Anda di halaman 1dari 24

RESPIRASI SELULER

(Tugas Mata Kuliah Biologi Fungsi)

Disusun Oleh :
NASIRUDDIN 2023026002
VENY ENDAR HADI A 2023025007

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat karunia dan
hidayahNya kepada kita semua sehingga akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Shalawat serta salam senantiasa tercurah pada Nabi Muhammad SAW beserta para
pengikutnya yang setia menemani hingga akhir zaman.
Tugas makalah yang diberi judul “Respirasi Seluler” ini ialah suatu karya
tulis yang terbentuk dari hasil kerja penulis dimana tugas ini merupakan syarat dari
aspek penilaian mata kuliah Biologi Fungsi.
Ucapan terima kasih kepada Ibu Dr. Neni Hasnunidah, M.Si., Ibu Dr. Dewi
Lengkana, M.Sc., Bapak Dr. Tri Jalmo, M.Si. selaku dosen mata kuliah Biologi
Fungsi yang telah membimbing dalam menyelesaikan tugas ini. Penulis menyadari
dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak terlepas dari kekurangan, terutama
disebabkan oleh kurang spesifiknya informasi dan sumber yang penulis dapatkan,
untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat penulis
perlukan untuk perbaikan penulisan makalah ini.
Semoga Allah SWT selalu mencurahkan rahmat dan karunia-Nya serta
keridhoan-Nya kepada kita semua , amin.

Bandar Lampung, Juni 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................4
1.3 Tujuan..................................................................................................5

BAB II...........................................................................................................................6
PEMBAHASAN............................................................................................................6
A. Pengertian Respirasi.............................................................................6
B. Jenis-jenis Respirasi.............................................................................7
C. Mekanisme respirasi Aerob.................................................................8
D. Respirasi Anaerob..............................................................................19
E. Keterkaitan proses katabolisme dan anabolisme...............................21
F. Keterkaitan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein................22

BAB III........................................................................................................................23
PENUTUP...................................................................................................................23
3.1 Kesimpulan..............................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa organik menjadi


senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan organik yang terjadi didalam sel dan
berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen dan
dihasilkan karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob dimana oksigen tidak
atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa selain karbondiokasida, seperti alkohol, asetaldehida
atau asam asetat dan sedikit energi. Seperti yang diuraikan diatas, respirasi berlangsung baik ketika
ada maupun tidak ada oksigen. Ketika tidak ada oksigen terjadi fermentasi, yang merupakan
penguraian gula yang terjadi tanpa oksigen. Akan tetapi, jalur katabolik yang paling dominan dan
efisient adalah respirasi aerobik, yang menggunakan oksigen sebagai reaktan bersama dengan
bahan-bahan organik (aerobic berasal dari kata Yunani aer, udara dan bios, kehidupan). Beberapa
prokariota menggunakan zat selain oksigen sebagai reaktan dalam suatu proses yang serupa yang
memanen energi kimia tanpa menggunakan oksigen sama sekali. Proses ini disebut respirasi
anaerobik (awalan an- berarti ‘tanpa’). Secara teknis, istilah respirasi seluler mencakup proses
aerobik dan anaerobik. Akan tetapi, istilah tersebut berasal dari sinonim untuk respirasi aerobik
karena adanya hubungan antara proses tersebut dengan respirasi organisme, dimana sebagian besar
organisme menggunakan oksigen.

Respirasi terjadi pada seluruh sel yang hidup, khususnya di Mitokondria. Proses bertujuan
untuk membangkitkan energi kimia (ATP). ATP dibentuk dari penggabungan ADP + Pi (fosfat
anorganik) dengan bantuan pompa H+-ATP-ase, dalam rantai transfer elektron yang terdapat pada
membran mitokondria. Peristiwa aliran elektron dan atau proton (H+) dalam rantai tranfer elektron
pada dasarnya adalah peristiwa Reduksi – Oksidasi (Redoks).

Agar dapat memahami mekanisme respirasi seluler, maka dibuatlah makalah ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan respirasi seluler?


2. Bagaimana proses respirasi secara aerob?
3. Bagaimana proses respirasi secara anaerob?

4
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan respirasi seluler?
2. Untuk mengetahui proses respirasi secara aerob?
3. Untuk mengetahui proses respirasi secara anaerob?

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Respirasi

Respirasi adalah proses utama dan penting yang terjadi pada hampir semua makluk hidup,
seperti halnya buah. Proses respirasi pada buah sangat bermanfaat untuk melangsungkan proses
kehidupannya. Proses respirasi ini tidak hanya terjadi pada waktu buah masih berada di pohon,
akan tetapi setelah dipanen buah-buahan juga masih melangsungkan proses respirasi. Pada
tumbuhan, respirasi dapat berlangsung melalui permukaan akar, batang, dan daun. Respirasi yang
berlangsung melalui permukaan akar dan batang sering disebut respirasi lentisel. Sedang respirasi
yang berlangsung melalui permukaan daun disebut respirasi stomata

Menurut Santosa (1990), “Respirasi adalah reaksi oksidasi senyawa organik untuk
menghasilkan energi yang digunakan untuk aktivitas sel dan dan kehidupan tumbuhan dalam
bentuk ATP atau senyawa berenergi tinggi lainnya. Selain itu respirasi juga menghasilkan
senyawa-senyawa antara yang berguna sebagai bahan sintesis berbagai senyawa lain. Hasil akhir
respirasi adalah CO2 yang berperan pada keseimbangan karbon dunia. Respirasi berlangsung
siang-malam karena cahaya bukan merupakan syarat”.

Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa organik menjadi


senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan organik yang terjadi didalam sel dan
berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen dan
dihasilkan karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob dimana oksigen tidak
atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa selain karbondiokasida, seperti alkohol, asetaldehida
atau asam asetat dan sedikit energy.

Seperti yang diuraikan diatas, respirasi berlangsung baik ketika ada maupun tidak ada
oksigen. Ketika tidak ada oksigen terjadi fermentasi, yang merupakan penguraian gula yang terjadi
tanpa oksigen. Akan tetapi, jalur katabolik yang paling dominan dan efisient adalah respirasi
aerobik, yang menggunakan oksigen sebagai reaktan bersama dengan bahan-bahan organik
(aerobic berasal dari kata Yunani aer, udara dan bios, kehidupan). Beberapa prokariota
menggunakan zat selain oksigen sebagai reaktan dalam suatu proses yang serupa yang memanen
energi kimia tanpa menggunakan oksigen sama sekali. Proses ini disebut respirasi anaerobik
(awalan an- berarti ‘tanpa’). Secara teknis, istilah respirasi seluler mencakup proses aerobik dan
6
anaerobik. Akan tetapi, istilah tersebut berasal dari sinonim untuk respirasi aerobik karena adanya
hubungan antara proses tersebut dengan respirasi organisme, dimana sebagian besar organisme
menggunakan oksigen.

B. Jenis-jenis Respirasi
Berdasarkan kebutuhannya terhadap oksigen, respirasi dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu:

a. Respirasi Aerob

Respirasi Aerob adalah respirasi yang memerlukan oksigen, penguraiannya lengkap sampai
menghasilkan energi, karbondioksida, dan uap air. Sel-sel sebagian besar organisme
organisme eukariota dan banyak organisme prokariota dapat melakukan respirasi aerobik.
Reaksi yang terjadi pada Respirasi Aerob adalah:

C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O + 36ATP

Glukosa merupakan bahan bakar yang paling sering digunakan sel. Penguraian glukosa
bersifat eksergonik, memiliki perubahan energi sebesar -686 kkal (2,870 kl) per mol
glukosa yang diuraikan (∆G = -686 kkal/mol). Ingat kembali bahwa ∆G negative
mengindikasikan bahwa produk proses kimia tersebut menyimpan energi yang lebih
daripada reaktan dan reaksi dapat terjadi secara spontan dengan kata lain tanpa
memasukkan energi. Jlaur-jalur katabolik tidak secara langsung menggerakkan flagella,
memompa zat terlarut melintasi membran, melakukan polimerasi monomer, atau
melakukan kerja seluler lain. Katabolisme terpaut dengan kerja melalui penghubung
kimiawi (ATP).

b. Respirasi Anaerob

Respirasi Anaerob adalah respirasi yang tidak memerlukan oksigen tetapi penguraian bahan
organiknya tidak lengkap. Respirasi ini jarang terjadi, hanya dalam keadaan khusus.
Respirasi anaerob adalah respirasi yang tidak melibatkan oksigen. Respirasi anaerob
menggunakan penafasan rantai transport elektron yang tidak membutuhkan oksigen. Agar
transport elektron berfungsi, akseptor eksogen elektron akhir harus tersedia supaya

7
memungkinkan elektron untuk melewati system.

Dalam respirasi anaerob menggunakan substansi pengurang oksidasi lain, seperti sulfat,
nitrat, belerang atau fumarate. Akseptor elektron memiliki kemampuan mereduksi yang
lebih rendah dari pada oksigen, yang berarti lebih sedikit energy yang dihasilkan molekul
pengoksidasi. Pada kondisi ini, satu sel akan bisa mengubah asam piruvat menjadi CO 2 dan
etil alcohol juga membebaskan energy ATP atau oksidasi asam piruvat dalam sel otot
menjadi CO2 dan asam laktat juga ATP. Bentuk reaksi terakhir dari respirasi anaerob
adalah fermentasi yang melibatkan berbagai enzim. Respirasi anaerob menghasilkan 2ATP.

Perbedaan antara respirasi aerob dan respirasi anaerob dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Respirasi Aerob, Umum terjadi pada semua makhluk hidup termasuk tumbuhan,
berlangsung seumur hidup, energi yang dihasilkan besar, tidak merugikan tumbuhan,
memerlukan oksigen, hasil akhir berupa karbondioksida dan uap air.
2. Respirasi Anaerob : Hanya terjadi dalam keadaan khusus, bersifat sementara (hanya
pada fase tertentu saja), energi yang dihasilkan kecil, jika terjadi terus menerus akan
menghasilkan senyawa yang bersifat racun bagi tumbuhan, tidak memerlukan oksigen,
hasil akhirnya berupa alkohol atau asam laktat dan karbondioksida.

C. Mekanisme Respirasi Aerob


Reaksi respirasi (disebut juga oksidasi biologis) suatu karbohidrat, misalnya glukosa,
berlangsung dalam empat tahapan, yaitu glikolisis, dekarboksilasi oksidatif piruvat, daur
sitrat, dan oksidasi terminal dalam rantai respiratoris.

1. Glikolisis

Glikolisis adalah serangkaian reaksi biokimia dimana glukosa dioksida menjadi molekul
asam piruvat glikolisis adalah salahsatu proses metabolisme yang paling universal yang kita kenal,
dan terjadi didalam sitosol, mengawali proses degradasi dengan memecah glukosa menjadi dua
molekul senyawa yang disebut dengan piruvat. Proses glikolisis sendiri menghasilkan lebih sedikit
energi per molekul glukosa dibandingkan dengan oksidasi aerobik yang sempurna. Energi yang
dihasilkan disimpan dalam senyawa organik berupa adenosine triphosphote atau yang lebih umum
dikenal dengan istilah ATP dan NADH.

8
Istilah glikolisis yang berarti pemecahan gula, diperkenalkan pada tahun 1909 untuk
maksud perombakan gula menjadi etil alkohol (etanol). Tapi sebagian besar sel akan menghasilkan
asam piruvat bukan etanol. Jika mendapat aerasi secara normal. Gula yang lazim dirombak adalah
heksosa, sehingga glikolisis berarti perombakan heksosa menjadi asam piruvat. Glikolisis yang
sama juga dengan pembongkaran ini disebut jalur EMP atau jalur pusat. Hal ini terjadi di sitosol
atau di matrix plastida (khusus pada tumbuhan).

Glukosa merupakan sejenis gula berkarbon-enam, dipecah lagi menjadi dua gula
berkarbon-tiga. Gula yang lebih kecil ini kemudian dioksidasi dan atom-atom yang tersisa disusun
ulang untuk membentuk dua molekul piruvat. (Piruvat ialah bentuk terionisasi dari asam piruvat).
Gliolisis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase investasi energi dan fase pembayaran energi. Selama
fase investasi energi, sel sebenarnya menggunakan ATP. Investasi ini terbayar kembali disertai
bunga pada fase pembayaran energi, ketika ATP dihasilkan oleh fosforilasi tingkat-substrat dan
NAD+ direduksi menjadi NADH oleh elektron yang dilepaskan dari oksidasi glukosa. Hasil energi
netto dari glikolisis permolekul glukosa adalah 2 ATP plus 2 NADH. Adapun sepuluh langkah
jalur glikolisis yaitu:

9
1) Langkah 1 : fosfolisasi glukosa

Langkah pertama adalah fosfolisasi glukosa (penambahan gugus fosfat). Reaksi


ini dimungkinkan oleh enzim heksokinase, yang memisahkan satu gugus fosfat
dari ATP (Adenosine Triphsophote) dan menambahkannya ke glukosa,
mengubahnya menjadi glukosa-6-fosfat. Dalam proses satu molekul ATP, yang
merupakan sumber energi tubuh, digunakan dan akan berubah menjadi ADP
(adenosin difosfat), karena pemisahan satu gugus fosfat.
2) Langkah 2: Produksi fruktosa 6-fosfat
Langkah kedua adalah produksi fruktosa 6-fosfat. Hal ini dimungkinkan oleh aksi
dari enzim fosfoglukoisomerase. Kerjanya pada produk dari langkah sebelumnya,
glukosa 6-fosfat dan mengubahnya menjadi fruktosa 6-fosfat yang merupakan
isomernya (isomer adalah molekul yang berbeda dengan rumus molekul yang
sama tetapi pengaturan yang berbeda dari atom).
3) Langkah 3: Produksi Fruktosa 1,6-difosfat
Pada langkah berikutnya, isomer fruktosa 6-fosfat diubah menjadi fruktosa 1,6-
bisfosfat dengan penambahan gugus fosfat lain. Konversi ini dimungkinkan oleh
enzim fosfofruktokinase, enzim ini yang mentransfer gugus fosfat dari ATP ke
gula, menginvestasikan satu lagi molekul ATP dalam glikolisis. Sejauh ini, 2 ATP
telah digunakan. Dengan gugus fosfat dikedua ujung yang berlawanan, gula kini
siap dipecah menjadi dua.
4) Langkah 4: Memisahkan dari Fruktosa 1,6-difosfat
Pada langkah keempat, enzim aldolase melahirkan satu pemisahan fruktosa 1,6-
difosfat menjadi dua molekul gula yang berbeda yang keduanya isomer satu sama
lain. Kedua gula yang terbentuk adalah gliseraldehid 3-fosfat dan dihidroksi-
aseton fosfat.

5) Langkah 5: Interkonversi dari Dua Gula


Isomerase mengkatalis perubahan bolak-balik antara kedua gula berkarbon-tiga.
Reaksi ini tidak pernah mencapai kesetimbangan dalam sel, sebab enzim
berikutnya dalam glikolisis hanya menggunakan gliseraldehida-3-fosfat sebagai
substratnya (tidak mengunakan dihidroksiaseton fosfat), yang terpakai secepat
pembentukannya. Dengan demikian, hasil netto langkah 4 dan 5 adalah
pembelahan satu gula berkarbon-enam menjadi dua molekul gliseraldehida-3-
fosfat, masing-masing akan berlanjut kelangkah berikutnya dalam glikolisis.
10
6) Langkah 6: Pembentukan NADH & asam 1,3-Biphoshoglyceric
Enzim triosa fosfat dehidrogenase mengkatalis dua reaksi secara berurutan sambil
memgang gliseraldehida-3-fosfat pada situs aktifnya. Perama-tama, gula
dioksidasi melalui transfer elektron dan H+ dan NAD+ membentuk NADH (reaksi
redoks). Reaksi ini sangat eksergonik, dan enzim tersebut menggunakan energi
yang dilepaskan untuk melekatkan gugus fosfat ke substrat yang teroksidasi,
membentuk produk yang berenergi potensial sangat tinggi. Sumber fosfat adalah
kumpulan ion fosfat anorganik yang selalu ada didalam sitosol. Perhatikan bahwa
koefisien 2 terdapat didalam semua molekul dalam fase pembayaran energi,
langkah-langkah ini terjadi setelah glukosa dipecah menjadi dua gula berkarbon-
tiga.
7) Langkah ketujuh melibatkan penciptaan 2 molekul ATP bersama dengan dua
molekul asam 3-fosfogliserat dari reaksi phosphoglycerokinase pada dua molekul
produk asam 1,3-difosfogliserat, dihasilkan dari langkah sebelumnya. Glikolisis
menghasilkan beberapa ATP melalui fosforilasi tingkat substrat. Gugus fosfat
yang ditambahkan dalam langkah sebelumnya ditransfer ke ADP dalam suatu
reaksi eksergonik. Untuk setiap molekul glukosa yang masuk ke glikolisis,
langkah 7 menghasilkan 2 ATP, karena setiap produk setelah langkah pemecahan
gula (pada langkah 4) dikalikan dua. Ingatlah kembali bahwa 2 ATP ini telah
terbayar. Glukosa telah diubah menjadi 2 molekul 3-fosfogliserat, yang tidak
tergolong gula. Gugus karbonil yang mencirikan gula telah dioksidasi menjadi
gugus karboksil (-COO-), ciri khas asam organik. Gula dioksidasi pada (langkah
6), dan sekarang energi yang tersedia berkat oksidasi tersebut untuk membuat
ATP.
8) Langkah 8: Relokasi Atom Fosfor
Langkah delapan adalah reaksi penataan ulang sangat halus yang melibatkan
relokasi dari atom fosfor dalam asam 3-fosfogliserat dari karbon ketiga dalam
rantai untuk karbon kedua dan menciptakan 2–asam fosfogliserat. Enzim
fosfogliseromutase adalah enzim yang merelokasikan gugus fosfat yang tersisa,
mempersiapkan substrat untuk reaksi berikutnya.
9) Langkah 9: Penghapusan Air
Enzim enolase berperan penting dan menghilangkan sebuah molekul air dari asam
2-fosfogliserat untuk membentuk asam lain yang disebut asam fosfoenolpiruvat

11
(PEP). Elektron-elektron substrat disusun ulang sedemikian rupa sehingga
fosforilasi yang dihasilkan memiliki eneegi potensial yang tinggi.
10) Langkah 10: Penciptaan piruvat Asam & ATP
Langkah ini melibatkan pembentukan dua molekul ATP bersama dengan dua
molekul asam piruvat dari aksi piruvat kinase enzim pada dua molekul asam
fosfoenolpiruvat yang dihasilkan pada langkah sebelumnya. Hal ini dimungkinkan
oleh transfer atom fosfor dari asam fosfoenolpiruvat (PEP) menjadi ADP
(Adenosin trifosfat). Pada reaksi terakhir ini, glikolisis menghasilkan lebih banyak
ATP dengan cara mentransfer gugus fosfat dari PEP ke ADP, contoh kedua
fosforilasi tingkat-substrat. Karena langkah ini, terjadi dua kali untuk setiap
molekul glukosa, 2 ATP pun dihasilkan. Secara keseluruhan, glikolisis
menggunakn 2 ATP dalam fase investasi energi (langkah 1 dan 3) dan
menghasilkan 4 ATP dalam fase pembayarn energi (langkah 7 dan 10) dengan
perolehan netto bunga 100%. Energi tambahan disimpan dalam NADH oleh
langkah 6, yang bisa digunakan untuk membuat ATP melalui fosforilasi oksidatif
jika terdapat oksigen. Glukosa telah diuraikan dari oksidasi menjadi dua molekul
piruvat, produk akhir jalur glikolitik. Jika ada oksigen, energi kimia dalam piruvat
dapat diekstraksi melalui siklus asam sitrat.

2. Siklus Asam Sitrat


Glikolisis melepaskan sebagian kecil energi kimia yang tersimpan dalam glukosa.
Sebagian besar energi tetap tertumpuk dalam kedua molekul piruvat. Jika ada oksigen molekular,
piruvat masuk ke mitokondria dalam sel eukariot melalui transpor aktif, bersamaan dengan enzim
dari siklus asam sitrat menyelesaikan oksidasi glukosa dalam sitosol pada sel prokariot.
Proses perubahan piruvat menjadi senyawa asetil koenzim A atau asetil KoA merupakan
persambungan antara glikolisis dan siklus asam sitrat, diakhiri oleh multienzim kompleks yang
mengkatalis 3 reaksi, yakni:
a. Gugus karboksil (-COO-) piruvat yang telah dioksidasi sehingga hanya memiliki sedikit
energi kimia, dilepaskan sebagai CO2. Hal ini merupakan langkah pertama yang
melepaskan CO2 selama respirasi.
b. Fragmen C2 yang tersisa dioksidasi dan membentuk senyawa asetat. Enzm mentransfer
elektron yang terekstraksi ke NAD+. Energi disimpan dalam bentuk NADH.
c. Senyawa koenzim A (KoA) yang mengandung sulfur dari vitamin B dilekatkan ke asetat

12
oleh suatu ikatan tak stabil yang menyebabkan gugus asetil (asetat yang melekat) reaktif.
Hal ini dikarenakan sifat kimia dari gugus KoA, asetil KoA memiliki energi potensial yang
tinggi. Molekul ini siap memasukkan gugus asetilnya ke dalam siklus sitrat untuk
dioksidasi.

Siklus asam sitrat (siklus asam trikarboksilat atau siklus Krebs) berfungsi sebagai sumber
metabolik yang mengoksidasi bahan bakar organik dari piruvat. Secara garis besar, siklus Krebs
merupakan proses penguraian piruvat menjadi 3 molekul CO 2, termasuk CO2 yang dilepaskan
selama pengubahan piruvat menjadi asetil KoA. Siklus ini menghasilkan 1 ATP per putaran
melalui fosforilasi, namun sebagian besar energi kimia ditransfer ke NAD + dan pembawa elektron
terkait, koenzim FAD (Flavin Adenin Dinukleotida dari riboflavin, salah satu jenis vitamin B),
dalam reaksi redoks. Koenzim tereduksi, NADH dan FADH 2, mengulang-alikkan muatannya
berupa elektron berenergi tinggi ke rantai transpor elektron.

Siklus ini terdiri dari 8 langkah yang masing-masing dikatalis oleh suatu enzim spesifik.
Setiap putaran siklus asam sitrat, 2 karbon masuk dalam bentuk gugus asetil yang relatif tereduksi.
2 karbon yang lain meninggalkan siklus dalam bentuk CO 2 yang teroksidasi sepenuhnya. Gugus
asetil pada asetil KoA masuk ke siklus dengan bercampur dengan senyawa oksaloasetat,
membentuk sitrat. Ketujuh langkah berikutnya menguraikan sirat kembali menjadi oksaloasetat.

Setiap gugus setil yang memasuki siklus, 3-NAD + direduksi menjadi NADH. Elektron dari
suksinat ditransfer bukan ke NAD+ melainkan ke FAD yang menerima 2 elektron dan 2 proton
untuk menjadi FADH2. Pada sel hewan, tumbuhan dan bakteri suksinil KoA menghasilkan
guanosin trifosfat (GTP) melalui fosforilasi. GTP merupakan molekul yang serupa dengan ATP
dalam hal struktur dan fungsi selulernya. GTP berfungsi membuat ATP atau memberikan tenaga
didalam sel. Output dari proses ini meghasilkan 1 ATP. Sebagian besar ATP dihasilkan dari
fosforilasi oksidatif, yaitu saat NADH dan FADH 2 diproduksi oleh siklus Krebs meneruskan
elektron yang diekstraksi dari makanan ke rantai transfor elektron. NADH dan FADH 2 memberi
energi untuk fosforilasi ADP menjadi ATP.

13
Gambar. Siklus Asam Sitrat
(Sumber: Campbell Jilid 1. 2008)

3. Fosforilasi Oksidasi

Fosforilasi oksidatif adalah tahapan lanjutan dari metabolisme energi secara aerob
setelah glikolisis dan siklus Krebs. Tahapan ini sendiri merupakan gabungan antara rantai transpor
elektron yang diikuti dengan proses kemiosmosis yang hasil akhirnya adalah ATP. Rantai transpor
elektron adalah proses perubahan NADH dan FADH2 hasil dari proses sebelumnya yang
dikonversi menjadi gradien atau perbedaan konsenterasi ion hidrogen antara matriks dengan ruang
intermembran mitokondria. Perubahan konsenterasi ini kemudian digunakan sebagai sumber
energi dalam proses kemiosmosis yang hasil akhirnya adalah ATP.

4. Jalur Transpor Elektron


Rantai transport electron adlah sekumpulan molekul yang tertanam di dalam membrane
dalam mitokondria sel eukariotik (pada prokariota, molekul-molekul tersebut terdapat di dalam
membrane plasma). Pelipatan membrane dalam membentuk krista meningkatkan luas
permukaannya, menyediakan ruang untuk ribuan salinan rantai tanspor electron dalam setiap
mitokondria. Sebagian komponen rantai tersebut adalah protein, yang terdapat sebagian kompleks
multiprotein yang di nomori dari I sampai IV. Gugus prostetik, komponen nonprotein yang
esensial bagi fungsi katalitik enzim-enzim tertentu, terikat erat ke protein-protein ini.

14
Pada gambar di atas menunjukkan urutan pembawa electron dalam rantai tanspor electron
dan penurunan energy beas ketika electron bergerak menuruni rantai. Selama berlangsungnya
transport electron di sepanjang rantai tersebut, pembawa electron secara berganti-ganti tereduksi
dan teroksidasi saat menerima electron dari tetangga di atasnya, yang memiliki afinitas lebih
rendah terhadap electron (kurang elektronegatif). Komponen tersebut kembali ke bentuk
teroksidasinya saat meneruskan electron ke tetangga di bawahnya yang lebih elektronegatif.

Pertama, akan membahas lewatnya electron melalui kompleks I secara rinci, sebagai
ilustrasi bagi prinsip-prinsip umum yang terlibat dalam transpor electron. Elektron yang
disingkirkan dari glukosa oleh NAD+, selama glikolisis dan siklus asam sitrat, ditransfer dari
NADH ke molekul pertama pada rantai transport elektrondalam kompleks I. Molekul ini adalah
flavoprotein, yang dinamakan demikian karena memiliki gugus prostetik yang disebut falvin
mononukleotida (FMN). Dalam reaksi redoks berikutnya, flavoproteinkembali ke protein besi-
sulfur (fe.S dalam kompleks I), salah satu family protein dengan besi dan sulfur yang terikat erat.
Protein besi-sulfur ini kemudian meneruskan electron ke senyawa yang disebut ubikuinon
(ubiquinone, disimbolkan Q pada gambar). Pembawa electron ini merupakan molekul hidrofobik
kecil, satu-satunya angota rantai transport electron yang bukan merupakan protein. Ubikuinon
dapat bergerak secara individu di dalam membrane, bukan menetap pada satu kompleks tertentu.

15
Sebagian besar pembawa electron antara ubikuinon dan oksigen adalah protein yang
disebut sitokrom (cytochrome). Gugus prostetik milik sitokrom, yang disebut grup hem, memiliki
tom besi yang menerima dan menyumbangkan electron. Rantai transport electron memiliki
beberapa tipe sitokrom, masing-masing merupakan protein berbeda dengan gugus hem pembawa
electron yang agak berbeda. Sitokrom terakhir pada rantai transport, cyt a3, meneruskan
elektronnya ke oksigen yang sangat elektronegatif. Masing-masing atom oksigen juga mengambil
sepasang ion hydrogen dari larutan berair dalam sel, membentuk air.

Suatu sumber electron lain untuk rantai transport adalah FADH2, produk tereduksi lainnya
dalam siklus asam sitrat. Perhatikan gambar di atas bahwa FADH2 menambakan electron-
elektronnya ke rantai transport electron pada kompleks II, di tingkat energy yang lebih rendah dari
pada NADH. Sebagai akibatnya, walaupun NADH dan FADH2 sama-sama menumbangkan
jumlah electron yang sama (2) untuk reduksi oksigen, rantai transport electron menyediakan
energy untuk sintesis ATP sekitar sepertiga lebih sedikit saat penyumbang elektronnya adalah
FADH2, dibandingkan dengan saat penyumbangnya adalah NADH.
Rantai transport electron tidak membuat ATP secara langsung. Akan tetapi, rantai ini
memudahkan kejatuhan electron dari makanan ke oksigen, menguraikan penurunan energy bebasa
dalam jumlah besar menjadi serankaian langkah yang lebih kecil, yang melepaskan energy dalam
jumlah yang mudah dikelola. Pada membran dalam mitokondria terdapat komplek protein I,
komplek protein II, ubiquinon (Q), komplek protein III, sitokrom c (cyt c), dan komplek protein
IV. Elektron akan ditransfer ke masing-masing protein tersebut untuk membentuk ATP.
Sedangkan molekul O2 akan berperan sebagai penerima elekron terakhir yang nantinya akan
berubah menjadi H2O.  ATP akan dihasilkan oleh enzim ATP sintase melalui proses yang disebut
kemiosmosis.

16
Tahapan transfer elektron adalah sebagai berikut.
 NADH akan melepaskan elektronnya (e-) kepada komplek protein I. Peristiwa ini
membebaskan energi yang memicu dipompanya H+ dari matriks mitokondria menuju ruang
antar membran. NADH yang telah kehilangan elektron akan berubah menjadi NAD+.

 Elektron akan diteruskan kepada ubiquinon.


 Kemudian elektron diteruskan pada komplek protein III. Hal ini akan memicu dipompanya
H+ keluar menuju ruang antar membran.

 Elektron akan diteruskan kepada sitokrom c.


 Elektron akan diteruskan kepada komplek protein IV. Hal ini juga akan memicu
dipompanya H+  keluar menuju ruang antar membran.
 Elektron kemudian akan diterima oleh molekul oksigen, yang kemudian berikatan dengan 2
ion H+  membentuk H2O.
 Bila dihitung, transfer elektron dari bermacam-macam protein tadi memicu dipompanya 3
H+  keluar menuju ruang antar membran. H+  atau proton tersebut akan kembali menuju matriks
mitokondria melalui enzim yang disebut ATP sintase.
 Lewatnya H+  pada ATP sintase akan memicu enzim tersebut membentuk ATP secara
bersamaan. Karena terdapat 3 H+  yang masuk kembali ke dalam matriks, maka terbentuklah 3
molekul ATP.

17
 Proses pembentukan ATP oleh enzim ATP sintase tersebut dinamakan dengan
kemiosmosis.

Penjelasan di atas adalah proses transfer elektron yang berasal dari molekul NADH.
Bagaimana dengan elektron yang berasal dari FADH2 ? FADH2  akan mentransfer elektronnya
bukan kepada komplek protein I, namun pada komplek protein II. Transfer pada komplak protein
II tidak memicu dipompanya H+  keluar menuju ruang antar membran. Setelah dari komplek
protein II, elektron akan ditangkap oleh ubiquinon dan proses selanjutnya sama dengan transfer
elektron dari NADH. Jadi pada transfer elektron yang berasal dari FADH2 , hanya terjadi 2 kali
pemompaan H+  keluar menuju ruang antar mebran. Oleh sebab itu dalam proses kemiosmosis
hanya terbentuk 2 molekul ATP saja.

Jadi kesimpulannya adalah:


 Satu NADH yang menjalani transfer elektron akan menghasilkan 3 molekul ATP.
 Sedangkan satu molekul FADH2 yang menjalani transfer elektron akan menghasilkan 2
molekul ATP.

Disinilah akhir dari respirasi aerob molekul glukosa. Respirasi ini akan menghasilkan
energi sebanyak 36 / 38 ATP dengan hasil akhir berupa CO2 dan H2O yang akan dikeluarkan dari
tubuh sebagai zat sisa respirasi. Satu molekul glukosa dengan 6 atom C, ketika mengalami
respirasi aerob akan melepaskan 6 molekul CO2. Karbondioksida tersebut dibebaskan pada tahap
dekarboksilasi oksidatif dan siklus krebs. Hasil akhir proses ini respirasi aerob adalah terbentuknya
36 atau 38 ATP dan H2O sebagai hasil sampingan respirasi. Produk sampingan respirasi
tersebut pada akhirnya dibuang ke luar tubuh, pada tumbuhan melalui stomata dan melalui
paru – paru pada pernapasan hewan tingkat tinggi. Pertama, fosforilasi dan reaksi redoks tidak
secara langsung digandengkan satu sama lain, sehingga rasio jumlah molekul NADH terhadap
jumlah molekul ATP bukan merupakan bilangan bulat kita tahu bahwa 1 NADH menyebabkan 10
H+ ditransport keluar melintasi membrane dalam mitokondria, dan kita juga tahu bahwa antara
3 dan 4 H+ harus masuk kembali ke matriks mitokondria melalui ATP sintase untuk
menghasilkan 1 ATP. Satu molekul NADH, membangkitkan cukup gaya gerak 33 proton
untuk sintesis 2,5 sampai 3,3 ATP; umumnya, kita melakukan pembulatan dan
mengatakan bahwa 1 NADH dapat menghasilkan 3 ATP. Siklus asam sitrat juga menyuplai
electron ke rantai transport electron melalui FADH2, namun karena FADH2 memasuki rantai

18
belakang, setiap molekul pembawa electron ini hanya menyebabkan transport H+ yang cukup
untuk sintesis 1,5 sampai 2 ATP. Angka - angka ini juga memperhitungkan sedikit biaya
energy untuk memindahkan ATP yang terbentuk dalam mitokondria ke luar ke
sitoplasma, tempat ATP akan digunakan (Cambell, 2010: 191). Kedua, perolehan ATP sedikit
bervariasi, bergantung pada tipe wahana ulang - alik yang digunakan untuk mentranspor electron
dari sitosol ke dalam mitokondria. Membran dalam mitokondria tidak permiabel terhadap
NADH, sehingga NADH pada sitosol terpisah dari mesin fosforilasi oksidatif. Kedua
electron NADH yang ditangkap saat glikolisis harus diangkut ke dalam mitokondria melalui satu
dari beberapa sistem ulang - alik elektron. Bergantung pada tipe wahana ulang alik, dalam tipe sel
tertentu, electron dapat diteruskan ke NAD+ atau FAD dalam matriks mitokondria. Jika
electron diteruskan ke FAD, seperti dalam sel otak, hanya ada sekitar 2 ATP yang dapat
dihasilkan dari setiap NADH dari sitosol. Jika electron diteruskan ke NAD+ mitokondria, seperti
dalam sel hati dan sel jantung maka 3 ATP akan diperoleh.
(Cambell, 2010: 191).

D. Respirasi Anaerob
Respirasi anaerob merupakan respirasi yang tidak menggunakan oksigen sebagai penerima
akhir pada saat pembentukan ATP. Respirasi anaerob juga menggunakan glukosa sebagai
substrat. Organisme yang melakukan respirasi anaerob adalah organisme prokariotik yang hidup
di rawa, lumpur, makanan yang diawetkan, atau tempat - tempat lain yang tidak
mengandung oksigen. Organisme ini memiliki rantai transport elektron, tapi tidak
menggunakan oksigen sebagai penerima Electron terakhir di ujung rantai tersebut. Beberapa
organisme dapat berespirasi menggunakan oksigen, tetapi dapat juga melakukan respirasi anaerob.
Organisme seperti ini melakukan fermentasi jika lingkungannya miskin oksigen. Sebagai
contoh, sel - sel otot dapat melakukan respirasi anaerob jika kekurangan oksigen (Campbell,
2010:191 - 192).

Fermentasi adalah cara memanen energy kimia tanpa menggunakan oksigen maupun
rantai transport elektron, atau dengan kata lain tanpa respirasi seluler. Proses fermentasi,
memecah glukosa menjadi 2 molekul asam piruvat, 2 NADH, dan terbentuk 2 ATP.
Fermentasi tidak bereaksi secara sempurna memecah glukosa menjadi karbon dioksida dan air,
ATP yang dihasilkan pun tidak sebesar ATP yang dihasilkan dari glikolisis. Dari hasil

19
akhirnya, fermentasi dibedakan menjadi fermentasi asam laktat dan fermentasi alcohol
(Campbell, 2010: 192).

a. Fermentasi asam laktat

Fermentasi asam laktat merupakan respirasi anaerob, hasil akhir fermentasi ini ialah asam
laktat yang disebut juga asam susu. Sebagian masyarakat menyebut asam laktat sebagai asam
kelelahan, karena erat kaitannya dengan rasa lelah karena manusia bergerak melebihi batas
sehingga terjadi penimbunan asam laktat yang merupakan hasil akhir fermentasi pada otot
tubuh. Proses fermentasi juga dimulai dengan glikolisis yang menghasilkan asam piruvat,
karena pada proses ini tidak ada oksigen yang merupakan reseptor terakhir, maka asam piruvat
diubah menjadi asam laktat. Kejadian ini berakibat pada elektron yang tidak meneruskan
perjalanannya, tidak lagi menerima elektron dari NADH dan FADH2, karena tidak terjadi
penyaluran elektron, berarti NAD+ dan FAD yang diperlukan dalam siklus krebs juga tidak
terbentuk. Akibatnnya, reaksi siklus krebs pun terhenti. Asam laktat merupakan zat kimia yang
merugikan karena bersifat racun atau toksis (Campbell, 2010: 193).

b. Fermentasi alkohol
Peristiwa pembebasan energy pada beberapa mikroorganisme, terjadi karena asam
piruvat diubah menjadi asam asetat dan CO2. Asam asetat diubah menjadi alcohol dan NADH
diubah menjadi NAD+. Terbentuknya NAD+ menyebabkan glikolisis dapat terjadi, sehingga
asam piruvat selalu tersedia dan dapat diubah menjadi energi. Energi (ATP) yang dihasilkan
dari 1 molekul glukosa pada peristiwa ini, hanya 2 molekul ATP, berbeda dengan proses respirasi
aerob yang mengubah 1 molekul glukosa menjadi 36/38 ATP (Campbell, 2010: 192).
Pada fermentasi alcohol, piruvat diubah menjadi etanol (etil etanol) dalam dua langkah. Langkah
pertama melepaskan karbondioksida dari piruvat, yang diubah menjadi senyawa berkarbon dua,

20
asetil dehida. Pada langkah kedua, asetildehida direduksi menjadi etanol oleh NADH. Reduksi ini
meregenerasi suplai NAD+ yang dibutuhkan agar glikolisis berlanjut. Banyak bakteri
melaksanakan fermentasi alcohol di bawah kondisi anaerob. Khamir (jenis fungi) juga melakukan
fermentasi alcohol.

E. Keterkaitan Proses Katabolisme dan Anabolisme


Proses katabolisme dan anabolisme pada suatu organisme berlangsung secara kontinyu dan
bersamaan. Keduanya merupkan proses pengubahan energy sehingga energi dalam tubuh
organisme tersebut tetap tersedia. Tumbuhan hijau sebagai organisme fotoautotrof
menyediakan sumber energi kimia bagi organsime heterotrof, sebaliknya organisme
heterotrof akan melepaskan sisa metabolsime berupa CO2 dan H2O yang akan dimanfaatkan
kembali oleh tumbuhan hijau untuk proses fotosintesis (Campbell, 2010:175).
Secara ekologis terdapat hubungan antara tumbuhan hijau sebagai produsen dan
hewan sebagai konsumen dalam proses transformasi energi. Tubuh organisme juga terjadi
proses penyusunan dan pembongkaran zat untuk transformasi energi. Tumbuhan hijau,
menyusun makanannya sendiri melalui proses fotosintesis. Tumbuhan hijau juga
memanfaatkan senyawa kimia yang terbentuk dari fotosintesis tersebut untuk proses respirasi sel
guna menghasilkan energi. Beberapa tumbuhan dapat menyimpan cadangan makanannya
sebagai energi cadangan, yang tersimpan dalam bentuk umbi - umbian. Begitu pula dalam
tubuh hewan, termasuk dalam tubuh manusia terjadai proses penyusunan dan pembongkaran zat
tersebut. Disamping ada proses respirasi protein (katabolisme) untuk memperoleh energi,
juga terjadi proses penyusunan (sintesis) protein yang penting untuk tersedianya protein guna
membangun sel atau jaringan yang rusak dan sebagai pembangun struktur jaringan tubuh
(Campbell, 2010: 175).

21
F. Keterkaitan Metabolisme Karbohidrat, Lemak, dan Protein

Proses metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dalam sel tubuh manusia, satu
sama lain saling terkait. Ketiga proses metabolisme tersebut akan melewati senyawa asetil KO-A,
sebagai senyawa antara untuk memasuki siklus Krebs. Begitu pula apabila terjadi kelebihan
sintesis glukosa, maka dalam tubuh akan diubah menjadi senyawa lemak sebagai cadangan energi.

22
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa organik menjadi senyawa
anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan organik yang terjadi didalam sel dan
berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen dan
dihasilkan karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob dimana oksigen tidak
atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa selain karbondiokasida, seperti alkohol, asetaldehida
atau asam asetat dan sedikit energi. Proses respirasi aerob mencakup glikolisis, siklus asam sitrat,
dan transfer elektron. Siklus respirasi anaerob mencakup fermentasi asam laktat, dan fermentasi
alkohol.

23
DAFTAR PUSTAKA

Campbell. 2010. Biologi Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga

Khairunnisa. 2019. Diktat Fisiologi Tumbuhan. Medan: UIN Sumatera Utara

Suyitno. 2006. Respirasi pada Tumbuhan. Materi disampaikan pada kegiatan pembinaan Tim
Olimpiade Biologi SMAN Kalasan. Yogyakarta: UNY

24

Anda mungkin juga menyukai