Anda di halaman 1dari 6

Laboratorium Kimia SMA Methodist-3

Praktikum Ke – 19 Kelas XI IPA-4 Semester-2


Tahun Pelajaran 2022/2023
Judul : “ Titrasi Asam dan Basa (I) ”
Praktikan : Kelompok 6
Ketua : Federick Julianto ( 8 )
Anggota : 1. Michelle Yoviana ( 20 )
2. Sammy Farrel Zebua ( 24 )
3. Verlyn Pangestu ( 32 )
Tanggal Pelaksanaan Praktikum : 16 Maret 2023
Tanggal Pengumpulan Laporan : 23 Maret 2023

Lembar Kegiatan Siswa


I. Tujuan
Menentukan indikator pH untuk titrasi asam kuat dan basa kuat

II. Dasar Teori


Larutan asam kuat memiliki ion hidrogen (H+), sementara basa kuat memiliki ion hidroksida
(OH‒). Diketahui bahwa asam kuat dan basa kuat dalam air akan terurai sempurna. Sehingga
ion hidrogen dan hidroksida dalam proses titrasi dapat langsung dihitung dari jumlah asam
atau basa yang ditambahkan.
Titrasi adalah sebuah proses untuk menentukan kadar suatu larutan (yang belum diketahui
konsentrasinya) menggunakan larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya. Larutan
yang akan dicari konsentrasi atau kadarnya pada titrasi asam basa disebut titrat atau analit.
Sedangkan larutan yang telah diketehui konsentrasinya disebut dengan titer atau titran.
Larutan yang kosentrasinya telah diketahui (titran/titer) pada titrasi asam basa
merupakan larutan standar atau larutan baku. Prinsip kerja dari titrasi berdasarkan
pada reaksi penetralan yaitu kadar larutan asam ditentukan dengan larutan basa, begitu juga
dengan sebaliknya. Langkah kerja dalam praktikum titrasi asam basa dilakukan dengan
mengupayakan titran dan titrat habis bereaksi. Pada saat titran dan tirat habis bereaksi
memenuhi kondisi mol asam sama dengan mol basa. Titik di mana saat kondisi mol asam
sama dengan mol basa disebut dengan titik ekuivalen.
Titrasi asam basa adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengetahui konsentrasi suatu
larutan asam basa. Langkah kerja yang dilakukan dalam proses praktikum adalah meneteskan
titran tetes demi tetes dari buret ke dalam labu erlenmeyer yang berisi titer. Proses dilakukan
sampai mencapai keadaan ekuivalen yaitu saat titran dan titer tepat habis bereaksi (secara
stoikiometri).
Pada titrasi asam kuat dan basa kuat, asam kuat dan basa kuat dalam air terurai dengan
sempurna. Oleh karena itu, ion hidrogen dan ion hidroksida selama titrasi dapat langsung
dihitung dari jumlah asam atau basa yang ditambahkan. Pada titik ekuivalen dari titrasi asam
kuat dan basa kuat memiliki pH sama dengan 7.
Dalam titrasi asam-basa sederhana, indikator pH dapat digunakan, sebagai contoh adalah
fenolftalein, di mana fenolftalein akan berubah warna menjadi merah muda ketika larutan
mencapai pH sekitar 8.2 atau melewatinya. Contoh lainnya dari indikator pH yang dapat
digunakan adalah metil jingga, yang berubah warna menjadi merah dalam asam serta
menjadi kuning dalam larutan akali, tidak semua titrasi membutuhkan indikator. Dalam
beberapa kasus, baik reaktan maupun produk telah memiliki warna yang kontras dan dapat
digunakan sebagai indikator.
Indikator terkenal phenoftalein merupakan asam diprotik dan tak berwarna. Ia mula-mula
berdisosiasi menjadi suatu bentuk tak berwarna dan kemudian, dengan kehilangan hidrogen
ke dua, menjadi ion dengan sistem konjugasi, maka dihasilkanlah wrana merah. Metil jingga,
indikator lain yang secara luas digunakan, merupakan basa dan berwarna kuning dalam
bentuk molekular. Penambahan ion hidrogen menghasilkan suatu kation yang berwarna
merah muda.
Pada keadaan ekuivalen dalam proses praktikum titrasi asam basa mencapai titik ekuivalen.
Pada saat proses yang dilakukan mencapai titik ekuivalen, maka proses titrasi dihentikan.
Dari titik ekuivalen dapat diketahui volume titran yang diperlukan saat mencapai titik
ekuivalen. Volume yang dibutuhkan ini kemudian digunakan dalam perhitungan.
Cara menentukan titik ekuivalen dapat dilakukan dengan bantuan indikator asam basa.
Indikator ini ditambahkan pada titran sebelum melakukan proses titrasi. Penambahan
indikator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah 2 ‒ 3 tetes menggunakan pipet
tetes.
Perubahan warna saat titran yang telah ditambahkan indikator menjadi tanda bahwa proses
yang berlangsung telah mencapai titik ekuivalen. Proses titrasi segera dihentikan saat mulai
mulai terjadi perubahan warna larutan. Atau dapat dikatakan bahwa kondisi saat terjadinya
perubahan warna indikator menjadi titik akhir titrasi. Besar volume titran yang dibutuhkan
selama proses titrasi digunakan dalam perhitungan.
Rumus titrasi asam basa yang digunakan untuk menentukan konsentrasi asam/basa adalah
sebagai berikut:
M asam ×V asam × valensi asam=M basa ×V basa × valensi basa
III. Alat dan Bahan
Alat Bahan
1. Beaker Glass 100 mL 1. Larutan HCl 0,1 M
2. Erlenmeyer 100 mL 2. Larutan NaOH 0,1 M
3. Buret 50 mL 3. Indikator Fenolftalein
4. Pipet tetes 4. Indikator universal
5. Statif + klem 1 set

IV. Cara Kerja


1. Ukur pH larutan HCl dan NaOH mula-mula (sebelum direaksikan) dengan indikator
menggunakan universal.
2. Masukkan 25 mL larutan HCI 0,1 M ke dalam gelas erlenmeyer 50 ml. dengan
menggunakan gelas kimia 100 mL dan tambahkan 2-3 tetes indikator phenolftalein.
3. Isi buret dengan larutan standar NaOH sampai skala 0.
4. Teteskan larutan standar dari buret ke labu erlenmeyer. Ukur pH larutan pada
penambahan larutan standar 5 mL, 10 mL, 15 mL, 20 mL, 23 mL, 24 mL, 25 mL, 26 mL
dan 30 mL.
5. Buatlah kurva titrasi harga pH larutan dalam gelas kimia terhadap penambahan larutan
standar.
6. Perhatikan nilai pH pada saat menjelang titik akhir sampai titik akhir titrasi tercapai.

V. Data Pengamatan

Percobaan
Volume Pengamatan warna Volume Pengamatan warna
pH pH
NaOH (mL) larutan NaOH (mL) larutan
5 3 Bening 24 10 Merah muda
10 6 Bening 25 10 Merah muda
15 6 Bening 26 10 Merah muda
20 6 Merah muda 30 11 Merah muda
23 10 Merah muda

VI. Pertanyaan
1. Bagaimana titik ekivalen pada titrasi tersebut di atas?
Jawaban:
Pada percobaan yang kita lakukan titik ekivalen pada larutan tersebut yaitu pH 6 pada
saat volume NaOH 20mL titrasi dengan larutan HCl mengahasilkan warna merah muda
dan tidak berubah lagi warnanya tetapi pH pada penambahakan NaOH akan berubah.
2. Tunjukkan dengan perhitungan, pH larutan dari reaksi berikut dan bandingkan hasilnya
dengan data hasil percobaan:
a. 25 mL HCl 0,1 M dengan 10 mL NaOH 0,1 M
b. 25 mL HCl 0,1 M dengan 25 mL NaOH 0,1 M
c. 25 mL HCl 0,1 M dengan 25,1 mL NaOH 0,1 M
Jawaban:
a) HCl + NaOH  NaCl + H2O
M 2,5 1
B 1 1 1
S 1,5 - 1
[H ] = val  M
+

1,5
=1
35
= 0,04
pH = 2-log4 ≈ 1,4
Pada perhitungan 25mL HCl dan 10mL NaOHmemiliki pH 1,4, sedangkan pada
percobaan diatas memiliki pH 6.
b) HCl + NaOH  NaCl + H2O
M 2,5 2,5
B 2,5 2,5 2,5
S - - 2,5
pH =7
Pada perhitungan 25mL HCl dan 25Ml NaOH memiliki pH 7, sedangkan pada percobaan
diatas memiliki pH 10
c) HCl + NaOH  NaCl + H2O
M 2,5 2,51
B 2,5 2,5 2,51
S - 0,01 2,51
[OH+] = val  M
0.01
=1
50,1
= 4 ×10−4
pOH = 4 – log4  pH = 10 + log4 ≈ 10,6
Pada perhitungan 25mL HCl dan 25,1mL NaOH memiliki pH 10,6, sedangkan pada
percobaan diatas cuma hanya ada 25mL jadi dianggap sama yang memiliki pH 10
3. Mengapa dalam setiap titrasi asam-basa selalu diperlukan indikator?
Jawaban:
Karena sebagai penanda supaya proses titrasi dapat dihentikan dan nilai konsentrasi zat
yang diinginkan dapat diketahui. Titrasi asam basa adalah suatu metode yang digunakan
untuk menentukan konsentrasi asam/basa.
Ada 3 jenis titrasi asam-basa, yaitu:
1. Titrasi asam kuat-basa kuat.
2. Titrasi asam lemah-basa kuat.
3. Titrasi basa lemah-asam kuat.
Istilah yang terdapat dalam titrasi asam-basa:
a. Analit: larutan yang akan dicari konsentrasinya.
b. Titran: larutan yang sudah diketahui konsentrasinya.
c. Titik ekivalen: keadaan dimana asam dan basa tepat habis bereaksi.
d. Titik akhir titrasi: keadaan dimana titrasi harus dihentikan tepat saat indikator
berubah warna.
4. Buatlah grafik pH larutan terhadap volume larutan NaOH.
Jawaban:

TA
pH
14
TE

0
0 10
Vol NaOH 20 30

VII. Kesimpulan
Pada awalnya, larutan NaOH dan larutan HCl yang telah ditambahkan indikator dalam
kondisi bening. Pada awal proses titrasi belum terjadi perubahan warna pada HCl dalam labu
erlenmeyer. Setelah penambahan NaOH 0,5 M mencapai sejumlah 20 mL mulai terlihat
adanya perubahan warna larutan HCl dalam labu erlenmeyer menjadi merah muda.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah titik ekuivalen pada proses titrasi yang dilakukan
terdapat pada saat penambahan 20 mL NaOH.
Kondisi tersebut merupakan titik akhir titrasi yang ditandai dengan adanya perubahan warna
larutan HCl dalam labu erlenmeyer. Pada kondisi tersebut, saat ion asam dan basa tepat habis
bereaksi atau saat mol asam sama dengan mol basa.
VIII. Daftar Pustaka
https://idschool.net/sma/praktikum-titrasi-asam-basa/
https://mahasiswa.ung.ac.id/421415063/home/2016/8/12/laporan-titrasi-asam-basa.html

Anda mungkin juga menyukai