Oleh:
Azizah Amalia (17302241024)
Nor muflihatur rofiah (17302244024)
Pendidikan Fisika A-2017
Segala puji kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Teori Teknik Pengukuran mengenai
“Analisis Hasil Tes Menggunakan Model Penskoran dan Penskalaan”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari dosen pembimbing yang bertujuan
agar mahasiswa lebih memahami konsep Teori Teknik Pengukuran dan dapat digunakan
pembaca agar lebih memahami mengenai Teori Teknik Pengukuran. Dengan kerendahan
hati dan kesadaran penuh, kami sampaikan bahwa makalah ini tidak akan mungkin
terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung
ataupun tidak langsung. Oleh karena itu, kami ucapkan terimakasih kepada :
1. Drs. Edi Istiyono M.Si. selaku dosen mata kuliah Teori dan Teknik Pengukuran
2. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan positif baik dukungan spiritual
maupun material.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa, makalah ini masih banyak kekurangan meskipun
telah disusun sebaik-baiknya. Untuk itu kami sangat mengharapkan adanya masukan,
saran, dan kritik dari semua pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi diri kami para penulis dan pembacanya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini di zaman modern, sebagian besar orang menggunakan sesuatu secara instan.
Dalam dunia pendidikan, guru masih menggunakan metode-metode untuk penskoran dan
penskalaan hasil tes dengan cara yang instan. Sebagian besar pendidik juga masih
kebingungan dalam menentukan skor dan skala yang sebaiknya dipakai dalam
menganalisis hasil tes peserta didik.
Dalam menganalisis sebuah data untuk penulisan skripsi, tesis, disertasi, dan karya
ilmiah khususnya dalam penelitian dibidang pendidikan banyak menggunakan metode
penskoran dan penskalaan. Penskoran dan penskalaan ini merupakan tindak lanjut dari tes
yang telah dilakukan terhadap peserta didik dimana guru memberi skor dan skala sesuai
dengan model yang ada. Sebelum, melakukan penskoran dan penskalaan dari sebuah
instrumen berupa tes guru perlu mengetahui metode atau model dari penskoran dan
penskalaan agar tidak kebingungan dalam menentukan cara yang sebaiknya digunakan.
Pada makalah ini, penulis ingin memaparkan mengenai model-model penskalan dan
penskoran. Pemaknaan dari angka penskoran ini dapat dimaknai secara penskalaan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menyusun makalah dengan judul “Analisis Hasil
Tes Menggunakan Model Penskoran dan Penskalaan ”. Diharapkan makalah ini dapat
menambah wawasan guru, mahasiswa, dan pembaca dalam melakukan penskoran dan
penskalaan hasil tes.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisis hasil tes menggunakan model penskoran?
2. Bagaimana analisis hasil tes menggunakan model penskalaan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui analisis hasil tes menggunakan model penskoran
2. Untuk mengetahui analisis hasil tes menggunakan model penskalaan
D. Manfaat
1. Bagi Guru
a) Memberi wawasan dan pengetahuan dalam melakukan penskoran dan penskalaan
hasil tes peserta didik
b) Sebagai acuan atau pedoman pendidik dalam menentukan ,metode penskoran dan
penskalaan agar tidak kebingungan dalam menentukan cara penskoran dan
penskalaan yang sebaiknya digunakan.
2. Bagi Pembaca
a) Menjadikan referensi dalam melakukan penskoran dan penskalaan hasil tes
BAB II
PEMBAHASAN
Sedangkan apabila terhadap jawaban salah itu tidak dikenai sanksi berupa denda, maka
skor yang diberikan kepada basyirun adalah : S = R = 12
c. Penskoran Tes Bentuk Jawab Singkat (Short Answer Test)
Tes bentuk jawab singkat adalah bentuk tes yang menghendaki jawaban berbentuk kata
atau kalimat pendek. Bentuk tes ini dapat digolongkan kedalam bentuk tes obyektif. Tes
bentuk isian ini, dianggap setaraf dengan tes jawaban singkat ini.Dengan mengingat
jawaban yang hanya satu pengertian saja, maka angka bagi tiap nomor soal mudah ditebak.
Usaha yang dikeluarkan oleh peserta didik sedikit, tetapi lebih sulit daripada tes bentuk
benar-salah atau bentuk pilihan ganda. Sebaiknya tiap soal diberi skor bobot 2 jika lebih
sulit dari bentuk tes pilihan ganda atau benar-salah. Adapun rumus penentuan skor
S=R
Dapat juga angka itu kita samakan dengan angka pada bentuk benar-salah atau pilihan
ganda jika memang jawaban yang diharapkannya ringan atau mudah. Tetapi sebaliknya
apabila jawabannya bervariasi misalnya lengkap sekali, lengkap dan kurang lengkap, maka
skornya dapat dibuat bervariasi pula misalnya 2; 1,5; dan 1. Sehingga jumlah skor yang
diperoleh adalah penjumlahan dari skor setiap butir tes.
𝑺𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 = ∑ 𝑺𝑩𝒖𝒕𝒊𝒓
𝑺𝑻𝑺 = ∑ 𝑺𝑩𝑺
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya:
2. Skala Guttman
Skala pengkuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “ya-tidak”,
“benar-salah”, “penah-tidak pernah”, positif-negatif” dan lain-lain. Data yang diperboleh
dapat berupa data interval atau rasio dikhotomi (dua alteratif). Jadi kalau pada skala Likert
terdapat 3, 4, 5, 6, 7 interval dri kata “sangat setuju” sampai “sangat tidak setuju”maka pada
dalam skala Guttman hanya ada dua interval yaitu “setuju”atau “tidak setuju”.
Contoh:
1) Bagaimana pendapat anda, bila orang itu menjabat Kepala sekolah disini?
a. Setuju
b. Tidak setuju
2) Pernakah Penilik Sekolah melakukan pemeriksaan di ruang kelas anda?
a. Tidak pernah
b. Pernah
Skala Guttman selai dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat dibuat dalam
bentuk checklist. Jawaban yang dapat diskor tertinggi satu dan terendah nol.
3. Semantic Defferensial
Skala pegukuran yang berbenuk semantic defferensial di kembangkan oleh Osgood.
Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda
maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban “sangat
positifnya”, terletak dibagian kanan garis, dan jawaban yang “sangat negatif” terletak di
bagian kiri garis atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya
skala ini digunakan untuk mengukur sikap/ karakteristik tertentu yang dipunyai oleh
seseorang.
Contoh:
Mohon diberi nilai gaya kepemimpinan Kepala Sekolah
Bersahabat 5 4 3 2 1 Tidak bersahabat
Tepat janji 5 4 3 2 1 Lupa janji
Bersaudara 5 4 3 2 1 Memusuhi
Memberi pujian 5 4 3 2 1 Mencela
Mempercayai 5 4 3 2 1 Mendominasi
Responden dapat memberi jawaban, pada rentang jawaban yang positif sampai
negatif. Responden yang member penilaian pada angka 5 berarti menilai Kepala Sekolah
sangat negatif dan sebaliknya.
4. Rating Scale
Rating scale adalah harus dapat mengartikan setiap angka yang diberikan pada
alternative jawaban setiap item instrument.
Ada beberapa jenis skala rating yang dapat digunakan, yaitu :
a. Skala grafis
Menggunakan garis lurus horizontal ataupun kadang vertikal dalam penyajiannya.
Misalnya :
b. Skala Numeris
Angka dalam kebanyakan skala rating digunakan sebagai anchor, tetapi penggunaan
angka ini harus didefinisikan secara jelas. Di depan ataupun di belakang setiap deskripsi
disediakan ruang untuk membubuhkan tanda (biasanya tanda √) yang menunjukkan
kesesuaiannya dengan subjek yang diamati. Bentuk numeris ini kadang disertai bentuk
grafis, sehingga observer atau rater hanya menandai angka yang menjadi
pilihannya. Misalnya skala enam jenjang untuk mengukur orientasi pelayanan pelanggan :
Atau :
1. Bagaimanakah partisipasi peserta didik dalam diskusi kelas? 1 2 3 4 5
2. Bagaimanakah hubungan peserta didik dengan kelompoknya? 1 2 3 4 5
Catatan:
1 = tidak memuaskan
2 = di bawah rata-rata.
3 = rata-rata
4 = di atas rata-rata
5 = sempurna
c. Standard Rating
Bentuk rating ini sering juga disebut sebagai skala presentase. Anchor presentase
meminta observer merating subjek ke dalam suatu kontinum yang bergerak dari 0 s/d 100,
dalam perbandingan dengan subjek amatan lain atau kelompok khusus. Misalnya mengukur
interpersonal persuasiveness ability :
1. Analisis hasil tes menggunakan model penskoran dalam memberi skor tidak sama
untuk setiap jenis tes. Tes pilihan ganda dan benar-salah memiliki penskoran untuk
setiap jawaban benar dengan denda atau tanpa denda. Sedangkan tes jawaban singkat,
menjodohkan, uraian dan tugas memiliki penskoran sesuai kelengkapan jawaban, yang
setiap butir soal memiliki bobot skor masing-masing.
2. Analisis hasil tes menggunakan model penskalaan dibedakan menjadi skala nominal,
ordinal, interval, dan rasio dalam statistik. Sedangkan dalam menganalisis hasil tes
menggunakan skala likert, skala guttman, skala diferensial, dan rating scale. Untuk
rating scale terdapat skala grafik, numerik, standart rating, cumulated point rating, dan
semantic differential.
DAFTAR PUSTAKA
Istiyono, Edi. 2018. Pengembangan Instrumen Penilaian dan Analisis Hasil Belajar Fisika
dengan Teori Klasik dan Modern. Yogyakarta: UNY Press.
Mardapi, Djemari. 2017. Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Susetyo, Budi. 2015. Prosedur Penyusunan dan Analisis Tes untuk Penilaian Hasil Belajar
Bidang Kognitif. Bandung: Refika Aditama.