lebih ketat secara
fisik mengubah kondisi (yaitu, seperti dalam percobaan).

2. Desain Prediksi

Dalam sebuah desain prediksi, peneliti berusaha untuk mengantisipasi hasil-hasil


dengan menggunakan variabel-variabel tertentu sebagai alat prediksi, bukan hanya
berkaitan dengan dua variabel pada suatu waktu atau kompleks seperti dalam contoh
terakhir. Sebagai contoh, pengawas dan kepala sekolah perlu untuk mengidentifikasi guru
yang akan berhasil di sekolah mereka. Untuk memilih guru yang memiliki peluang bagus
untuk sukses, para administrator dapat mengidentifikasi prediktor keberhasilan dengan
menggunakan penelitian korelasi. Desain prediksi, oleh karena itu, berguna karena
membantu mengantisipasi atau meramalkan perilaku masa depan.
Tujuan dari desain prediksi adalah untuk mengidentifikasi variabel yang akan
memprediksi hasil atau kriteria. Dalam bentuk penelitian, penyelidik mengidentifikasi satu
atau lebih variabel prediktor dan kriteria ( hasil) variabel. Sebuah variabel prediksi adalah
variabel yang digunakan untuk membuat ramalan tentang hasil penelitian pada penelitian
korelasi. Dalam kasus memprediksikan keberhasilan guru dalam sekolah, alat tes yang
mungkin dipakai "mentoring" selama pelatihan guru atau "bertahun-tahun dari pengalaman
mengajar". Dalam banyak penelitian prediksi, para peneliti sering menggunakan lebih dari
satu variabel prediktor. Hasil yang diprediksikan dalam penelitian korelasi disebut variabel
kriteria. Sebagai contoh, keberhasilan guru adalah variabel kriteria. Untuk mengidentifikasi
penelitian dengan desain prediksi, karakteristiknya sebagai berikut.

b. Penulis akan mengikutkan kata prediksi dalam judulnya

c. Peneliti akan mengukur variabel predictor secara khusus pada satu waktu, dan variabel
critiria pada kesempatan lain

d. Penulis akan memprediksikan performance di masa datang

E. Variabel dalam Penelitian Korelasional

Variabel adalah "karakteristik tertentu yang berbeda-beda; sedikitnya memiliki dua


nilai, dan bisanya lebih" (Smith & Glass, 1987)[18]. Variabel merupakan aspek yang sangat
penting dalam penelitian korelasional. Semakin meningkat varian, akan semakin gampang
untuk memperkirakan skor dari variabel independen terhadap variabel dependen.

Yang dimaksud konstruk atau trait adalah konsep atau ide abstrak mengenai
beberapa kualitas dari seorang individu (Smith & Glass, 1987)[19]. Suatu konstruk hipotetis
tidak bisa diobservasi atau diukur secara langsung. Oleh karena itu, peneliti menjabarkan
konstruk itu dalam bentuk operasional yang bisa diukur, seperti tertuang dalam jawaban-
jawaban siswa terhadap seperangkat pertanyaan yang mengukur kecemasan dalam
menulis.

Variabel-variabel yang penting dalam penelitian bahasa adalah kecakapan


berbahasa, motivasi, latar belakang kultural dan linguistik, dan sejumlah karakteristik siswa
yang lain. Variabel juga dapat berupa karakteristik guru seperti pengalaman atau
kemampuan bahasanya. Variabel juga dapat berupa karakteristik kelas seperti komposisi
etnis, ukuran kelas, atau juga dapat berupa karakteristik satuan atau entitas lainnya seperti
Perguruan Tinggi, sekolah atau program. Banyak penelitian bahasa kedua yang melibatkan
variabel-variabel linguistik seperti penggunaan tipe/ciri-ciri wacana tertentu, tindak ujaran
atau struktur gramatikal. Melalui penggunaan teknik-teknik korelasional, peneliti berusaha
untuk mempelajari bagaimana variabel-variabel tersebut diukur dan berkaitan satu sama
lain.
Jika penelitian korelasional dalam bentuk sederhana hanya menghubungkan dua variabel,
pertanyaan akan muncul jika ada lebih dari dua variabel. Dalam hal ini, kondisi penelitian
bahasa penuh dengan fenomena kompleks sehingga penelitian korelasional yang
sederhana tidak dapat menjawab faktor penting lainnya. Akibatnya, kebanyakan penelitian
korelasional ternyata menjadi multivariat.

Dalam penelitian korelasional model ini, peneliti menentukan hakikat hubungan dan
magnitude antara variabel ganda/multiple dengan melakukan sejumlah analisis statistik yang
kompleks. Penelitian yang mengambil variabel yang kompleks demikian memiliki
keuntungan lebih dari penelitian korelasional bivariat, dalam hal potensi yang dimiliki
penelitian multivariat terhadap validitas lebih besar. Karena mempertimbangkan banyak
variabel, penelitian multivariate lebih akurat dalam merepresentasikan kompleksitas situasi
pembelajaran bahasa yang nyata..

F. Tahapan Penelitian Korelasional

Secara umum langkah-langkah dalam penelitian ini adalah:

1. mengidentifikasi dan merumuskan masalah

2. melakukan studi pustaka dalam rangka pendalaman teori

3. Merancang pendekatan yang akan digunakan termasuk mengidentifikasi variabel yang


relevan dan menenukan subjek penelitian.

4. Menyusun instrumen penelitian dan memilih metode korelasional yang relevan.

5. Mengumpulkan data

6. Menganalisis data dan interpretasi

7. Dan menarik kesimpulan dan saran, serta implikasinya.

Di sisi lain, menurut Fraenkel, Walen, dan Hyun (2012: 363) struktur rancangan
dalam penelitian korelasi antara lain adalah memilih masalah, memilih sampel, memilih atau
mengembangkan instrumen, penentuan prosedur, mengumpulkan dan menganalisis data,
dan menginterpretasikan hasil.

G. Analisis Data Penelitian Korelasional

Teknik analisa korelasional ialah teknik analisa statistik mengenai hubungan antar
dua variabel atau lebih. Adapun tujuan analisis adalah:

a. Ingin mencari bukti (berlandaskan pada data yang ada), apakah memang benarr antara
variabel yang satu dengan variabel yang lain terdapat hubungan atau korelasi.

b. Ingin menjawab pertanyaan apakah hubungan antar variabel itu (jika memang ada
hubungannya), termasuk hubungan yang kuat, cukupan ataukah lemah
c. Ingin memperoleh kejelasan dan kepastian (secara matematis), apakah hubuungan antar
variabel itu perupakan hubungan yang berarti atau meyakinkan (signifikan) ataukah
hubungan yang tidak berarti atau tidak meyakinkan.

Teknik analisa korelasionalsebagaimana yang telah sedikit diungkap di atas dapat


dibedakan menjadi dua golongan, yaitu Teknik analisa Korelasional Bivariat dan Teknik
Analisa Multivariat. Sebagaimana dalam tabel berikut:

Tabel Pembagian Teknik Analisa Korelasional

Teknik Analisa Korelasi Bivariat Teknik Analisa Korelasi Multivariat

Korelasi product moment Korelasi parsial

Korelasi tata jenjang Spearmen Korelasi Regresi Ganda

Korelasi tata jenjang Kendall Analisis Faktor

Korelasi biserial Korelasi Kanonikal

Korelasi Point Biserial

Korelasi tetrachoric

Korelasi Kontingency

Korelasi Koefesien Phi

Korelasi Koefesien Cramer

Korelasi Rasio

Pengembangan oleh penulis dari Tuckman, B.W. (1978)[20]

Pada prinsipnya, penelitian korelasional hanya mencari hubungan atau korelasi


(r) antar variabel. Dalam penelitian korelasional ada dua variabel utama yaitu variabel
bebas (independent variable) dan variabel terikat (independent variable), Variabel bebas
berfungsi untuk mempengaruhi variabel terikat atau keberadan variabel terikat bergantung
pada variabel bebes. Umumnya variabel bebas disimbolkan dengan notasi dengan huruf (X)
dan variabel terikat dinotasikan dengan huruf (Y). Misalnya mencari hubungan
antar interaksi verbal (X) kemahiran berbicara (Y) atau tingkat kecemasan (X) dengan
kualitas menulis bahasa kedua (Y). Berikut adalah pola hubungan korelasional dalam
penelitian korelasi.

Misalnya : X Y (korelasi sederhana)

X1

Y (korelasi ganda/multiple)
X2

Atau (korelasi ganda/multiple)

X1

X2

Berdasarkan uraian di atas, teknik analisis data penelitian korelasional dapat


dilakukan secara deskriptif dan inferensial. Teknik analisis deskriptif merupakan teknik
analisis yang sederhana karena data hanya dideskripsikan dan tidak melihat hubungan
antar variabel. Pada tataran deskriptif data hanya disajikan dalam bentuk histogram,
perhitungan mean, median modus, simpangan baku (SD), dan rentang teoritik. Analisis
deskriptif tidak menguji hipotesis.

Berbeda dengan teknik analisis data deskriptif, teknik inferesial sebagai teknik
analisis data yang menguji hipotesis. Teknik inferensial dikelompokan menjadi dua jenis
yaitu analisis korelasional dan analisis regresi. Uji atau analisis data korelasional dan
regresi bisa bersifat sederhana maupun ganda atau kompleks/multiple korelasi/ regresi.
Perlu diingat bahwa uji prasyarat analisis data perlu dilakukan yang meliputi uji normalitas
dan uji homogenitas.

Uji korelasional hanya menganilisis data untuk mengetahui model/jenis/sifat


hubungan (r) apakah positif atau negatif atau signifikan atau tidak signifikan antara variabel.
Uji korelasi biasanya direpresentsi dengan rumus rxy = rxy.
Sedangkan uji regresi pada hakekatnya adalah lanjutan dari uji korelasi. Penekanan
pada uji regresi adalah untuk memprediksi (meramal) variabel terikat bila variabel bebas
telah diketahui.

Sedangkan rumus uji regresi adalah Y = a + bx atau X = p +qY. Secara grafik teknik
analisis data penelitian korelasional dapat digambarkan sebagai berikut.

Uji hubungan korelasional

Deskriptive

Inferensial

Korelasional

Regresi

Sederhana

Ganda/multiple

Histogram

Mean

, perhitungan mean

Median

Modus

Simpangan Baku

H. Validitas dan Realibilatas dalam Pengukuran Penelitian Korelasi

Data penelitian korelasi umumnya dikumpulkan dengan berbagai penilaian


kecakapan berbahasa (mendengar, berbicara, membaca, menulis), tes kemampuan
akademis, observasi kuantitas penggunaan bahasa kuisioner dan skala sikap.

Pada hakikatnya, penelitian korelasi adalah kuantitatif. Suatu konsep/ide diukur


dengan menggunakan teknik yang menghasilkan angka-angka. Angka-angka ini yang
dianggap mewakili konseo/ide kemudian dianalisis. Pengukuran yang valid dan reliabel
sangat penting dalam penelitian korelasi.

1. Validitas
Masalah validitas berhubungan dengan sejauh mana suatu alat mampu mengukur
apa yang dianggap orang seharusnya diukur oleh alat tersebut. Suatu skala atau instrumen
pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut
menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud
dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang memiliki validitas rendah akan
menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran.

Terkandung di sini pengertian bahwa ketepatan pada validitas suatu alat ukur
tergantung pada kemampuan alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang
dikehendaki dengan tepat. Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen yang digunakan
dapat mengukur apa yang hendak diukur.

Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat
ukur yang valid tidak hanya mampu menghasilkan data yang tepat akan tetapi juga harus
memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Cermat berarti bahwa
pengukuran itu dapat memberikan gambaran mengenai perbedaan yang sekecil-kecilnya di
antara subjek yang satu dengan yang lain.

Validitas yang umum dipakai adalah Content, Criterion dan Construct,:

a. Validitas isi (Content Validity). Valditas isi berkaitan dengan kemampuan suatu instrumen
mengukur isi (konsep) yang harus diukur. Ini berarti bahwa suatu alat ukur mampu
mengungkap isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur. Pengukuran motivasi harus
mampu mengukur seluruh aspek yang berkaitan dengan konsep motivasi, dan demikian
juga untuk hal-hal lainnya. Penentuan validitas isi terutama berkaitan dengan proses analisis
logis, dengan dasar ini Dia berpendapat bahwa validitas isi berbeda dengan validitas rupa
yang kurang menggunakan analisis logis yang sistematis, lebih lanjut dia menyatakan
bahwa sebuah instrumen yang punya validitas isi biasanya juga mempunyai validitas rupa,
sedang keadaan sebaliknya belum tentu benar.

b. Validitas kriteria (Criterion validity). Adalah validasi suatu instrumen dengan


membandingkannya dengan instrumen-pengukuran lainnya yang sudah valid dan reliabel
dengan cara mengkorelasikannya, bila korelasinya signifikan maka instrumen tersebut
mempunyai validitas kriteria. Terdapat dua bentuk Validitas kriteria yaitu :

1) Validitas konkuren (Concurrent validity),

2) Validitas ramalan (Predictive validity),

Validitas konkuren adalah kemampuan suatu instrumen pengukuran untuk mengukur


gejala tertentu pada saat sekarang kemudian dibandingkan dengan instrumen pengukuran
lain untukkonstruk yang sama. Validitas ramalan adalah kemampuan suatu instrumen
pengukuran memprediksi secara tepat dengan apa yang akan terjadi di masa datang.
Contohnya apakah test masuk sekolah mempunyai validitas ramalan atau tidak ditentukan
oleh kenyataan apakah terdapat korelasi yang signifikan antara hasil test masuk dengan
prestasi belajar sesudah menjadi siswa, bila ada, berarti test tersebut mempunyai validitas
ramalan.

3) Validitas konstruk (Construct Validity).


Konstruk adalah kerangka dari suatu konsep, validitas konstruk adalah validitas yang
berkaitan dengan kesanggupan suatu alat ukur dalam mengukur pengertian suatu konsep
yang diukurnya. Menurut Jack R. Fraenkel validasi konstruk (penentuan validitas konstruk)
merupakan yang terluas cakupannya dibanding dengan validasi lainnya, karena melibatkan
banyak prosedur termasuk validasi isi dan validasi kriteria.

2. Reliabilitas

Syarat lain yang juga penting bagi seorang peneliti adalah reliabilitas. Reliabilitas
suatu alat pengukur derajat keajegan alat tersebut dalam mengukur apa yang diukurnya.
Reliabilitas sama dengan konsistensi atau keajegan. Suatu instrumen penelitian dikatakan
mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang
konsisten dalam mengukur yang hendak diukur. Ini berarti semakin reliabel suatu tes
memiliki persyaratan maka semakin yakin kita dapat menyatakan dalam suatu tes
mempunyai hasil yang sama ketika dilakukan tes kembali.

Reabilitas berarti keakuratan atau kekonsistenan pengukuran. Banyak hal yang


dapat mengurangi keakuratan pengukuran. Dalam mengukur program bilingual, misalnya,
siswa kelas dua mengikuti tes tertulis mengenai konsep diri. Tes diberikan oleh guru kepada
sekitar 20 siswa. Beberapa orang siswa sibuk melingkari jawaban pada lembaran yang
salah. Hal ini dapat menjadi sumber ketidak sahihan pengukuran.

Dalam membaca dan menilai penelitian korelasi, sangat perlu diperhatikan


ketercukupan pengukuran. Bagaimana melakukan itu? Pertama, peneliti menunjukkan bukti
bahwa pengukuran yang telah mereka gunakan sahih dan handal. Bukti-buktinya bisa bisa
juga berasal dari penelitian sebelumnya. Tambahan lagi, bukti kesahihan dan kehandalan
pengukuran harus dijelaskan pada laporan penelitian. Ini penting karena bisa saja ukuran
yang cukup bagi suatu kelompok siswa menjadi tidak cukup pada siyuasi lain.

I. Kriteria Untuk Menganalisis Penelitian Korelasi

Pertanyaan di bawah ini dapat digunakan untuk membaca dan mengevaluasi


penelitian yang menggunakan teknik korelasi

1. Apa pertanyaan penelitiannya?

2. Dalam konteks apa penelitian dilaksanakan?

3. Apa orientasi teoritis peneliti?

4. Siapa yang menjadi subjek dalam penelitian? Berapa orang jumlah dan bagaimana memilih
subjek? Apa karakteristik mereka yang relevan?

5. Variabel apa saja yang dinilai? Bagaimana variabel di jelaskan dan diukur?
6. Korelasi analisis apa yang ditampilkan dan apa hasilnya?

7. Kesimpulan apa yang diambil?

8. Apa kontribusi penelitian terhadap pengetahuan atau pembelajaran?

9. Apa implikasi pembelajaran dalam konteks formal?

J. Teknik Analisis Data Korelasional

Teknik analisa korelasional – sebagaimana yang telah sedikit diungkap di atas -


dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu Teknik analisa Korelasional Bivariat dan
Teknik Analisa Multivariat.

Teknik korelasi parsial digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel,
sedangkan efek variabel ketiga ditekan. Teknik korelasi ganda digunakan untuk menentukan
hubungan antara satu variabel bebas dengan beberapa variabel bebas yang telah digabung.
Teknik korelasi kanonikal digunakan apabila variabel terikatnya terdiri atas sub-sub variabel.
Teknik analisis factor digunakan untuk mengelompokkan sejumlah variabel menjadi
beberapa kelompok atau variabel baru.

Bila dua variabel dikorelasikan hasilnya adalah koefesien korelasi. Suatu koefesien
korelasi disimbolkan dengan angka decimal, antara 0,00 dan +1,00, atau –0,00 dan –1,00,
yang mengindikasikan derajat hubungan dua variabel. Jika koefesien mendekati +1,00;
kedua variabel tersebut mempunyai hubungan positif. Hal ini berarti bahwa seseorang
dengan skor yang tinggi pada suatu variabel akan memiliki skor yang tinggi pula pada
variabel lain. Dan seseorang dengan skor rendah pada satu variabel akan memiliki skor
yang rendah pada sutau variabel yang lain. Suatu peningkatan pada suatu variabel
berhubungan /diasosiasikan dengan peningkatan pada variabel lain. Jika koefesien korelasi
tersebut mendekati 0,00, kedua variabel tidak berhubungan. Hal ini berarti bahwa skor
seseorang pada suatu variabel tidak mengindikasikan skor orang tersebut pada variabel
lain.

Jika koefesien tersebut mendekati -1,00, kedua variabel memiliki hubungan yang
sebaliknya (negatif). Hal ini berarti bahwa seorang dengan skor tinggi pada suatu variabel
akan memiliki skor rendah pada variabel lain. Peningkatan pada suatu variabel akan
diasosiasikan dengan penurunan pada variabel lain, dan sebaliknya.

Interpretasi suatu koefesien korelasi tergantung pada bagaimana ia akan digunakan.


Dengan kata lain seberapa besar ia diperlukan agar bermanfaat tergantung pada tujuan
perhitungannya. Dalam studi yang dirancang untuk menyelidiki hubungan yang
dihipotesiskan, suatu koefesien korelasi diinterpretasikan dalam istilah signifikansi
statistiknya. Signifikansi statistik mengacu pada apakah koefesien yang diperoleh berbeda
secara nyata dari zero (0) dan mencerminkan sutau hubungan yang benar, bukan suatu
kemungkinan hubungan. Keputusan berdasarkan signifikansi statistik dibuat pada suatu
level kemungkinan (probability) yang diberikan.

Jadi, berdasarkan ukuran sampel yang diberikan, seorang peneliti tidak


diperkenankan untuk secara langsung menentukan secara positif apakah ada atau tidak ada
hubungan yang benar antara dua variabel, tetapi dapat dikatakan bahwa secara probabilitas
ada atau tidak ada hubungan.

Sementara, untuk menentukan signifikansi statistik maka harus dikonsultasikan pada


tabel yang dapat mengatakan tentang sebeberapa besar koefesien yang diperlukan untuk
menjadi signifikan pada level probabilitas dan ukuran sampel yang diberikan. Untuk level
probabilitas yang sama, atau level signifikansi yang sama, koefesien yang besar diperlukan
bila sampel yang lebih kecil dilibatkan. Secara umum, memiliki lebih banyak bukti dalam
koefesien yang didasarkan pada 100 subjek daripada 10 subjek.

Ketika penginterpretasian suatu koefesien korelasi dilakukan, peneliti harus selalu


ingat bahwa dia hanya berbicara tentang suatu hubungan, bukan hubungan sebab akibat
(Causal Correlation). Koefesien korelasi yang signifikan mungkin menyarankan hubungan
sebab akibat tetapi tidak menetapkannya. Hanya ada satu cara untuk menetapkan
hubungan sebab akibat, yaitu eksperimen. Bila seseorang menemukan hubungan yang
dekat antara dua variabel, hal itu sering menjadi pemicu untuk menyimpulkan bahwa satu
menyebabkan yang lain. Dalam kenyataannya, itu hal itu mungkin tidak saling
mempengaruhi; mungkin terdapat variabel ketiga yang mempengaruhi kedua variabel
tersebut. (Emzir, 2010)[21].

Di atas telah disinggung sedikit mengenai beberapa teknik analisa korelasional baik
yang berupa bivariat maupun yang multivariate. Dalam pembahasan di sub bab ini hanya
akan diKorelasi Tata Jenjang, dan Korelasi Point Biserial.

1. Korelasi Product Moment

Product Moment Correlation atau Product of the Moment Correlation adalah salah
satu teknik untuk mencari korelasi antar dua variabel yang kerap kali digunakan. Teknik
korelasi ini dikembangkan oleh Karl Pearson, yang karenanya sering disebut dengan istilah
Teknik Korelasi Pearson. Sedangkan disebut Product Moment Correlation karena koefesien
korelasinya diperoleh dengan cara mencari hasil perkalian dari moment-moment variabel
yang dikorelasikan (Product of the moment).

Teknik ini digunakan ketika berhadapan dengan kenyataan seperti; variabel yang
dikorelasikan berbentuk gejala atau data yang bersifat continue, sampel yang diteliti
mempunyai sifat homogen atau mendekati homogeny, dan regresinya merupakan regresi
linier. Adapun lambang yang digunakan adalah “r” dan angka indeksnya dengan huruf kecil
dari huruf-huruf yang dipergunakan dalam variabel-variabel. Misalnya variabel X dan
variabel Y, maka angka indeks korelasinya diberi lambang rxy.

Sementara untuk memberikan interpretasi terhadap Angka Indeks korelsi “r” Product
Moment ini adalah 1) dengan cara sederhana (kasar) dan 2) dengan jalan berkonsultasi
pada tabel Nilai “r” Product Moment. Dengan cara sederhana dapat digunakan pedoman
atau ancer-ancer sebagai berikut:

Besarnya “r”
product Moment
(rxy) Interpretasi
Antara Variabel X dan variabel Y memang terdapat
korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau
sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan
(dianggap tidak ada korelasi
0,00 – 0,20

Antara Variabel X dan variabel Y memang terdapat


korelasi yang lemah atau rendah
0,20 – 0,40

Antara Variabel X dan variabel Y memang terdapat


korelasi yang sedang atau cukup
0,40 – 0,70

Antara Variabel X dan variabel Y memang terdapat


korelasi yang kuat atau tinggi
0,70 – 0,90

Antara Variabel X dan variabel Y memang terdapat


korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi
0,90 – 1,00

Cara kedua adalah dengan mengkonsultasikan pada tabel “r”..

Banyaknya variabel yang dikorelasikan

df. 2

(degrees of freedom) Harga “r” pada taraf signifikansi

Atau 5% 1%

db (derajat bebas)

1 0,997 1,000

2 0,950 0,990

3 0,878 0,950

4 0,811 0,917

5 0,754 0,874

6 0,707 0,834

7 0,666 0,798

8 0,632 0,765

9 0,602 0,735
10 0,576 0,708

11 0,553 0,684

12 0,532 0,661

13 0,514 0,641

14 0,497 0,623

15 0,482 0,606

16 0,468 0,590

17 0,456 0,575

18 0,444 0,561

19 0,433 0,549

20 0,423 0,537

Apabila cara kedua ini yang ditempuh, prosedur yang harus dilalui secara berturut-
turut adalah:

a. Membuat hipotesa Ha (hipotesa alternative) dan Ho (hipotesa Nihil (Nul));

Contoh hipotesanya:

Ha: “Ada (terdapat) korelasi positif (atau negatif) yang signifikan antara variabel X dan
variabel Y

Ho: “Tidak ada (tidak terdapat) korelasi positif (atau negatif) yang signifikan antara variabel
X dan variabel Y

b. Menguji kebenaran atau kepalsuan dari hipotesa yang telah diajukan

Tujuannya untuk mengetahui kebenaran apakah Ha atau Ho dengan jalan


membandingkan besarnya “r” yang telah diperoleh dalam proses perhitungan atau “r”
observasi (ro) dengan besarnya “r” yang tercantum dalam tabel Nilai “r” Product Moment
(rt), dengan terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (db) atau degrees of freedomnya 9df)
yang rumusnya adalah:

df = N – nr

df = degrees of freedom

N = Number of class

nr = banyaknya variabel yang dikorelasikan


Dengan diperolehnya db atau df maka dapat dicari besarnya “r” yang tercantum
dalam tabel nilai “r” Product Moment, baik pada taraf signifikansi 1% maupun 5%. Jika ro
sama dengan atau lebih besar dari pad art maka Hipotesa alternative (Ha) diterima berarti
memang benar antara variabel X dan variabel Y ada hubungan yang signifikan, dan
sebaliknya Ho ditolak. Selanjutnya adalah menghitung dan memberikan
intepretasi terhadap angka indeks korelasi “r” Product Moment.

a. Rumus

Apabila dalam mencari angka indeks korelasi “r”, perhitungannya didasarkan pada
Deviasi Standar dari data yang sedang dicari korelasinya maka rumusnya adalah:

rxy = ∑xy

N.SDx.SDy

b. Langkah-langkah

1) Menyiapkan tabel kerja atau tabel perhitungan, yang terdiri dari delapan kolom. Pada kolom
1 dimuat Subjek Penelitian; kolom 2 memuat skor variabel X; kolom 3 memuat skor Y; kolom
4 memuat deviasi sekor variabel X terhadap Mean Groupnya (Mx); Kolom 5 memuat deviasi
skor variabel Y terhadap Mean Groupnya (My); kolom 6 memuat hasil perkalian antara
deviasi x (yaitu x2) dan kolom 8 memuat hasil pengkuaadratan deviasi y (yaitu y2).

2) Menghitung Mean dari variabel X (yaitu Mx) dengan menggunakan rumus :

3) Menghitung Mean dari variabel Y (yaitu My) dengan menggunakan rumus:

4) Menghitung Deviasi Standar variabel X (yaitu SDx) dengan menggunakan rumus:

SDx =

5) Menghitung Deviasi Standar variabel Y (yaitu SDy) dengan menggunakan rumus:

SDy =

6) Menghitung angka Indeks Korelasi antara variabel X dan variabel Y (yaitu rxy), dengan
menggunakan rumus:

rxy =
Adapun untuk menentukan koefesien korelasi, terdapat tiga macam

1) Rumus 1

rxy =

2) Rumus 2

rxy=

3) Rumus 3

rxy =

2. Korelasi Tata jenjang

Korelasi tata jenjang yang disebut dalam istilah bahasa inggris Rank Difference
Correlation atau Rank-Order Correlation, digunakan untuk menentukan hubungan dua
gejala yang kedua-duanya merupakan gejala ordinal atau tata jenjang. Teknik ini
menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Spearmen, sebagai berikut:

Rho xy = 1 -

Artinya :

Rho xy = koefesien korelasi tata jenjang

D = Difference. Sering digunakan juga B singkatan

dari Beda. D adalah beda antara jenjang setiap

subjek

N = Banyaknya subjek

3. Point Bisereal Correlation

Point Bisereal Correlation atau korelasi point biserial digunakan apabila kita hendak
mengetahui korelasi antara dua variabel, yang satu berbentuk variabel kontinu, sedang yang
lain variabel diskrit murni. Misalnya ingin mengetahui hubungan antara jenis kelamin dengan
inteligensi, kemampuan berpidato atau prestasi belajar.
Hasil perhitungan dengan korelasi point biserial dapat dikonsultasikan ke tabel “r”
hasil korelasi product Moment. Rumusnya adalah sebagai berikut:

rpbis =

DAFTAR PUSTAKA

Creswell, W. John.2008. Educational Reaserch Design: Planning, Conducting, and


Evaluation,Quantitative Research 3thed. Pearson: New Jersey

Danim, Sudarwan, 2002. Menjadi Penelitian Kualitatif, ed.4. Rake Sarasin: Yogyakarta.

Donna, M.Johnson. 1992. Approach to Research in Second Language Learning. Longman.

Emzir. 2008. Metode Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif. Penerbit Raja Grafindo
Persada: Jakarta

Gall, Meredith D., Joyce P. Gall, and Walter Borg. 2003. Educational research : an Introduction.
Boston : pearson education Inc.

Gay, L. R. & Airasian, Peter. 2000. Educational Research: Competencies for Analysis and
Application. London: Prentice-Hall International (UK) ltd.

Tuckman, B.W. 1978. Conducting Educational Research. New York: Harcout Brace Jovanovich,
Publisher

Zechmeister & Shaughnessy. 2000. Research Methods in Psychology, 5/e Chapter 4: Correlational
Research: Surveys. (Online Learning Center).
http://www.mhhe.com/socscience/psychology/shaugh/ch04_summary.html.
Lampiran

HUBUNGAN PENGUASAAN GRAMATIKAL, PEMAHAMAN BUDAYA PRANCIS, DAN


KOMPETENSI KOMUNIKATIF DENGAN KINERJA MENGAJAR GURU BAHASA PRANCIS
SMA

R. EKO DJUNIARTO No. Reg: 7317030501 Program Studi: Pendidikan Bahasa

masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut.

Apakah terdapat hubungan penguasaan gramatikal dengan kinerja mengajar guru bahasa
Prancis SMA?

(1) Apakah terdapat hubungan pemahaman budaya Prancis dengan kinerja mengajar
guru bahasa Prancis SMA?

(2) Apakah terdapat hubungan kompetensi komunikatif dengan kineija mengajar guru
bahasa Prancis SMA?

(3) Apakah terdapat hubungan penguasaan gramatikal, pemahaman budaya, dan


kompetensi komunikatif dengan kinerja mengajar guru bahasa Prancis SMA?

Hasil

Melalui pengujian keempat hipotesis yang diajukan, baik dalam pengujian regresi maupun
pengujian korelasi dapat disimpulkan baflWai terdapat hubungan positif dan signifikan
antara kemampuan berpikir kritis (X ), kemampuan analisis wacana (X ), penguasaan
sintaksis bahasa Inggris (X3) dengan keterampilan menulis akademik bahasa Inggris (Y)
baik secara sendiri- sendiri, maupun secara bersama- sama.

Keempat variabel yang diuji dengan analisis regresi menunjukkan garis regresi linier dan
signifikan. Hal demikian berdasarkan hasil uji linieritas yang menunjukkan Fhltung < Ftabel
Demikian pula, uji signifikansi di mana

Pengujian hipotesis keempat variabel pula menunjukkan hasil positif dan sangat signifikan.
Korelasi positif dan signifikansi korelasi di mana hasil analisis melalui korelasi Product
Moment dengan koefisien (R) rh > ■"tebal

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SOSIAL, PERSEPSI TENTANG KEMAMPUAN


GURU DALAM PEMBELAJARAN, DAN MINAT TERHADAP BAHASA ARAB DENGAN
HASIL BELAJAR BAHASA ARAB SISWA MADRASAH ALIYAH NEGERI SE JAKARTA
TIMUR

SYAIPULLOH

No. Reg.: 7117010981 Program Studi: Teknologi Pendidikan

Gambar 3.1: Konstelasi Hubungan Antar Variabel Penelitian

[1] Gall, Meredith D., Joyce P. Gall, and Walter Borg, Educational research : an Introduction, (Boston:
Pearson Education Inc., 2003), hh.:278-540

[2] Gall, Meredith D., Joyce P. Gall, and Walter Borg, 2003, Op. Cit., hh. 569-570

[3] Creswell, W. John, Educational Reaserch Design: Planning, Conducting, and


Evaluation,Quantitative Research 3thed., (Pearson: New Jersey, 2008), h. 338

[4] Gay, L. R. & Airasian, Peter, Educational Research: Competencies for Analysis and
Application (London: Prentice-Hall International (UK) ltd., 2000), h.182

[5] Richards, Jack, John Platt, and Heidi Weber, Longman Dictionary Of Applied Linguistics, (Harlow,
Essex, England: Longman, . 1985), h. 66

[6] Donna, M. Johnson, Approach to Research in Second Language Learning, (Harlow, Essex,
England: Longman, 1992), h.

[7] Donna, M.Johnson, 1992, Loc. Cit

[8] Zechmeister & Shaughnessy. 2000. “Research Methods in Psychology”, Chapter 4: Correlational
Research: Surveys. (Online Learning Center). http://www.mhhe.com/, h. 1

[9] Donna, M.Johnson, 1992, Loc. Cit.

[10] Danim, Sudarwan, Menjadi Penelitian Kualitatif, ed. 4, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2002)

[11] Gay, L. R. & Airasian, Peter, 2000, OP. Cit.,h. 430

[12] Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan; Kualitatif dan Kuantitatif. (Jakarta: PT. Grafindo
Persada, 2008).

[13] Creswell, 2008, Op. Cit., h. 339-342

[14] Ibid.
[15] Ibid.

[16] Ibid.

[17] Ibid.

[18] Smith, Merry Lee and Gene V. Glass. Research and Evaluation in Education and The Social
Science. (New Jersey: Prentice-Hall Inc. Englewood Cliffs, 1987), h. 12

[19] Ibid.

[20] Tuckman, B.W., Conducting Educational Research. (New York: Harcout Brace Jovanovich,
Publisher, 1978).

[21] Emzir, 2010, Op. Cit, h. 46


PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penelitian adalah suatu proses mencari tahu sesuatu secara sistematis dalam waktu
yang relatif lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku.
Berdasarkan metodenya, penelitian dibagi menjadi tiga jenis yaitu penelitian sejarah,
penelitian deskriptif dan penelitian eksperimen.
Penelitian korelasi dalam bidang pendidikan,sosial maupun ekonomi banyak dilakukan
oleh peneliti. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang paling banyak digunakan
dan telah memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi perkembangan pengetahuan di
bidang pendidikan (Cornell dalam Hadjar, 1999:277). Dalam penelitian jenis ini, peneliti
berusaha menghubungkan suatu variabel dengan variabel yang lain untuk memahami suatu
fenomena dengan cara menentukan tingkat atau derajat hubungan di antara variabel-variabel
tersebut. Tingkat hubungan tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi yang berfungsi
sebagai alat untuk membandingkan variabilitas hasil pengukuran terhadap variabel-variabel
tersebut. Pengetahuan tentang tingkat hubungan tersebut diharapkan dapat menambah
pemahaman tentang faktor-faktor dalam karakteristik yang kompleks dari suatu fenomena
seperti prestasi belajar.
Penelitian korelasional adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan
data guna menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau
lebih. Adanya hubungan dan tingkat variabel ini penting, karena dengan mengetahui tingkat
hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan peneliti.
Menurut Gay dalam Sukardi (2008:166) menyatakan bahwa; penelitian korelasi merupakan
salah satu bagian penelitian ex-postfacto karena biasanya peneliti tidak memanipulasi
keadaan variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan
variabel yang direfleksikan dalam koefisien korelasi. Walaupun demikian ada peneliti lain
seperti di antaranya Nazir dalam Sukardi (2008:166); mengelompokkan penelitian korelasi ke
dalam penelitian deskripsi, karena penelitian tersebut juga berusaha menggambarkan kondisi
yang sudah terjadi

1.2. Perumusan Masalah


Sehubungan dengan latar belakang diatas maka masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah:
a. Apakah pengertian penelitian korelasional?
b. Apakah tujuan penelitian korelasional ?
c. Bagaimanakah cirri-ciri penelitian korelasional?
d. Apakah kelemahan dan kelebihan penelitian korelasional?

1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memahami.
a. Apakah pengertian penelitian korelasional.
b. Apakah tujuan penelitian korelasional.
c. Bagaimanakah cirri-ciri penelitian korelasional.
d. Apakah kelemahan dan kelebihan penelitian korelasional.

II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penelitian Korelasional


Penelitian korelasi dalam bidang pendidikan, sosial, maupun ekonomi banyak
dilakukan oleh para peneliti. Penelitian korelasi bertujuan menemukan ada tidaknya
hubungan pararel antara dua variabel atau lebih dalam satu subjek atau dalam sekelompok
subjek. Penelitian ini dilakukan, ketika mereka ingin mengetahui tentang kuat atau lemahnya
hubungan variabel yang terkait dalam suatu objek atau subjek yang diteliti. Hal ini sesuai
dengan anjuran (Gay, 1982) yang menyatakan bahwa:
Correlational research is a research study of that involves collecting data in order to
determine whether and to what degree a relationship exists between two or more quantifiable
variables (Gay, 1982: 430).
Penelitian korelasional adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan
pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungannya dan tingkat hubungan antara
dua variabel atau lebih. Adanya hubungan dan tingkat variabel ini penting, karena dengan
mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai
dengan tujuan penelitian. Penelitian korelasi, seperti yang dikatakan Gay, merupakan salah
satu bagian penelitian ex-postfacto karena biasanya peneliti tidak memanipulsi keadaan
variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan lingkungan dan tingkat hubungan
variabel yang direfleksikan dalam koefisien korelasi. Walaupun peneliti
lain misalnya Nazir mengelompokkan penelitian korelasi dalam penelitian deskripsi.
Pada sisi lain, menurut Nazir (1999), sering diperlakukan sebagai penelitian
deskriptif, karena penelitian tersebut juga berusaha menggambarkan kondisi yang sudah
terjadi. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha menggambarkan kondisi sekarang dalam
konteks kuantitatif yang direfleksikan dalam variabel. Perbedaan pandangan tentang posisi
penelitian korelasi, tidak perlu dipedebatkan karena keduanya berpijak dari sisi yang sedikit
berbeda. Yang penting dalam hal ini Adalah pilih metode ini secara tepat agar dapat
memecahkan masalah permasalahan penelitian.

2.2 Tujuan Penelitian Korelasional


Penelitian korelasi dilakukan oleh para peneliti pada umumnya mempunyai beberapa
tujuan, diantaranya. Tujuan penelitian korelasional menurut Suryabrata (1994:24) adalah
untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-
variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi. Sedangkan
menurut Gay dalam Emzir (2007:38); Tujuan penelitian korelasional adalah untuk
menentukan hubungan antara variabel, atau untuk menggunakan hubungan tersebut untuk
membuat prediksi. Studi hubungan biasanya menyelidiki sejumlah variabel yang dipercaya
berhubungan dengan suatu variabel mayor, seperti hasil belajar variabel yang ternyata tidak
mempunyai hubungan yang tinggi dieliminasi dari perhatian selanjutnya.
Di samping itu, penelitian korelasi juga dilakukan, untuk menjawab tiga pertanyaan
penelitian tentang dua variabel atau lebih. Pertanyaan tersebut adalah:
1.Adakah hubungan antara dua variabel? Jika ada, kemudian diikuti dengan pertanyaan, yaitu,
2.Bagaimana arah hubungan tersebut? Dan selanjutnya pertanyaan,
3.Berapa besar hubungan kedua variabel tersebut dapat diterangkan?
Dalam penelitian korelasi, para peneliti biasanya hanya mendasarkan pada
penampilan variabel sebagaimana adanya, tanpa mengatur kondisi atau memanipulasi
variabel tersebut. Oleh karena itu, peneliti hendaknya mempunyai cukup banyak alasan yang
kuat guna mempertahankan hasil hubungan yang ditemukan.
Penelitian korelasi lebih tepat, jika dalam penelitian memfokuskan usaha dalam
mencapai informasi yang dapat menerangkan adanya fenomena yang kompleks melalui
hubungan antar variabel. Sehingga peneliti juga dapat melakukan eksplorasi studi melalui
teknik korelasi parsial, di mana peneliti mengeliminasi salah satu pengaruh variabel agar
dapat dilihat hubungan dua variabel yang dianggap penting.

2.3 Teknik Penelitian Korelasional


Teknik korelasi adalah teknik statistik yang digunakan untuk mencari hubungan atau
korelasi antara dua variabel atau lebih. Dua variabel yang akan diteliti hubungannya itu
masing-masing disebut sebagai variabel bebas (variabel X) dan variabel terikat (variabel Y).
Jika kita ingin meneliti hubungan antara tingkat kecerdasan dengan penyesuaian sosial
remaja, maka variabel tingkat kecerdasan disebut variabel X dan veriabel penyesuaian
disebut dengn variabel Y. Bila variabel X dan variabel Y sudah dihitung taraf korelasinya,
maka akan dapat ditemukan arah korelasinya. Arah korelasi dalam statistik ada 3 macam,
yaitu:
1).Arah korelasi positif terjadi apabila kenaikan atau penurunan nilai
pada variabel X diikuti juga oleh naik turunnya nilai pada variabel Y.
2). Arah korelasi negatif apabila kenaikan variabel X diikuti oleh penurunan pada Y dan
penurunan pada X diikuti oleh kenaikan pada variabel Y
3).Arah korelasi nihil Apabil variabel X dan Y tidak memiliki hubungan yang sistematis
Arah korelasi ini ditunjukkan oleh suatu harga yang disebut koefisien korelasi.
Koefisien korelasi bergerak dari -1 sampai dengan +1. korelasi yang mempunyai koefisien -1
disebut korelasi negatif sempurna, demikian juga dengan korelasi yang mempunyai koefisien
+1 disebut korelasi positif sempurna.
Dalam kenyataannya, hampir tidak pernah dijumpai koefisien korelasi yang
koefisiennya sempurna, terlebih lagi pada penelitian-penelitian sosial dan psikologi.
Koefisien korelasi korelasi yang biasa dijumpai peneliti adalah diantara -1 dan +1.

2.4 Teknik Analisis Penelitian Korelasional


Ada beberapa teknik analisis untuk menyatakan besarnya harga koefisien korelasi,
tergantung dari jenis data penelitiannya. Teknik analisis tersebut diantaranya adalah product
moment, tata jenjang, kendall tau, point biserial, triserial dan korelasi kontingensi.
1).Korelasi Product Moment. Digunakan untuk mengetahui ada tidaknya dua variabel yang
keduanya mempunyai data interval
2).Korelasi Tata Jenjang . Digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan dua variabel
yang mempunyai data ordinal (berbentuk rangking atau berjenjang). Teknik ini dikemukakan
oleh Spearman dan dikenal dengan Teknik Korelasi Tata Jenjang Spearman.
3).Korelasi Kendalai Tau.Digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan dua variabel
yang mempunyai data ordinal (berbentuk rangking). Teknik ini biasanya digunakan untuk
penelitian dengan jumlah sampel lebih dari 10 (N > 10).
4).Korelasi Point Biserial. Digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua
variabel, data variabel pertama berupa dikhotomi asli dan data variabel kedua berupa data
interval
5).Koefisien Triserial. Digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua
variabel,variabel pertama merupakan data trikhotomi buatan sedangkan variabel kedua
merupakan data interval.
6).Analisis Korelasi Kontingen. Digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar
variabel yang mempunyai data kategori, baik kategori asli maupun buatan.

2.5 Ciri-Ciri Penelitian Korelasional


1).Penelitian macam ini cocok dilakukan bila variabel-variabel yang diteliti rumit dan atau
tak dapat diteliti dengan metode eksperimental atau tak dapat dimanipulasi.
2).Studi macam ini memungkinkan pengukuran beberapa variabel dan saling hubungannya
secara serentak dalam keadaan realistiknya.
3).Output dari penelitian ini adalah taraf atau tinggi-rendahnya saling hubungan dan bukan
ada atau tidak adanya saling hubungan tersebut.
4).Dapat digunakan untuk meramalkan variabel tertentu berdasarkan variabel bebas.
Penelitian korelasional, mengandung kelemahan-kelemahan, antara lain: Hasilnya cuma
mengidentifikasi apa sejalan dengan apa, tidak mesti menunjukkan saling hubungan yang
bersifat kausal; Jika dibandingkan dengan penelitian eksperimental, penelitian korelasional
itu kurang tertib- ketat, karena kurang melakukan kontrol terhadap variabel-variabel bebas;
Pola saling hubungan itu sering tak menentu dan kabur , sering merangsang penggunaannya
sebagai semacam short-gun approach, yaitu memasukkan berbagai data tanpa pilih-pilih dan
menggunakan setiap interpretasi yang berguna atau bermakna.

III. PENUTUP

3.1 Simpulan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut. Penelitian korelasional adalah
suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah ada
hubungannya dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih. Adanya hubungan dan
tingkat variabel ini penting, karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti
akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian.
Tujuan penelitian korelasional menurut Suryabrata (1994:24) adalah untuk
mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi
pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi. Sedangkan menurut Gay
dalam Emzir (2007:38);
Tujuan penelitian korelasional adalah untuk menentukan hubungan antara variabel,
atau untuk menggunakan hubungan tersebut untuk membuat prediksi.
Ciri-ciri Penelitian Korelasional: Penelitian macam ini cocok dilakukan bila variabel-variabel
yang diteliti rumit dan/atau tak dapat diteliti dengan metode eksperimental atau tak dapat
dimanipulasi, Studi macam ini memungkinkan pengukuran beberapa variabel dan saling
hubungannya secara serentak dalam keadaan realistiknya.Output dari penelitian ini adalah
taraf atau tinggi-rendahnya saling hubungan dan bukan ada atau tidak adanya saling
hubungan tersebut.Dapat digunakan untuk meramalkan variabel tertentu berdasarkan variabel
bebas. Penelitian korelasional, mengandung kelemahan-kelemahan, antara lain: Hasilnya
cuma mengidentifikasi apa sejalan dengan apa, tidak mesti menunjukkan saling hubungan
yang bersifat kausal; Jika dibandingkan dengan penelitian eksperimental. Penelitian
korelasional itu kurang tertib- ketat, karena kurang melakukan kontrol terhadap variabel-
variabel bebas; Pola saling hubungan itu sering tak menentu dan kabur; ering merangsang
penggunaannya sebagai semacam short-gun approach, yaitu memasukkan berbagai data
tanpa pilih-pilih dan menggunakan setiap interpretasi yang berguna atau bermakna.
Penelitian korelasional juga mengandung kelebihan-kelebihan, antara lain: Kemampuannya
untuk menyelidiki hubungan antara beberapa variabel secara bersama-sama
(simultan).Penelitian korelasional dapat memberikan informasi tentang derajat (kekuatan)
hubungan antara variabel-variabel yang diteliti.

DAFTAR PUSTAKA

Emzir, 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.
Hadjar, Ibnu, 1999. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam pendidikan. Jakarta
: Raja Grafindo Persada
http://ecaecy.wordpress.com/2012/01/13/penelitian-korelasonal/
Sukardi, 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta: Bumi
Aksara.
Suryabrata, Sumadi,1994. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai