Anda di halaman 1dari 5

TITRASI ASAM BASA

I. Pendahuluan
A. Tujuan
1. Menentukan konsentrasi larutan NaOH dari larutan standar H₂C₂O₄ dengan metode titrasi.
2. Menentukan konsentrasi larutan sampel HCl dari larutan NaOH yang telah distandarisasi dengan
metode titrasi

B. Dasar Teori

proton kepada zat yang lain . Dalam hali ini , proton adalah atom hidrogen yang kehilangan elektronnya.
Basa adalah zat yang menerima proton dari zat lain. Reaksi asam dan basa menghasilkan menghasilkan
asam dan basa yang lain (Golberg, 2002).
Menurut Arrhenius asam adalah zat yang bila dilarutkan dalam air terionisasi menghasilkan ion H+
dalam larutannya. Sedangkan basa adalah zat yang bila dilarutkan dalam air terionisasi menghasilkan ion
OH-.Menurut lewis, asam adalah suatu spesies yang dapat menerima pasangan elektron bebas
(akseptor pasangan elektron) dalam suatu reaksi kimia. Basa adalah suatu spesies yang dapat
memberikan pasangan elektron bebas (donor pasangan elektron) (Anonim, 2008).
Dalam analisis kuantitatif, indikator digunakan untuk menentukan titik ekuivalen dari titrasi asam-
basa. Karena indikator mempunyai interval pH yang berbeda-beda dan karena titik ekuivalen dari titrasi
asam-basa berubah-ubah sesuai dengan kekuatan relatif asam basanya, maka pemilihan indikator
merupakan hal terpenting. Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi asam-basa adalah titrasi yang yang
melibatkan asam maupun basa sebagai titer (zat yang telah diketahui konsentrasinya) maupun titrant (zat
yang akan ditentukan kadarnya) dan berdasarkan reaksi penetralan asam-basa. Kadar larutan asam
ditentukan dengan menggunakan larutan basa yang telah diketahui kadarnya, dan sebaliknya, kadar
larutan basa dapat diketahui dengan menggunakan larutan asam yang diketahui kadarnya. Titik ekivalen
yaitu pH pada saat asam dan basa (titrant dan titer) tepat ekivalen atau secara stoikiometri tepat habis
bereaksi. Titik ekuivalen titrasi ini dapat dicapai setelah penambahan 100 ml basa, pada saat ini pH
larutan besarnya 7. Titik ekuivalen ini disebut titik akhir teoritis. Problemnya sekarang adalah kita inngin
menetapkan titik akhir ini dengan pertolongan indikator. Titik akhir yang dinyatakan oleh indikator
disebut titik akhir titrasi. Indikator yang dipakai harus dipilih agar titik akhir titrasi dan teoritis berhimpit
atau sangat berdekatan. Untuk itu harus dipilih indikator yang memiliki trayek perubahan warnanya di
sekitar titik akhir teoritis (Sukardjo, 1984).
Titrasi asidimetri dan alkalimetri menyangkut reaksi dengan asam dan basa diantaranya : (1) titrasi
yang melibatkan asam kuat dan basa kuat, (2) titrasi yang melibatkan asam lemah dan basa kuat, dan (3)
titrasi yang melibatkan asam kuat dan basa leamah. Titrasi asam lemah dan basa lemah dirumitkan
oleh terhidrolisisnya kation dan anion dari garam yang terbentuk. Titik ekuivalen, sebagaimana
kita ketahui, ialah titik pada saat sajumlah mol ion OH- yang ditambahkan ke larutan sama dengan jumlah
mol ion H+yang semula ada. Jadi untuk menentukan titik ekuivalen dalam suatu titrasi, kita harus
mengetahui dengan tepat berapa volume basa yang ditambahkan dari buret ke asam dalam labu. Salah
satu cara untuk mencapai tujuan ini adalah dengan menambahkan beberapa tetes indikator asam-basa ke
larutan asam saat awal tersebut. Indikator biasanya ialah suatu asam atau basa organik lemah yang
menunjukkan warna yang sangat berbeda antara bentuk tidak terionisasi dan bentuk terionisasinya.
Kedua bentuk ini berikatan dengan pH larutan yang melarutkan indikator tersebut.Titik akhir titrasi
terjadi bila indikator berubah warna. Namun, tidak semua indikator berubah warna pada p normalitas

. Normalitas (kemolalan) adalah zat yang terlarut dalam setiap mili larutan (Anshori, 1997). Titrasi sering
disebut dengan titrasi volumetrik, karena diketahui volume titrannya.Volumetrik
terbagi menjadi beberapa kelompok, antara lain asidimetri dan alkalimetri. Cara titrasi ini berdasarkan
pada reaksi asam dan basa (Asikin, 1982).
Titrasi dapat mengetahui nilai dari suatu larutan yang belum kita ketahui molaritasnya, yaitu melalui
perhitungan dari hasil titrasi yang telah terjadi. Selainitujugadapatdiketahuibahan-bahanapasaja yang
dititrasi, yaituberatdariasamasetatdanpersentaseberat. Peristiwa titrasi asam basa terjadi karena
tercampurnya suatu senyawa kimia yang bersifat asam ke dalam senyawa kimia lainnya yang bersifat
basa atau sebaliknya, sehingga terjadi reaksi kimia dari kedua senyawa tersebut yang dapat kita amati
melalui terjadinya perubahan warna dari kedua larutan senyawa yang telah dicampurkan (Gunawan,
1998).

II. Metode Percobaan


A. Alat Dan Bahan

1. Buret 50 ml Sampel HCl


2. Statif dan klem Indikator fenolfalein
3. Corong pendek Aquadest
4. Labu erlenmeyer 50 ml H₂C₂O₄ 0,05 M
5. Gelas kimia 100 ml
6. Pipet tetes
7. Botol semprot
NaOH 0,1 M

. Prosedur Kerja
a) Standarisasi larutan NaOH
· Dipersiapkan buret yang akan digunakan dengan cara membilas dengan larutan NaOH. Pastikan
buret yang digunakan tidak macet dan bocor.
· Diisilah buret dengan larutan NaOH yang akan di standarisasi, kemudian cata volumenya.
· Dimasukkan 10 ml larutan H₂C₂O₄ 0,05 M ke dalam labu erlenmeyer 50 ml dan tambahkan 3
tetes indikator fenolftalein.
· Dilakukan titrasi menggunakan NaOH hingga tepat akan berubah warna, kemudian catat
volume NaOH yang digunakan.
· Lakukan percobaan tersebut secara duplo.
b) Penentuan konsentrasi HCl
· Dimasukkan 10 ml larutan HCl ke dalam labu erlenmeyer 50 ml dan tambahkan 3 tetes
fenolftal
Buret dibersihkan dengan NaOH + pada Volume pakai pada percobaan 1 V pakai labu
erlenmeyer di tambahkan 10 ml NaOH = 10,50 ml dan larutan
H₂C₂O₄ + 3 tetes fenolftalein + mengalami perubahan, dari larutan yang
diletakkan dibawah buret + kran awalnya tidak berwarna menjadi
dibuka perlahan agar NaOH menetes berwarna merah muda. Dan pada +
kran ditutup pada saat terjadi percobaan ke 2 V pakai NaOH = 0,30
perubahan warna + catat volume yang ml, dan mengalami perubahan dari
diperlukan. Percobaan dilakukan awalnya tidak berwarna
menjadi
duplo.

Perlakuan
Hasil
NaOH yang tersisa pada buret hasil Volume pakai pada percobaan 1 V pakai
penentuan konsentrasi NaOH dibiarkan + NaOH = 8,00 ml dan larutan mengalami
pada labu erlenmeyer ditambahkan HCl perubahan warna daari awalnya tidak
10 ml + 3 tetes fenolftalein + labu berwarna berubah menjadi merah muda.
erlenmeyer diletakkan di bawah buret + Dan pada percobaan ke 2 V pakai NaOH
kran dibuka agar NaOH menetes secara = 15090 ml, dan larutan mangalami
perlahan + tutup kembali pada saat terjadi perubahan yang awalnya tidak berwarna
perubahan warna + catat volume yang menjadi berwarna merah muda.
diperlukan. Percobaan dilakukan diplo.
Standarisasi larutan NaOH dengan H₂C₂O₄
Titrasi ke Volume Titrasi
V awal V akhir V pakai
1 0,00 10,50 10,50
2 10,50 10,80 0,30
V rata-rata = 5,40 ml
Titrasi HCl oleh NaOH
Titrasi ke Volume Titrasi
V awal V akhir V pakai
1 0,00 8,00 8,00
2 8,00 15,90 7,90
V rata-rata = 7,95 ml
harus digunakan indikator asam basa yang cocok atau sesuai guna mengurangi kesalahan pada proses
titrasi asan basa. Pada percobaan atau proses titrasi yaitu pada saat NaOH diteteskan secara perlahan ke
labu erlenmeyer digoyangkan agar menghasilkan perubahan warna, kran ditutup apabila terjadi
perubahan warna. Kran ditutup agar penambahan NaOH tidak terlalu banyak, karena penambahan NaOH
berlebih akan menyebabkan larutan menjadi melonjak basa, perubahan warna yang terjadi menunjukkan
bahwa larutan telah mencapai titik akhir titrasi, yaitu warnanya menjadi merah muda sesuai dengan
perubahan warna pada indikator yang digunakan yaitu fenolftalein. Dan percobaan dilakukan secara
diplo agar diketahui hasil titrasi yang dilakukan relatif dekat dengan hasil pengukuran volume yang
dibutuhkannya untuk mencapai titik ekuivalen.
Pada percobaan penentuan konsentrasi HCl ini buret yamg digunakan tidak dibersihkan terlebih
dahulu, karena menggunakan buret yang berisi larutan NaOH yang tersisa pada proses percobaan
pertama. Pada proses titrasi asam basa, buret yang digunakan dibersihkan dahulu menggunakan larutan
NaOH dengan tujuannya adalah untuk membersihkan buret dari berbagai bahan kimia yang lainnya agar
hasilnya baik. Pada titrasi ini digunakan volume HCl 10 ml dan volume NaOH didapatkan V rata-rata =
7,95 ml karena dilakukan percobaan diplo (percobaan 1 didapatkan V pakai = 8,00 ml dan percobaan 2
didapatkan V pakai = 7,90, sehingga V rata-rata = 7,95 ml). Sehingga didapatkan M HCl = 0,0367 M.
Titik akhir titrasi ditunjukkan dengan adanya perubahan warna larutan yaitu yang awalnya tidak
berwarna menjadi berwarna merah muda. Hal ini juga dikarenakan adanya penambahan 3 tetes
fenolftealin pada larutan HCl sebelum dititrasi. Dan proses titrasi sama dengan langkah-lamgkah
percobaan pertama yaitu titrasi NaOH dan H₂C₂O₄. Pada percobaan ini juga dilakukan secara diplo agar
diketahui hasil titrasi yang dilakukan relatif dekat dengan hasil pengukuran volume yang dibutuhkannya
untuk mencapai titik ekuivalen.
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, teori larutan asam bila direaksikan dengan
larutan basa akan menghasilkan garam dan air. Sifat asam dan sifat basa akan hilang dengan
terbentuknya zat baru yang disebut garam yang memiliki sifat berbeda dengan sifat aslinya. (misalkan
dalam percobaan pertama dihasilkan garam (COONa)2 dan 2H2O, dan percobaan kedua dihaslkan
garam NaCl dan H2O). Karena hasil reaksinya adalah air yang memiliki sifat netral, artinya jumlah ion
H+ sama dengan ion OH- maka reaksinya disebut dengan reaksi netralisasi atau penetralan. Pada reaksi
penetralan, jumlah asam harus ekuivalen dengan jumlah basa. Sehingga kita dapat mengetahui yang
dimaksud tutrasi asam basa adalah proses netralisasi larutan asam oleh basa dan hasil reaksinya atau
produknya adalah garam dan air.
Kesimpulan
1. Larutan NaOH yang telah distandarisasi dengan metode titrasi konsentrasinya didapat 0,0463
2. M.Larutan sampel HCl dari larutan NaOH yang telah distandarisasi dengan metode titraso
didapatkan konsentrasi sebanyak 0,068

Anda mungkin juga menyukai