Anda di halaman 1dari 12

Sejarah Penemuan Fotosintesis

Sejarah Penemuan Fotosintesis Dalam sejarah, beberapa ahli telah melakukan penelitian yang
berkaitan dengan fotosintesis, antara lain Engelmann, Hill, Ingenhousz, Sachs, dan
Blackman.

a. Ingenhousz

Pada tahun 1770, Joseph Priestley seorang ahli kimia Inggris memperlihatkan bahwa
tumbuhan mengeluarkan suatu gas yang dibutuhkan dalam pembakaran. Dia
mendemonstrasikan hal ini dengan cara membakar lilin dalam suatu wadah tertutup sampai
api mati. Lalu ia menyimpan setangkai tumbuhan mint dalam ruang tertutup itu dan dapat
mempertahankan nyala api sampai beberapa hari. Meskipun Priestley tidak tahu jenis gas apa
yang dikeluarkan tumbuhan, tetapi apa yang dilakukannya memperlihatkan bahwa tumbuhan
menghasilkan oksigen ke udara. Pada tahun 1799, seorang dokter berkebangsaan Inggris
bernama Jan Ingenhousz berhasil membuktikan bahwa proses fotosintesis menghasilkan
oksigen (O2). la melakukan percobaan dengan tumbuhan air Hydrilla verticillata di bawah
corong kaca bening terbalik yang dimasukkan ke dalam gelas kimia berisi air. Jika Hydrilla
verticillata terkena cahaya matahari, maka akan timbul gelembung-gelembung gas yang
akhirnya mengumpul di dasar tabung reaksi. Ternyata gas tersebut adalah oksigen. Beliau
juga membuktikan bahwa cahaya berperan penting dalam proses fotosintesis dan hanya
tumbuhan hijau yang dapat melepaskan oksigen.

b. Engelmann

Pada tahun 1822 Engelmann berhasil membuktikan bahwa klorofil merupakan faktor yang
harus ada dalam proses fotosintesis. la melakukan percobaan dengan ganggang hijau
Spirogyra yang kloroplasnya berbentuk pita melingkar seperti spiral. Dalam percobaan
tersebut ia mengamati bahwa hanya kloroplas yang terkena cahaya mataharilah yang
mengeluarkan oksigen. Hal itu terbukti dari banyaknya bakteri aerob yang bergerombol di
sekitar kloroplas yang terkena cahaya matahari.

c. Sachs

Pada tahun 1860, seorang ahli botani Jerman bernama Julius von Sachs berhasil
membuktikan bahwa proses fotosintesis menghasilkan amilum (zat tepung). Adanya zat
tepung ini dapat dibuktikan dengan uji yodium, sehingga percobaan Sachs ini juga disebut uji
yodium.

d. Hill

Theodore de Smussure, seorang ahli kimia dan fisiologi tumbuhan dari Swiss menunjukkan
bahwa air diperlukan dalam proses fotosintesis. Temuan ini diteliti lebih lanjut sehingga pada
tahun 1937 seorang dokter berkebangsaan Inggris bernama Robin Hill berhasil membuktikan
bahwa cahaya matahari diperlukan untuk memecah air (H2O) menjadi hydrogen (H) dan
oksigen (O2). Pemecahan ini disebut fotolisis.

e. Blackman

Pada tahun 1905 Blackman membuktikan bahwa perubahan karbon dioksida (CO2) menjadi
glukosa (C6H12O6) berlangsung tanpa bantuan cahaya matahari. Peristiwa ini sering disebut
sebagai reduksi karbon dioksida. Dengan demikian dalam fotosintesis ada dua macam reaksi,
yaitu reaksi terang dan reaksi gelap. Yang merupakan reaksi terang (reaksi Hill) adalah
fotolisis, yang merupakan reaksi gelap (reaksi Blackman) adalah reduksi karbon dioksida.
Gabungan antara reaksi terang dan reaksi gelap itulah yang kita kenal sekarang sebagai reaksi
fotosintesis. Pada tahun 1940 Melvin Calvin dan timnya berhasil menemukan urutan
reaksi/proses yang berlangsung pada reaksi gelap. Rangkaian reaksi itu selalu berulang terus
menerus dan disebut siklus Calvin.

Organisasi dan fungsi suatu sel hidup bergantung pada persediaan energi yang tak henti-
hentinya. Sumber energi ini tersimpan dalam molekul-molekul organik seperti karbohidrat.
Untuk tujuan praktis, satu-satunya sumber molekul bahan bakar yang menjadi tempat
bergantung seluruh kehidupan adalah fotosintesis. Fotosintesis merupakan salah satu reaksi
yang tergolong ke dalam reaksi anabolisme. Fotosintesis adalah proses pembentukan bahan
makanan (glukosa) yang berbahan baku karbon dioksida dan air.

Fotosintesis hanya dapat dilakukan oleh tumbuhan dan ganggang hijau yang bersifat autotrof.
Artinya, keduanya mampu menangkap energi matahari untuk menyintesis molekul-molekul
organik kaya energi dari prekursor anorganik H2O dan CO2. Sementara itu, hewan dan
manusia tergolong heterotrof, yaitu memerlukan suplai senyawa-senyawa organik dari
lingkungan (tumbuhan) karena hewan dan manusia tidak dapat menyintesis karbohidrat.
Karena itu, hewan dan manusia sangat bergantung pada organisme autotrof.

Fotosintesis terjadi di dalam kloroplas. Kloroplas merupakan organel plastida yang


mengandung pigmen hijau daun (klorofil). Sel yang mengandung kloroplas terdapat pada
mesofil daun tanaman, yaitu sel-sel jaringan tiang (palisade) dan sel-sel jaringan bunga
karang (spons). Di dalam kloroplas terdapat klorofil pada protein integral membran tilakoid.
Klorofil dapat dibedakan menjadi klorofil a dan klorofil b. Klorofil a merupakan pigmen
hijau rumput (grass green pigment) yang mampu menyerap cahaya merah dan biru-keunguan.
Klorofil a ini sangat berperan dalam reaksi gelap fotosintesis yang akan dijelaskan pada
bagian berikutnya. Klorofil b merupakan pigmen hijau kebiruan yang mampu menyerap
cahaya biru dan merah kejinggaan. Klorofil b banyak terdapat pada tumbuhan, ganggang
hijau, dan beberapa bakteri autotrof.

Selain klorofil, di dalam kloroplas juga terdapat pigmen karotenoid, antosianin, dan fikobilin.
Karotenoid mampu menyerap cahaya biru kehijauan dan biru keunguan, dan memantulkan
cahaya merah, kuning, dan jingga. Antosianin dan fikobilin merupakan pigmen merah dan
biru. Antosianin banyak ditemukan pada bunga, sedangkan fikobilin banyak ditemukan pada
kelompok ganggang merah dan Cyanobacteria.

Reaksi fotosintesis secara ringkas berlangsung sebagai berikut.

Seorang fisiologis berkebangsaan Inggris, F. F. Blackman, mengadakan percobaan dengan


melakukan penyinaran secara terus-menerus pada tumbuhan Elodea. Ternyata, ada saat
dimana laju fotosintesis tidak meningkat sejalan dengan meningkatnya penyinaran. Akhirnya,
Blackman menarik kesimpulan bahwa paling tidak ada dua proses berlainan yang terlibat:

1. Suatu reaksi yang memerlukan cahaya

2. Reaksi yang tidak memerlukan cahaya

Yang terakhir dinamai reaksi gelap, walau dapat berlangsung terus saat keadaan terang.
Blackman berteori bahwa pada intensitas cahaya sedang, reaksi terang membatasi atau
melajukan seluruh proses. Dengan kata lain, pada intensitas ini reaksi gelap mampu
menangani semua substansi intermediat yang dihasilkan reaksi cahaya. Akan tetapi, dengan
meningkatnya intensitas cahaya pada akhirnya akan tercapai suatu titik dimana reaksi gelap
berlangsung pada kapasitas maksimum.

Teori ini diperkuat dengan mengulangi percobaan pada temperatur yang agak lebih tinggi.
Seperti diketahui, kebanyakan reaksi kimia berjalan lebih cepat pada suhu lebih tinggi
(sampai suhu tertentu). Pada suhu 35C, laju fotosintesis tidak menurun sampai ada intensitas
cahaya yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa reaksi gelap kini berjalan lebih cepat.
Faktor bahwa pada intensitas cahaya yang rendah laju fotosintesis itu tidak lebih besar pada
35C dibandingkan pada 20C juga menunjang gagasan bahwa yang menjadi pembatas pada
proses ini adalah reaksi terang. Reaksi terang ini tidak tergantung pada suhu, tetapi hanya
tergantung pada intensitas penyinaran. Laju fotosintesis yang meningkat dengan naiknya
suhu tidak terjadi jika suplai CO2 terbatas. Jadi, konsentrasi CO2 harus ditambahkan sebagai
faktor ketiga yang mengatur laju fotosintesis itu berlangsung.
C. Sejarah Penemuan Fotosintesis
Dalam sejarah, beberapa ahli telah melakukan penelitian yang berkaitan dengan fotosintesis,
antara lain Ingenhousz, Engelmann, Sachs, Hill, dan Blackman.

a. Ingenhousz
Pada tahun 1770, Joseph Priestley seorang ahli kimia Inggris memperlihatkan bahwa
tumbuhan mengeluarkan suatu gas yang dibutuhkan dalam pembakaran. Dia
mendemonstrasikan hal ini
dengan cara membakar lilin dalam suatu wadah tertutup sampai api mati. Lalu ia menyimpan
setangkai tumbuhan mint dalam ruang tertutup itu dan dapat mempertahankan nyala api
sampai beberapa hari. Meskipun Priestley tidak tahu jenis gas apa yang dikeluarkan
tumbuhan, tetapi apa yang dilakukannya memperlihatkan bahwa tumbuhan menghasilkan
oksigen ke udara. Pada tahun 1799, seorang dokter berkebangsaan Inggris bernama Jan
Ingenhousz berhasil membuktikan bahwa proses fotosintesis menghasilkan oksigen (O2). la
melakukan percobaan dengan tumbuhan air Hydrilla verticillata di bawah corong kaca bening
terbalik yang dimasukkan ke dalam gelas kimia berisi air. Jika Hydrilla verticillata terkena
cahaya matahari, maka akan timbul gelembung-gelembung gas yang akhirnya mengumpul
di dasar tabung reaksi. Ternyata gas tersebut adalah oksigen. Beliau juga membuktikan
bahwa cahaya berperan penting dalam proses fotosintesis dan hanya tumbuhan hijau yang
dapat melepaskan oksigen.

b. Engelmann
Pada tahun 1822 Engelmann berhasil membuktikan bahwa klorofil merupakan faktor yang
harus ada dalam proses fotosintesis. la melakukan percobaan dengan ganggang hijau
Spirogyra yang kloroplasnya berbentuk pita melingkar seperti spiral. Dalam percobaan
tersebut ia mengamati bahwa hanya kloroplas yang terkena cahaya mataharilah yang
mengeluarkan oksigen. Hal itu terbukti dari banyaknya bakteri aerob yang bergerombol di
sekitar kloroplas yang terkena cahaya matahari.

c. Sachs
Pada tahun 1860, seorang ahli botani Jerman bernama Julius von Sachs berhasil
membuktikan bahwa proses fotosintesis menghasilkan amilum (zat tepung). Adanya zat
tepung ini dapat dibuktikan dengan uji yodium, sehingga percobaan Sachs ini juga disebut uji
yodium.
Sejarah penemuan
Meskipun masih ada langkah-langkah dalam fotosintesis yang belum dipahami, persamaan
umum fotosintesis telah diketahui sejak tahun 1800-an.[11]

Pada awal tahun 1600-an, seorang dokter dan ahli kimia, Jan van Helmont, seorang Flandria
(sekarang bagian dari Belgia), melakukan percobaan untuk mengetahui faktor apa yang
menyebabkan massa tumbuhan bertambah dari waktu ke waktu.[11]

Dari penelitiannya, Helmont menyimpulkan bahwa massa tumbuhan bertambah hanya karena
pemberian air.[11] Namun, pada tahun 1727, ahli botani Inggris, Stephen Hales berhipotesis
bahwa pasti ada faktor lain selain air yang berperan. Ia mengemukakan bahwa sebagian
makanan tumbuhan berasal dari atmosfer dan cahaya yang terlibat dalam proses tertentu.[11]
Pada saat itu belum diketahui bahwa udara mengandung unsur gas yang berlainan.[1]

Pada tahun 1771, Joseph Priestley, seorang ahli kimia dan pendeta berkebangsaan Inggris,
menemukan bahwa ketika ia menutupi sebuah lilin menyala dengan sebuah toples terbalik,
nyalanya akan mati sebelum lilinnya habis terbakar.[12] Ia kemudian menemukan bila ia
meletakkan tikus dalam toples terbalik bersama lilin, tikus itu akan mati lemas. Dari kedua
percobaan itu, Priestley menyimpulkan bahwa nyala lilin telah "merusak" udara dalam toples
itu dan menyebabkan matinya tikus.[12] Ia kemudian menunjukkan bahwa udara yang telah
dirusak oleh lilin tersebut dapat dipulihkan oleh tumbuhan.[12] Ia juga menunjukkan
bahwa tikus dapat tetap hidup dalam toples tertutup asalkan di dalamnya juga terdapat
tumbuhan.[12]

Pada tahun 1778, Jan Ingenhousz, dokter kerajaan Austria, mengulangi eksperimen Priestley.
[13]
Ia memperlihatkan bahwa cahaya Matahari berpengaruh pada tumbuhan sehingga dapat
"memulihkan" udara yang "rusak".[14] Ia juga menemukan bahwa tumbuhan juga 'mengotori
udara' pada keadaan gelap sehingga ia lalu menyarankan agar tumbuhan dikeluarkan dari
rumah pada malam hari untuk mencegah kemungkinan meracuni penghuninya.[14]

Akhirnya pada tahun 1782, Jean Senebier, seorang pastor Perancis, menunjukkan bahwa
udara yang "dipulihkan" dan "merusak" itu adalah karbon dioksida yang diserap oleh
tumbuhan dalam fotosintesis.[1] Tidak lama kemudian, Theodore de Saussure berhasil
menunjukkan hubungan antara hipotesis Stephen Hale dengan percobaan-percobaan
"pemulihan" udara.[1] Ia menemukan bahwa peningkatan massa tumbuhan bukan hanya
karena penyerapan karbon dioksida, tetapi juga oleh pemberian air.[1] Melalui serangkaian
eksperimen inilah akhirnya para ahli berhasil menggambarkan persamaan umum dari
fotosintesis yang menghasilkan makanan (seperti glukosa).

Cornelis Van Niel menghasilkan penemuan penting yang menjelaskan proses kimia
fotosintesis. Dengan mempelajari bakteri sulfur ungu dan bakteri hijau, dia menjadi ilmuwan
pertama yang menunukkan bahwa fotosintesis merupakan reaksi redoks yang bergantung
pada cahaya, yang mana hidrogen mengurangi karbondioksida.
Robert Emerson menemukan dua reaksi cahaya dengan menguji produktivitas Tumbuhan
menggunakan cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda. Dengan hanya cahaya
merah, reaksi cahayanya dapat ditekan. Ketika cahaya biru dan merah digabungkan, hasilnya
menjadi lebih banyak. Dengan demikian, ada dua protosistem, yang satu menyerap sampai
panjang gelombang 600 nm, yang lainnya sampai 700 nm. Yang pertama dikenal sebagai
PSII, yang kedua PSI. PSI hanya mengandung klorofil a, PAII mengandung terutama klorofil
a dan klorofil b, di antara pigmen lainnya. Ini meliputi fikobilin, yang merupakan pigmen
merah dan biru pada alga merah dan biru, serta fukoksantol untuk alga coklat dan diatom.
Proses ini paling produktif ketika penyerapan kuantanya seimbang untuk PSII dan PSI,
menjamin bahwa masukan energi dari kompleks antena terbagi antara sistem PSI dan PSII,
yang pada gilirannya menggerakan fotosintesis.[6]

Robert Hill berpikir bahwa suatu kompleks reaksi terdiri atas perantara ke kitokrom b6 (kini
plastokinon), yang lainnya dari kitokrom f ke satu tahap dalam mekanisme penghasilan
karbohidrat. Semua itu dihubungkan oleh plastokinon, yang memerlukan energi untuk
mengurangi kitokrom f karena itu merupakan reduktan yang baik.

Percobaan lebih lanjut yang membuktikan bahwa oksigen berkembang pada fotosintesis
Tumbuhan hijau dilakukan oleh Hill pada tahun 1937 dan 1939. Dia menunjukkan bahwa
kloroplas terisolasi melepaskan oksigen ketika memperleh agen pengurang tak alami seperti
besi oksalat, ferisianida atau benzokinon setelah sebelumnya diterangi oleh cahaya. Reaksi
Hill adalah sebagai berikut:

6 H2O + 6 CO2 + (cahaya, kloroplas) C6H12O6 + 6O2

yang mana A adalah penerima elektron. Dengan demikian, dalam penerangan, penerima
elektron terkurangi dan oksigen berkembang.

Samuel Ruben dan Martin Kamen menggunakan isotop radioaktif untuk menunjukkan bahwa
oksigen yang dilepaskan dalam fotosintesis berasal dari air.

Melvin Calvin dan Andrew Benson, bersama dengan James Bassham, menjelaskan jalur
asimilasi karbon (siklus reduksi karbon fotosintesis) pada Tumbuhan. Siklus reduksi karbon
kini dikenal sebagai siklus Calvin, yang mengabaikan kontribusi oleh Bassham dan Benson.
Banyak ilmuwan menyebut siklus ini sebagai Siklus Calvin-Benson, Benson-Calvin, dan
beberapa bahkan menyebutnya Siklus Calvin-Benson-Bassham (atau CBB).

Ilmuwan pemenang Hadiah Nobel, Rudolph A. Marcus, berhasil menemukan fungsi dan
manfaat dari rantai pengangkutan elektron.

Otto Heinrich Warburg dan Dean Burk menemukan reaksi fotosintesis I-kuantum yang
membagi CO2, diaktifkan oleh respirasi.[15]

Louis N.M. Duysens dan Jan Amesz menemukan bahwa klorofil a menyerap satu cahaya,
mengoksidasi kitokrom f, klorofil a (dan pigmen lainnya) akan menyerap cahaya lainnya,
namun akan mengurangi kitokrom sama yang telah teroksidasi, menunjukkan bahwa dua
reaksi cahaya itu ada dalam satu rangkaian.
INGENHOUSZ

Judul Percobaan :

Membuktikan Gas O2 Sebagai Hasil Proses Fotosintesis (Ingenhousz)

Tujuan :

Untuk membuktikan adanya gas O2 hasil fotosintesis

Landasan Teori :

Tumbuhan terutama tumbuhan tingkat tinggi, untuk memperoleh makanan


sebagai kebutuhan pokoknya agar tetap bertahan hidup, tumbuhan tersebut
harus melakukan suatu proses yang dinamakan proses sintesis karbohidrat yang
terjadi dibagian daun satu tumbuhan yang memiliki kloropil, dengan
menggunakan cahaya matahari. Cahaya matahari merupakan sumber energi
yang diperlukan tumbuhan untuk proses tersebut. Tanpa adanya cahaya
matahari tumbuhan tidak akan mampu melakukan proses fotosintesis, hal ini
disebabkan kloropil yang berada didalam daun tidak dapat menggunakan cahaya
matahari karena kloropil hanya akan berfungsi bila ada cahaya matahari
(Dwidjoseputro, 1986)

Karbohidrat merupakan senyawa karbon yang terdapat di alam sebagai


molekul yang kompleks dan besar. Karbohidrat sangat beraneka ragam
contohnya seperti sukrosa, monosakarida, dan polisakarida. Monosakarida
adalah karbohidrat yang paling sederhana. Monosakarida dapat diikat secara
bersama-sama untuk membentuk dimer, trimer dan lain-lain. Dimer merupakan
gabungan antara dua monosakarida dan trimer terdiri dari tiga monosakarida
(Kimball, 2002).

Fotosintesis berasal dari kata foton yang berarti cahaya dan sintesis yang
berarti penyusunan. Jadi fotosintesis adalah proses penyusunan dari zat organic
H2O dan CO2 menjadi senyawa organik yang kompleks yang memerlukan cahaya.
Fotosintesis hanya dapat terjadi pada tumbuhan yang mempunyai klorofil, yaitu
pigmen yang berfungsi sebagai penangkap energi cahaya matahari (Kimball,
2002).

Energi foton yang digunakan untuk menggerakkan elektron melawanan


gradient panas di dalam fotosistem I dari sebuah agen dengan tenaga reduksi
kuat, yang secara termodinamis mampu mereduksi CO 2 di dalam fotosistem II
dari air dengan pelepasan O2, jika sebuah molekul pigmen menyerap sebuah
foton masuk ke dalam sebuah keadaan tereksitasi, karena satu elektronnya pada
keadaan dasar pindah ke orbit (Anwar, 1984).

Orang yang pertama kali menemukan fotosintesis adalah Jan Ingenhousz.


Fotosintesis merupakan suatu proses yang penting bagi organisme di bumi,
dengan fotosintesis ini tumbuhan menyediakan bagi organisme lain baik secara
langsung maupun tidak langsung. Jan Ingenhosz melakukan percobaan dengan
memasukkan tumbuhan Hydrilla verticillata ke dalam bejana yang berisi air.
Bejana gelas itu ditutup dengan corong terbalik dan diatasnya diberi tabung
reaksi yang diisi air hingga penuh, kemudian bejana itu diletakkan di terik
matahari. Tak lama kemudian muncul gelembung udara dari tumbuhan air itu
yang menandakan adanya oksigen (Kimball, 1993).

Pada tahun 1860, Sach membuktikan bahwa fotosintesis menghasilkan


amilum. Dalam percobaannya tersebut ia mengguanakan daun segar yang
sebagian dibungkus dengan kertas timah kemudian daun tersebut direbus,
dimasukkan kedalam alkoholdan ditetesi dengan iodium. Ia menyimpulkan
bahwa warna biru kehitaman pada daun yang tidak ditutupi kertas timah
menandakan adanya amilum (Malcome, 1990).

Fotosistem ada dua macam, yaitu fotosistem I dan fotosistem II. Fotosistem
I tersusun oleh klorifil a dan klorifil b dengan perbandingan 12:1 dan tereksitasi
secara maksimum oleh cahaya pada panjang gelombang 700 nm. Pada
fotosistem II perbandingan klorofil a dan klorofil b yaitu 1:2 dan tereksitasi
secara maksimum oleh cahaya pada panjang gelombang 680 nm (Syamsuri,
2000).

Fotosintesis merupakan proses sintesis senyawa organik (glukosa) dari zat


anorganik (CO2 dan H2O) dengan bantuan energi cahaya matahari. Dalam proses ini
energi radiasi diubah menjadi energi kimia dalam bentuk ATP dan NADPH + H yang
selanjutnya akan digunakan untuk mereduksi CO2 menjadi glukosa. Maka persamaan
reaksinya dapat dituliskan : Kloropil

Alat dan Bahan :

A. Alat :

1. Gelas kimia

2. Corong kaca

3. Kawat penyanggah

4. Ember

5. Benang

6. Tabung reaksi

7. Serbet

8. Tang

B. Bahan :

1. Tumbuhan Hydrilla vertisilata (ganggeng)

2. Air

3. Lidi

4. Korek api

5. NaHCO3 (soda kue)

Cara Kerja :

1. Masukkan air ke dalam ember, penuhi airnya;

2. Siapkan gelas kimia;


3. Ikatkan 10 15 Hydrilla vertisilata (ganggeng) dengan benang;

4. Rangkai kawat menjadi empat sebagai penyanggah corong kaca;

5. Masukkan ganggeng yang telah terikat oleh benang ke dalam corong kaca,
usahakan ujung ganggeng tidak menutupi udara corong kaca;

6. Masukkan corong kaca ke dalam gelas kimia;

7. Masukkan gelas kimia itu ke dalam ember yang telah berisi air, usahakan tinggi
air menutupi permukaan corong kaca;

10

8. Isi tabung reaksi dengan air

9. Tutupkan tabung reaksi tersebut ke corong kaca;

10. Setelah menutup, angkat gelas kimia dari dalam ember;

11. Tambahkan secukupnya NaHCO3 (soda kue) ke dalam gelas kimia;

12. Letakkan gelas kimia tersebut di tempat yag terkena sinar matahari;

13. Tunggu sampai satu hari, usahakan tabung reaksi jangan di gerak-gerakkan
atau bahkan di cabut;

14. Setelah setengah hari, tambahkan kembali soda kue sedikit saja;

15. Setelah sehari, mari kita coba lakukan ingenhousz;

16. Masukkan gelas kimia ke dalam ember yang berisi air penuh;

17. Cabut perlahan tabung reaksi kemudian tutup ujungnya dengan jempol agar
hawa yang ada di dalamnya tidak keluar, tapi cabutnya di dalam air;

18. Keluarkan tabung reaksi dari dalam ember;

19. Bakar ujung lidi sedikit, dan tiup;

20. Masukkan abu lidi ke dalam tabung reaksi tersebut; dan

21. Apabila lidinya menyala lagi, itu membuktikan bahwa gas O 2 ada karena hasil
fotosintesis.
Hasil Pengamatan

Hari ke 1

Pada saat gelas kimia yang berisi Hydrilla vertisilata di simpan di tempat yang
tersinari matahari terdapat gelembung-gelembung yang muncul karena adanya
proses fotosintesis. Oleh karena itu air dalam tabung reaksi perlahan-lahan surut
karena adanya oksigen sebagai hasil proses fotosintesis. Air dalam tabung reaksi
pada hari pertama surut sampai kurang lebih 2 jam.

11

Hari ke 2

Gelas kimia yang berisi Hydrilla vertisilata ditambah dengan soda kue sebagai
penghasil CO2 agar dapat berlangsungnya fotosintesis, kemudian gelas kimia
tersebut disimpan kembali ditempat yang tersinari matahari. Setelah 4 jam
kemudian air yang surut dalam abung reaksi sudah sampai kurang lebih 10 cm.

Pengujian

Lidi yang telah dibakar oleh api yang kemudian menjadi bara dimasukkan ke
dalam tabung reaksi, hasilnya api akan menyala kembali karena adanya gas O 2
sebagai hasil dari proses fotosintesis.

Kesimpulan

Gas yang dihasilkan pada percobaan ini adalah gas O 2. Karena ketika
dimasukkan bara api pada tabung, bara api kembali menyala. Dan terbukti
bahwa pada proses fotosintesis gas yang dihasilkan adalah O 2/gas oksigen.

Evaluasi :

1. Bagaimana jika percobaan dilakukan pada air keruh?


Jawab :

Jika percobaan dilakukan pada air keruh, maka kadar O 2 yang akan dihasilkan
akan sedikit. Karena pada air keruh terdapat materi-materi lain yang akan
menyebabkan terlambatnya proses fotosintesis.

12

2. Bagaiman jika percobaan dilakukan padai air dingin

Jawab :

Jika percobaan dilakukan pada air dingin, maka proses fotosintesis tidak akan
optimal karena suhu akan mempengaruhi proses fotosintesis tersebut.

Anda mungkin juga menyukai