Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM PADA HEWAN

LAJU RESPIRASI HEWAN

Disusun Oleh:

Nalinda Alif Muharochimin (06041021052)

Hari/TanggaL

Kamis/22 Juni 2023

PRODI PENDIDIKAN IPA


JURUSAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii


KATA PENGANTAR .................................................................................................... iii
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 2

1.3 Tujuan ................................................................................................................... 2

BAB II ........................................................................................................................... 3
DASAR TEORI.............................................................................................................. 3
BAB III .......................................................................................................................... 4
3.1 Jenis penelitian...................................................................................................... 4

3.2 Bahan dan Alat ...................................................................................................... 4

3.3 Variabel Penelitian ............................................................................................ 4

3.3.1. Variabel Bebas: .............................................................................................. 4

Jenis hewan yang digunakan pada penelitian kali ini adalah serangga ...................... 4

3.3.2. Variabel Terikat: ............................................................................................. 5

3.4 Desain Percobaan .................................................................................................. 5

3.5 Langkah Kerja....................................................................................................... 5

BAB IV .......................................................................................................................... 7
4.1 Hasil Pengamatan ..................................................................................................... 7
4.2 Analisis Data dan Pembahasan .................................................................................. 7
4.3 Diskusi ..................................................................................................................... 9
BAB V ......................................................................................................................... 11
KESIMPULAN ............................................................................................................ 11
Daftar pustaka .............................................................................................................. 12
Lampiran ...................................................................................................................... 13

ii
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah sistem pada hewan ini
dengan baik.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan dengan bekerjasama yang
baik,sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampai
banyak-banyak terimakasih untuk pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini. Dan tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata
kuliah sistem pada hewan Ibu Ita Ainun Jariyah, S.Pd., M.Pd. yang telah memberikan
tugas praktikum ini kepada kami, sehingga menjadikan kami lebih memahami mengenai
laju respirasi pada hewan.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
terhadap pembaca.

Surabaya, 22 Juni 2023

Penulis

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Respirasi pertukaran gas adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida antara


selsel yang aktif dengan lingkungan luarnya atau antara cairan tubuh hewan dengan
lingkungan tempat hidupnya. Definisi respirasi juga meliputi proses biokimia yang
berlangsung di dalam sel berupa perombakan molekulmolekul makanan dan transfer
energi yang dihasilkan (respirasi seluler). Proses respirasi erat kaitannya dengan laju
metabolisme (metabolit rate) yang didefinisikan sebagai unit energi yang dilepaskan
per unit waktu. Laju respirasi pada hewan tergantung pada aktivitas metabolisme total
dari organisme tersebut. Fungsi utama respirasi adalah dalam rangka memproduksi
energi melalui metabolisme aerobik dan hal tersebut terkait dengan konsumsi
oksigen.(Mathematics, 2016)
Sistem respirasi memilki fungsi utama untuk memasok oksigen ke dalam tubuh
serta membuang karbindoksida dari dalam tubuh. Pada dasarnya, sistem respirasi
dibedakan menjadi dua, respirasi eksternal dan respiarsi internal. Respirasi eksternal
sama dengan bernapas sedangkan respirasi internal atau respirasi seluler ialah proses
penggunaan oksigen oleh sel tubuh dan pembuangan zat sisa metabolism sel berupa
karbondioksida oksigen yang didapatkan dari lingkungan ini kemudian digunakan
dalam proses fosforilasi oksidatif untuk menghasilkan ATP. Fungsi lain dari respirasi
adalah untuk menjaga keseimbangan pH dan keseimbangan elekrik dalam cairan
tubuh. Difusi gas antara organ respirasi dengan lingkungan dapat terjadi karena
adanya perbedaan tekanan gas.
Respirasi mencakup pengambilan oksigen, mengedarkannya ke sel-sel dan
melepaskan karbondioksida. Proses respirasi melibatkan medium respires, membrane
respirasi, dan organ pernapasan (Martini, 2012). Organ respirasi pada setiap individu
berbeda tergantung pada habitat dan cara hidupnya. Hewan akuatik memilki organ
pernapasan yang khusus yang disebut dengan insang. Organ respirasi pada terrestrial
berbeda dengan hewan akuatik. Organ tersebut diantaranya paru-paru dan difusi,
paruparu buku, trakea, paru-paru alveolar, dan paru-paru sempura.

1
Adapun tujuan dilakukannya praktikum laju respirasi hewan ini adalah untuk
memahami metode pengukuran laju respirasi hewan melalui penghitungan konsumsi
oksigen dan mengetahui perbedaan laju respirasi pada berbagai spesies hewan dan
hubungannya dengan perbedaan temperature lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah

1) Bagaimana metode pengukuran laju respirasi hewan melalui penghitungan


konsumsi oksigen?
2) Bagaimana perbedaan laju respirasi pada berbagai spesies hewan dan
hubungannya dengan perbedaan temperature lingkungan?

1.3 Tujuan

1) Untuk memahami metode pengukuran laju respirasi hewan melalui


penghitungan konsumsi oksigen
2) Untuk mengetahui perbedaan laju respirasi pada berbagai spesies hewan dan
hubungannya dengan perbedaan temperature lingkungan

2
BAB II

DASAR TEORI

Respirasi secara sederhana didefinisikan sebagai proses pertukaran gas berupa


oksigen dan karbondioksida antara jaringan tubuh hewan dengan lingkungan tempat
hidupnya. Proses respirasi tersebut dikenal dengan proses bernafas atau respirasi
eksternal. Pada dasarnya peristiwa respirasi melibatkan mekanisme produksi energi
(ATP) yang merupakan manifestasi proses yang terjadi pada level intraseluler
(sitoplasama dan mitokondria) atau lebih dikenal dengan respirasi seluler. Tujuan utama
dari respirasi adalah untuk menghasilkan energi (ATP) dan menetralisir senyawa buangan
hasil metabolisme berupa karbondioksida dari dalam tubuh.
Proses respirasi sangat erat kaitannya dengan dinamika perubahan kuantitas gas
oksigen yang dikonsumsi oleh tubuh dan karbondioksida yang dikeluarkan. Oleh sebab
itu salah satu cara untuk menaksir laju respirasi dapat dilakukan dengan menghitung
jumlah oksigen yang dikonsumsi per satuan waktu. Dan karena faktor massa jaringan
sangat menentukan level oksigen yang dikonsumsi maka laju respirasi lebih tepat diukur
dalam satuan volume oksigen yang dikonsumsi per waktu per berat badan. Laju respirasi
sangat bervariasi pada hewan dan dipengaruhi oleh berbagai faktor internal seperti
aktivitas, usia, jenis kelamin, dan status kesehatan serta faktor-faktor eksternal seperti
temperatur, kadar oksigen dan keberadaan gas-gas lainnya di lingkungan. Umumnya
hewan-hewan invertebrata memiliki efisiensi respirasi yang lebih tinggi daripada hewan
vertebrata.Laju respirasi dapat dihitung dengan rumus sbb:
Laju respirasi = Besar perubahan skala manometer (ml)/ berat badan/ satuan waktu

Keterangan:

Satuan laju respirasi = ml/g/menit

Satuan waktu total = lama waktu yang digunakan untuk mengamati

3
BAB III

Metode Penelitian

3.1 Jenis penelitian

Pada praktikum ini kami menggunakan jenis penelitian kuantitatif, karena


kita melakukan melakukan pengamatan pada serangga, yaitu jangkrik. Dengan
menggunakan metode kuantitatif peneliti dapat memahami kualitas sebuah
fenomena yang dapat digunakan nantinya untuk perbandingan.

3.2 Bahan dan Alat

1) Respirometer lengkap dengan perangkatnya

2) Timbangan

3) Kantung plastik

4) Beaker glass

5) Thermometer

6) Jarum suntik

7) Kapas

8) Vaselin

9) Eosin

10) KOH 4 %

11) Hewan Coba (Serangga)

3.3 Variabel Penelitian

3.3.1. Variabel Bebas:

Jenis hewan yang digunakan pada penelitian kali ini adalah serangga

(Jangrik). Suhu penyimpanan yaitu suhu normal ruangan Lab intergritas


Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (25°C).

4
3.3.2. Variabel Terikat:

Variabel yang diukur meliputi berat badan hewan yang diteliti yaitu
serangga (Jangkrik), suhu ruangan yaitu normal (25°C), skala
manometer awal dan skala manometer Akhir, Besar perubahan
skala dan laju respirasi.

3.4 Desain Percobaan

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dilakukan


didalam ruangan laboratorium Intergrasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya.

Kami melakukan penelitian ini untuk menentukan laju respirasi. Ada beberapa
faktor yang digunakan dalam penelitian ini, faktor pertama yaitu menentukan
berat badan hewan yang akan diteliti yaitu serangga (Jangkrik), faktor yang
kedua yaitu suhu penyimpanan serangga yang akan diteliti. Dengan demikian,
didalam penelitian ini kita menghitung laju respirasinya :
a. Skala manometer Awal dan Akhir

b. Besar perubahan skala

c. Laju respirasi (ml/g bb/menit)

3.5 Langkah Kerja

1) Menimbang hewan coba terlebih dahulu dengan neraca digital dan catat
beratnya
2) Menyusun respirometer sebagai mana mestinya dengan menginjeksikan
eosin pada pipa respirometer dan usahakan tidak ada gelembung udara
3) Masukkan kapas yang telah dibasahi 5-10 tetes KOH 4% pada dasar
tabung respirometer dan kemudian masukkan kapas kering di atasnya
4) Masukkan hewan coba ke dalam tabung tersebut secara hati-hati

5) Isolasi sistem dengan mengoleskan vaselin setebal mungkin di seluruh


bagian yang memungkinkan menjadi tempat udara keluar sehingga tidak
terjadi kebocoran gas dari dalam tabung

5
6) Letakkan perangkat percobaan pada posisi yang ideal dan tandai posisi
eosin awal pada pipa skala respirometer. Biarkan selama 10 menit lalu
hitung perubahan skala yang ditunjukkan oleh eosin pada manometer. Jika
dalam 10 menit belum terjadi perubahan posisi eosin, lanjutkan sampai
2030 menit
7) Untuk memvariasikan faktor suhu, letakkan tabung percobaan di dalam
gelas berisi air es atau air panas (opsional, hanya jika waktu cukup untuk
melakukan perlakuan suhu berbeda ini)
8) Laju respirasi dapat dihitung dengan rumus sbb:

{Laju respirasi = Besar perubahan skala manometer (ml)/ berat badan/


satuan waktu}
Satuan laju respirasi = ml/g/menit

Satuan waktu total = lama waktu yang digunakan untuk mengamati (10-20
menit, tergantung lama pengamatan yang anda lakukan)

Catat data dan sajikan dalam grafik hubungan laju respirasi per
masingmasing spesies terhadap suhu yang bervariasi (suhu perlakuan).
Interpretasikan data secara ringkas.

6
BAB IV
Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil Pengamatan


a. Tabel Hasil Pengamatan

Tabel Hasil Pengamatan Laju Respirasi

No. Hewan/ Individu Skala Besar Laju respirasi


manometer perubahan (ml/g bb/ menit)
Akhir skala
Awal
1. Jangkrik Normal 0 ml 0,20 ml 0,20 0,0013
2. Jangkrik Dingin 0 ml 0,64 ml 0,64 0,0042
3. Jangkrik Panas 0 ml 0,76 ml 0,76 0,00506

b. Grafik Hubungan Laju Respirasi Hewan dan Suhu


Laju Respirasi
0,006

0,005

0,004

0,003

0,002

0,001

0
Dingin Normal Panas
Suhu ( oC)
0,50C 250C 480C

4.2 Analisis Data dan Pembahasan

a. Hasil Analisis Data

7
Berdasarkan data diatas, pengukuran laju respirasi serangga yaitu jangkrik
dibedakan 3 suhu yang berbeda. Suhu dingin sebesar 0,5 0C dan suhu normal sebesar
250C sedangkan suhu panas sebesar 480C. Suhu dingin menunjukkan hasil laju
respirasi sebesar 0,0042 sedangkan suhu normal menunjukkan hasil laju respirasi
sebesar 0,0013 dan suhu panas menunjukkan hasil laju respirasi sebesar 0,00506.
Dari hasil tersebut dapat diketahui suhu dapat mempengaruhi perbedaan laju
respirasi. Perhitungan laju respirasi diperoleh dengan menghitung perubahan skala
manometer awal ke akhir dibagi dengan berat badan jangkrik dan waktu yang
digunakan selama 10 detik.

b. Pembahasan
Hasil pengamatan pada praktikum laju respirasi serangga (jangkrik) pada suhu
lingkungan yang berbeda diperoleh, hasil kecepatan respirasi pada suhu lingkungan
dingin yaitu 0,50C dengan laju respirasinya 0,0042 ml/g/menit, suhu normal
menggunakan suhu ruangan sebesar 250C dengan laju respirasinya 0,0013 ml/g/menit
sedangkan pada suhu panas sebesar 480C dengan laju respirasinya 0,00506 ml/g/menit.
Berdasarkan data tersebut maka, kecepatan laju respirasi lebih lambat pada lingkungan
bersuhu normal dan kecepatan lebih cepat pada lingkungan yang bersuhu panas.
Sehingga hasil praktikum yang diperoleh kelompok kami kurang tepat karena tidak
sesuai dengan teori. Jika sesuai dengan teori seharusnya semakin tinggi suhu lingkungan
akan semakin tinggi juga laju respirasinya sebaliknya jika semakin rendah suhu
lingkungan akan semakin rendah juga laju respirasinya. Selain itu, terdapat beberapa
kesalahan dalam melakukan praktikum seperti kurangnya pemberian vaselin, Kristal
KOH atau bahkan karena kesalahan dalam melakukan langkah-langkah praktikum.

Perbedaan suhu akan sangat mempengaruhi laju respirasi, jika sesuai dengan teori
seharusnya urutan laju respirasinya dari terendah hingga tertinggi sehingga urutan suhu
lingkungan dari suhu dingin sebesar 0,50C, suhu normal sebesar 250C, dan suhu panas
sebesar 480C. Jika dibuat grafik akan membentuk garis lurus miring dari kiri bawah ke
kanan atas. Hal ini dapat disimpulkan hasilnya yaitu pengaruh suhu, berat, dan ukuran
tubuh jangkrik dapat mempengaruhi laju respirasi dimana umumnya laju respirasi akan
meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 100C namun tergantung pada
masingmasing hewan. Jika dikaitkan dengan berat badan, semakin berat tubuh jangkrik

8
maka semakin banyak pula energi yang dibutuhkan. Ketika asupan energi dalam tubuh
semakin banyak maka oksigen (O2) yang dibutuhkan akan semakin banyak juga. Hal ini
karena adanya keterkaitan antara energi yang dikeluarkan dengan oksigen yang
digunakan. Jika energi yang dibutuhkan semakin banyak maka oksigen dan zat makanan
yang masuk ke dalam tubuh hewan juga banyak, dan laju respirasi secara otomatis juga
akan meningkat. Dengan demikian, Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi
diantaranya berat tubuh, ukuran tubuh, kadar O2, aktivitas, dan suhu lingkungan.
Grafik Hubungan Laju Respirasi Hewan dan Suhu Yang Benar

Laju
0,006 Respirasi

0,005

0,004

0,003

0,002

0,001

c. 0,50C
Dingin
250C
Normal
480C
Panas Suhu (oC)

4.3 Diskusi

1. Apa fungsi eosin?

Jawaban:
Eosin merupakan cairan berwarna merah yang biasanya dipakai untuk
eksperimen biologi. Eosin dapat digunakan untuk mengetahui kecepatan laju O 2
atau sebagai indikator O2 yang dihirup serangga pada respirometer. Fungsi eosin
adalah sebagai indikator oksigen yang dihirup oleh jangkrik pada respirometer.

9
Saat jangkrik menghirup oksigen maka terjadi penurunan tekanan gas dalam
respirometer sehingga eosin bergerak masuk ke arah respirometer.

2. Apa fungsi Kristal KOH/NaOH?


Jawaban:
KOH (kalium hidroksida atau potassium hydroxide) adalah salah satu basa kuat
memiliki bentuk padatan kristal. Fungsi dari Kristal KOH/NaOH pada
percobaan yaitu sebagai pengikat CO2 agar tekanan dalam respirometer
menurun. Jika tidak diikat maka tekanan parsial gas dalam respirometer akan
tetap dan eosin tidak bisa bergerak. Akibatnya volume oksigen yang dihirup
serangga tidak bisa diukur. Kristal KOH/NaOH dapat mengikat CO 2 karena
bersifat higroskopis. Reaksi antara KOH dengan CO2, sebagai berikut:
KOH + CO2 → KHCO3
KHCO3 + KOH → K2CO3 + H2O

3. Dari percobaan tersebut, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi respirasi


serangga?
Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi diantaranya:

a) Berat tubuh: Semakin berat tubuh jangkrik, maka semakin banyak oksigen yang
dibutuhkan dan semakin cepat proses respirasinya.
b) Ukuran tubuh: Semakin besar ukuran tubuh jangkrik maka keperluan oksigen
makin banyak.
c) Kadar O2: bila kadar oksigen jangkrik rendah maka frekuensi respirasinya akan
meningkat sebagai kompensasi untuk meningkatkan pengambilan oksigen.
d) Aktivitas: Semakin tinggi aktivitas jangkrik, maka semakin banyak kebutuhan
energinya, sehingga pernafasannya akan semakin cepat.
e) Suhu: Semakin tinggi suhu, maka akan semakin tinggi laju respirasi jangkrik.

10
BAB V
KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terjadi perbedaan laju
respirasi pada spesies hewan dalam hal ini yaitu jangkrik dengan hasil suhu panas
mencapai 48 °C dengan laju respirasi 0,005, suhu dingin dengan suhu 0,005 °C mencapai
laju respirasi 0,0042 dan dengan suhu normal yaitu 25 °C mencapai laju respirasi 0,0013.

11
Daftar pustaka

Anonym, 1999. Canadian Council of Ministers of the Environment. 1999. Canadian water quality
guidelines for the protection of aquatic life: Salinity (marine). In: Canadian
environmental quality guidelines, 1999, Canadian Council of Ministers of the
Environment, Winnipeg.
Bruijs M.C.M, Kelleher B., Van Der Velde G., de Vaate A.B., 2001. Oxygen consumption, temperature
and salinity tolerance of the invasive amphipod

12
Lampiran

13

Anda mungkin juga menyukai