Oleh:
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
1.3 Tujuan..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................3
3.1 Kesimpulan........................................................................................12
3.2 Saran..................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan YME karena berkat rahmat dan
karuniaNya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah senyawa organologam ini
tepat waktu. Tujuan kami menyusun makalah ini adalah sebagai salah satu materi
tugas kegiatan yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa/mahasiswi dalam
melaksanakan studi. Adapun judul yang penyusun buat didalam makalah ini adalah
mengenai “Organologam Dalam Aditif Makanan”.
Penulis
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam
kehidupan manusia, karena seluruh masyarakat tanpa terkecuali merupakan
konsumen pangan. Kebutuhan makanan yang sehat akan terpenuhi jika
makanan yang kita konsumsi memiliki syarat-syarat yang sehat yang
dibutuhan oleh tubuh. Adapun syarat-syarat makanan sehat yang aman
dikonsumsi meliputi bahan makanan harus bergizi seimbang, higenis dan
bersih tidak mengandung kuman bibit penyakit atau racun, penyimpanan dan
pengolahan makanan harus tepat, mudah dicerna, mengandung cukup air,
serta bentuknya menarik dan rasanya enak (Wisnu, 2003). Penggunaan bahan
tambahan atau zat aditif pada makanan semakin meningkat, terutama setelah
adanya penemuan penemuan termasuk keberhasilan dalam mensintesis bahan
kimia baru yang lebih praktis, lebih murah, dan lebih mudah diperoleh.
Penambahan bahan tambahan/zat aditif ke dalam makanan merupakan hal
yang dipandang perlu untuk meningkatkan mutu suatu produk sehingga
mampu bersaing di pasaran.
Zat aditif makanan terkandung senyawa kimia yang memiliki sifat dan
struktur kimia yang berbeda-beda. Salah satu senyawa kimia yang terdapat
pada zat aditif yaitu senyawa organologam. Senyawa organologam
merupakan senyawa dimana minimal terdapat satu atom karbon dari gugus
organik yang berikatan langsung dengan logam. Tetapi untuk senyawa yang
mengandung ikatan antara atom logam dengan oksigen, belerang, nitrogen,
ataupun dengan suatu halogen tidak termasuk sebagai senyawa organologam.
Sifat senyawa organologam yang umum ialah dimilikinya atom karbon yang
1
lebih elektronegatif daripada kebanyakan logamnya. Untuk mengetahui lebih
jauh tentang senyawa organologam pada zat aditif makanan maka akan
diuraikan dalam makalah ini.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Mengetahui pengertian aditif makanan
2. Mengetahui klasifikasi aditif makanan
3. Mengetahui peran organologam dalam aditif makanan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
yang digunakan, semuanya dirancang untuk melakukan pekerjaan tertentu
dalam membuat makanan lebih aman atau lebih menarik.
4
Gambar Struktur Klorofil
5
mudah digunakan. Pada umumnya zat pewarna sintetis merupakan zat
pewarna tekstil yang masih diperjualbelikan masih relatif banyak.
Bagi masyarakat awam yang tidak mengetahui ciri-cirinya akan
terkecoh dengan zat pewarna ini, karena selain harganya murah juga
memberikan warna yang lebih mencolok. Beberapa contoh zat
pewarna sintetis makanan yaitu
6
95%, mudah larut dalam gliserol dan glikol, tahan terhadap asam
asetat, HCl, NaOH 10%. NaOH 30% merubah warna menjadi
kemerah-merahan, dan memiliki berat molekul: 534,4 gram/mol.
Umumnya MSG dibuat dari bahan tetes tebu (molases), tetes gula bit dari
pabrik gula. Ada beberapa pendapat mengenai cara keja MSG sehingga
dapat menambah cita rasa. MSG mengandung gugus amino, mengurangi
rasa bawang yang tajam, rasa sayuran mentah yang tidak menyenangkan,
ataupun rasa pahit pada sayuran yang dikalengkan. Dikemukakan juga
bahwa MSG menyebabkan sel reseptor lebih peka sehingga dapat
menikmati rasa dengan lebih baik. Namun demikian pemakaian MSG
tidak diijinkan melebihi dosis 5 gram per hari/orang. MSG merupakan zat
aditif yang dapat menyebabkan penyakit kanker, yang ditandai dengan
pusing, letih, susah bernafas, dan akibat yang lebih fatal dapat
menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan sodium (Na) yang ada dalam
MSG mengikuti aliran darah ke otak dan mengendap di otak. Pengendapan
ini berakibat terjadinya penyumbatan, sehingga suplai oksigen ke otak
berkurang. Bila pengendapannya makin banyak, maka akhirnya oksigen
yang masuk ke otak sedikit dan akhirnya menyebabkan kematian.
Contoh lain yang termasuk penyedap rasa yaitu vanili dan mentol yamg
sering digunakan pada puding dan pai, campuran makanan penutup
7
gelatin, campuran kue, saus salad, permen, minuman ringan, es krim, dan
saus BBQ. Berikut gambar struktur dari vanili dan mentol.
3. Pemanis
Pemanis adalah bahan tambahan makanan (baik alami atau buatan) yang
dapat menyebabkan rasa manis pada makanan dan minuman . pemanis
memiliki dua rasa manis dengan kalori atau tanpa kalori ekstra, selain
memberikan kekuatan rasa manis, dapat juga digunakan untuk proses
seperti pengawetan makanan, fermentasi (dalam pembuatan bir dan
pembuatan anggur), memanggang (di mana mereka berkontribusi pada
tekstur, kelembutan, dan ragi), dan pencoklatan makanan dan karamelisasi.
Secara umum pemanis dibagi menjadi dua yakni pemanis alami dan
pemanis buatan :
a. Pemanis alami
Sukrosa atau gula meja adalah standara yang menjadi rasa amanis dari
semua pemanis lainnya. Karena sukrosa menyediakan energi dalam
bentuk karbohidrat, sukrosa dianggap sebagai pemanis yang bergizi
atau dengan kata lain sukrosa termasuk dalam pemanis berkalori (dapat
dilihat gambar struktur sukrosa). Pemanis nutrisi lainnya termasuk
glukosa, fruktosa, sirup jagung, sirup jagung fruktosa tinggi, dan
alkohol gula (misalnya, sorbitol, manitol, dan xylitol). Namun, gula
biasa dan pemanis bergizi lainnya seperti madu dan sirup jagung sering
dikaitkan dengan masalah kesehatan (seperti obesitas dan kerusakan
gigi) atau bahkan merupakan ancaman bagi penderita diabetes.
8
Struktur Sukrosa
9
b. Pemanis Buatan
Upaya untuk mensintesis pemanis secara kimia dimulai pada akhir
1800-an dengan ditemukannya sakarin. Sejak itu, sejumlah senyawa
sintetis telah dikembangkan yang menyediakan sedikit atau tanpa kalori
atau nutrisi dalam makanan dan disebut pemanis nonnutrisi. Pemanis
ini memiliki kekuatan pemanis yang jauh lebih besar daripada sukrosa,
dan oleh karena itu konsentrasi yang relatif rendah dapat digunakan
dalam produk makanan. Selain sakarin, pemanis nonnutrisi yang paling
umum digunakan adalah siklamat, aspartam, dan asesulfam K. Berikut
beberapa pemanis sintesis :
10
sirup glukosa di dihidrolisis dengan katalis dengan Mg 2+ sehingga
terbentuk larutan sirup. Kemudian pati (larutan sirup) melewati
penukaran panas dan sel retensi. Kemudian pati disimpan dalam tangki
penampung , lalu melalui proses fltrasi, carbon bleaching dan evaporasi
sehingga terbentuk HFCS 42%. Hasil tersebut dapat di maksimalkan
kembalia dengan proses hidrolisis kedua dengan enzim dengan proses
berulang sampai DE yang diinginkan tercapai. Berikut gambar proses
pembutan sirup jagung fruktosa .
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Aditif makanan adalah zat yang ditambahkan ke makanan untuk
mempertahankan atau meningkatkan keamanan, kesegaran, rasa, tekstur,
atau penampilan makanan
2. Kasifiasi aditif makanan meliputi pewarna, pemanis, penyedap.
3. Kompleks organolgam memiliki banyak peran dalam bidang sintesis
makanan. Misalkan dalam pembuatan sirup jagung fruktosa tinggi
(HFCS) dengan menggunakan senyawa organologam Mg2+ sebagai
katalis.
3.2 Saran
Diharapkan setelah mempelajari mengenai isi makalah ini pembaca dapat
lebih memahami tentang aditif makanan dan memberikan kritik untuk
perbaikan makalah ini.
12
DAFTAR PUSTAKA
Annis, SN. 2014. Kandungan Zat Pewarna Sintetis Pada Makanan dan Minuman
Jajanan di SDN I – IX Kelurahan Ciputat Kecamatan Ciputat Kota
Tangerang Selatan (Skripsi). Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
UIN Hidayatullah Jakata
Cahyadi, W. 2008. Bahan Tambahan Makanan. Edisi kedua. Jakarta: Bumi
Aksara
Praja, Denny Indra. 2015. Zat Aditif Makanan. Yogyakarta : Garudhawaca
FDA. 2010. Overview of Food Ingrredients, Additives and Colors. Diakses pada
alamat : https://www.fda.gov/food/food-ingredients-packaging/overview-
food-ingredients-additives-colors#types
Minsas, S., I. J. Zakaria dan J. Nurdin. 2013. Komposisi dan Kandungan
Klorofil-a Fitoplankton pada Musim Barat dan Musim Timur di Estuaria
Sungai Peniti, Kalimantan Barat. Prosiding Semirata Universitas
Lampung.
Padmaningrum, Regina Turik. 2009. Makalah Prngabdian Masyarakat : Bahan
Aditif Dalam Makanan. Yogyakarta : UNY.
Shukla, P., Sharma, A., & Sharma, A. 2017. Food additives from an organic
chemistry perspective. MOJ Bioorganic & Organic Chemistry. Review
Article, 1(3), 70-79.
Theodoros Varzakas, Athanasios Labropoulos, Stylianos Anestis. 2012.
Sweeteners: Nutritional Aspects, Applications, and Production
Technology. CRC Press
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
13