1
pengaruh orang tua tunggal dan orang tua lengkap(variabel terikat)
terhadap pembolosan(variabel bebas).
Dimulai dari subjek yang berbeda sebagai variabel terikat dan
berusaha menentukan penyebabnya dari perbedaan itu. Contoh:
perbandingan siswa yang latarnya dari sekolah tinggi dengan orang-
orang yang drop out(variabel terikat) pada variabel bebas seperti
motivasi atau kedisiplinan.
2
tingkat hubungan variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan
hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefisien
korelasi.
Walaupun demikian, ada peneliti lain seperti diantaranya Nazir yang
mengelompokkan penelitian korelasi ke dalam penelitian deskripsi. Pada
sisi lain, menurut Nazir (1999), sering diperlakukan sebagai penelitian
deskriptif, karena pada penelitian tersebut juga berusaha menggambarkan
kondisi yang sudah terjadi. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha
menggambarkan kondisi yang sekarang dalam konteks kuantitatif yang
direfleksikan dalam variabel. Perbedaan pandangan tentang posisi penelitian
korelasi, tidak perlu diperdebatkan karena keduanya berpijak pada dari sisi
yang sedikit berbeda. Yang penting dalam hal ini adalah pilih metode ini
secara tepat agar dapat memecahkan permasalahan penelitian.
Penelitian korelasi mempunyai tiga karakteristik penting untuk para
peneliti yang hendak menggunakannya. Tiga karakteristik tersebut,
diantaranya adalah :
1) Penelitian korelasi tepat jika variabel kompleks dan peneliti
tidak mungkin melakukan manipulasi dan mengontrol variabel
seperti dalam penelitian eksperimen.
2) Memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam setting
(lingkungan) nyata.
3) Memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang
signifikan.
3
Jika ada hubungan antara dua variabel, berarti skor dalam dua variabel
mempunyai asosiasi dengan variabel tertentu yang terukur. Harga r=-1 atau
+1 menunjukkan asosiasi sempurna diantara dua variabel, sedangkan harga
r = 0 mempunyai arti bahwa dua variabel dapat berubah dengan tidak
memiliki konsistensi antara variabel satu dengan yang lainnya.
Dalam diagram Venn, asosiasi antara dua variabel tersebut dapat
ditunjukkan seperti berikut
V1
V2
4
peneliti hendaknya mempunyai cukup banyak alasan yang kuat guna
mempertahankan hasil hubungan yang ditemukan.
Penelitian korelasi lebih tepat, jika dalam penelitian peneliti
memfokuskan usahanya dalam mencapai informasi yang dapat
menerangkan adanya fenomena yang kompleks melalui hubungan
antarvariabel. Sehingga, peneliti juga dapat melakukan eksplorasi studi
melalui teknik korelasi parsial, dimana peneliti mengeliminasi salah satu
pengaruh variabel agara dpat dilihat hubungan dua variabel yang
dianggap penting.
Dibidang pendidikan, studi kasus korelasi biasanya digunakan
untuk melakukan penelitian terhadap sejumlah variabel yang
diperkirakan mempunyai peranan signifikan dalam mencapai
keberhasilan proses pembelajaran. Sebagai contoh, tentang pencapaian
hasil belajar dengan motivasi internal, belajar strategi, identitas kehadiran
mengikuti kuliah, dan sebagainya.
Hubungan variabel yang lemah mungkin tidak memberikan
rekomendasi untuk dilanjutkan, tetapi untuk variabel yang kuat misalnya
r > 0,80, peneliti dianjurkan untuk melakukan analisis prediksi hubungan
sebab-akibat (causal comparative study) atau bahkan ke studi eksperimen
untuk mendapatkan kepastian apakah hubungan terebut memiliki sifat
sebab-akibat.
5
Bidang pendidikan, IPK akademik, intelegensi dan ketegangan
pada anak didik, ketika mereka menghadapi ujian.
6
teoritis dikatakan lebih tinggi, bila dibandingkan dengan
eksploratori, dan kurang memperhatikan konsep signifikansi.
Pada butir ketiga, interpretasi memperhatikan nilai kuadrat
koefisien korelasi. Ini menunjukan proporsi varian dalam satu
variabel yang dapat diatributkan secara linier pada variabel lainnya.
Dengan kata lain, nilai tersebut menunjukan jumlah atau
determinan dua variabel mempunyai kesamaan. Sebagai contoh,
jika nilai r = 0,5 maka jika di gambarkan dalam diagram Venn, r=
0,25. Ini berarti faktor determinan variabel A dan B adalah 25%,
sedangkan sisanya 75% ditentukan variabel lain yang mungkin
kurang diperhitungkan.
Ada tiga butir penting bagi seorang peneliti dalam
menginterpretasikan koefisien korelasi yaitu sebagai berikut.
1. Koefisien merupakan angka simple dan tidak perlu
diinterpretasi dari harga koefisien = +1, 0, -1.
2. Korelasi tidak perlu diartikan menunjukan hubungan sebab
akibat antara dua faktor, seperti yang telah diterangkan di
atas.
3. Koefisien korelasi tidak perlu diinterpretasikan secara
absolute.
75 75
% %
25
%
7
- Nilai r = 0,20-0,35 menunjukan hubungan dua variabel
lemah walaupun segnifikan.
- Nilai r = 0,35-0,65 menunjukan hubungan sedang, umumnya
signifikan pada lebih dari 1%, hubungan tersebut berguna
untuk analisis prediksi.
- Nilai r = 0,65-0,85 menunjukan hubungan cukup tinggi yang
memungkinkan peneliti melakukan prediksi dengan tepat.
- Nilai r = >-0,85 menunjukan hubungan antarvariabel tinggi
dan peneliti dianjurkan melekukan prediksi grup secara tepat.
Disamping itu, prediksi individual juga dapat dilakukan
dengan cermat.
8
penelitian ini peneliti dimungkinkan untuk mengukur
beberapa variabel dan hubungannya secara silmutan.
2. Dengan penelitian korelasi, dimungkinkan beberapa
variabel yang mempunyai kontribusi pada suatu veriabel
tertentu dapat diselidiki secara intensif.
3. Penelitian korelasi pada umumnya melakukan studi
tingkah laku dengan setting yang realistis.
4. Peneliti dapat melakukan analisis prediksi tanpa
memerlukan sampel yang besar.
9
Sebenarnya dalam penelitian kausal komparatif, peneliti dapat juga
berusaha menentukan alasan atau penyebab status objek yang di teliti.
Hal demikian seperti dinyatakan (Gay, 1982: 197) yang mengatakan,
10
b. Dalam penelitian kausal komparatif, peneliti berusaha
mengidentifikasi hubungan sebab akibat, dan dalam hubungan
vaariabel yang kompleks mereka membedakan antar variabel
bebas dan variabel terikat.
Variabel penyebab
tidak dimanipulasi,
karena telah terjadi
VARIABEL VARIABEL
TERIKAT BEBAS
11
VARIABEL BEBAS VARIABEL BEBAS
12
penelitian, melakukan kajian pustaka, mengidentifikasi variabel bebas
dan variabel terikat, dan menentukan metode penelitian dengan teknik
statistic yang relevan.
Sub desain penelitianex-post facto ada dua yaitu :
a. Studi Lapangan
Studi lapangan merupakan desain penelitian yang
mengkombinasikan antara pencarian literature (literature study),
survei berdasarkan pengalaman atau studi kasus dimana peneliti
berusaha mengidentifikasivariabel-variabel penting dan hubungan
antar variabel tersebut dalam suatu situasi permasalahan tertentu.
Studi lapangan umumnya digunakan sebagai sarana penelitian
lebih lanjut dan mendalam.
b. Survei
Desain Survei tergantung pada penggunaan jenis kuesioner.
Survei memerlukan populasi yang besar jika peneliti
menginginkan hasilnya mencerminkan kondisi nyata. Semakin
sampenya besar, survei semakin meberikan hasil yang lebih
akurat. Dengan survei seorang peneliti dapat mengungkapkan
masalahyang banyak, meski hanya sebatas dipermukaan.
Sekalipun demikian, survei bermanfaat jika peneliti
menginginkan informasi yang banyak dan beraneka ragam.
Metode survei sangat populer karena banyak digunakan dalam
penelitian bisnis. Keunggulan survei yang lain ialah
mudahmelaksanakan dan dapat dilakukan secara cepat.
Dalam kaitannnya dengan desain penelitian, peneliti dapat memilih
dua variasi desain yang dapat dilihat dari uraian dibawah ini.
Tabel 1. Desain Penelitian Kausal Komparatif
Kasus Grup Variabel Bebas Variabel Terikat
A (Eks) (X) O
(control) - O
B (Eks) O
(control) O
13
Keterangan:
(Eks) = grup eksperimen
(X) = variabel bebas
O = variabel terikat
14
2.4 KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PENELITIAN EX-POST
FACTO
A. Kelebihan Metode Ex Post Facto
Metode ini baik untuk berbagai keadaan
Kemajuan dalam teknik statistik membuat desain ex-post facto
lebih bertahan.
Studi kausal-komparatif menghasilkan informasi yang sangat
berguna menegenai sifat-sifat gejala yang dipersoalkan: apa sejalan
dengan apa, dalam kondisi apa, pada perurutan dan pola yanng
bagaimana dan sejenis dengan itu.
Perbaikan-perbaikan dalam hal teknik, metode statistik, dan
rancangan dengan kontrol parsial, pada akhir-akhir ini telah
membuat studi kausal komparatif itu lebih dapat dipertanggung-
jawabkan Kurnia (2009).
B. Kekurangan Metode Ex Post Facto
Pendekatan ex-post facto memiliki beberapa kelemahan,
diantaranya sebagai berikut:
Tidak adanya kontrol terhadap variabel bebas, maka sukar untuk
memperoleh kepastian bahwa faktor-faktor penyebab yang
relevan telah benar-benar tercakup dalam kelompok faktor-
faktor yang sedang diselidiki.
Kenyataan bahwa faktor penyebab bukanlah faktor tunggal,
melainkan kombinasi dan interaksi antara berbagai faktor dalam
kondisi tertentu untuk menghasilkan efek yang disaksikan,
menyebabkan soalnya sangat kompleks.
Suatu gejala mungkin tidak hanya merupakan akibat dari sebab-
sebab ganda, tetapi dapat pula disebabkan oleh sesuatu sebab
pada kejadian tertentu dan oleh lain sebab pada kejadian lain.
Apabila saling hubungan antar variabel telah ditemukan,
mungkin sukar untuk menentukan mana yang sebab dan mana
yang akibat.
15
Kenyataan bahwa dua atau lebih, faktor saling berhubungan
tidaklah mesti memberi implikasi adanya hubungan sebab
akibat.
Menggolong-golongkan subjek kedalam kategori dikotomi,
misalnya golongan pandai dan golongan bodoh untuk tujuan
perbandingan.
Studi komparatif dalam situasi alami tidak memungkinkan
pemilihan subyek secara terkontrol. Menempatkan kelompok
yang telah ada yang mempunyai kesamaan dalam berbagai hal
kecuali dalam hal dihadapkannya kepada variabel bebas adalah
sangat sukar.
16
Penelitian ex-post facto memiliki persamaan dengan penelitian
eksperimen, logika dasar pendekatan dalam ex-post facto sama dengan
penelitian eksperimen, yaitu adanya variabel x dan y. Kedua metode
penelitian membandingkan dua kelompok yang sama pada kondisi dan
situasi tertentu. Perhatiannya dipusatkan untuk mencari atau menetapkan
hubungan yang ada diantara variabel-variabel dalam data penelitian. Dengan
demikian, banyak jenis informasi yang diberikan oleh eksperimen dapat
juga diperoleh melalui analisis ex-post facto. Dalam penelitian eksperimen,
pengaruh variabel luar dikendalikan dengan kondisi eksperimental. Variabel
bebas yang dianggap sebagai penyebab dimanipulasi secara langsung untuk
meminimalkan pengaruh terhadap variabel terikat. Melalui eksperimen,
peneliti dapat memperoleh bukti tentang hubungan fungsional diantara
variabel yang jauh lebih meyakinkan dari pada yang dapat diperoleh
menggunakan studi ex-post facto. Peneliti dalam penelitian ex-post facto
tidak dapat melakukan manipulasi atau pengacakan terhadap variabel-
variabel bebasnya. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan dalam variabel-
variabelnya sudah terjadi. Peneliti dihadapkan kepada masalah bagaimana
menetapkan sebab dari akibat yang diamati tersebut.
Beberapa perbadaan dari kedua penelitian tersebut nampak dalam hal
teknik perolehan data atau informasi dan kesahihan temuan penelitiaan.
Dengan eksperimen, peneliti dapat memperoleh informasi yang lebih
meyakinkan dan akurat untuk hubungan kausal atau fungsional antara
variabel-variabel dari pada penelitiann ex-post facto.pengaruh variabel
ekstra dalam eksperimen dikontrol oleh kondisi eksperimen dan variabel
bebas dimanipulasi oleh peneliti secara langsung untuk meyakinkan atau
menentukan pengaruhnya pada variabel terikat. Jika variabel terikat y
bervariasi bersama dengan variasi dalam variabel bebas x dalam situasi
yang terkontrol, maka peneliti memperoleh data mengenai kesahihan
hubungan antara sebab akibat yang diduga/hipotesis-kan antara variabel
bebas x dengan variabel terikat y.
17