Anda di halaman 1dari 26

i

MAKALAH
ALAT UKUR (BENTUK TES DAN NON TES) DAN KARAKTERISTINYA
(Mata Kuliah Evaluasi dan Asesmen Pendidikan IPA)

DOSEN PEMBIMBING

1. Prof. Dr. Undang Rosidin, M.Pd.


2. Dr. Tri Jalmo M.Si

DISUSUN OLEH

1. Ema Juwita (2023026003)


2. Yustina Retno Kusuma W (2021025006)

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN IPA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021

i
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai Alat Ukur (Bentuk Tes
dan Non Tes) dan Karakteristiknya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi pembaca, mahasisiwa dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Bandarlampung, 23 April 2021

Penulis

ii
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................ii


DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Teknik Tes..................................................................................................6
B. Teknik Non Tes..........................................................................................10
C. Penilaian Sikap dan Keterampilan..............................................................14
D. Karakteristik Alat Ukur..............................................................................23

BAB III KESIMPULAN............................................................................................24


DAFTAR PUSTAKA

iii
4

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan, kita mengetahui bahwa setiap jenis atau bentuk
pendidikan pada waktu-waktu tertentu selalu mengadakan evaluasi. Artinya pada
waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan, selalu mengadakan penilaian
terhadap hasil yang telah dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun oleh pendidik.
Evaluasi pendidikan bertujuan untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai
tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa sehingga dapat diupayakan tindak
lanjutnya dalam bentuk fungsi evaluasi. Evaluasi dalam pendidikan dimaksudkan untuk
mengukur proses belajar yangtelah dilakukan. Proses belajar itu terjadi karena adanya
interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi
kapan saja dan di mana saja. Salah satu indikator bahwa seseorang itu telah belajar
adalah adanya suatu perubahan tingkah laku pada orang itu yang mungkin disebabkan
oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya
Mengetahui karakteristik alat ukur adalah penting agar pekerjaan pengukuran
secara menyeluruh (persiapan, pelaksanaan dan analisis) dapat diandalkan
keberhasilannya. Seseorang tidak akan dapat merancang pengukuran dengan benar
tanpa mengetahui arti karakteristik dari alat ukur.
Banyaknya kesalahan dalam mempraktekan prosedur pengukuran dengan
menggunakan alat ukur yang baik dan benar menyebabkan berbagai kesalahan kecil
tentang pengukuran di berbagai bidang seperti bidang teknik, bidang pendidikan,dsb.
Sehingga membuat hasil pengukuran tidak sesuai dari  apa yang menjadi tujuan
pengukuran sebenarnya.
Terkait dengan hal tersebut maka akan diterangkan dalam makalah ini tentang
alat ukur (bentuk tes dan non tes) dan karakteristik alat ukur.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan teknik tes?
2. Apa yang dimaksud dengan teknik non tes?
3. Bagaimana karakteristik alat ukur?

4
5

C. Tujuan
Adapun tujuan pada makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian teknik tes dan jenis-jenis tes
2. Untuk mengetahui pengertian teknik non tes dan jenis-jenis non tes
3. Untuk mengetahui karakteristik alat ukur.

5
6

BAB II
PEMBAHASAN

Kegiatan mengukur atau melakukan pengukuran merupakan kegiatan awal yang paling
umum dilakukan  pada kegiatan evaluasi hasil belajar.  Dalam melakukan suatu
pengukuran, kita membutuhkan alat ukur yang tepat. Kegiatan mengukur pada umumnya
dilaksanakan dalam bentuk tes dengan berbagai variasinya. Dalam praktek evaluasi hasil
belajar, teknik ini yang lebih sering digunakan walaupun teknik/bentuk non tes saat ini
mulai  digalakan untuk digunakan. Hasil pembelajaran dapat berupa pengetahuan,
ketrampilan serta nilai dan sikap. Pengetahuan toeritik dapat diukur dengan bentuk
instrumen evaluasi soal tertulis dan lisan. Keterampilan dapat diukur dengan soal
perbuatan. Sedangkan perubahan sikap dan pertumbuhan siswa hanya dapat diukur
dengan teknik evaluasi non-tes. Dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran, terdapat
dua macam alat ukur yang digunakan, yaitu teknik tes dan teknik non tes.
A. Teknik Tes
Tes Merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus ditanggapi, atau
tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang di tes. Tes digunakan untuk mengukur
sejauh mana seorang siswa telah menguasai pelajaran yang disampaikan, terutama
meliputi aspek pengetahuan dan ketrampilan.
Alat penilaian teknis tes, yaitu : a). Tes tertulis, merupakan tes atau soal yang
harus diselesaikan oleh siswa secara tertulis. b). Tes Lisan, merupakan sekumpulan tes
atau soal atau tugas pertanyaan yang diberikan kepada siswa dan dilaksanakan dengan
cara tanya jawab; c). Tes Perbuatan, merupakan tugas yang pada umumnya berupa
kegiatan praktik atau melakukan kegiatan yang mengukur ketrampilan.
Bentuk penilaian tes tertulis terdiri atas bentuk objektif dan bentuk uraian. Bentuk
objektif meliputi pilihan ganda, isian,benar salah, menjodohkan, serta jawaban singkat.
Bentuk uraian meliputi uraian terbatas dan uraian bebas;

Penggolongan Teknik Tes


a. Berdasarkan Fungsinya sebagai Alat Pengukur Perkembangan/kemajuan
belajar siswa
1. Tes Seleksi

6
7

Tes seleksi sering dikenal dengan istilah “ujian ringan” atau ‘ujian masuk”. Tes
ini dilaksanakan dalam rangka penerimaan calon siswa baru, hasil tes akan
digunakan untuk memilih calon siswa yang tergolong paling baik dari banyaknya
calon siswa yang mengikuti seleksi.
2. Tes awal
Tes awal sering dikenal dengan istilah “pretest”. Tes jenis ini dilaksanakan dengan
tujuan untuk mengetahui perkembangan materi atau bahan ajar yang akan
diajarkan telah dikuasai oleh siswa. Jadi tes awal dilaksanakan sebelum bahan
pelajaran diberikan kepada siswa. Oleh karena itu, sebaiknya butir-butir soal pada
tes awal dibuat dengan kategori mudah.
3. Tes Akhir
Tes akhir sering dikenal dengan istilah “posttest” . Tes akhir dilaksanakan dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan materi pelajaran siswa.
4. Tes Diagnostik
Tes Diagnostik adalah tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara tepat
terhadap jenis kesulitan yang dihadapi siswa dalam suatu mata pelajaran tertentu.
Dengan diketahuinya jenis-jenis kesukaran yang dihadapi siswa maka secara lebih
lanjut dapat dilakukan berbagai upaya tepat dalam menyelesaikan permasalahan.
Tes Diagnostik juga bertujuan untukmenemukan jawaban atas pertanyaan “
apakah siswa sudah dapat menguasai pengetahuan yang menjadi dasar atau
landasan untuk dapat menerima atau melanjutkan kepengetahuan berikutnya ?”
5. Tes Formatif
Tes formatif merupakan tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui
perkembangan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran setelah mengikuti
proses pembelajaran dalam jangka waktu yang ditentukan. Tes formatif biasanya
dilaksanakan pada pertengahan program pembelajaran. Tes ini sering disebut
dengan “Ulangan harian”. Materi tes formatif adalah materi yang telah
disampaikan kepada siswa sebelumnya. Soal yang diberikan kepada siswa dapat
termasuk soal berkategori mudah maupun sulit. Dalam tes ini, jika siswa telah
menguasai materi yang telah diajarkan dengan baik, maka guru akan
menyampaikan materi selanjutnya. Apabila materi belum dapat dikuasai secara
menyeluruh oleh siswa, maka guru harus mengajarkan bagian materi yang belum
dipahami tersebut.

7
8

6. Tes Sumatif
Tes sumatif merupakan tes akhir dari program pembelajaran. Tes ini juga bisa
disebut Ujian Akhir semester (UAS), Ulangan Umum dan Evaluasi Belajar Tahap
Akhir (EBTA). Materi dalam tes sumatif adalah materi yang telah diajarkan
selama satu semester. Tes sumatif biasanya dilakukan dengan cara tulisan dan
biasanya siswa memperoleh soal yang sama. Tes ini memiliki tingkat kesulitan
yang lebih tinggi dibandingkan tes formatif. Dengan tes sumatif, maka guru dapat
menentukan peringkat atau rangking siswa selama program pembelajaran dan
menentukan kelayakan seorang siswa untuk mengikuti program pembelajaran
selanjutnya.

b. Berdasarkan Aspek Psikis


Bila ditinjau dari segi aspek kejiwaan yang ingin diungkap, tes dapat dibedakan
menjadi 3 golongan, yaitu :
1. Tes Intelegensi
Tes intelegensi merupakan tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengungkap atau mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.
2. Tes kemampuan
Tes kemampuan merupakan tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengungkapkan kemampuan dasar
3. Tes Bakat
Tes bakat merupakan tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkapkan
bakat khusus ( akademik atau non akademik) yang dimiliki seseorang.
4. Tes Kepribadian
Tes kepribadian merupakan tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengungkapkan ciri-ciri khas dari seseorang, seperti gaya bicara atau cara
berpakaian.

c. Berdasarkan Jumlah Peserta Tes


Berdasarkan dari segi jumlah peserta yang mengikuti tes, maka Teknik tes dapat
dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Tes Individual

8
9

Dalam tes individual, pihak penguji hanya berhadapan dengan satu orang yang
mengikuti tes.

2. Tes Kelompok
Pihak penguji berhadapan dengan lebih dari satu orang yang mengikuti tes.

d. Berdasarkan Segi Waktu yang disediakan


Ditinjau dari segi waktu yang disediakan bagi peserta tes dalam menyelesaikan tes,
maka tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu :
1. Power Tes
Dalam Power tes, waktu yang disediakan bagi peserta tes untuk menyelaikan tes
tidak dibatasi
2. Speed Tes
Waktu yang disediakan bagi peserta tes dalam menyelesaikan kegiatan tes
dibatasi atau ditentukan.

e. Berdasarkan Bentuk Respons


Bila ditilik dari segi bentuk respons (jawaban), maka tes dapat dibedakan menjadi 2
golongan,yaitu :
1. Verbal Tes
Merupakan tes yang menghendaki respons (jawaban) yang tertuang dalam bentuk
ungkapan kata-kata atau kalimat (lisan).
2. Non Verbal Tes
Merupakan tes yang mengehendaki respons(jawaban) dari peserta tes bukan
berupa ungkapan kata-kata atau kalimat, melainkan berupa Tindakan atau tingkah
laku. Jadi respons yang dikehendaki muncul dari peserta tes adalah berupa
perbuatan, atau Gerakan-gerakan tertentu.

f. Berdasarkan Cara Mengajukan Pertanyaan dan cara Memberikan Jawaban


Apabila ditinjau dari segi cara mengajukan pertanyaan dan memberikan jawaban, tes
dapat dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Tes Tertulis
Dalam jenis tes ini, pihak penguji dalam mengajukan butir-butir pertanyaan
dilakukan secara tertulis dan peserta tes memberikan jawaban secara tertulis juga.

9
10

2. Tes Lisan
Pihak penguji dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan tes dilakukan secara
lisan dan peserta tes juga memberikan jawaban tes secara lisan.
B. Teknik Non Tes
Penilaian non tes merupakan prosedur yang dilalui untuk memperoleh gambaran
mengenai karakteristik minat, sifat, dan kepribadian, melalui :
a. Pengamatan (observation), yakni alat penilaian yang pengisiannya dilakukan oleh
guru atas dasar pengamatan terhadap perilaku siswa, baik secara perorangan maupun
kelompok, dikelas maupun diluar kelas. Sebagai alat evaluasi, observasi digunakan
untuk :
1. Menilai minat, sikap dan nilai dalam diri yang terkandung dalam diri seorang
siswa.
2. Melihat proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa, baik secara individual
maupun kelompok.
3. Suatu bentuk tes essay atau objektif tidak dapat menunjukan perkembangan
kemampuan siswa dalam menjelaskan pendapat siswa secara lisan, bekerja
kelompok dan kemamapuan siswa dalam mengumpulkan data.Namun, melalui
observasi kegiatan ini mungkin untuk diamati

Cara dan tujuan Observasi


Menurut cara dan tujuannya, observasi dapat dibedakan menjadi tiga macam,yaitu:
1. Observasi partisispasif dan no partisispasif
Observasi partisipasif adalah observasi dilakukan dengan cara orang yang
mengobservasi{observer}ikut serta ambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan
oleh objek yang diamatinya. Sementara dalam kegiatan observasi non
partisipatif,observer tidak mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh
objeknya atau berada “diluar garis”atau seolah olah sebagai penonton saja.
2. Observasi sistematis dan non sistematis
Dalam observasi sistematis,sebelum kegiatan observasi dilakukan observer
terlebih dahulu mengatur struktur yang berupa kategori atau kriteria tertentu dan
masalah masalah yang dihadapi , contoh nya guru sedang mengamati siswa dalam
kegiatan menanam bunga , maka sebelum guru melakukan pengamatan sudah
terlebih dahulu membuat kategoru kategori yang akan guru amati misalnya
tentang kerjinan, kesiapan, kedisiplinan,kerja keras dan kebersihan, selanjutnya

10
11

kategori tersebut dicocokkan dengan tingkah laku sisiwa dalam kegiatan


menanam bunga. Sedangkan dalam observasi non sistematis, apabila dalam
kegiatan pengamataan tidak terdapat struktur kategori yang akan diamati.
3. Observasi experimental
Observasi eksperimental merupakan observasi yang dilakukan secara non
partisipatif tetapi sistematis. Bertujuan untuk mengetahui atau melihat perubahan
dan gejala gejala sebagai akibat dari situasi yang sengaja

Sifat Observasi
Pengamatan atau observasi yang baik memiliki beberapa sifat sifat tertentu, antara
lain:
1. Hanya dilakukan sesuai tujuan pengajaran
2. Perencanaan secara sistematis
3. Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan.
4. Dapat diperiksa validalitas,reliabilita,dan ketelitiannya

Kelebihan dan Kelemahan Observasi


Observasi sebagai alat evaluasi non tes memiliki beberapa kelebihan,antara lain:
1. Melalui observasi, dapat diperoleh data sebagai aspek tingkah laku siswa.
2. Dalam observasi memungkinkan pencatatan secara serempak dengan terjadinya
suatu gejala atau kejadian yang penting
3. Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mengecek data yang diperoleh
dari Teknik lain, misalnya wawancara atau angket
4. Observasi tidak perlu menggunakan Bahasa untuk berkomunikasi dengan objek
yang diamati jika menggunakan pun, maka hanya sesekali dan tidak secara
langsung memegang peran

Sedangkan beberapa kelemahan dari observasi antara lain:


1. Observasi tidak dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseoranng yang sangat
dirahasiakan. Apabila seseorang yang dapat diamati sengaja merahasiakan.
Apabila seseorang yang diamati sengaja merahasiakan kehidupannya, maka tidak
dapat diketahui dengan observasi. Misalnya, mengamati siswa yang menyanyi,
siswa tersebut gembira dan lincah. Tetapi belum tentu hatinya gembira dan
Bahagia, mungkin sebaliknya, siswa sedih atau berduka, namun dirahasiakan.

11
12

2. Apabila objek yang di observasi telah mengatahui jika sedang diobservasi, maka
mustahil tingkah lakunya akan dibuat buat, agar observer merasa senang

b. Skala sikap, yaitu alat penilaian yang digunakan untuk mengungkapsikap siswa
melalui pengerjaan tugas tertulis dengan soal soal yang lebih mengukur daya nalar
atau pendapat siswa.
c. Angket, yaitu alat penilaian yang menyajikan tugas tugas atau mengerjakan dengan
cara tertulis. Dengan menggunakan angket, pengumpulan data sebagai bahan
penilaian hasil belajar lebih praktis menghemat waktu dan tenaga. Namun, jawaban
yang diberikan seringkali tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya, terlebih
lagi jika pertanyaan pertanyaan yang diajukan dalam angket kurang tajam sehingga
memungkinkan bagi responden untuk memberika jawaba yang diperkirakan akan
melegakan atau memberikan kepuasan kepada pihak penilai.angket dapat diberikan
secara langsung kepada siswa atau dapat pula diberikan kepada orang tua siswa.
Pada umumnya, tujuan penggunaan angket dalam proses pembelajaran terutama
adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang siswa sebagai salah satu
bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar siswa.
d. Catatan harian , yaitu suatu catatan mengenai perilaku siswa yang dipandang
mempunyai dengan perkembangan pribadinya
e. Daftar cek, yaitu suatu daftar yang digunakan untuk mengecek terhadap perilaku
siswa telah sesuai dengan yng diharapkan atau belum
f. Wawancara, dapat diartikan sebagai cara untuk mendapatkan informasi atau bahan
bahan keterangan yang dilakukan melalui proses tanya jawab lisan secara sepihak
berdasarkan tujuan yang telah ditentukan .

Pengelompokan Wawancara
Wawancara dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
1. Wawancara bebas, yaitu penjawab {responden} diperkenankan untuk
memberikan jawaban secara sesuai dengan diketahui tanpa diberikan oleh
wawancara.
2. Wawancara terpimpin, yaitu pewawancara telah Menyusun pertanyaan
pertanyaan terlebih dahulu yang bertujuan untuk menggiring penjawab
{responden} pada informasi informasi yang diperlukan saja.

12
13

Faktor Penunjang keberhasilan Wawancara


Keberhasilan wawancara sebagai alat penilaian sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain:
1. Hubungan baik pewawancara dengan responden. Dalam hal ini hendaknya
pewawancara menyesuaikan diri dengan orang yang mewawancarainya
2. Keterampilan pewawancara sangat besar pengaruhnya terhadap hasil wawancara
yang dilakukan, sehingga sebaiknya guru perlu melatihkan diri untuk memiliki
keterampilan dalam melaksanakan wawancara
3. Keberhasilan wawancara juga dipengaruhi oleh pedoman yang dibuat oleh
pewawancara. Sebaiknya guru sebelum melaksanakan wawancara harus membuat
pedoman pedoman secara terperinci tentang pertanyaan pertanyaan yang akan
diajukan.

Kelebihan dan Kelemahan Wawancara


Wawancara memiliki beberapa kelebihan, antara lain:
1. Wawancara dapat memberikan keterangan keadaan pribadi namun hal ini sangat
bergantung pada hubungan baik pewawancara dengan responden.
2. Wawancara dapat dilaksanakan untuk semua jenjang umur serta mudah dalam
pelaksanaannya
3. Wawancara dapat dilaksanakan secara persamaan dengan kegiatan observasi.
Melalui wawancara data tentang keadaan individu akan lebih banyak diperoleh
dan lebih banyak diperoleh dan lebih tepat dibandingkan melalui observasi atau
angket
4. Wawancara dapat menimbulkan hubungan baik pewawancara dan responden.

Sementara beberapa kelemahan dari wawancara antara lain :


1. Keberhasilan wawancara dapat dipengaruhi oleh kesediaan dan kemampuan
individu yang akan diwawancarai.
2. Kelancaran wawancara dapat dipengaruhi oleh keadaan sekitar pelaksanaan
wawancara.
3. Wawancara menuntut penguasaan Bahasa yang baik dan sempurna serta
komunikatif dari pewawancara.

13
14

4. Adanya pengaruh subjektif dari pewawancara dapat mempengaruhi hasil


wawancara.

g. Sosiometri adalah suatu penilaian untuk menentukan pola pertalian dan kedudukan
seseorang dalam kelompok.

Aspek-aspek yang dieksploitasi dalam menilai non tes antara lain :


a. Catatan perilaku harian
Indicator penting lain dari proses Pendidikan adalah perilaku harian peserta didik,
yakni perilaku positif dan negative pada saat tertentu muncul. Dalam catatan
harian, hendaknya tertulis jelas nama siswa, perilaku yang muncul
(positif/negative), dan keterangan mengenai tempat kejadian dan waktunya.
b. Laporan aktivitas di luar kelas
Belajar itu tidak dibatasi oleh dinding kelas. Oleh karena itu, diluar kelas bahkan
di luar sekolah para siswa tetap bisa belajar. Maka masyarakat dan lingkungan
disekitar dijadikan laboratorium untuk belajar. Siswa dengan aktivitas yang
menonjol akan memperoleh penilaian lebih baik.

C. Penilaian Sikap Dan Ketrampilan


1. Penilaian Sikap
Penilaian sikap merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati sikap
peserta didik dalam berperilaku dilingkungan tempat belajar. Penilaian sikap
memiliki karakteristik yang berbeda dengan penilaian pengetahuan dan ketrampilan,
sehingga Teknik penilaian yang digunakan juga berbeda. Secara umum, objek sikap
yang perlu di nilai dalam proses pembelajaran sebagai mata pelajaran adalah :
a. Sikap terhadap materi pelajaran. Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap
materi pembelajaran. Sikap positif dalam diri peserta didik, akan tumbuh dan
berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi motivasi, dan akan lebih mudah
menyerap materi pelajaran.
b. Sikap terhadap guru. Peserta didik yang tidak memiliki sikap positif terhadap guru
akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan.
c. Sikap terhadap proses pembelajaran. Proses pembelajaran disini mencakup suasana
pembelajaran, strategi, metodologi, dan Teknik pembelajaran yang digunakan.

14
15

d. Sikap berkaitan dengan nilai-nilai atau norma-norma tertentu yang berhubung


dengan suatu materi pelajaran.
e. Sikap-sikap lain yang dimuat dalam tujuan Pendidikan,misalnya
mandiri,kreatif,bertanggung jawab,demokratis,dan lainnya yang secara umum
digunakan pada unjuk kerja.

1.) Teknik penilaian sikap


Melakukan penilaian sikap dapat dilakukan dengan berbagai cara,mulai dari
observasi perilaku secara langsung,menggunakan skala sikap dan laporan
pribadi siswa,serta beberapa teknik lainnya.
1. Observasi perilaku siswa.
Guru bisa melakukan observasi perilaku siswa didalam kelas ataupun
lingkungan sekolah. Perilaku peserta didik biasanya menunjukkan
kecenderungan terhadap sesuatu. Misalnya,kalua ada peserta didik yang
selalu bermain bola,maka kecenderungan tentu hobi bola. Cara lain dalam
melakukan observasi perilaku bisa melalui instrument catatan harian.
Observasi perilaku disekolah bisa dilakukan dengan menggunakan buku
catatan harian,khusus tentang kejadian yang berkaitan dengan peserta didik
selama di sekolah. Contoh catatan harian seperti dibawah ini :
ISI BUKU CATATAN HARIAN

No Hari/Tanggal Nama Peserta Kejadian Tanda tangan


Didik Peserta
Didik
1
2
3
dst

Catatan dalam lembaran buku tersebut mempunyai tujuan untuk menilai


perilaku peserta didik. Kejadian yang ditulis mencakup sikap positif dan
negative peserta didik.
2. Melalui laporan pribadi
Penggunaan Teknik ini, disekolah misalnya siswa diminta membuat ulasan
yang berisi pandangan atau tanggapan tentang suatu masalah keadaan atau
hal yang menjadi objek pribadi.

15
16

3. Skala sikap
Ada beberapa model skala yang dikembangkan oleh para pakar untuk
mengukur sikap.
4. Pertanyaan langsung
Guru juga dapat menanyakan secara langsung tentang sikap siswa berkaitan
dengan sesuatu hal.

2.) Pedoman penskoran


Melalui proses penskoran terhadap sikap peserta didik tidak sesederhana
penskoran soal objektif. Sikap mempunyai cangkupan yang cukup luas. Konsep
sikap sangat kompleks dan abstrak. Oleh karena itu perlu ditinjau dari beberapa
dimensi. Dimensi ini kemudian dideskripsikan menjadi indicator dan
penjelasannya, sehingga memudahkan dalam mengamati dan mengukurnya.
Contoh penilaian sikap dan pedoman memberi penskoran sebagai berikut :

LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN SIKAP


PENILAIAN OBSERVASI

Satuan Pendidikan :
Mata Pelajaran :
Kelas/Semester :
Tahun Pelajaran :
Waktu Pengamatan :
Kompetensi Dasar :

Indikator
1. Sikap Aktif
2. Sikap Kerja Sama
3. Sikap Toleransi

Rubrik

Indikator sikap aktif dalam pembelajaran :

16
17

1. Kurang baik jika menunjukkan sama sekali tidak ambil bagian dalam
pembelajaran
2. Cukup jika menunjukkan ada sedikit usaha ambil bagian dalam pemebelajaran,
tetapi belum ajeg/konsisten.
3. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha ambil bagian dalam pemebelajaran tetapi
belum ajeg/konsisten.
4. Sangat baik jika menunjukkkan sudah ambil bagian dalam menyelesaikan tugas
kelompok secara terus-menerus dan ajeg/konsisten.

Indikator sikap kerja sama dalam kegiatan kelompok :

1. Kurang baik jika menunjukkan sama sekali tidak berusaha untuk bekerja sama
dalam kegiatan kelompok.
2. Cukup jika menunjukkan ada sedikit usaha untuk bekerjasama dalam kegiatan
kelompok , tetapi belum ajeg/konsisten.
3. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha untuk bekerjasama dalam kegiatan
kelompok tetapi belum ajeg/konsisten.
4. Sangat baik jika menunjukkkan adanya usaha bekerja sama dalam kegiatan
kelompok secara terus-menerus dan ajeg/konsisten.

Indikator sikap toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif :

1. Kurang baik jika menunjukkan sama sekali tidak bersikap toleran terhadap proses
pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif.
2. Cukup jika menunjukkan ada sedikit usaha untuk bersikap toleran terhadap proses
pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif, tetapi belum ajeg/konsisten.
3. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha untuk bersikap toleran terhadap proses
pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif, tetapi belum ajeg/konsisten.
4. Sangat baik jika menunjukkkan sudah ada usaha untuk bersikap toleran terhadap
proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif secara terus-menerus dan
ajeg/konsisten.

PENILAIAN SIKAP DENGAN LEMBAR OBSERVASI

Kelas :
Materi :

17
18

Berilah tanda √ pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.

No Nama Siswa Aspek Sikap/Perilaku yang dinilai


Aktif Kerja Sama Toleransi
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2. Penilaian Ketrampilan
a. Pengertian Penilaian Kompetensi Ketrampilan
Ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan
(skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman
belajar tertentu. Psikomotorik berhubung dengan hasil belajar yang
mencapaiannya melalui keterampilan (skill) sebagai hasil dan tercapainya
kompetensi pengetahuan. Hasil belajar psikomotorik sebenarnya merupakan
kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif (yang baru tampak
dalam kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat).
Kompetensi peserta didik dalam ranah psikomorotik menyangkut
kemampuan gerakan refleks,gerakan dasar,gerakan persepsi,gerakan
berkemampuan,gerakan terampil,gerakan indah dan kreatif. Jadi,penilaian
kompetensi keterampilan adalah penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur
tingkat pencapaian kompetensi dari keterampilan peserta didik yang meliputi
aspek imitasi,manipulasi,presisi,artikulasi,dan naturalisasi (Kunandar. 2013).
Dalam struktur kurikulum 2013, kompetensi inti dirancang seiring dengan
meningkatnya usia peserta didik pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti,
integrai vertical berbagai kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga.
Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut :
1. Kompetensi Inti -1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual
2. Kompetensi Inti -2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap social
3. Kompetensi Inti -3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan
4. Kompetensi Inti -4 (KI-4) untuk kompetensi inti ketrampilan

18
19

Sementara penilaian pencapaian kompetensi ketrampilan merupakan


penilaian yang dilakukan terhadap peserta didik untuk menilai sejauh mana
pencapaian SKL,KI, dan KD khusus dalam dimensi ketrampilan

b. Ruang Lingkup Penilaian Kompetensi Ketrampilan


Dalam ranah keterampilan itu terdapat 5 jenjang proses berpikir, yakni :
1. Imitasi
Imitasi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan sederhana dan sama
persis dengan yang dilihat atau diperhatikan sebelumnya. Contohnya seorang
peserta didik dapat memukul bola dengan tepat karena pernah melihat atau
memperhatikan hal yang sama sebelumnya.
2. Manipulasi
Manipulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang pbelum
pernah dilihat, tetapi berdasarkan pada pedoman atau petunjuk saja. Sebagai
contoh , seorang peserta didik dapat memukul bola dengan tepat hanya
berdasarkan pada petunjuk guru atau teori yang dibaca.
3. Presisi
Kemampuan tingkat presisi adalah kemampuan melakukan kegiatan kegiatan
akurat sehingga mampu menghasilkan produk kerja yang tepat. Contoh,
peserta didik dapat mengarahkan bola yang dipukulnya sesuai dengan target
yang diinginkan.
4. Artikulasi
Kemampuan tingkat artikulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan
kompleks yang tepat sehingga hasil kerjanya merupakan sesuatu yang utuh.
Sebagai contoh, peserta didik dapat mengejar bola kemudian memukulnya
dengan cermat sehingga arah bola sesuai target yang diinginkan. Dalam hal
ini, peserta didik sudah dapat melakukan tiga kegiatan yang tepat, yaitu lari
dengan arah dan kecepatan tepat serta memukul dengan arah yang tepat pula.
5. Naturalisasi
Kemampuan tingkat naturalisasi adalah kemampuan melakukan kegiatan
reflek, yakni kegiatan yang melibatkan fisik saja sehingga efektivitas kerja
tinggi. Sebagai contoh, tanpa berpikir Panjang peserta didik dapat mengejar
bola, kemudian memukulnya dengan cermat sehingga arah bola sesuai target
yang diinginkan.

19
20

c. Kelebihan dan Kelemahan Penilaian Kompetensi Ketrampilan


Terdapat kelebihan dan kekurangan penilaian Kompetensi Ketrampilan menurut
Kunandar (2013). Kelebihan dari penilaian kompetensi Ketrampilan adalah :
1. Dapat memberikan informasi tentang ketrampilan peserta didik secar langsung
yang bisa diamati oleh guru.
2. Memotivasi peserta didik untuk menunjukkan kompetensinya secara maksimal
3. Sebagai pembuktian secara aplikatif terhadap apa yang telah dipelajari oleh
peserta didik.

Sementara kelemahan penilaian kompetensi ketrampilan adalah :

1. Sulit dilakukan pada jumlah peserta didik yang terlalu banyak.


2. Membutuhkan kecermatan dalam melakukan pengamatan terhadap unjuk kerja
peserta didik dalam kompetensi ketrampilan.
3. Menuntut profesionalisme guru karena mengamati unjuk kerja peserta didik
dalam kompetensi ketrampilan yang bervariasi

Berdasarkan permendikbud nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian,


pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu
penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi
tertentu dengan menggunakan tes praktik, proyek, dan penilaian portofolio.

1. Tes Praktik
Tes praktik merupakan penilaian yang menuntut respons berupa keterampilan
melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi. Tes
praktik dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan
sesuatu. Penilaian digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang
menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu, seperti praktik di laboratorium,
praktik salat, praktik olahraga, bermain peran, memainkan alat music, bernyanyi,
membaca puisi/deklamasi, dan sebagainya. Untuk dapat memenuhi kualitas
perencanaan dan pelaksanaan tes praktik, berikut ini petunjuk teknis dan acuan
dalam merencanakan dan melaksanakan penilaian tes praktik.
Tabel Contoh Penilaian Praktik
KD 4.1. Menyajikan hasil pengukuran besaran fisis dengan menggunakan

20
21

peralatan dan Teknik yang tepat untuk penyelidikan ilmiah.


Indikator :
1. Siswa dapat melaporkan hasil pengukuran dengan menggunakan jangka
sorong.
2. Siswa dapat menggunakan peralatan eksperimen sesuai dengan fungsinya.
3. Siswa dapat menjaga keselamatan alat dan keselamatan jiwa
4. Siswa dapat membereskan peralatan eksperimen.
5. Siswa dapat menjaga kebersihan lingkungan setelah bereksperimen

Soal : Ukurlah diameter uang logam Rp. 1.000,- dengan jangka sorong !

Lembar pengamatan Praktik

No Nama Persiapan Pelaksanaan Kegiatan Akhir Jumlah


Percobaa Percobaan Percobaan Skor
n

2. Projek
Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan
perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam
waktu tetentu. Penilaian projek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu
tugas yang harus diselesaikan dalam periode atau waktu tertentu. Tugas tersebut
diselesaikan melalui tahapan-tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan penyajian
produk. Pada penilaian projek, setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan :
a. Kemampuan pengelolaan : kemampuan peserta didik dalam memilih
indicator/topik, mecari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data
serta penulisan laporan.
b. Relevansi, kesesuaian dengan mata pelajaran dan indicator.topik,ketrampilan
dalam pembelajaran.
c. Keaslian : projek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasik
karyanya dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan
dukungan terhadap projek peserta didik.

3. Portofolio

21
22

Penilaian portofolio merupakan penilaian yang dilakukan dengan cara menilai


kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu. Yang bersifat
reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau
kreatifitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Karya tersebut dapat
berbentuk Tindakan nyata yang mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap
lingkungannya. Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang
didasarkan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi
tersebut dapat berupa karya peserta didik atau hasil ulangan dari proses
pembelajaran yang dianggap terbaikoleh peserta didik. Akhir suatu periode hasil
karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru. Berdasarkan informasi
perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai
perkembangan kemampuan peserta didik dan terus melakukan perbaikan.

d. Instrument Penilaian Kompetensi Keterampilan


Untuk mengamati penilaian kerja peserta didik dapat menggunakan alat atau
instrument lembar pengamatan atau observasi dengan :
1. Daftar Cek (Check List)
Penilaian kompetensi keterampilan dapat dilakukan dengan menggunakan
daftar cek (baik atau tidak baik, bisa atau tidak bisa). Dengan menggunakan
daftar cek, peserta didik mendapat nilai baik atau mampu apabila ditampilkan
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh guru. Demikian pula
sebaliknya kelemahan cara ini adalah penilaian hanya ,mempunyai dua pilihan
mutlak misalnya benar salah ,mampu tidak mampu, terampil tidak terampil.
2. Skala Penilaian (Rating Scale)
Skala Penilaian penilaian kompetensi keterampilan yang menggunakan skala
penilaian memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan
kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinu dimana pilihan
kategori nilai lebih dari dua. Skala penilaian perancang dari tidak sempurna
sampai sangat sempurna. Misalnya 1 = kurang kompeten, 2 = cukup
kompeten, 3 = kompeten dan 4 = sangat kompeten.

D. Karakteristik Alat Ukur

22
23

Beberapa karakteristik penting dari sebuah alat ukur di antaranya :


a. Ketelitian atau Keseksamaan (Accuracy)
Ketelitian atau accuracy didefenisikan sebagai ukuran seberapa jauh hasil
pengukuran mendekati harga sebenarnya. Ukuran ketelitian sering dinyatakan
dengan dua cara, atas dasar perbedaan atau kesalahan (error) terhadap harga yang
sebenarnya, yaitu :

b. Kecermatan atau Keterulangan (Precision/Repeatibility)


Adalah yang menyatakan seberapa jauh alat ukur dapat mengulangi hasilnya
untuk harga yang sama. Dengan kata lain, alat ukur belum tentu akan dapat
memberikan hasil yang sama jika diulang, meskipun harga besaran yang diukur
tidak berubah. Hal diatas berarti bahwa jika suatu mikrometer menghasilkan angka
0,0002 mm, dan hasil yang sama akan diperoleh kembali meskipun pengukuran
diulang-ulang, dikatakan bahwa mikrometer tersebut sangat cermat.
c. Resolusi
Resolusi adalah nilai perubahan terkecil yang dapat dirasakan oleh alat ukur.
Sebagai contoh : suatu timbangan pada jarum penunjuk yang menunjukkan
perubahan 0,1 gram (terkecil yang dapat dilihat) maka dikatakan bahwa resolusi dari
timbangan tersebut adalah 0,1 gram. Harga resolusi sering dinyatakan pula dalam
persen skala penuh.
d. Sensitivitas (Sensitifity)
Sensitifitas adalah ratio antara perubahan pada output terhadap perubahan
pada input. Pada alat ukur yang linier, sensitivitas adalah tetap. Dalam beberapa hal
harga sensitivitas yang besar menyatakan pula keunggulan dari alat ukur yang
bersangkutan. Alat ukur yang terlalu sensitif adalah sangat mahal, sementara belum
tentu bermanfaat untuk maksud yang kita inginkan.

e. Error

23
24

Error dalam pengukuran dapat diartikan sebagai beda aljabar antara nilai
ukuran yang terbaca dengan nilai“sebenarnya “ dari obyek yang diukur. Tidak ada
komponen atau alat ukur yang sempurna, semuanya mempunyai kesalahan atau
ketidak-telitian. Setiap hasil pengukuran selalu mengandung error. Tidak ada
pengukuran yang bebas error, ini merupakan sifat alamiah, kecuali jika yang
diukur/dihitung adalah jumlah barang atau jumlah kejadian. Error dalam
pengukuran dikelompokan menjadi 3 jenis, yaitu spurious error, systematic error
dan random error.
f. Validity
Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas
yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau
memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran
tersebut. Sedangkan tes yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data
yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran.
Terkandung di sini pengertian bahwa ketepatan validitas pada suatu alat ukur
tergantung pada kemampuan alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang
dikehendaki dengan tepat.
Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu
alat ukur yang valid tidak hanya mampu menghasilkan data yang tepat akan tetapi
juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut.
g. Reliability
Realibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur
dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali
untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relative
konsisten, maka alat pengukur tersebut reliable. Dengan kata lain, realibitas
menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam pengukur gejala yang sama.
Reliabilitas atau keandalan, adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran
atau serangkaian alat ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari alat ukur yang
sama (tes dengan tes ulang) akan memberikan hasil yang sama, atau untuk
pengukuran yang lebih subjektif, apakah dua orang penilai memberikan skor yang
mirip (reliabilitas antar penilai). Reliabilitas tidak sama dengan validitas. Artinya
pengukuran yang dapat diandalkan akan mengukur secara konsisten, tapi belum
tentu mengukur apa yang seharusnya diukur.

24
25

Dalam penelitian, reliabilitas adalah sejauh mana pengukuran dari suatu tes
tetap konsisten setelah dilakukan berulang-ulang terhadap subjek dan dalam kondisi
yang sama. Penelitian dianggap dapat diandalkan bila memberikan hasil yang
konsisten untuk pengukuran yang sama. Tidak bisa diandalkan bila pengukuran yang
berulang itu memberikan hasil yang berbeda-beda

BAB III
KESIMPULAN

25
26

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Direktorat Jendral Pendidikan Islam


Kementerian Agama

Arikunto, Suharsimi. 1996. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara,

Kunandar. 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan
Kurikulum 2013). Jakarta: PT. Graha Grafindo Persada.

Rosidin, Undang. 2017. Evaluasi dan Asesmen Pembelajaran. Yogyakarta : Media Akademi.

26

Anda mungkin juga menyukai