Anda di halaman 1dari 36

Laboratorium Kimia SMA Medhodist-3

Praktikum Ke-1 Kelas XI.IPA-4 Semester 1


Tahun Pelajaran: 2022/2023
____________________________________________________________________________
Judul : “Perubahan Materi”
Praktikan : Kelompok
Ketua : Samuel (25)
Anggota : 1) Edison Tan (3)
2) Evelyn Prakusya (7)
3) Thalia Aurelia Limberta (31)
Tanggal Pelaksanaan Praktikum : 25 Agustus 2022
Tanggal Pengumpulan Laporan : 08 September 2022
____________________________________________________________________________
I. Tujuan Percobaan: Mengamati dan mempelajari perbedaan perubahan fisika dan kimia pada materi.
II. Landasan Teori :
Segala sesuatu di alam ini tergolong materi. Pada dasarnya segala sesuatu yang memiliki massa dan menempati
ruang dapat digolongkan sebagai materi. Sebagai contoh, batu dan air tergolong suatu materi, karena keduanya
memiliki massa dan volume.
Materi dapat berwujud padat, cair, dan gas. Materi berwujud padat mempunyai bentuk tertentu, materi
berwujud cair dan gas memiliki bentuk mengikuti bentuk wadahnya. Materi berwujud padat dan cair
mempunyai volume tertentu, sedangkan gas memiliki volume yang tidak tentu, tergantung tempatnya. Materi
berwujud padat tidak dapat ditekan, materi cair sukar ditekan, tetapi gas dapat ditekan karena massa jenisnya
kecil.
a. Perubahan Fisika
Pada perubahan fisika adalah perubahan yang terjadi tidak menghasilkan zat baru. Perubahan ini hanya
menimbulkan perubahan wujud zat saja. Logam besi dipanaskan pada suhu tinggi akan membara, lunak dan
mencair. Warnanya pun berubah kemerahan dengan suhu yang sangat panas, namun bila suhunya turun, besi
akan kembali seperti semula. Pada perubahan ini, tidak menghasilkan zat baru, sehingga digolongkan
perubahan fisika.
b. Perubahan Kimia
Obat nyamuk yang dibakar akan menimbulkan bau, asap, dan abu. Abu, asap, dan bau yang terjadi merupakan
zat baru hasil pembakaran. Zat baru tersebut tidak dapat dikembalikan ke bentuk asalnya. Hal ini disebabkan
susunan materinya mengalami perubahan setelah mengalami pembakaran. Perubahan pada zat yang
menimbulkan zat yang baru disebut perubahan kimia. Besi yang berada di alam bebas lama kelamaan akan
berkarat atau mengalami korosi.
III. Alat dan Bahan :
Alat: Jumlah: Bahan: Jumlah:
1. Pembakar spiritus 1 1. Lilin 1
2. Tripot dan kasa 1 2. Belerang Secukupnya
3. Spatula baja 1 3. Gula pasir Secukupnya
4. Cawan porselen/cawan penguap 1 4. Garam dapur Secukupnya
5. Tabung reaksi + rak 1 5. H2SO4 pekat Secukupnya
6. Penjepit tabung reaksi 1 6. Aquades (air suling) 1
7. Batang pengaduk 1
8. Beaker gelas 100mL 1
9. Kawat nikrom 1
IV. Prosedur Kerja
1. Nyalakan lilin dan amati lilin yang menyala.
2. Masukkan 1 sendok sebuk belerang ke dalam tabung reaksi. Peganglah tabung reaksi dengan penjepit tabung
reaksi. Panaskan dalam nyala api. Setelah semua belerang melebur, hentikan pemanasan. Kemudian biarkan
tabung tersebut menjadi dingin dan amati apakah zat di dalam tabung sama dengan belerang semula.
3. Ambillah sedikit serbuk belerang dengan spatula baja, kemudian dipakai (tetap pada spatula baja) cium bau
gas yang terbentuk dengan cara mengibas-ngibaskan dengan tangan.
4. Panaskan kawat nikom pada nyala spiritus hingga berpijar kemudian biarkan jadi dingin.
5. Masukkan sedikit garam dapur ke dalam beaker gelas 100 mL, tambahkan air secukupnya lalu aduk untuk
melarutkan garam tersebut, kemudian tuang sebagian larutan garam tersebut ke dalam cawan penguap.
Panaskan larutan tersebut hingga airnya menguap.
6. Masukkan ½ sendok teh gula pasir ke dalam cawan penguap, tetesi dengan H 2SO4 pekat. Aduk dengan
batang pengaduk dan amati apa yang terjadi.
7 a. Masukkan sesendok gula pasir ke dalam beaker glass lalu tambahkan air dan larutkan.
b. Masukkan sesendok gula pasir ke dalam cawan penguap, setelah itu panaskan dengan hati-hati.
8. Masukkan 2 mL H2SO4 pekat ke dalam tabung reaksi, kemudian setelah perlahan-lahan tuangkan ke dalam
beaker glass yang telah berisi air melalui batang pengaduk.
9. Isilah 2 mL H2SO4 pekat ke dalam beaker glass kemudian setelah perlahan-lahan tuangkan air ke dalam
beaker glass. Amati perubahan apa yang terjadi.
V. Data Pengamatan:
No Percobaan Pengamatan
Lilin meleleh berwujud apa dan wujudnya Saat api menyalaa lilin berwujud cair. Pada saat dingin lilin akan
1.
setelah dingin memadat kembali
2. Serbuk belerang dipanaskan dalam tabung Warna belereng berubah menjadi warna jingga
3. Serbuk belerang dibakar Menghasilkan zat baru, baunya sangat pekat
4. Kawat nikrom yang dipijarkan Tidak mengalami perubahan
Pada saat garam dipanaskan menjadi larutan garam, garam berubah
5. Larutan NaCL dipanaskan
menjadi serbuk garam
6. Gula pasir ditetesi dengan H2SO4 Larutan menjadi hitam
a. Gula pasir dilarutan Menjadi larutan gula
7.
b. Gula pasir dipanaskan dalam cawan Menjadi permen karamel
8. Air + H2SO4 Larutan asam sulfat
Air yang ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, air tersebut akan
9. H2SO4 pekat + air
dapat mendidih dan bereaksi dengan keras.
VI. Pertanyaan dan Tugas:
1. Dari data percobaaan di atas !
a) Manakah yang merupakan perubahan fisika ?
b) Manakah yang merupakan perubahan kimia ?
2. Jika kita ingin membuat larutan asam sulfat, cara manakah yang lebih baik. Jelaskan !
3. Apakah proses pernafasan manusia termasuk perubahan fisika atau perubahan kimia. Tuliskan persamaan
reaksinya !
4. Tuliskan persamaan reaksi pembakaran sulfur !
Jawaban:
1. a) Percobaan ke 1, 7
b) Percobaan ke 2, 3, 6, 8, dan 9
2. Dengan cara pengenceran kar’na asam sulfat bersifat eksotermik dan asam kuat. Dan untuk pelarutannya
sebaiknya ditambahkan air ke dalam larutan H2SO4.
3. Perubahan Kimia, proses bernafas mengubah oksigen (O2) menjadi karbon dioksida (CO2)
Persamaan reaksinya: C6H12O6 + 6O2 => 6CO2 + 6H2O.
4. S(g)+O2(g)  SO3.

VII. Kesimpulan dan Saran:


Zat-zat perubahan reaksi ada yang kembali ke zat semula ada yang berubah warna bentuk maupun warna dan
ada yang berubah sedikit. Perubahan ini terjadi karena perubahan fisika maupun perubahan kimia dalam
kehidupan sehari hari.

VIII. Daftar Pusaka:


https://www.academia.edu/11762452/laporan_praktikum_kimia_dasar_perubahan_materi
Laboratorium Kimia SMA Medhodist-3
Praktikum Ke-2 Kelas XI.IPA-4 Semester 1
Tahun Pelajaran: 2022/2023
____________________________________________________________________________
Judul : “Sifat Campuran”
Praktikan : Kelompok 3:
Ketua : Samuel (25)
Anggota : 1) Edison Tan (3)
2) Evelyn Prakusya (7)
3) Thalia Aurelia Limberta (31)
Tanggal Pelaksanaan Praktikum : 08 September 2022
Tanggal Pengumpulan Laporan : 22 September 2022
____________________________________________________________________________
I. Tujuan:
 Untuk mengetahui perbedaan larutan koloid dan campuran.
 Untuk memahami sifat-sifat larutan koloid dan campuran.
 Untuk mengetahui bagaimana cara membuat larutan koloid dan campuran.

II. Teori Dasar:


1. Larutan
Dalam kimia, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih
sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solid, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-
zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan
dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan
disebut pelarutan atau solvasi.Pada suhu tertentu sampai suatu zat dapat larut dalam pelarut tertentu, tetapi
jumlahnya selalu terbatas. Batas itu disebut kelarutan. Kelarutan adalah jumlah zat terlalarutan adalah sistem yang
homogen dan mengandung lebih dari satu komponen.

Bila suatu zat terlarut yang dengan jumlah yang kecil dan masih bisa larut maka disebut larutan tak jenuh dan
ketika zat terlarut tidak bisa lagi terlarut dalam pelarutnya maka kondisi larutan tersebut disebut larutan jenuh
yangdapat larut dalam sejumlah pelarut.
Larutan dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
a) Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang dari yang diperlukan untuk
membuat larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan
pereaksi (masih bisa melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion < Ksp berarti
larutan belum jenuh ( masih dapat larut).
b) Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang larut dan mengadakan kesetimbangn
dengan solut padatnya. Atau dengan kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan
pereaksi (zat dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi apabila bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti
larutan tepat jenuh.
c) Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh) yaitu suatu larutan yang mengandung lebih banyak solute daripada yang
diperlukan untuk larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut
sehingga terjadi endapan. Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion > Ksp berarti larutan
lewat jenuh (mengendap).
Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut, larutan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung relatif lebih banyak solute dibanding solvent.
2. Larutan encer yaitu larutan yang relatif lebih sedikit solute dibanding solvent.
2. Koloid
Koloid adalah suatu sistem dispersi yang ukuran partikelnya lebih besar dari larutan tetapi lebih kecil dari suspensi
(campuran kasar). Dalam sistem koloid, partikel-partikel koloid terdispersi secara homogen dalam mediumnya.
Oleh karena itu, partikel koloid disebut sebagai fase terdispersi dan mediumnya disebut sebagai medium
pendispersi.
Perbandingan sifat larutan,koloid dan campuran (suspensi) :
Larutan Koloid Suspensi
1. Satu fase. 1. Dua fase. 1. Dua fase.
2. Stabil. 2. Stabil. 2. Tidak stabil.
3. Ukuran partikel lebih kecil bari 1 3. Ukuran partikel antara 1 sampai 3. Ukuran partikel lebih besar dari
nm. 100 nm. 100 nm.
4. Tidak dapat di saring. 4. Dapat di saring dgn penyaring 4. Dapar disaring.
5. Homogen : larutan gula, udara ultra. 5. Heterogen.
bersih , alkohol 70 %. 5. Tampak homogen (jika di lihat Contoh : air sungai yang keruh.
dengan mikroskop ultra bersifat
heterogen).
Contoh : air susu, santan.

- Sifat-Sifat Koloid:
Suatu larutan digolongkan ke dalam sistem koloid jika memiliki sifat - sifat yang berbeda dengan larutan sejati.
Beberapa sifat fisika yang membedakan sistem koloid dari larutan sejati, di antaranya:
a. Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah suatu efek penghamburan berkas sinar oleh partikel-partikel yang terdapat dalam system
koloid, sehingga jalannya berkas sinar terlihat. Sifat ini berguna untuk membedakan koloid dengan larutan. Jika
cahaya mengenai partikel larutan, cahaya tersebut akan di teruskan sedangkan jika cahaya mengenai partikel
koloid, cahaya tersebut akan dihamburkan.
b. Gerak Brown:
Gerak Brown adalah gerakan terpatah-patah (gerak zig-zag) yang terus menerus dalam system koloid. Sifat ini
berguna untuk membedakan koloid dengan suspensi. Gerak brown terjadi karena tumbukan antara molekul partikel
medium dengan partikel koloid. Tumbukan tersebut menyebabkan tidak adanya partikel yang diam sehinnga
pengendapan tak terjadi (stabil).
c. Elektroforesis:
Elektroforesis adalah pergerakan partikel koloid dalam medan listrik.
d. Adsorbsi:
Adsorbs adalah penyerapan pada permukaan koloid sehinnga koloid tersebut memiliki muatan listrik. Sifat adsorbs
koloid ini yang menstabilkan koloid.
e. Koagulasi:
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat
terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan
pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan. Untuk
melindungi koloid dari proses koagulasi atau penggumpalan digunakan koloid pelindung (koloid yg ditambahkan
pada koloid lain). Tujuannya: untuk melindungi koloid lain supaya tidak menggumpal.
f. Dialisis:
Dialisis adalah prose penyaringan koloid dengan menggunakan kertas perkamen atau membran semipermeabel
dengan tujuan menyaring ion-ion yang mengganggu kestabilan koloid dalam pembuatan koloid.

3. Campuran (suspensi):
Dalam ilmu kimia, suspensi adalah suatu campuran fluida yang mengandung partikel padat. Atau dengan kata lain
campuran heterogen dari zat cair dan zat padat yang dilarutkan dalam zat cair tersebut. Partikel padat dalam sistem
suspensi umumnya lebih besar dari 1 mikrometer sehingga cukup besar untuk memungkinkan
terjadinya sedimentasi.
Tidak seperti koloid, padatan pada suspensi akan mengalami pengendapan/sedimentasi walaupun tidak terdapat
gangguan. Campuran cairan atau padatan (dalam jumlah kecil) di dalam gas disebut sebagai aerosol.
Contoh sistem aerosol dalam kehidupan manusia adalah debu di atmosfer.

4. Stabilitas Campuran (Suspensi)


a. Ukuran partikel:
Semakin besar luas penampang partikel daya tekan ke atas cairan akan semakin memperlambat gerakan partikel
untuk mengendap.
b. Kekentalan (viskositas):
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairantersebut, mskin kental suatu cairan
kecepatan alirannya makin turun.
c. Jumlah partikel (konsentrasi):
Apabila dalam ruangan berisi partikel yang ebsar maka akan terjadi benturtan. Karena adanya benturan ini,
menyebabkan terjadinya endapan. Oleh karena itu semakin besar konsentrasi patikel semakin besar terjadinya
pengendapan.
d. Sifat atau muatan partikel:
Sifat dari bahan yang diguankan sebagai suspensi bermacam-macam. Apabila merupakan sifat alami maka kita
tidak dapat memengaruhinya.
III. Alat dan Bahan:
Alat Jumlah Bahan Jumlah
Beaker gelas 100mL 1 Gula pasir secukupnya
Lampu senter 1 Tepung terigu secukupnya
Batang pengaduk 1 Susu instan secukupnya
Spatula 1 Deterjen cair secukupnya
Corong kaca 1 Aquades (air suling) secukupnya
IV. Prosedur Kerja:
1. Isilah gelas kimia dengan 50 mL aquades dan tambahkan 2 spatula gula pasir dan aduk secara merata, kemudian
tuangkan ke dalam tabung reaksi dan beri label A.
2. Isilah gelas kimia dengan 50 mL aquades dan tambahkan 2 spatula tepung terigu aduk secara merata, kemudian
tuangkan ke dalam tabung reaksi dan beri label B.
3. Isilah gelas kimia dengan 50 mL aquades dan tambahkan 2 spatula susu instan aduk secara merata, kemudian
tuangkan ke dalam tabung reaksi dan beri label C.
4. Isilah gelas kimia dengan 50 mL aquades dan tambahkan 2 spatula deterjen cair aduk secara merata, kemudian
tuangkan ke dalam tabung reaksi dan beri label D.
5. Isilah gelas kimia dengan 50 mL aquades & tambahkan 2 spatula serbuk belerang aduk secara merata, kemudian
tuangkan ke dalam tabung reaksi dan beri label E.
6. Perhatikan dan catat hasil pengamatan masing-masing
a. Apakah zat yang dilarutkan tersebut larut atau tidak ?
b. Apakah zat yang dilarutkan tersebut stabil atau tidak ?
c. Apakah zat yang dilarutkan tersebut ada residu atau tidak ?
d. Apakah zat yang dilarutkan tersebut filtrat bening atau tidak ?

7. Pindahkanlah tabung reaksi ke dalam tempat yang gelap dan sinari dengan senter kemudian amati tabung
manakah yang menunjukkan efek Tyndall ?
V. Data Pengamatan:
Campuran aquades dengan...............
Sifat
Gula Terigu Susu Deterjen Belerang
Larut/tidak larut larut larut larut tidak
Stabil/tidak stabil tidak stabil stabil tidak
Ada residu/tidak tidak ada ada tidak ada
Filtrat bening/tidak bening bening tidak bening bening
Terjadi efek Tyndall tidak tidak ada tidak tidak
Pengelompokkan campuran larutan suspensi koloid larutan suspensi
VI. Pertanyaan dan Tugas:
1. Tuliskan sifat-sifat dari larutan koloid dan suspensi (buat dalam bentuk tabel) !
2. Tuliskan pembagian koloid berdasarkan fase terdispersi dan fase dispersinya !
3. Tuliskan 3 contoh peristiwa efek Tyndall dalam kehidupan sehari-hari !
4. Bagaimana sifat koloid terhadap cahaya ? Apakah yang dimaksud dengan efek Tyndall ?
5. Bagaimanakah membedakan larutan sejati dengan sistem koloid ?
Jawaban:
1. Perbedaan sifat:
Sifat larutan Sifat koloid Sifat suspensi
1. Bersifat homogen. 1. Terlihat homogen. 1. Bersifat heterogen.
2. Ukuran partikel < 10-7 cm (1nm). 2. Ukuran partikel 10-7 s/d 10-5 cm. 2. Ukuran partikel > 10-5 cm.
3. Terdiri dari satu fase. 3. Terdiri dari dua fase. 3. Terdiri dari dua fase.
4. Bersifat stabil. 4. Umumnya bersifat stabil. 4. Bersifat tidak stabil.
5. Tidak dapat disaring 5. Tidak dapat disaring, tetapi dapat 5. Dapat disaring.
Contoh: larutan gula, larutan disaring dengan penyaring ultra. Contoh : air keruh, air pasir, lumpur,
alkohol, larutan asam cuka, larutan Contoh: sabun, susu, kabut, santan, tepung, kopi, minyak air, kuah,
NaCl, larutan MgCl2, larutan HCl agar – agar, tinta, mayones, awan, kaldu dan lain – lain.
dan lain-lain. shampo, kecap dan lain-lain.
2. Pengelompokan sistem koloid berdasarkan fase terdispersi dan medium pendispersi adalah:
a. Emulsi
b. Sol
c. Aerosol
d. Buih
a. Emulsi
Emulsi adalah salah satu sistem koloid yang dapat terbentuk dari fase terdispersi cair dan medium pendispersi
padat atau cair.
Jika medium pendispersinya adalah padat maka yang terbentuk adalah emulsi padat, contohnya adalah jeli,
mutiara, keju, mentega dan lain – lain. Sedangkan jika medium pendispersinya adalah cair yang terbentuk adalah
emulsi cair, contohnya susu, mayones, santan, minyak ikan dan lain – lain.
b. Sol
Sol adalah salah satu sistem koloid yang dapat terbentuk dari fase terdispersi padat dan medium pendispersi padat
atau cair.
Jika medium pendispersinya adalah padat maka yang terbentuk adalah sol padat, contohnya adalah intan hitam,
kaca berwarna, kaca rubi dan lain – lain. Sedangkan jika medium pendispersinya adalah cair yang terbentuk adalah
sol cair, contohnya cat, selai, pati dalam air, tinta, sol sabun dan lain – lain.
c. Aerosol
Sistem koloid aerosol terdapat dua jenis yaitu aerosol dan aerosol padat.
Aerosol adalah sistem koloid yang dapat terbentuk dari fase terdispersi cair dan medium pendispersi gas,
contohnya kabut, awan, hair spray, parfum dan lain – lain.
Sedangkan aerosol padat adalah adalah sistem koloid yang dapat terbentuk dari fase terdispersi padat dan medium
pendispersi gas, contohnya asap dan debu.
d. Busa atau buih
Sistem koloid buih juga terdapat dua jenis yaitu buih dan buih padat.
Buih adalah sistem koloid yang dapat terbentuk dari fase terdispersi gas dan medium pendispersi cair, contohnya
buih sabun, krim kocok, buih detergen dan lain – lain.
Sedangkan buih padat adalah sistem koloid yang dapat terbentuk dari fase terdispersi gas dan medium pendispersi
padat, contohnya karet busa dan batu aung.
3. -Sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang berasap dan berdebu.
-Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut.
-Berkas sinar matahari melalui celah daun pohon-pohon pada pagi hari yang berkabut.

4. Jika seberkas cahaya dilewatkan melalui sistem koloid, maka partikel koloid akan menghamburkan cahaya.
Efek Tyndall terjadi karena partikel koloid yang berupa ion atau molekul dengan ukuran cukup besar mampu
menghamburkan cahaya yang diterimanya ke segala arah, meskipun partikel koloidnya tidak tampak. Makin besar
konsentrasi dan ukuran partikel koloid, makin bertambah intensitas cahaya yang dihamburkan.
5. a. Diameter ukuran partikel larutan sejati < 10⁻⁷cm sedangkan koloid ukuran partikelnya > 10⁻⁷ cm - 10⁻⁵ cm.
b. Penampilan fisik larutan sejati jernih sedangkan koloid tidak jernih.
VII. Kesimpulan:
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa, larutan merupakan dua komponen atau lebih
yang tidak dapat dipisahkan. Campuran merupakan gabungan sedikitnya dua komponen yang dapat dipisahkan
dengan kertas saring biasa, sedangkan koloid merupakan gabungan paling sedikit dua komponen yang sulit untuk
dipisahkan karena sudah menyatu.

VIII. Daftar Pusaka:


http://makalahtugasku.blogspot.co.id/2013/02/campuran-homogen-dan-heterogen.html
http://idpengertian.com/2015/05/pengertian-dan-contoh-campuran-homogen.html
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/DIDAH%20RAHAYU%20(0606371)/halaman_9.html
http://kimiaeducation7.blogspot.co.id/2013/03/larutan-suspensi-dan-koloid.html
http://samsulrailfans.blogspot.co.id/2014/02/sistem-larutan-suspensi-dan-koloid.html
Laboratorium Kimia SMA Medhodist-3
Praktikum Ke-3 Kelas XI.IPA-4 Semester 1
Tahun Pelajaran: 2022/2023
____________________________________________________________________________
Judul : “Pemisahan Campuran”
Praktikan : Kelompok 3
Ketua : Samuel (25)
Anggota : 1) Edison Tan (3)
2) Evelyn Prakusya (7)
3) Thalia Aurelia Limberta (31)
Tanggal Pelaksanaan Praktikum : 22 September 2022
Tanggal Pengumpulan Laporan : 06 Oktober 2022
____________________________________________________________________________
I. Tujuan:
- Memisahkan campuran dengan metode filtrasi, rekristalisasi, kromatografi, destilasi dan sublimasi.
- Mengetahui perbedaan sifat-sifat zat penyusunnya.
- Mengetahui reaksi yang terjadi pada saat pemisahan campuran dengan metode filtrasi, rekristalisasi,
kromatografi, destilasi dan sublimasi.
II. Landasan Teori:
Materi yang tersusun dari beberapa zat yang berbeda dan setiap zat penyusun masih tetap mempunyai jati diri
sendiri, seperti garam kotor, sirop dan masih banyak lagi. Oleh karena itu sifat-sifat setiap zat asal dalam campuran
tidak berubah maka campuran dapat dipisahkan dengan mudah. Ada beberapa cara pemisahan campuran antara
lain: penyaringan (filtrasi), penguapan, pelarutan, pengembunan, penyubliman, destilasi, pembekuan, kristalisasi
dan kromatografi.
1. Filtrasi:
Filtrasi adalah proses pemisahan dari campuran heterogen yang mengandung cairan dan partikel-partikel padat
dengan menggunakan media filter yang hanya meloloskan cairan dan menahan partikel-partikel yg padat. Proses
pemisahan dengan cara filtrasi ini dapat dibedakan berdasarkan adanya tekanan atau tanpa tekanan.
a. Proses filtrasi sederhana (tanpa tekanan) adalah proses penyaringan dengan media filter kertas saring. Hal ini
dilakukan dengan cara kertas saring dipotong melingkar, kemudian lipat 2, sebanyak 3 kali atau 4 kali. Selanjutnya
buka dan letakkan dalam corong pisah sehingga melekat pada corong pisah, tuangkan campuran heterogen yang
dipisahkan sedikit demi sedikit. Hasil filtrasi adalah zat padat yang disebut residen dan zat cairnya disebut dengan
filtrat.
b. Proses filtrasi dengan tekanan, umumnya dengan cara divakumkan (disedot dengan pompa vakum). Proses
pemisahan dengan teknik ini sangat tepat dilakukan, jika jumlah partikel padat yang lebih besar dibandingkan
dengan zat cairnya.
c. Proses filtrasi dengan membran merupakan proses sampah plastik dengan menggunakan membran dengan
ukuran pori £ 0,1 mikron. Prinsip teknik filtrasi membran ini adalah dengan menyaring cairan sampel melewati
saringan yang sangat tipis dan terbuat dari bahan yang sejenis dengan selulosa.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Filtrasi:


 Debit filtrasi:
Debit yang terlalu besar akan menyebabkan tdk berfungsinya filter secara efisien, hal ini menyebabkan berkurang
waktu kontak antara permukaan butiran media penyaring dengan air yang akan disaring. Kecepatan aliran yang
terlalu tinggi saat melewati rongga butiran akan menyebabkan partikel-partikel halus akan lolos.
 Konsentrasi kekeruhan:
Konsultasi kekeruhan sangat mempengaruhi efisien dan filtrasi. Konsentrasi kekeruhan air baku yang sangat tinggi
akan menyebabkan tersumbatnya lubang pori dan media.
 Kedalaman media, ukuran dan material:
Pemilihan media dan ukuran merupakan hal yang paling penting dalam penyaringan, tebal dan tipisnya media akan
menentukan lamanya pengaliran dan daya saring.
 Temparature:
Perubahan suhu atau temperatur dari air yang akan di filtrasi, menyebabkan massa jenis (density), viskositas
absolut, serta viskositas kinematis kemudian air akan mengalami perubahan. Selain itu juga dipengaruhi oleh daya
tarik menarik di antara partikel halus penyebab kekeruhan, sehingga terjadi perbedaan dalam ukuran besar partikel
yang akan disaring.

2. Rekristalisasi:
Rekristalisasi merupakan pemurnian suatu zat padat dari campuran/pengotornya dengan cara mengkristalkan
kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut yang sesuai.
Cara ini bergantung pada kelarutan zat dalam pelarut tertentu dikala suhu diperbesar, konsentrasi total pengontrol
biasanya lebih kecil dari konsentrasi zat yang dimurnikan, bila ingin konsentrasi pengotor yang rendah dalam
larutan sementara produk yang berkonsentrasi tinggi akan mengendap.
Terhadap beberapa definisi tentang kristalisasi diantaranya:
a) Suatu proses dimana butir logam yang terdeformasi digantikan dengan butiran baru yang tidak terdeformasi
yang intinya tumbuh sampai butiran aktif termasuk di dalamnya.
b) Perubahan struktur akibat pemanasan pada suhu kritis.
c) Terbentuknya struktur butiran baru yang melalui tumbuhnya inti dengan pemanasan.
Prinsip dari rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan dengan zat pengotornya.
Contohnya: pembuatan garam dan gula pasir, rekristalisasi pada sintesis asam salisilat.
Semakin besar kristal-kristal yang terbentuk selama berlangsungnya pengendapan, semakin mempermudah dalam
proses penyaringan. Kemurnian senyawa yang telah di kristalisasi kan dapat menggunakan alat yang disebut
melting point (titik leleh) yaitu parameter yang digunakan untuk pengukuran kemurnian hasil.
3. Kromatografi:
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase gerak
dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan.
Molekul yang terlarut dalam fase gerak akan melewati kolom yang merupakan fase diam. Molekul yang memiliki
ikatan yang kuat dengan kolom akan cenderung bergerak lebih lambat dibandingkan molekul yang berikatan
lemah. Dengan ini, berbagai macam tipe molekul dapat dipisahkan berdasarkan pergerakan pada kolom.
Setelah komponen terelusi dari kolom, komponen tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan detector atau
dapat disimpulkan untuk analisis lebih lanjut.
Beberapa alat-alat analitik yang dapat digabungkan dengan metode pemisahan untuk analisis secara online (online-
analysis) seperti: penggabungan kromatografi (gas chromatography), gas dan kromatografi cair (liquid
chromatography) dengan mass spectrometry (GC-MS dan LC-MS), Fourier-transform infrared spectroscopy (GC-
FTIR), dan diode-array UV-VIS (HPLC-UV-VIS).
4. Sublimasi
Sublimasi adalah perubahan wujud dari padat ke gas tanpa mencair terlebih dahulu. Misalkan es yang langsung
menguap tanpa mencair terlebih dahulu.
Pada tekanan normal kebanyakan benda dan zat memiliki 3 bentuk yang berbeda pada suhu yang berbeda-beda.
Pada kasus ini transisi dari wujud padat ke gas membutuhkan wujud antara. Namun untuk beberapa antara
wujudnya bisa langsung berubah ke gas tanpa harus mencair terlebih dahulu.
Ini bisa terjadi apabila tekanan udara pada zat tersebut rendah guna untuk mencegah molekul-molekul ini
melepaskan diri dari wujud padat.
Sublimasi juga dapat diartikan sebagai metode pemisahan campuran yang didasarkan pada campuran zat yang
memiliki satu zat yang dapat menyublim (perubahan wujud padat ke gas) sedangkan zat lainnya tidak dapat
menyublim. Contohnya: campuran iodin dan garam dapat dipisahkan dengan cara sublimasi.
5. Destilasi
Destilasi adalah cara pemisahan zat cair dari campurannya berdasarkan perbedaan titik didih atau berdasarkan
kemampuannya untuk menguap.
Di mana zat cair dipanaskan hingga titik didihnya serta mengalirkan uap ke dalam alat pendingin (kondensor) dan
mengumpulkan hasil pengembunan sebagai zat cair. Pada kondensor digunakan air yang mengalir sebagai
pendingin.
Air pada kondensor dialirkan dari bawah ke atas, hal ini bertujuan agar air tersebut dapat mengisi suhu bagian pada
kondensor sehingga akan dihasilkan proses pendinginan yang sempurna. Saat suhu dipanaskan, cairan yang titik
didihnya lebih rendah akan menguap terlebih dahulu.
Uap ini akan dialirkan dan kemudian didinginkan sehingga kembali menjadi cairan yang ditampung pada wadah
terpisah. Zat yang titik didihnya lebih tinggi masih tertinggal pada wadah semula.
 Prinsip dari destilasi adalah penguapan dan pengumpulan kembali uap nya dari tekanan dan suhu tertentu.
 Tujuan dari destilasi adalah pemurnian zat cair pada titik didih dan memisahkan cairan dari zat padat.
Uap yang dikeluarkan dari campuran disebut sebagai uap bebas. Kondensat yang jatuh sebagai destilat dari bagian
cair yang tidak menguap sebagai residu.
Apabila yang didinginkan adalah bagian-bagian campurannya yang tidak teruapkan dan bukan destilatnya maka
proses tersebut dinamakan pengentalan dengan evaporasi destilasi.
Destilasi adalah sebuah aplikasi yang mengikuti prinsip-prinsip.
Prinsip dari destilasi adalah “Jika suatu zat dalam larutan tidak sama-sama menguap maka uap larutan akan
mempunyai komponen yang berbeda dengan larutan aslinya”.
Jika salah satu zat menguap dan yang lain tidak, pemisahan dapat terjadi sempurna tetapi jika kedua zat menguap
tetapi jika kedua zat tidak sama, maka pemisahannya hanya akan terjadi sebagian akan tetapi destilat atau produk
akan menjadi kaya pada suatu komponen daripada produk larutan aslinya.

» Destilasi dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu:


a. Destilasi biasa, umumnya dengan menaikkan suhu tekanan uapnya di atas cairan atau tekanan atmosfer (titik
didih normal).
b. Destilasi vakum, cairan diuapkan pada tekanan rendah, jauh di bawah titik didih dan mudah terurai.
c. Destilasi bertingkat atau destilasi terfraksi yaitu proses yang komponen-komponennya secara bertingkat
diuapkan dan diembunkan.
d. Destilasi azeotrop yaitu destilasi dengan menguapkan zat cair tanpa perubahan komposisi.

Pada percobaan destilasi rangkaian alat juga harus diperhatikan, pastikan antara sambungan bagian yang satu
dengan sambungan bagian yang lainnya tidak terjadi kebocoran. Karena apabila terjadi kebocoran distilat yang
terbentuk akan menjadi lebih sedikit karena ada sebagian uap yang keluar dari rangkaian distilasi.
Labu distilasi tidak hanya diisi dengan sampel tetapi juga ditambahkan batu didih yang akan mencegah terjadinya
proses bumping pada saat pemanasan.
Pada saat labu distilasi dipanaskan maka akan terbentuk gelombang gelembung udara yang besar, dengan adanya
batu didih maka gelembung-gelembung udara tadi diserap oleh pori-pori batu didih itu dan dikeluarkan kembali
dalam bentuk gelembung udara yang lebih kecil sehingga dapat mencegah terjadinya ledakan pada labu distilasi.

III. Alat dan Bahan:


Alat Jumlah Bahan Jumlah
Beaker gelas 100 mL dan 500 1 Garam dapur secukupnya
mL
Gelas Erlenmeyer 250 mL 1 Pasir secukupnya
Batang pengaduk 1 Air secukupnya
Corong kaca 1 Bubuk kapur barus/naftalen secukupnya
Tungku kaki tiga dan kasa 1 Secarik kertas secukupnya
Pembakar spiritus 1 Kapas secukupnya
Cawan porselen 1 Kertas saring secukupnya
Spatula 1 Tinta air secukupnya
Air dan jarum secukupnya
Spidol air (3 jenis warna) secukupnya

IV. Prosedur Kerja:


Percobaan A
1. Campurkan kira-kira 2 sendok teh pasir dengan 3 spatula garam ke dalam beker gelas kemudian tambahkan
air 100 mL dan aduk hingga larut semuanya.
2. Lipat kertas saring dengan sedikit air supaya kertas itu melekat pada corong.
3. Saring campuran itu dan tampung filtratnya di dalam gelas erlenmeyer dan amati filtrat yang diperoleh jernih
atau tidak.
4. Tuangkanlah 5 mL filtrat tersebut ke dalam cawan porselen kemudian panaskan dengan pembakar spiritus
hingga kering lalu biarkan menjadi dingin. Amati hasil penguapan yang tertinggal pada cawan dan bandingkan
dengan garam semula.
Percobaan B
1. Campurkan 1 sendok teh bubuk naftalen dengan ½ sendok pasir ke dalam cawan porselen.
2. Tutup cawan itu dengan sepotong kertas yang sudah diberi lubang dengan jarum.
3. Letakkan sebuah corong terbalik di atasnya dan tutup corong itu dengan sedikit kapas.
4. Panaskan cawan itu di atas tungku dengan pembakaran spiritus.
5. Perhatikan uap itu baik melalui lubang pada kertas dan pembakaran kristal kristal dalam corong kristal.
Percobaan C
1. Siapkan sepotong kertas saring dengan ukuran 4×10 cm. Tarik satu garis melintang 1cm salah satu ujungnya
menggunakan pensil.
2. Totolkan tinta spidol yang larut dalam air dengan 3 warna berbeda.
3. Gantungkan kertas saring tersebut di dalam gelas kimia yang berisi air sehingga ujung bawahnya menyentuh
air, tetapi tidak sampai menyentuh noda spidol. Biarkan air menembus melalui kertas saring hingga mencapai
ujung atas.
V. Data Pengamatan:
1. Percobaan pemisahan garam dengan pasir
a. Setelah penyaringan:
Filtrat : Larutan garam ,warnanya : bening (transparan)
Residu : Tanah
b. Setelah pemanasan
Yang tertinggal di cawan : garam
Hasil perbandingan garam dalam cawan dengan garam semula : garam dalam cawan lebih halus setelah
dipanaskan. Garam dengan keadaan semula bertekstur lebih kasar dari garam yang sudah dipanaskan.

2. Percobaan naftalen dengan pasir


Pengamatan:
Kapur barus menyublim menjadi gas karena dipanaskan, kapur barus mengkristal kembali. Kapur barus/naftalen
itu berwujud kristal setelah dipanaskan.
3. Percobaan Kromatografi:
Isilah warna hasil pemisahan diurutkan dengan jarak tempuhnya dimulai dari angka paling pendek.
Warna Warna Warna Warna Jarak
Jarak dari garis Jarak dari garis
spidol (fase1) (fase2) (fase3) dari garis
Biru muda Biru muda 9,5 cm Biru muda 9,7 cm Biru muda 10,2 cm
Merah Merah 9,7 cm Merah 9,9 cm Merah 13,4 cm
Hijau Biru tua 10,1 cm Biru muda 10,2 cm Kuning 11,3 cm

VI. Pertanyaan:
1. Tuliskan 10 cara pemisahan suatu campuran ! Jelaskan dasar pemisahan pemisahan tersebut !
2. Apa yang dimaksud :
a. filtrat
b. residu
c. kromatografi
3. Gula mudah larut dalam air, juga dalam alkohol. Garam mudah larut dalam air tetapi suka larut dalam alkohol.
Jelaskan secara singkat cara memisahkan campuran kristal garam dengan gula !
4. Jelaskan dengan singkat bagaimana kamu dapat memperoleh zat berikut dari campurannya !
a. minyak solar dari campuran solar-bensin.
b. bensin dari campuran air-bensin.
Jawaban:
1. a. Filtrasi (penyaringan)
Filtrasi adalah metode pemisahan yang digunakan untuk memisahkan cairan dan padatan yang tidak larut dengan
menggunakan penyaring (filter) berdasarkan perbedaan ukuran partikel.
b. Dekantasi
Dekantasi dapat digunakan sebagai salah satu alat alternatif selain filtrasi untuk memisahkan cairan dan padatan.
Dekantasi dilakukan dengan cara menuang cairan secara perlahan-lahan, dengan demikian padatan akan tertinggal
di dalam wadah tersebut.
c. Sentrifugasi
Metode jenis ini sering dilakukan sebagai pengganti filtrasi bila partikel padatan sangat halus dan jumlah
campurannya lebih sedikit. Metide sentrifugasi digunakan secara luas untuk memisahkan sel-sel darah dan sel-sel
darah putih dari plasma darah. Dalam hal ini, padatan adalah sel-sel darah dan akan mengumpul di dasar tabung
reaksi, sedangkan plasma darah berupa cairan berada di bagian atas.
d. Evaporasi (evaporasi)
Jika garam dicampur dengan air akan terbentuk larutan, larutan tersebut tidak dapat dipisahkan dengan metode
filtrasi maupun sentrifugasi. Metode yang digunakan untuk memisahkan zat padat yang terlarut dari larutannya
disebut evaporasi.
e. Distilasi (penyulingan)
Distilasi adalah metode pemisahan campuran zat cair dari larutannya berdasarkan perbedaan titik didih. Jika
larutan dipanaskan, maka komponen titik didihnya yang lebih rendah akan menguap terlebih dahulu.
f. Corong pisah
Campuran dua jenis zat cair yang tidak saling melarutkan dapat dipisahkan dengan corong pisah lalu didiamkan
selama beberapa saat sampai membentuk dua lapisan terpisah.
g. Kromatografi
Kromatografi merupakan pemisahan campuran yang terjadi karena perbedaan kelarutan zat-zat dalam pelarut serta
perbedaan penyerapan (adsorbsi) kertas terhadap zat-zat yang ingin dipisahkan. Suatu zat yang lebih dahulu larut
dalam pelarut dan kurang terabsorbsi pada kertas akan bergerak lebih cepat.
h. Sublimasi
Sublimasi merupakan metode pemisahan campuran sesama zat padat berdasarkan perubahan wujud zat. Zat padat
yang menyublim (berubah wujud menjadi gas atau sebaliknya) dapat dipisahkan dengan campurannya dengan zat
padat yang tidak dapat menyublim menggunakan metode sublimasi.
i. Ekstraksi (penyarian)
Pemisahan campuran dengan metode ekstraksi terjadi atas dasar perbedaan kelarutan zat terlarut di dalam pelarut
yang berbeda. Ekstraksi sering dilakukan untuk mengambil sari dari suatu tumbuhan.
j. Rekristalisasi
Kristalisasi ialah pemisahan campuran dengan cara mengkristalkan atau mengendapkan zat terlarut dalam larutan
yang tadinya berupa cairan juga. Biasanya kristalisasi ini menggunakan suhu rendah untuk membuat cairannya
mengendap. Sedangkan rekristalisasi ialah suatu proses kristalisasi ulang. misalnya kita mendapatkan kristal,
namun kristal tersebut belum murni. untuk mendapatkan kristal yang lebih murni dilakukan rekristalisasi.
rekristalisasi dilakukan dengan cara melarutkan kristal dalam pelarut kemudian mengkristalkannya kembali.

2. a. Filtrat adalah pembersihan partikel padat dari suatu fluida dgn melewatkannya pada medium penyaringan.
Hasil filtrasi disebut dengan filtrat sedangkan residu adalah zat tertinggal atau tersisa dari proses
penyaringan.
b. Residu adalah segala sesuatu yang tertinggal, tersisa atau berperan sebagai kontaminan dalam suatu proses
kimia tertentu. Residu terkadang dapat disamakan dengan ampas atau pengotor.
c. Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase gerak
dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan.
3. Pemisahan dilakukan dengan cara larutkan campuran gula-garam dalam alkohol kemudian saring, garam yang
sulit larut dalam alkohol akan tersaring sebagai residu, sedangkan gula yang larut dalam alkohol akan lolos sebagai
filtrat.
Proses pemisahan dilakukan dengan cara pelarutan dan filtrasi. Prinsip dasar pemisahan ini adalah pemisahan
senyawa yang memiliki perbedaan kelarutan pada dua pelarut yang berbeda. Pelarut adalah cairan yang
mempunyai kemampuan melarutkan, memisahkan atau mengekstraksi bahan-bahan lain, tanpa merubah sifat kimia
bahan tersebut maupun pelarut itu sendiri. Gula dapat larut didalam alkohol, sedangkan garam tidak dapat larut
dalam alkohol. Komponen yang tidak larut (garam) kemudian dapat dipisahkan dengan filtrasi. Filtrasi adalah
pembersihan partikel padat dari suatu fluida dengan melewatkannya pada medium penyaringan, atau septum,
dimana zat padat itu tertahan.
4. a. Dengan proses distilasi atau penyulingan. Distilasi ini adalah proses pemisahan minyak berdasarkan titik didih
masing-masing. Dengan begitu, maka jenis-jenis minyak yang berbeda akan terpisah.
b. Bensin dan air merupakan dua zat yang memiliki massa jenis yang berbeda. Bila campuran air-bensin didiamkan
beberapa saat, akan terlihat dua warna pada wadah. Warna kekuningan yang berada pada atas wadah merupakan
bensin sedangkan warna bening pada bagian bawah wadah merupakan air.
VII. Kesimpulan:
Dari percobaan-percobaan yang telah diakukan kita dapat memisahkan zat padat dari zat cair dan zat cair dengan
cara:
1. Dekansi
2. Filtrasi
3. Evaporasi
4. Kristalisasi
5. Sublimasi
6. Destilasi
Setiap zat memiliki ciri-ciri tertentu dalam hal pemisahan tergantung pada wujud zat dan proses pembentukannya.
Untuk mendapatkan hasil campuran yang baik antara pelarut dan zat terlarutnya sebaiknya kita melihat struktur
penyusunnya.
VIII. Daftar Pustaka:
http://www.pemisahancampuran/forum-kimia-pemisahan-campuran.html
http://www.pemisahancampuran/
PROSESPEMBUATANGARAMDAPURMengetahuiProsesPembuatanGaramDapur.html
Laboratorium Kimia SMA Medhodist-3
Praktikum Ke-4 Kelas XI.IPA-4 Semester 1
Tahun Pelajaran: 2022/2023
____________________________________________________________________________
Judul : “Reaksi Kimia”
Praktikan : Kelompok 3
Ketua : Samuel (25)
Anggota : 1) Edison Tan (3)
2) Evelyn Prakusya (7)
3) Thalia Aurelia Limberta (31)
Tanggal Pelaksanaan Praktikum : 06 Oktober 2022
Tanggal Pengumpulan Laporan : 20 Oktober 2022
____________________________________________________________________________
I. Tujuan : Untuk mengamati beberapa gejala yang meyertai suatu reaksi kimia.
II. Landasan Teori :
Reaksi kimia merupakan peristiwa yang sering terjadi didalam kehidupan kita. Reaksi kimia adalah peristiwa
perubahan kimia dari zat-zat yang bereaksi (reaktan) menjadi zat-zat hasil reaksi (produk). Reaksi kimia ditandai
dengan berubahnya zat menjadi zat lainnya Pada reaksi kimia selalu dihasilkan zat-zat yang baru dengan sifat-sifat
yang baru.
Salah satu contoh peristiwa kimia yang dapat kita lihat adalah pembakaran, misalnya pembakaran gas etana (elpiji
dengan udara ). Pada proses pembakaran ini diperlukan etanol dan oksigen sebagai bahan dasar, yang kemudian
akan menghasilkan karbon dioksida dan air. Dalam hal ini etanol dan oksigen disebut sebagai zat pereaksi
(reaktan), sedangkan karbon dioksida dan air disebut hasil reaksi (produk).
Contoh peristiwa reaksi kimia ini pada umumnya dituliskan pula dalam sebuah persamaan reaksi.
Persamaan reaksi kimia adalah gabungan lambang yang menunjukkan suatu reaksi kimia. Rumus-rumus pereaksi
diletakan disebelah kiri dan hasil reaksidiletakan disebelah kanan. Diantara dua sisi tersebut digabungkan dengan
tanda kesamaan (=) atau tanda panah (→).Pada saat terjadinya reaksi kimia, terjadi perubahan-perubahan yang
dapat diamati untuk mengetahui zat tersebut bereaksi atau tidak.
Ciri-ciri berlangsungnya reaksi kimia adalah sebagai berikut :
a. Reaksi kimia menimbulkan perubahan warna:
Sebagai contoh kita mengamati warna larutan Cu (NO3)2 akan berwarna biru terang, berubah jika direaksikan
dengan larutan NaOH warna bening, yang menghasilkan larutan Cu (OH)2 berwarna biru keputihan. Perubahan
warna merupakan salah satu ciri yang dapat dilihat dimanamembuktikan bahwa suatu zat telah bereaksi.
b. Reaksi kimia menimbulkan gas:
Logam Cu yang direaksikan dengan larutan HNO3 menghasilkan gas NO. Selain itu, munculnya uap yang
menempel pada dinding gelas beker. Hal ini dapat membuktikan bahwa peristiwa reaksi kimia dapat menghasilkan
gas.
c. Reaksi kimia menimbulkan perubahan suhu:
Reaksi eksoterm adalah reaksi yang menghasilkan energi. Energi yang dihasilkan dapat berupa panas atau kalor.
Reaksi kimia yang memerlukan energi dinamakan reaksi endoterm. Kalor adalah energi yang berpindah dari suatu
sistem ke lingkungan atau sebaliknya karena perbedaan suhu, yaitu dari suhu lebih tinggi ke suhu yang lebih
rendah. Reaksi eksoterm dan endoterm dapat dikenali dari perubahan suatu sistem yang mengalami perubahan
suhu di sekitar lingkungan menjadi panas, dingin dan mengembun.
d. Reaksi kimia menyebabkan terjadinya endapan:
Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai fase padat dari larutan. Endapan dapat berupa kristal (kristalin)
atau koloid dan dapat dikeluarkan dari larutan dengan penyaringan atau sentrifugasi. Endapan terbentuk jika
larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat terlarut. Kelarutan suatu endapan sama dengan konsentrasi molar dari
larutan jenuhnya. Kelarutan endapan bertambah besar dengan kenaikan suhu, meskipun dalam beberapa hal khusus
terjadi sebaliknya. Laju kenaikan kelarutan dengan suhu berbeda- beda. Pada beberapa hal, perubahan kelarutan
dengan berubahnya suhu dapat menjadi alasan pemisahan. Contohnya larutan Cu (NO 3)2 dan larutan NaOH
direaksikan, terbentuklah endapan berwarna hitam pekat.
e. Reaksi kimia menyebabkan terjadinya bau yang baru:
Sebagai contoh dari reaksi logam Cu dengan larutan HNO3. Pada umumnya logam Cu serta larutan HNO3
tidak menimbulkan bau, bau itu hanya berlangsung pada saat reaksi berlangsung. Hal ini membuktikan bahwa
timbulnya bau membuktikan bahwa larutan dan logam tersebut telah bereaksi.
f. Reaksi kimia menyebabkan habisnya zat yang bereaksi dan timbulnya produk baru:
Habisnya zat yang bereaksi merupakan salah satu fakta yang paling mudah untuk membuktikan bahwa suatu zat
telah bereaksi atau tidak, kemudian akan dilanjutkan dengan menghasilkan produk baru. Suatu reaksi kimia
dihasilkan dengan perbandingan massa yang tetap sesudah dan sebelum hasil reaksi.
Didalam sebuah reaksi kimia, besar maupun kecilnya suatu laju reaksi kimia dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu :
1. Konsentrasi semakin besar:
Apabila konsentrasi, laju reaksi semakin besar maka jumlah partikel yang bertumbukan lebih banyak.
2. Suhu:
Apabila suhu semakin besar, maka laju reaksi semakin besar.
3. Luas permukaan:
Semakin besar luas permukaan zat reaksi, semakin besar laju reaksi. Cara untuk memperluas permukaan adalah
dengan mengubah zat menjadi lebih halus/kecil, sehingga tumbukan antar partikel zat pereaksi lebih besar.
4. Katalisator:
Katalisator adalah zat yang dapat mempercepat laju reaksi.
Adapun beberapa sifat katalisator yaitu :
a. Menurunkan energi aktifasi.
b. Mempercepat laju reaksi baik reaksi maju mapun reaksi balik .
c. Konsentrasi katalis semakin besar, reaksi semakin cepat.
d. Logam transisi banyak digunakan sebagai katalis heterogen.
e. Katalis tidak mengubah ketetapan kesetimbangan.
Selain hal tersebut pada persamaan reaksi kimia berlaku hukum kekekalan massa yg dikemukakan oleh
“LAVOISER” pada tahun 1774. Ia melakukan penelitian dengan memanaskan timah dengan oksigen dalam wadah
tertutup. Dengan teliti, ia berhasil membuktikan bahwa dalam reaksi itu tidak terjadi perubahan massa. Hukum
kekekalan massa itu menyatakan bahwa “setiap reaksi kimia, massa zat-zat setelah bereaksi adalah sama dengan zat
sebelum reaksi”.
Dalam mempelajari reaksi kimia, tidak hanya mempelajari ciri-ciri terjadinya reaksi dan faktor yang
mempengaruhi laju reaksi saja, aspek lain yang terkait dengan reaksi kimia yaitu aspek kuantitatif unsur dalam
suatu reaksi, yang disebut “ STOIKIOMETRI”. Stoikiometri berasal dari bahasa yunani stoichea yang berarti unsur
dan metrain mengukur yang berarti perhitungan kimia yang menyangkut hubungan kuantitatif zat yang terlibat
dalam reaksi. Zat-zat yang bereaksi dengan zat-zat hasil reaksi dihitung berdasarkan partikel-partikel zat tersebut.
Untuk itu, dalam mereaksikan zat, penghitungannya harus menggunakan konsep mol dengan skema sebagai
berikut:

Keterangan diagram :
T = Suhu (K)
P = Tekanan Gas (atm)
R = Tetapan gas = 0,082 L atm mol
L= Tetapan Avogadro = 6,02 x 1023
A. Hubungan mol dengan massa zat:

B. Hubungan mol dengan volume zat dalam keadaan STP:

C. Hubungan mol dengan volume zat:

D. Hubungan mol dengan jumlah partikel:


Jumlah Partikel
• Mol zat =
L
• Jumlah partikel = mol x L
Pada prinsipnya, mol merupakan penyederhanaan dari dari jumlah partikel sehingga perbandingan mol setara
dengan perbandingan jumlah pertikel yang juga setara dengan perbandingan koefisien. Jadi simpulannya sebagai
berikut:
Perbandingan koefisien setara dengan perbandingan mol:
Koefisien zat x
Mol zat = × mol zat y
Koefisien zat y
III. Alat dan Bahan:
Alat Jumlah Bahan Jumlah
Tabung reaksi 1 Larutan asam klorida (HCl) 1 M 40 tetes
Rak tabung reaksi 1 Pita magnesium (Mg) 1 buah
Beaker glass 1 Larutan timbal (II) asetat (Pb(CH3COO)2) 1 M 20 tetes
Pipet ukur 1 Larutan kalium iodida (KI) 1 M 40 tetes
Larutan nikel sulfat (NiSO4) 1 M 20 tetes
Larutan natrium klorida (NaCl) 1 M 40 tetes
Larutan natrium hidroksida (NaOH) 1 M 40 tetes
Larutan tembaga (II) sulfat (CuSO4) 1 M 20 tetes
Larutan besi (II) klorida (FeCl2) 1 M 5 tetes
Larutan kalium tiosianat (KSCN) 1 M 200 tetes
IV. Prosedur Kerja:
1. Masukkan 2 mL larutan HCl ke dalam tabung reaksi, kemudian tambahkan pita magnesium ± 1 cm. Amati
perubahan yang terjadi.
2. Masukkan 1 mL larutan timbal (II) asetat ke dalam tabung reaksi, kemudian tambahkan 2 mL larutan kalium
iodida ke dalam tabung reaksi. Amati perubahan yang terjadi.
3. Masukkan 1 mL larutan NiSO4 ke dalam tabung reaksi, kemudian tambahkan 2 mL larutan NaOH ke dalam
tabung reaksi. Amati perubahan yang terjadi.
4. Masukkan 2 mL larutan HCL ke dalam tabung reaksi, kemudian tambahkan 2 mL larutan NaOH ke dalam
tabung reaksi. Amati perubahan yang terjadi.
5. Masukkan 1 mL larutan CuSO4 ke dalam tabung reaksi, kemudian tambahkan 2 mL NaOH ke dalam tabung
reaksi. Amati perubahan yang terjadi.
6. Masukkan 5 tetes larutan FeCl2 ke dalam beaker glass (gelas kimia). Tambahkan 10 mL kemudian tambahkan
beberapa tetes larutan KSCN. Amati perubahan yang terjadi.
V. Data Pengamatan:
No Percobaan Pengamatan
1. terjadi perubahan warna, terjadi perubahan suhu, terbentuknya
Larutan HCl + pita Mg
gas dan terjadinya endapan.
2. Larutan Pb(CH3COO)2 + larutan KI terjadi perubahan warna dan terjadinya endapan.
3. Larutan NiSO4 + larutan NaOH terjadi perubahan warna dan terjadinya endapan.
4. Larutan HCl + larutan NaOH terjadi perubahan suhu.
5. Larutan CuSO4 + larutan NaOH terjadi perubahan warna dan terjadinya endapan.
6. Larutan FeCl2 + air + larutan KSCN terjadi perubahan warna.

Pengamatan Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3 Percobaan 4 Percobaan 5 Percobaan 6


Perubahan warna      
Perubahan suhu      
Terbentuknya gas      
Terjadinya endapan      
VI. Pertanyaan dan Tugas:
1. Tuliskan persamaan reaksi yang setara untuk masing-masing percobaan di atas !
2. Dari percobaan di atas manakah yang menghasilkan endapan ?
3. Tuliskan rumus kimia endapan yang terbentuk beserta warnanya !
4. Tuliskan ciri-ciri reaksi kimia !
Jawaban:
1. - Mg (s) + 2HCl (aq) → MgCl2 (aq) + H2 (g).
- Pb(CH₃COO)₂ (aq) + 2KI (aq) → PbI₂ (s) + 2CH₃COOK (aq).
- NiSO4 + 2NaOH → Ni(OH)2 + Na2SO4.
- HCl (aq) + NaOH (aq) → NaCl (aq) + H₂O (l).
- 2 NaOH (aq) + CuSO4 (aq) → Na2SO4 (aq) + Cu (OH)2 (aq).
- FeCl2 + KSCN + 5H2O → (Fe(H2O)5(SCN)) Cl2 + KCl.
2. - Larutan HCl + pita Mg.
- Larutan Pb(CH3COO)2 + larutan KI.
- Larutan NiSO4 + larutan NaOH.
- Larutan FeCl2 + air + larutan KSCN.

3. a) Mg (s) + HCl (aq), berwarna bening atau transparan.


b) Pb(CH₃COO)₂ (aq) + KI (aq), berubah warna menjadi kuning.
c) NiSO4 + NaOH, berwarna hijau.
d) FeCl2 + KSCN + H2O, berwarna biru.

4. Ciri-ciri dari reaksi kimia:


a. Perubahan warna
b. Perubahan suhu
c. Formasi presipitasi
d. Menghasilkan gas
e. Emisi cahaya

VII. Kesimpulan:
a. Pada percobaan tentang beberapa reaksi kimia dengan menggunakanlogam (Cu), maka diperoleh beberapa
perubahan yang terjadi pada saat reaksi kimia berlangsung yaitu:
 Habisnya zat yang bereaksi
 Dihasilkan produk baru dari reaktan yang habis direaksikan
 Timbulnya gas
 Terjadinya perubahan warna larutan
 Terjadi perubahan suhu
 Timbulnya endapan
 Terciumnya bau yang baru

b. Pada perubahan atau reaksi kimia yang terjadi berlaku hukumkekekalan massa yg dikemukakan oleh LAVOISIER
yakni: massa zat-zat setelah bereaksi adalah sama dengan zat sebelum reaksi.

c. Besar kecilnya suatu laju reaksi kimia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
• Konsentrasi
• Suhu
• Luas permukaan
• Katalisator
Stoikiometri merupakan perhitungan yang digunakan dalam reaksikimia. Dan terdiri dari beberapa konsep-konsep
mol yaitu hubunganmol dengan massa zat, hubungan mol dengan volume zat, hubungan mol dengan volume zat
dalam keadaan STP, serta hubungan mol dengan jumlah partikel.

VIII. Daftar Pustaka:


https://www.academia.edu/9864063/LAPORAN_KIMIA_DASAR_REAKSI_REAKSI_KIMIA
Laboratorium Kimia SMA Medhodist-3
Praktikum Ke-7 Kelas XI.IPA-4 Semester 1
Tahun Pelajaran: 2022/2023
_________________________________________________________________________________
Judul : “Reaksi Eksoterm dan Reksi Endoterm”
Praktikan : Kelompok 3
Ketua : Samuel (25)
Anggota : 1) Edison Tan (3)
2) Evelyn Prakusya (7)
3) Thalia Aurelia Limberta (31)
Tanggal Pelaksanaan Praktikum : 20 Oktober 2022
Tanggal Pengumpulan Laporan : 03 November 2022
_________________________________________________________________________________
I. Tujuan:
Mengetahui suatu reaksi berlangsung secara eksoterm atau endoterm.
II. Landasan Teori:
Sistem adalah tempat terjadinya reaksi. Sementara lingkungan adalah area di luar system atau dapat disebut juga
area yang mengelilingi sistem.
1. Reaksi Eksoterm
Eksoterm adalah reaksi yang membebaskan kalor, yaitu perubahan yang mampu mengalirkan kalor dari system ke
lingkungan atau melepaskan kalor ke lingkungan. Bila perubahan eksoterm terjadi temperature system meningkat,
energy potensial zat-zat yang terlibat dalam reaksi menurun. Artinya entalpi produk lebih kecil daripada entalpi
reaksi. Oleh karena itu, perubahan entalpi reaksinya bernilai negatif. Artinya entalpi produk (Hp) lebih kecil dari
pada entalpi pereaksi (Hr). Oleh karena itu perubahan entalpinya (ΔH) bertanda negatif.
Reaksi Eksoterm: ΔH = Hp – Hr< 0 (negatif).
2. Reaksi Endoterm
Endoterm adalah reaksi yang menyerap kalor yaitu perubahan yang akan mengalirkan kalor ke-dalam sistem. Bila
suatu perubahan endotermter jadi, temperature system menurun, energy potensial zat-zat yang terlibat dalam reaksi
akan meningkat. Pada reaksi endoterm, system menyerap energi. Oleh karena itu, entalpi system akan bertambah,
artinya entalpi produk (Hp) lebih besar daripada entalpi pereaksi (Hr). Akibatnya, perubahan entalpinya (ΔH)
bertanda positif.
Reaksi Endoterm: ΔH = Hp – Hr> 0 (positif).
III. Alat dan Bahan:
Alat Jumlah Bahan Jumlah
Gelas kimia 100 mL 1 Aquades (air suling) 25 mL
Termometer 1 Padatan kapur sirih (CaO) 1
Batang pengaduk kaca 1 Serbuk NaHCO3 2 spatula
Cawan arloji 1 Larutan asam cuka (CH3COOH) 10 mL (200 tetes)
Ba(OH)2 1
NH4Cl 10 mL (200 tetes)

IV. Prosedur Kerja:


1. Isilah gelas kimia dengan 25 mL air. Ukurlah suhunya dengan termometer terlebih dahulu.
2. Masukkan beberapa keping kapur sirih ke dalam gelas kimia berisi air. Aduk hingga rata ukur lagi suhunya
dengan termometer.
3. Isilah gelas kimia dengan 25 ml larutan asam cuka. Ukurlah suhunya dengan termometer.
4. Masukkan serbuk NaHCO3 ke dalam gelas kimia berisi larutan asam cuka. Aduk hingga rata ukur lagi suhunya
dengan termometer.
NB: Asam cuka = asam asetat = asam etanoat (CH3COOH).
V. Data Pengamatan:
Bahan atau zat Hasil pengukuran suhu
CaO(s)+ H2O(l) ΔTawal = 30°C, ΔTakhir = 41°C (eksoterm)
CH3COOH(aq)+ NaHCO3(s) ΔTawal = 30°C, ΔTakhir = 22°C (endoterm)
Ba(OH)2(s) +NH4Cl(aq) ΔTawal = 28°C, ΔTakhir = 23°C (endoterm)
Mg(s) + HCl(aq) ΔTawal = 30°C, ΔTakhir = 48°C (eksoterm)
H2O(l) ΔTawal = 28°C, ΔTakhir = 28°C
VI. Pertanyaan dan Tugas
1. Tuliskan pengertian dari reaksi eksoterm dan endoterm !
2. Tuliskan masing-masing 3 contoh yang termasuk reaksi eksoterm dan endoterm dlm kehidupan kita sehari-hari !
3. Tuliskan reaksi lengkap untuk masing-masing percobaan di atas !
4. Tuliskan persamaan termokimia dan diagram tingkat energi dari percobaan tersebut !
Jawaban:
1. Reaksi Eksoterm diartikan sebagai reaksi kimia yang dapat menghasilkan kalor. Reaksi ini terjadi karena adanya
perpindahan kalor (panas) dari system ke lingkungan yang mengakibatkan lingkungan jadi lebih panas.
Reaksi eksoterm dapat terjadi secara natural (alami) dan juga buatan (disengaja).
Contoh reaksi eksoterm yang terjadi di alam adalah pembakaran kayu, air mengalir, atau besi berkarat.
Reaksi Endoterm adalah perpindahan panas dari lingkungan ke dlm system mengakibatkan suhu wilayah dari
lingkungan menurun & menjadi lebihdingin. Karena reaksi endoterm ini menyerap energi, maka dpt menyebabkan
energy dari system semakin bertambah. Karena itu entalpinya juga bertambah sehingga perubahannya mempunyai
tanda yg positif. Salah satu contoh reaksi endoterm dalam kehidupan sehari-hari adalah peristiwa fotosintesis.
2. Contoh reaksi eksoterm dalam kehidupan sehari-hari yaitu,
- Reaksi pembakaran kayu bakar,
- Reaksi yang terjadi ketika batu kapur dimasukan ke dalam air dan
- Reaksi yang terjadi ketika proses fermentasi tapai.
Contoh reaksi endoterm yaitu: 
- Mendidihkan air, dimana proses pendidihan tersebut membutuhkan kalor atau panas,
- Reaksi fotosintesis,
- Es yang meleleh, dan
- Melarutkan ammonium nitrat ke-dalam air.
3. Reaksi lengkapnya adalah sbb:
- CaO(s) + H2O(l) → Ca(OH)2(s)
- CH3COOH(aq) + NaHCO3(s) → CH3COONa(aq) + CO2(g) + H2O(l)
- Ba(OH)2(s) + 2NH4Cl(aq) → BaCl2(aq) + 2H2O(l) + 2NH3(g
- Mg (s) + 2HCl (aq) → MgCl2(aq) + H2(g)
4. CaO(s) + H2O(l) → Ca(OH)2(s): CH3COOH(aq) + NaHCO3(s) → CH3COONa(aq) + CO2(g) + H2O(l):
CaO(s) + H2O(l) CH3COONa(aq) + CO2(g) + H2O(l)

∆H =- ∆H =+

Ca(OH)2 (s)
CH3COOH(aq) + NaHCO3(s)

Ba(OH)2(s) + 2NH4Cl(aq) → BaCl2(aq) + 2H2O(l) + 2NH3(g): Mg (s) + 2HCl (aq) → MgCl2(aq) + H2(g):

BaCl2(aq) + 2H2O(l) + 2NH3(g) Mg (s) + 2HCl


(aq)

∆H =+ ∆H =-

Ba(OH)2(s) + 2NH4Cl(aq) MgCl2(aq) + H2(g)

VII. Kesimpulan:
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa reaksi eksoterm ditandai dengan
kenaikan suhu lingkungan (keadaan tabung menjadi panas, dan reaksi endoterm ditandai dengan penurunan suhu
lingkungan (keadaan tabung menjadi dingin).
VIII. Daftar Pusaka:
https://www.studocu.com/id/document/ssekolah-menengah-atas-negeri-10-fajar-harapan/matematika/laprak-endo-
ekso-laporan-praktikum-endoterm-dan-eksoterm/33380728
Laboratorium Kimia SMA Medhodist-3
Praktikum Ke-8 Kelas XI.IPA-4 Semester 1
Tahun Pelajaran: 2022/2023
_________________________________________________________________________________
Judul : “Menghitung Kalor Reaksi”
Praktikan : Kelompok 3
Ketua :Samuel (25)
Anggota : 1) Edison Tan (3)
2) Evelyn Prakusya (7)
3) Thalia Aurelia Limberta (31)
Tanggal Pelaksanaan Praktikum : 03 November 2022
Tanggal Pengumpulan Laporan : 17 November 2022
_________________________________________________________________________________
I. Tujuan:
Menghitung besarnya perubahan entalpi dari suatu reaksi.
II. Landasan Teori:
Termokimia adalah bagian dari termodinamika yg membahas perubahan panas dari suatu reaksi kimia &hubungan
dengan pengaruh kalor yang menyertai reaksi-reaksi kimia. Secara eksperimen kalor reaksi dapatditentukan dgn
kalorimeter, tapi tidak semua reaksi dapat ditentukan kalor reaksinya secara kalorimetrik. Penentuan kalor terbatas
pada reaksi-reaksi yang telah berlangsung dengan cepat seperti pada reaksi pembakaran, reaksi penetralan, dan
reaksi pelarutan. Cara mengetahui kebenaran dari teori pembuatan kalorimeter sederhana dan cara penetapannya
serta penentuan kalor reaksi, maka dilakukan percobaan“Termokimia”. Percobaan ini akan ditentukan kalor reaksi
secara kalorimetrikdengan menentukan terlebih dahulu tetapan kalorimeter dengan memperhitungkan banyak
kalor yang dibebaskan dan diserap dari bahan yang digunakan, sehingga banyaknya perubahan kalor selama reaksi
dapat dihitung.
Aplikasi dari percobaan “Termokimia” pada perabotan rumah tangga antaralain:
Pada penggunaan termos air panas dan termos es. Selain itu, termokimia juga biasa terjai pada fenomena angin
darat dan angin laut, juga senyawa-senyawa yang bereaksi eksotermis banyak digunakan sebagai bahan bakar
seperti halnya LPG, bensin dan lain-lain.
III. Alat dan Bahan:
Alat Jumlah Bahan Jumlah
Gelas plastic 500 mL 1 Serbuk Zn 0,5 gr
Gelas ukur 50 Ml 1 Larutan NaCl 0,1 M 25 mL
Termometer 1 Larutan AgNO3 0,1 M 25 mL
Neraca 1 Larutan CuSO4 0,1 M 25 mL
Batang pengaduk 1
IV. Prosedur Kerja:
PERCOBAAN A
1. Isi sebuah gelas plastik dengan 25 mL larutan AgNO3 0,1 M.
2. Masukkan ke dalam gelas ukur sebanyak 25 mL larutan NaCl.
3. Ukur dan catat kedua larutan masing-masing.
4. Tuangkan larutan NaCl ke dalam gelas plastik dengan yang berisi larutan AgNO3.
5. Aduk dan catat suhu tertinggi campuran sebagai suhu akhir.
PERCOBAAN B
1. Isi sebuah gelas plastik dengan 25 mL larutan CuSO4.
2. Ukur suhu larutan.
3. Timbang ± 0,5 gr serbuk Zn dan masukkan serbuk Zn ke dalam gelas plastik yang berisi larutan CuSO4.
4. Aduk dan catat suhu tertinggi sebagai suhu akhir campuran.
V. Data Pengamatan:
Suhu Awal Suhu awal Suhu akhir
Pengamatan lain
AgNO3 NaCl rata-rata campuran
27℃ 27℃ 27℃ 27,8℃ perubahan warna, terbentuknya endapan

Suhu Awal CuSO4 Suhu akhir campuran Pengamatan lain


28℃ 31℃ perubahan warna, terbentuknya endapan
VI. Pertanyaan dan Tugas:
1. Mengapa pada percobaan ini digunakan gelas plastik? Dapatkah gelas plastik diganti dengan gelas kaca?
2. Tuliskan persamaan reaksi: AgNO3 (aq) + NaCl (aq) → ………………………………
3. Mengapa suhu tertinggi reaksi pada percobaan ini dianggap suhu akhir campuran?
4. Jelaskan mengapa kalor reaksi air dianggap sama dengan kalor reaksi larutan?
Jawaban:
1. Plastik dianggap isolator sehingga dianggap tidak terlalu menyerap kalor dan dapat menahan kalor untuk lepas
ke lingkungan, sedangakn kaca merupakan konduktor panas sehingga dapat menyerap kalor dan dilepaskan ke
lingkungan. Selain itu tidak semua kaca tahan terhadap suhu tinggi,apabila dikenai suhu yang terlalu tinggi, maka
kaca dapat pecah dan berbahaya bila kaca pecah ketika terjadi reaksi.
2. AgNO3 (aq) + NaCl (aq) → AgCl + NaNO3.
3. Karena suhu tertinggi campuran merupakan suhu akhir yang dimana benda bersuhu tinggi akan mnerima kalor.
4. Karena larutan yang dibuat komposisinya sebagian besar terdiri dari air. Sehingga penambahan zat terlarut
dianggap tidak merubah kalor jenis pelarut (yang dalam hal ini adalah air), seperti kamu masukin 1 sendok garam
ke dalam danau air tawar.

VII. Kesimpulan:
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat disimpukan bahwa:
Suatu benda yang memiliki suhu tinggi akan melepaskan kalor energi sedangkan benda yang memiliki suhu rendah
akan menyerap kalor energi.

VIII. Daftar Pusaka:


https://www.academia.edu/33617144/LAPORAN_PRAKTIKUM_KIMIA_DASAR_PERCOBAAN_IV_TERMOKIMIA
Laboratorium Kimia SMA Medhodist-3
Praktikum Ke-9 Kelas XI.IPA-4 Semester 1
Tahun Pelajaran: 2022/2023
_________________________________________________________________________________
Judul : “Membuktikan Hukum Hess”
Praktikan : Kelompok 3
Ketua : Samuel (25)
Anggota : 1) Edison Tan (3)
2) Evelyn Prakusya (7)
3) Thalia Aurelia Limberta (31)
Tanggal Pelaksanaan Praktikum : 17 November 2022
Tanggal Pengumpulan Laporan : 01 Desember 2022
_________________________________________________________________________________
I. Tujuan:
Membuktikan kebenaran Hukum Hess.
II. Landasan Teori:
Hukum Hess adalah sebuah hukum dalam kimia fisik untuk ekspansi Hess dalam siklus Hess. Hukum ini
digunakan untuk memprediksi perubahan entalpi dari hukum kekekalan energy (dinyatakan sebagai fungsi keadaan
ΔH).
Menurut hukum Hess, karena entalpi adalah fungsi keadaan maka perubahan entalpi dari suatu reaksi kimia adalah
sama, walaupun langkah-langkah yang digunakan untuk memperoleh produk berbeda. Dengan kata lain, hanya
keadaan awal dan akhir yang berpengaruh terhadap perubahan entalpi, bukan langkah-langkah yang dilakukan
untuk mencapainya. Hal ini menyebabkan perubahanentalpi suatu reaksi dapat dihitung sekali pun tidak dapat
diukur secara langsung. Caranya adalah dengan melakukan operasi aritmatika pada beberapa persamaan reaksi
yang perubahan entalpinya diketahui. Persamaan-persamaan reaksi tersebut diatur sedemikian rupa sehingga
penjumlahan semua persamaan akan menghasilkan reaksi yang kita inginkan. Jika suatu persamaan reaksi
dikalikan (atau dibagi) dengan suatu angka, perubahan entalpinya juga harus dikali (dibagi). Jika persamaan itu
dibalik, maka tanda perubahan entalpi harus dibalik pula (yaitu menjadi -ΔH).
Selain itu, dengan menggunakan hukum Hess, nilai ΔH juga dapat diketahui dengan pengurangan entalpi
pembentukan produk-produk dikurangi entalpi pembentukan reaktan. Secara matematis.
ΔH = ΔHf Produk - ΔHf Reaktan.
Perubahan entalpi suatu reaksi juga dapat diramalkan dari perubahan entalpi pembakaran reaktan dan produk,
dengan rumus:
ΔH = -ΔHc Produk +ΔHc Reaktan.

III. Alat dan Bahan:


Alat Jumlah Bahan Jumlah
Gelas plastik 250 mL 1 Larutan HCl 0,5 M 50 mL
Gelas ukur 100 mL 1 Larutan HCl 1 M 25 mL
Termometer 100°C 1 NaOH padat 1,5 gr
Neraca 1 Aquades (air suling) 25 mL
Cawan arloji 1

IV. Prosedur Kerja:


Percobaan A
1. Ambil 25 mL air suling dan masukkan ke dalam gelas plastik ukur suhunya.
2. Timbang 0,5 gram NaOH dan masukkan ke dalam gelas plastik yang telah diisi dengan air suling aduk sampai
semua NaOH larut dan ukur suhu larutan ini dengan termometer.
3. Catat suhu tertinggi yang dicapai.
4. Dinginkan larutan sampai suhu kamar dan gunakan larutan tersebut untuk percobaan B.
Percobaan B
1. Ambil 25 mLlarutan HCl 1 M dan masukkan ke dalam gelas plastik ukur suhunya.
2. Ambil larutan NaOH yang dibuat pada percobaan A. Ukur kembali suhunya.
3. Bila suhu kedua larutan tidak sama, ambil suhu rata-ratanya.
4. Tuangkan larutan NaOH tersebut ke dalam larutan HCl 1 M.
5. Aduk dan ukur suhunya dengan termometer. Catat suhu tertinggi yang dipakai.
Percobaan C
1. Ambil 50 ml larutan HCL 0,5 M dan masukkan ke dalam gelas plastik. Ukur suhunya.
2. Timbang 1 gram NaOH dan masukkan ke dalam larutan HCl 0,5 M. Aduk sampai semua NaOH larut dan ukur
suhu larutan ini dengan termometer. Catat suhu tertinggi yang dicapai.
V. Data Pengamatan:
Hasil pengamatan suhu
Percobaan Suhu awal (°C) Suhu akhir (°C) ∆T (°C) mol NaOH
G 0,5 1
A 25°C 27°C ∆T = 27°C - 29°C = 2°C n= = = =0,0125 mol
Mr 40 80
G 0,5 1
B 26°C 28°C ∆T = 28°C - 26°C = 2°C n= = = =0,0125 mol
Mr 40 80
G 1
C 27°C 31°C ∆T = 31°C - 27°C = 4°C n= = =0,025 mol
Mr 40
Hasil perhitungan
Percobaan Jumlah kalor yang dibebeaskan (Q) ∆H untuk 1 mol NaOH
214,2 joule J kJ
A Q= (25+ 0,5 ) ×4,2 ( 2 )=214,2 joule ∆ H= =17.136 =17,136
0,0125 mol mol mol
424,4 joule J kJ
B Q= (25+ 25,5 ) × 4,2 ( 2 )=424,4 joule ∆ H= =33.936 =33,936
0,0125 mol mol mol
856,8 joule J kJ
C Q= (50+ 1 ) × 4,2 ( 4 )=856,8 joule ∆ H= =34.272 =34,272
0,025 mol mol mol
Q =∆H Q = m . c .∆T

VI. Pertanyaan dan Tugas:


1. Buatlah persamaan reaksi dari ketiga kegiatan di atas !
2. Disebut apa perubahan entalpi pada perubahan NaOH padat ?
3. Reaksi-reaksi di atas dibagi menjadi dua kelompok reaksi. Berdasarkan pereaksi awal dan hasil reaksi yang
sama, buatlah kelompok reaksi tersebut dan lengkapilah dengan harga perubahan entalpinya.

a. ∆ H =¿ kJ
∆ H =¿ kJ
___________________________________________________________________________________________+
∆ H =¿ kJ
b. ∆ H =¿ kJ

4. Dengan memperhatikan harga ΔH dari kedua kelompok tersebut menurut pendapatmu apakah bagian ini
berlaku hukum Hess ? Jelaskan jawabanmu !
5. Buatlah diagram tingkat energi seperti contoh di bawah untuk masing-masing percobaan atas !
e
n
e
r
g
i
Percobaan A

6. Buatlah diagram tingkat energi gabungan dari ketiga kegiatan tersebut !


e
n
e
r
g
i

Jawaban:
1. a) NaOH(s) + H2O(l) →NaOH(aq) + H2(g)
b) HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
c) HCl(aq) + NaOH(s) → NaCl(aq) + H2O(l)
2. Reaksi tersebut adalah reaksi entalpi peleburan standar (ΔH°fus) yaitu entalpi yang menyertai perubahan zat dari
fase padat menjadi fase cair. Dalam hal ini, NaOH padat melebur menjadi larutan NaOH.
3. a. NaOH(s) + H2O(l) →NaOH(aq) + H2(g) ∆ H =¿ -17,136 kJ
HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)∆ H =¿ -33,936 kJ
_________________________________________________________+
HCl(aq) + NaOH(s) → NaCl(aq) + H2O(l) ∆ H =¿ -51,072 kJ

b. HCl(aq) + NaOH(s) → NaCl(aq) + H2O(l) ∆ H =¿ -51,072 kJ


4. Kedua kelompok tersebut merupakan bagian dari hukum Hess karena percobaan 1 dan percobaan 2
menggunakan prinsip penjumlahan kalor yang artinya percobaan yang dilakukan oleh praktikan ini berlaku Hukum
Hess.

5. e NaOH(s) + H2O(l) e HCl(aq) + NaOH(aq) e NaOH(s) + HCl(l)


n n n
e ∆ H =¿ -17,136 kJ e ∆ H =¿ -33,936 kJ e ∆ H =¿ -51,072 kJ
r r r
g NaOH(aq) + H2(g) g g NaCl(aq) + H2O(l)
NaCl(aq) + H2O(l)
i i i
Percobaan A Percobaan B Percobaan C
6. e NaOH(s) + HCl(l)
n

e ∆ H =¿ -51,072 kJ ∆ H =¿ -33,936 kJ

r HCl(aq) + NaOH(aq)

g ∆ H =¿ -17,136 kJ

i NaCl(aq) + H2O(l)

Percobaan A + Percobaan B + Percobaan C

VII. Kesimpulan:
 Hukum Hess menyatakan bahwa entalpi suatu reaksi tidak tergantung pada jalannya reaksi, tetapi tergantung
pada keadaan awal dan keadaan akhir reaksi.
 Perubahan entalpi pada suatu reaksi memungkinkan untuk dihitung berdasarkan pada perubahan entalpi dari
reaksi lain yang nilainya telah diketahui.
VIII. Daftar Pustaka:
https://www.academia.edu/10899279/laporan_kimia_hukum_hess
Laboratorium Kimia SMA Medhodist-3
Praktikum Ke-10 Kelas XI.IPA-4 Semester 1
Tahun Pelajaran: 2022/2023
_________________________________________________________________________________
Judul : “Laju Reaksi”
Praktikan : Kelompok 3
Ketua : Samuel (25)
Anggota : 1) Edison Tan (3)
2) Evelyn Prakusya (7)
3) Thalia Aurelia Limberta (31)
Tanggal Pelaksanaan Praktikum : 17 November 2022
Tanggal Pengumpulan Laporan : 01 Desember 2022
_________________________________________________________________________________
I. Tujuan:
Mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
II. Landasan Teori:
Dalam ilmu kimia, laju reaksi menunjukan perubahan konsentrasi zat yang terlibat dalam reaksi setiap satuan
waktu. Konsentrasi pereaksi dalam suatu reaksi kimia semakin lama semakin berkurang, sedangkan hasil reaksi
semakin lama semakin bertambah.
Laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu konsentrasi, suhu, luas permukaan, dan katalis.
1. Konsentrasi:
Adalah banyaknya zat terlarut di dalam sejumlah pelarut. Semakin banyak zat terlarut, maka akan semakin besar
pula konsentrasi larutan. suatu larutan dengan konsentrasi tinggi mengandung partikel yang lebih banyak, jika
dibandingkan dengan larutan dengan konsentrasi yang lebih rendah. Pada konsentrasi tinggi, memungkinkan
tumbukan yang terjadi akan lebih banyak, sehingga membuka peluang semakin banyak tumbukan efektif yang
menyebabkan laju reaksi menjadi lebih cepat. Akibatnya, hasil reaksi akan lebih cepat terbentuk.
2. Suhu:
Peningkatan suhu meningkatkan fraksi molekul yang memiliki energi melebihi energi aktivasi. Frekuensi
tumbukan meningkat dengan meningkatnya suhu, dan diharapkan hal tersebut sebagai faktor untuk mempercepat
suatu reaksi kimia.
3. Luas Permukaan:
Memiliki peranan yang penting dalam laju reaksi. Apabila semakin kecil luas permukaan, maka semakin kecil
tumbukan yang terjadi antar partikel, sehingga laju reaksi semakin lambat. Begitupun sebaliknya. Karakteristik
kepingan yang direaksikan juga turut berpengaruh, yaitu semakin halus kepingan itu, maka semakin cepat waktu
yang dibutuhkan untuk bereaksi.
4. Katalis:
Ialah zat yang mengambil bagian dalam reaksi kimia dan mempercepatnya, tetapi ia sendiri tidak mengalami
perubahan kimia yang permanen. Jadi, katalis tidak muncul dalam persamaan kimia secara keseluruhan, tetapi
kehadirannya sangat mempengaruhi hukum laju, memodifikasi, dan mempercepat lintasan yang ada, atau
lazimnya, membuat lintasan yang sama sekali baru bagi kelangsungan reaksi. Katalis menimbulkan efek yang
nyata pada laju reaksi, meskipun dengan jumlah yang sangat sedkit.
Untuk mempercepat laju rekaksi ada 2 cara yang dapat dilakukan yaitu memperbesar energi kinetik suatu molekul
atau menurunkan harga Ea. Kedua cara itu bertujuan agar molekul-molekul semakin banyak memiliki energi yang
sama atau lebih dari energi aktivasi sehingga tumbukan yang terjadi semakin banyak.
Jika suatu zat dipanaskan, pertikel-partikel zat tersebut menyerap energi kalor. Pada suhu yang ebih tinggi molekul
bergerak lebih cepat sehingga energi kinetiknya bertambah. Peningkatan energi kinetik menyebabkan kompleks
teraktivasi lebih cepat terbentuk, karena energi aktivasi mudah terlampaui, dengan demikian reaksi berlangsung
lebih cepat. Secara matematis laju reaksi dinyatakan sebagai berikut:
-dA/dt= k[A]n
dimana:
dA/dt = laju perubahan konsentrasi A pada waktu tertentu.
k = konstanta laju reaksi.
[A] = konsentrasi pereaksi.
n = ordo reaksi.
Laju reaksi dapat dipergunakan untuk memprediksi kebutuhan bahan pereaksi dan produk reaksi tiap satuan waktu,
dan dapat juga dipergunakan untuk menghitung kebutuhan energi untuk produksi hidrogen.
Orde reaksi merupakan bagian dari persamaan laju reaksi. Penentuan orde reaksi tidak dapat diturunkan dari
persamaan reaksi tetapi hanya dapat ditentukan berdasarkan eksperimen dengan menggunakan sederet konsentrasi
pereaksi. Pada reaksi orde nol dimana n = 0, laju reaksi tidak tergantung pada konsentrasi pereaksi dan bersifat
konstan pada suhu tetap. Jadi laju reaksi orde nol hanya tergantung pada konstanta laju reaksi yang dinyatakan
sebagai k. Laju reaksi menurut orde satu dimana n = 1, dipengaruhi oleh konsentrasi pereaksi dimana laju reaksi
berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi. Hal ini berarti peningkatan konsentrasi akan meningkatkan pula laju
reaksi.
Orde reaksi terhadap suatu komponen merupakan pangkat dari konsentrasi komponen itu, dalam hukum laju.
Contohnya reaksi dengan hukum laju dalam persamaan v=k[A][B] merupakan orde pertama dalam A dan B. Orde
keseluruhan reaksi merupakan penjumlahan orde semua komponennya. Jadi, secara keseluruhan hukum laju
dengan persamaan v=k[A][B] adalah orde kedua.
Reaksi tidak harus mempunyai orde bilangan bulat. Demikian halnya dengan banyak reaksi fase-fase. Contohnya,
jika reaksi mempunyai hukum laju :
k[A]
V=
[ B]
Maka reaksi ini adalah orde setengah dalam A, orde pertama dalam B, dan secara keseluruhan mempunyai orde
tiga setengah. Jika hukum laju tidak berbentuk [A]x[B]y[C]z. Maka reaksi itu tidak mempunyai orde. Hukum laju
ditentukan secara eksperimen untuk reaksi fase gas.
H2 + Br2 → 2HBr
walaupun reaksi ini mempunyai orde pertama dalam H2, tetapi ordenya terhadap Br2-, HBr dan keseluruhan, tidak
tertentu (kecuali pada kondisi yang disederhanakan, seperti jika [Br2] > K’[HBr]
III. Alat dan Bahan:
Alat Jumlah Bahan
Beaker glass 1 Larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,1 M
Pipet tetes 1 Larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,2 M
Gelas ukur 1 Larutan HCL 0,1 M
Neraca 1 Larutan HCL 0,2 M
Pembakar spritus 1 Batu pualam (CaCO3)
Tripot/kaki tiga dan kasa 1
Termometer 1
Lumpang dan alu 1
IV. Prosedur Kerja
Percobaan A : Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
1. Buatlah tanda silang pada sehelai kertas
2. Masukkan 5 ml. larutan Na2S2O3 0,1 M. Letakkan beaker glass tersebut di atas kertas bertanda silang.
Tambahkan mL larutan HCI 0,1 M. Ukur dan catat waktu yang dibutuhkan sejak penambahan HCl sampai tanda
silang tak terlihat lagi.
3. Masukkan 5 ml. larutan Na2S2O30,1 M ke dalam gelas kimia yang lain. Letakkan gelaskimia itu di atas kertas
silang. Tambahkan 5 ml. larutan HCI 0,2 M. Ukur dan catat waktuyang dibutuhkan sejak penambahan HCI sampai
tanda silang tidak terlihat lagi.
4. Masukkan 5 ml. Na2S2O30,2 M ke dalam gelas kimia yang lain. Letakkan gelas kimia itu di atas kertas silang.
Tambahkan 5 mL larutan HCI 0.2 M. Ukur dan catat waktu yangdibutuhkan sejak penambahan HCI sampai tanda
silang tidak terlihat lagi.

Percobaan B : Pengaruh suhu terhadap laju reaksi


1. Buatlah tanda silang pada sehelai kertas.
2. Masukkan 10 mL larutan Na2S2O3 0,1 M ke dalam gelas kimia. Letakkan gelas kimia itu di atas kertas saring
yang bertanda silang, lalu ukurlah suhunya dan catat. Tambahkan 1 mL larutan HCI 0,1 M. Ukur dan catat waktu
yang dibutuhkan sejak penambahan HCI sampai tanda silang tidak terlihat.
3. Masukkan 10 mL larutan Na2S2O3 0,1 M ke dalam gelas kimia yang lain. Panaskan hingga10°C di atas suhu
percobaan pada langkah 2. Catat suhu tersebut. Letakkan gelas kimia itu di atas kertas bertanda silang, kemudian
tambahkan 1 mL larutan HCI 1 M dan catat waktu yang dibutuhkan pada langkah 2 di atas.
NB: segera buang hasil reaksi dan cuci gelas kimia agar endapan belerang tidak melekat pada tabung
reaksi

Percobaan C : Pengaruh ukuran zat padat terhadap laju reaksi


1. Ambilkan 2 butir pualam yang kira-kira massanya sama.
2. Salah satu biarkan utuh, sedangkan yang satu lagi ditumbuk hingga menjadi butiran kecil.
3. Siapkan 2 gelas kimia, isi dengan HCI 2 M sebanyak 10 mL.
4. Masukkan kedua keping pualam secara bersamaan.
a) keping pualam ke dalam gelas kimia.
b) serbuk pualam ke dalam gelas kimia.
5. Amati reaksi yang terjadi. Mana yang lebih dahulu habis bereaksi ?
V. Data Pengamatan:
1. Percobaan A : Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi.
No [Na2S2O3] [HCL] Waktu (detik) Laju Reaksi (M/S)
1 0,1 M 0,1 M 03:23:17 2
2 0,1 M 0,2 M 02:42:15 4
3 0,2 M 0,2 M 01:35:85 16
2. Percobaan B : Pengaruh suhu terhadap laju reaksi.
Sebelum dipanaskan Sesudah dipanaskan
t2 : t 1
suhu (T1) waktu (t1) suhu (T2) waktu (t2)
32C 00:56:43 42C 00:28:04 0,6
3. Pengaruh ukuran zat padat terhadap laju reaksi.
a. Total permukaan serbuk pualam
lebih luas dibandingkan kepingan pualam
b. Yang bereaksi lebih cepat : serbuk pualam lebih cepat disbanding kepingan pualam
VI. Pertanyaan dan Tugas:
Percobaan A
1. Tuliskan faktor-faktor mempengaruhi laju reaksi ! Jelaskan secara singkat !
Jawaban:
a. Konsentrasi.
Jika kecepatan suatu zat semakin besar maka laju reaksinya semakin besar pula dan sebaliknya jika konsentrasi
semakin kecil maka laju reaksinya semakin kecil pula. 
b. Luas permukaan bidang sentuh (LPBS).
Jika LPBS diperbesar maka laju reaksinya semakin cepat. Jika LPBS diperkecil, maka laju reaksinya semakin
lambat.
c. Suhu/temperatur.
Jika suhu diperbesar maka laju reaksi semakin cepat. Jika suhu diperkecil maka laju reaksi semakin lambat. Setiap
kenaikan suhu 10C, laju reaksi akan meningkat 2 atau 3 kali dari laju reaksi mula-mula.
d. Katalis.
Konsep yang menerapkan pengaruh terhadap laju reaksi diantaranya katalis menurunkan energy pengaktifan suatu
reaksi dengan jalan membentuk tahap-tahap reaksi yang baru.
2. Tuliskan persamaan reaksi dari percobaan di atas!
Jawaban:
Na2S2O3 (aq) + 2HCl (aq)  2NaCl (aq) + S (s) + SO2 (g) + H2O (l)
3. Tentukan harga tetapan jenis reaksi!
Jawaban:
a b
V 1 k . [ 0,1 ] [ 0,1 ] V 2 k . [0,1] a [0,2]b
= =
V 2 k . [ 0,1 ] a [ 0,2 ] b V 3 k . [0,2] a [0,2]b

( )
2 0,1 b
( )
a
4 0,1
= =
4 0,2 16 0,2

() ()
b a
1 1 1 1
= =
2 2 4 2
b=1 a=2
a b
v=k .[ Na ¿ ¿ 2 S2 O 3 ] [ HCl] ¿
2 1
2=k . [ 0,1 ] [ 0,1 ]
2=k .0,001
k =2000

4. Tentukan laju reaksi, jika konsentrasi Na2S2O3 dan HCl masing masing 0,5M!
Jawaban:
a b
v=k .[ Na ¿ ¿ 2 S2 O 3 ] [ HCl] ¿
2 1
v=2000. [ 0,5 ] [ 0,5 ]
v=250 m/s
Percobaan B
1. Bagaimana pengaruh suhu terhadap laju reaksi antara Na2S2O3 dan larutan HCl? Jelaskan!
Jawaban:
Pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi antara larutan Na2S2O3 dengan larutan HCl adalah semakin tinggi suhu
suatu larutan, maka semakin cepat laju reaksi yang akan terjadi. Apabila suhu reaksi dinaikkan, maka energi
kinetic dari partikel-partikel zat reakran yang bertumbukan akan semakin cepat sehingga zat produk yang diperoleh
semakin besar.
2. Pada umumnya, reaksinya berlangsng 2 kali lebih cepat jika suhu dinaikan 10C. Apakah hal tersebut berlaku
pada percobaan ini?
Jawaban:
Iya, karena dari data pengamatan diatas setelah suhunya dinaikan 10C, waktunya berlangsung lebih cepat otomatis
reaksinya berlangsung 2 kali lebih cepat disbanding sebelumnya.
3. Berdasarkan percobaan tersebut, tentukan berapa lama reaksi berlangsung jika suhunya dinaikkan menjadi 4 kali
suhu awal (4T1)?
Jawaban:
ta=( )∆v
1 Ta−¿ ∆T
׿

ta=() 1 128−32
2
10
×56

()
9,6
1
ta= × 56
2
7 √5 4
ta= ≈ 0,72 s
128

Percobaan C
1. Terangkan alasan untuk masing-masing hal berikut ini:
a. Mengapa kita perlu mengunyah makanan sebelum menelannya ?
Jawaban:
Mengunyah mengubah makanan menjadi partikel partikel lebih kecil sehingga bias dicerna dengan mudah oleh
tubuh. Akhirnya, nutri yang masuk ke tubuh lebih maksimal. Mencerna merupakan tugas tubuh yang berat.
Dengaan kita mengunyah secara baik maka akan meringankan tugas sistem percernaan kita.
b. Kayu balok terbakar lambat, tetapi akan terbakar cepat jika balok diubah menjadi serbuk.
Jawaban:
Salah satu faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah luas permukaan reaktan. Jika reaktan dipecah menjadi
bagian yang lebih kecil, luas permukaan reaktan akan bertambah. Hal ini mengakibatkan jumlah partikel di
permukaan semakin banyak yang mengalami tumbukan.Demikian juga kayu yang menjadi bubuk akan lebih
mudah terbakar, karena bidang kontak lebih besar, sehingga kemungkinan tumbukan efektif lebih tinggi.Dengan
demikian, balok yang diubah menjadi serbuk lebih mudah terbakar daripada kayu balok karena luas permukaan
bidang kontak lebih besar.
2. Kemukakan beberapa proses lain dalam kehidupan sehari-hari atau dalam industri kemukakan beberapa proses
lain dalam kehidupan sehari-hari atau dalam industri yang lajunya berkaitan dengan luas permukaan!
Jawaban:
Penduduk pedesaan membelah kayu gelondongan menjadi beberapa bagian sebelum dimasukkan ke dalam tungku
perapian.
Sebelum makanan ditelan, makanan dikunyah terlebih dahulu. Pengunyahan tersebut bertujuan untuk memperluas
bidang sentuh sehingga proses percernaan selanjutnya menjadi lebih cepat.
VII. Kesimpulan:
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi laju reaksi seperti katalis yang merupakan zat yang dapat
meningkatkan laju reaksi tanpa mempengaruhi hasil reaksi titik berikutnya adalah suhu yaitu semakin tinggi suhu
maka reaksi semakin lambat juga. luas permukaan, untuk campuran heterogen reaksi hanya terjadi pada bidang
batas campuran yang disebut bidang sentuh titik konsentrasi, semakin tinggi konsentrasi maka semakin laju
reaksinya semakin rendah konsentrasinya maka semakin lambat reaksinya.
VIII. Daftar Pustaka:
https://www.academia.edu/43652008/Laporan_Praktikum_Kimia_Laju_Reaksi

Anda mungkin juga menyukai