Anda di halaman 1dari 7

TUGAS BIOLOGI

Melakukan Percobaan Persilangan Dihibrid


D

OLEH:

NAMA KELOMPOK: NANDA ANASTASIA SITORESMI

NABILA

SUCI RAHMA RIVA

VALENDA PRATIWI

KELAS : XII IPA 3

Guru Pembimbing: Dra.Najad

SMA NEGERI 1 TALANG KELAPA

TAHUN AJARAN 2019/2020


BAB 1

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Orang yang pertama kali mengemukakan tentang siitem pewrisan sifat adalah Mendel. Mendel
juga melakukan berbagai macam percobaan untuk memperkuat teori yang di cetuskannya.
Dalam Anonim (2010) menyatakan Teori pertama tentang sistem pewarisan yang dapat diterima
kebenarannya dikemukakan oleh Gregor Mendel pada tahun 1865. Teori ini diajukan
berdasarkan penelitian persilangan berbagai varietas kacang kapri (Pisum sativum).

Persilangan dihibrid adalah persilangan antara dua individu sejenis yang melibatkan dua sifat
beda, misalnya persilangan antara tanaman ercis berbiji bulat dan berwarna hijau dengan
tanaman ercis berbiji kisut dan berwarna cokelat atau padi berumur pendek dan berbulir sedikit
dengan padi berumur panjang dan berbulir banyak (Anonim,2012 a).

Persilangan dihibrid adalah persilangan yang menunjang hukum mendel II. Persilangan dihibrida
merupakan perkawinan dua individu dengan dua tanda beda. Persilangan ini dapat
membuktikan kebenaran Hukum Mendel II yaitu bahwa gen-gen yang terletak pada kromosom
yang berlainan akan bersegregasi secara bebas dan dihasilkan empat macam fenotip dengan
perbandingan 9 : 3 : 3 : 1 (Anonim, 2011).

Hukum II Mendel (Hukum Perpaduan Bebas)

Berdasarkan data F2 dihibrid, Mendel menyusun Hukum Perpaduan Bebas yang berisi bahwa
“Segregasi suatu pasangan gen tidak bergantung kepada segregasi pasangan gen lainnya,
sehingga di dalam gamet-gamet yang terbentuk akan terjadi pemilihan kombinasi gen-gen
secara bebas”.. Dari F1 bergenotipe AaBb dalam proses pembentukan gamet alel A dapat bebas
berpadu dengan B atau b, juga a bebas memilih B atau b. Akibat perpaduan bebas ini maka
setiap jenis gamet yang terbentuk, yaitu AB, Ab, aB, dan ab akan mempunyai frekuensi yang
sama. Dalam kasus dihibrid akan mempunyai frekuensi masing-masing 0,25. Akibat perpaduan
bebas dari alel-alel dalam pembentukan gamet, dan penggabungan bebas gametgamet dalam
perkawinan maka dalam kasus alel dominan-resesif, F2 akan mempunyai fenotipe dengan
perbandingan 9:3:3:1. Untuk membuktikan Hukum Perpaduan Bebas dilakukan uji silang
dihibrid dengan menyilangkan F1 terhadap tetua resesif. Terbukti kebenaran Hukum ini dengan
munculnya turunan uji silang dengan perbandingan 1:1:1:1 untuk fenotipe yang
menggambarkan gamet AB, Ab, aB, dan ab (Campbell, 2002).
Prinsip-prinsip hereditas atau persilangan ini ditulis oleh seorang pendeta bernama Gregor
Johann Mendel pada tahun 1865. Mendel juga meneliti persilangan dihibrid pada kacang kapri.
Mendel menyilangkan kacang kapri berbiji bulat dan berwarna kuning dengan tanaman kacang
kapri berbiji kisut dan berwarna hijau. Ternyata semua F1, nya berbiji bulat dan berwarna
kuning. Berarti biji bulat dan warna kuning merupakan sifat dominan. Selanjutnya. semua
tanaman F, dibiarkan menyerbuk sendiri. Ternyata pada F2 dihasilkan 315 tanaman berbiji bulat
dan berwarna kuning. 108 tanaman berbiji bulat dan berwarna hijau. 106 tanaman berbiji kisut
dan berwarna kuning, serta 32 tanaman berbiji kisut dan berwarna hijau. Hasil penelitiannya
mengehasilkan hukum Mendel II atau hukum asortasi atau hukum pengelompokan gen secara
bebas. Hukum ini menyatakan bahwa gen-gen dari kedua induk akan mengumpul dalam zigot,
tetapi kemudian akan memisah lagi ke dalam gamet-gamet secara bebas (Suryo, 2008).

Mekanisme Persilangan Dihibrid

Pada persilangan dihibrid dibentuk empat gamet yang secara genetik berbeda dengan frekuensi
yang kira-kira sama karena orientasi secara acak dari pasangan kromosom nonhomolog pada
piringan metafase meiosis pertama. Bila dua dihibrida disilangkan, akan dihasilkan 4 macam
gamet dalam frekuensi yang sama baik pada jantan maupun betina. Suatu papan-periksa
genetik 4 x 4 dapat digunakan untuk memperlihatkan ke-16 gamet yang dimungkinkan. Rasio
fenotipe klasik yang dihasilkan dari perkawinan genotipe dihibrida adalah 9:3:3:1. Rasio ini
diperoleh bila alel-alel pada kedua lokus memperlihatkan hubungan dominan dan resesif
(anonim, 2012 a).

Tujuan Percobaan:

 Melakukan simulasi percobaan dihibrid


 Memahami konsep persilangan Dihibrid
 Membuktikan perbandingan genotip dan fenotip berdasarkan hokum mendel pada
perkawinan dihibrid

BAB II

LANGKAH KERJA BESERTA TABEL PENGAMATAN


Alat dan Bahan:

1. Kancing genetika 4 warna ( merah, putih, hijau, dan kuning), masing-masing warna
berjumlah 50 buah ( kancing menonjol 25 buah dan kancing melekuk 25 buah).
2. Peralatan tulis.

Langkah Kerja:

1. Sepakati terlebih dahulu untuk jenis gametnya ( kancing menonjol = gamet jantan,
kancing melekuk = gamet betina).
2. Pisahkan 25 buah kancing dari setiap warna, 25 buah yang menonjol dan 25 Buah yang
melekuk.
3. Campurkan 25 kancing yang menonjol bewarna merah (M) dan putih (m) juga 25 kancing
yang melekuk berwarna merah (M) dan putih (m). Kemudian, pasangkan secara acak.
(Anggap sebagai kelompok A).
4. Lakukam hal yang sama untuk kancing berwarna hijau (H) dan Kuning (h). Anggap sebagi
kelompok B.
5. Pertemukan setiap pasang kancing dari kelompok A Dan B sampai habis.
6. Masukkan hasilnya pada tabel pengamatan berikut ini.

Tabel pengamatan

Sperma Ovum Turus Jumlah


MM HH II IIIII II 2 5 2
MM Hh IIII III IIIII 4 3 5
MM hh IIII IIII II 4 4 2
Mm HH IIIIIIII IIIII IIIIIIIII 8 5 9
Mm Hh IIIIIIIIIIIIIIIII IIIIIIIIIIIIIIIIIII IIIIIIIIIIIIIIII 17 19 16

Mm hh IIIII IIII IIIIIII 5 4 7

mm HH II II I 2 2 1

mm Hh IIIIII IIII IIIII 6 4 5

mm hh II IIII III 2 4 3
BAB III

PEMBAHASAAN

Pertanyaan:
1. Berdasarkan tabel pengamatan, hitunglah perbandingan getonotipe antara MMHH : MmHh :
MMhh : MmHH : MmHh : Mmhh : mmHH : MmHh : mmhh !

Jawaban:

Percobaan Pertama
MMHH : MmHh : MMhh : MmHH : MmHh : Mmhh : mmHH : MmHh : mmhh

2 : 4 : 4 : 8 : 17 : 5 : 2 : 6 : 2

Percobaan Kedua
MMHH : MmHh : MMhh : MmHH : MmHh : Mmhh : mmHH : MmHh : mmhh

5 : 3 : 4 : 5 : 19 : 4 : 2 : 4 : 4

Percobaan Ketiga
MMHH : MmHh : MMhh : MmHH : MmHh : Mmhh : mmHH : MmHh : mmhh

2 : 5 : 2 : 9 : 16 : 7 : 1 : 5 : 3

2. Apakah perbandingan MMHH : MmHh : MMhh : MmHH : MmHh : Mmhh : mmHH : MmHh :
mmhh = 1 : 2 : 1 : 2 : 4 : 2 : 1 : 2 : 1 ? Jika iya, mengapa hal itu bisa terjadi? Jelaskan!

Jawaban:

Perbandingan yang diamati hampir sama dengan MMHH : MmHh : MMhh : MmHH : MmHh :
Mmhh : mmHH : MmHh : mmhh = 1 : 2 : 1 : 2 : 4 : 2 : 1 : 2 : 1 karena hubungannya berkaitan
erat dengan hukum mendel II.

BAB IV

KESIMPULAN
Menurut Crowder (1990: 43). Hukum Mendel II yaitu pengelompokan gen secara bebas berlaku
ketika pembuatan gamet. Dimana gen sealel secara
bebas pergi ke masing – masing kutub meiosis.
Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid atau
polihibrid, yaitu persilangan dari dua individu yang
memiliki dua atau lebih karakter yang berdeba.
Hukum ini juga disebut hukum Asortasi. Hibrid
adalah turunan dari suatu persilangan antara dua
individu yang secara genetik berbeda. Persilangan
dihibrid yaitu persilangan dengan dua sifat beda
sangat berhubungan dengan hukum Mendel II yang
berbunyi “Independent assortment of genes”. Atau pengelompokan gen secara bebas. Arti
hibrid semacam itu juga dikemukakan oleh Gardner Ratio. Fenotipe klasik yang dihasilkan dari
perkawinan dihibrida adalah 9 : 3 : 3 : 1, ratio ini diperoleh oleh alel – alel pada kedua lokus
memperlihatkan hubungan dominan dan resesif.

Dari praktikum persilangan dihibrid yang kami lakukan, kami mendapatkan hasil yang berkitan
dengan Crowder (1990) yaitu persilangan dua sifat berbeda dari induk yang beda pula.
Menghasilkan keturunan yang memiliki dua sifat beda dari induknya. Pada Crowder, secara
umum fenotipe yang didapat adalah 9 : 3 : 3 : 1. Namun, yang kami lakukan menggunakan 25
kancing warna yang berbeda, dan kami mendapatkan perbandingan fenotipe 2 : 4 : 4 : 8 : 17 : 5
: 2 : 6 : 2, dan perbandingan-perbandingan lainnya.

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai