Anda di halaman 1dari 7

TITRASI ASAM BASA

TUJUAN PERCOBAAN
Menghitung konsentrasi asam dengan cara titrasi menggunakan larutan basa
DASAR TEORI
Titrasi merupakan salah satu cara untuk menentukan
konsentrasi larutan suatu zat dengan cara
mereaksikan larutan tersebut dengan zat yang
diketahui konsentrasinya secara tepat. Prinsip dasar
titrasi asam basa didasarkan pada reaksi netralisasi
asam basa.
Titik ekuivalen pada titrasi asam basa adalah pada
saat dimana sejumlah asam dinetralkan oleh
sejumlah basa. Selama titrasi berlangsung terjadi
perubahan pH. Pada titik ekuivalen ditentukan oleh
sejumlah garam yang dihasilkan dari netralisasi
asam basa. Indikator yang digunakan pada titrasi
asam basa adalah yang memiliki rentang pH dimana titik ekuivalen berada. Pada umumnya titik
ekuivalen tersebut sulit diamati, yang mudah diamati adalah titik akhir yang dapat terjadi
sebelum atau sesudah titik ekuivalen tercapai. Titrasi harus dihentikan pada saat titik akhir titrasi
dicapai yang ditandai dengan perubahan warna indikator. Titik akhir titrasi tidak selalu berimpit
dengan titik ekuivalen . Dengan pemilihan indikator yang tepat, kita dapat memperkecil
kesalahan titrasi.
Pada titrasi asam kuat dan basa kuat, asam kuat
dan basa kuat dalam air terurai dengan sempurna.
Oleh karena itu, ion hidrogen dan ion hidroksida
selama titrasi dapat langsung dihitung dari jumlah
asam atau basa yang ditambahkan. Pada titik
ekuivalen dari titrasi asam kuat dan basa kuat, pH larutan pada temperatur 25˚C sama dengan pH
air yaitu sama dengan 7.
Jika suatu asam atau basa dititrasi, setia penambahan pereaksi akan mengakibatkan perubahan
pH. Grafik yang diperoleh dengan menyalurkan pH terhadap volume pereaksi yang ditambahkan
disebut kurva titrasi.
            Ada empat macam perhitungan jika suatu asam dititrasi dengan suatu basa.
-          Titik awal, sebelum penambahan basa.
-          Daerah antara (sebelum titik ekuivalen), larutan mengandung garam dan asam yang
berlebih.
-          Titik ekuivalen, larutan mengandung garam.
-          Setelah titik ekuivalen, larutan mengandung garam dan basa berlebih.
Dalam titrasi, suatu larutan yang harus dinetralkan dimasukkan ke dalam wadah atau tabung.
Larutan lain yaitu basa, dimasukkan ke dalam buret lalu dimasukkan ke dalam asam, mula-mula
cepat, kemudian tetes demi tetes, sampai titik setara dari titrasi tersebut tercapai. Salah satu
usaha untuk mencapai titik setara dalam melalui perubahan warna dari indikator asam basa. Titik
pada saat titrasi dimana indikator berubah warna dinamakan titik akhir (end point) dari indikator.
Yang diperlukan adalah memadankan titik akhir indikator yang perubahannya terjadi dalam
selang pH yang meliputi pH sesuai dengan titik setara.
Indikator asam basa adalah asam lemah yang tak terionnya (Hln) mempunyai warna yang
berbeda dengan warna anionnya. Jika sedikit indikator dimasukkan dalam larutan, larutan akan
berubah warna menjadi warna (1) atau warna (2) tergantung pada apakah kesetimbangan
bergerak ke arah bentuk asam atau anion. Arah pergeseran kesetimbangan dalam reaksi berikut
tergantung pada [H3O+] atau dengan kata lain pada pH.
Indikator terkenal phenoftalein merupakan asam
diprotik dan tak berwarna. Ia mula-mula berdisosiasi
menjadi suatu bentuk tak berwarna dan kemudian,
dengan kehilangan hidrogen ke dua, menjadi ion
dengan system terkonjugasikan, maka dihasilakanlah
wrana merah. Metal oranye, indikator lain yang secara
luas digunakan, merupakan basa dan berwarna kuning
dalam bentuk molekular. Penambahan ion hidrogen menghasilkan suatu kation yang berwarna
merah muda.
 Pada titrasi asam lemah, pemilihan indikator jauh lebih terbatas untuk suatu asam dengan pKa 5
kira-kira kepunyaan asam asetat, pH lebih tinggi dari 7 pada titik ekivalen, dan perubahan dalam
pH relatif kecil. Phenoftalein berubah warna pada kira-kira titik ekivalen dan merupakan
indicator yang cocok. Dalam hal asam yang sangat lemah, misalnya pKa = 9, tidak ada
perubahan dalam pH yang besar terjadi sekitar titik ekivalen. Jadi volume basa yang lebih besar
akan diperlukan untuk merubah warna suatu indikator dan titik ekivalen tidak akan di deteksi
dengan ketepatan yang biasa diharapkan.
            Ada beberapa macam titrasi bergantung pada reaksinya.  Salah satunya adalah titrasi
asam basa. Titrasi adalah suatu metode untuk menentukan konsentrasi zat didalam larutan.
Titrasi dilakukan dengan mereaksikan larutan tersebut dengan larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya. Reaksi dilakukan secara bertahap (tetes demi tetes) hingga tepat mencapai titik
stoikiometri atau titik setara.

ALAT DAN BAHAN


Alat:
 Buret 50 ml
 Corong gelas
 Pipet tetes
 Gelas beaker 50ml
 Erlenmeyer 125ml
 Statif dan klem
Bahan:
 Larutan NaOH standar 0.1M
 Larutan HCl xM
 Indikator PP
CARA KERJA
1. Masukkan larutan NaOH 0.1M kedalam buret
2. Masukkan larutan HCl xM sebanyak 10ml ke dalam Erlenmeyer
3. Tambahkan 3-5 tetes indikator Phenolphthalein ke dalam HCl xM
4. Lakukan titrasi sampai warna indikator berubah
5. Hitung volume NaOH yang digunakan

HASIL PERCOBAAN
Pengukuran Erlenmeyer 1 Erlenmeyer 2 Erlenmeyer 3
Posisi awal NaOH (ml) 0 26,5 36,5
Posisi akhir NaOH (ml) 11,1 36,5 46,9
Volume NaOH yang
11,1 10 10,4
digunakan (ml)
V́ NaOH=10,5ml

ANALISIS DATA
Kadar atau konsentrasi HCl (asam) dapat ditentukan melalui proses titrasi, yaitu dengan
mereaksikan HCl (titrat) yang ditambahkan 3-5 tetes indikator PP dengan NaOH (titran). Titrasi
harus dihentikan bila larutan HCl yang dicampurkan dengan 3 tetes indikator berubah warna dari
bening hingga menjadi ungu atau merah muda. Volume NaOH yang digunakan akan
mempengaruhi hasil konsentrasi dari HCl tersebut, sehingga harus sangat berhati-hati melakukan
praktikum ini. Setelah volume NaOH (basa) diketahui, barulah Konsentrasi HCl (asam) bisa
dihitung. Ada beberapa kesalahan yang menyebabkan kegagalan titrasi, sehingga pengulangan
percobaan terjadi untuk mendapatkan hasil yang empiris dan benar. Adapun hal yang
menyebabkan kesalahan dalam percobaan ini adalah :
o Kebocoran Buret
o Kesalahan penglihatan pada saat pengukuran volume pada buret
o Kesalahan dalam mengamati perubahan warna
Dari percobaan kami mendapati bahwa volume NaOH yang diperlukan untuk menetralisir
seluruh HCl adalah sebesar 10,5 ml.
Perhitungan :
1. Tuliskan reaksi yang terjadi pada titrasi asam-basa di atas !
HCl + NaOH  H2O + NaCl
Reaksi ion bersih : H+ + OH-  H2O
2. Menghitung molaritas HCl yang digunakan :
M 1 V 1=M 2 V 2
0.1 ×10,5=M 2 ×10
M 2=0,105 M
3. Menghitung jumlah mol asam (HCl) terpakai dalam titrasi:
n=M 2 V 2=0,105× 0,01=1,05 ×10−3mol
4. Menghitung molaritas basa (M=mol NaOH yang terpakai/ volume rata-rata basa terpakai) :
n=M 1 V 1=0.1 × 0,0105=1,05 ×10−3 mol
[Pengayaan]:
Phenolphthalein adalah indicator yang
mempunyai trayek perubahan warna sekitar
pH 8.2, artinya titrasi berakhir saat pH larutan
sekitar 8.2. Jika kita melakukan pendekatan,
HCl + NaOH  H2O + NaCl
n HCl = ( xM × 0,01 ) mol

n NaOH= ( 0,1 M × 0,0105 ) mol

pOH =14−8,2=5,8

Sehingga,
¿

(1,05−10 x )× 10−3
−3
=10−5,8
20,5 ×10
10 x=1,05−20,5 × 10−5,8
x ≈ 0,105
Artinya Phenolphthalein adalah indicator yang baik untuk mengukur titrasi asam kuat dan basa
kuat karena tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap titrasi asam basa ini dan
terhadap penghitungan molaritas HCl.
Pertanyaan :
1. Kenapa hanya digunakan 3 tetes indikator, tidak beberapa ml? Apa yang terjadi bila
indikator yang digunakan terlalu banyak?
Jawab:
Suatu indicator pada dasarnya adalah asam lemah atau basa lemah yang mempunyai satu warna
ketika indicator tersebut ada dalam bentuk asam dan satu warna lain ketika indicator tersebut ada
dalam bentuk basanya (pasangan konjugasi). Kita hanya memerlukan beberapa tetes indicator
untuk memberikan warna dari suatu titrasi ketika titrasi tersebut telah menyentuh titik akhir
titrasi. Jika kita menggunakannya terlalu banyak, indicator akan mengganggu presisi dan akurasi
dari titrasi karena indicator tersebut bereaksi dengan reaksi asam-basa dari titrasi tersebut.

2. Tuliskan Reaksi yang terjadi pada titrasi di atas!


HCl(aq) + NaOH(aq)  NaCl(aq) + H2O
Reaksi ion bersih : H+ + OH-  H2O

KESIMPULAN
Titrasi merupakan cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume tertentu dengan
menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya dan mengukur volumenya secara
pasti. Larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut dengan titran. Jika asam ditetesi basa,
maka PH larutan naik, sebaliknya jika larutan basa ditetesi asam maka PH larutan akan turun.
Titik ekivalen merupakan keadaan dimana jumlah mol asam tepat habis bereaksi dengan jumlah
mol basa. Titik akhir titrasi adalah titik dalam titrasi yang ditandai dengan perubahan warna
indikator. Perubahan PH dalam titrasi asam basa disebut kurva titrasi.

DAFTAR PUSAKA
http://www.chem-is-try.org
http://id.answers.yahoo.com/question/
http://www.webqc.org/balance.php
http://krisna-latif.blogspot.com/
http://rinioktavia19942.wordpress.com
www.google.co.id

Anda mungkin juga menyukai