II. PRINSIP
III. TUJUAN
IV. REAKSI
V. LANDASAN TEORI
Titrasi adalah suatu metode analisis kuantitatif (perhitungan konsentrasi atau kadar) suatu
spesi dalam larutan dengan menggunakan prinsip stoikiometri. Titrasi dilakukan dengan
mereaksikan dua larutan yang salah satunya telah diketahui konsentrasinya. Konsentrasi dari
larutan ini akan digunakan sebagai acuan untuk mencari konsentrasi larutan lainnya. Larutan
yang telah diketahui konsentrasinya diletakkan dalam buret sebagai titran, sedangkan larutan
yang dicari konsentrasinya diletakkan dalam labu erlenmeyer sebagai titrat.
Berdasarkan prinsip reaksi kimia yang berlangsung, titrasi dibedakan menjadi empat, yaitu
sebagai berikut:
Titrasi ini menggunakan asam/basa sebagai titran untuk mencari konsentrasi dari
basa/asam sebagai titrat.
2. Titrasi redoks
Titrasi ini menggunakan reaksi redoks antara titran dan titrat untuk mencari
konsentrasi suatu spesi dalam larutan titrat. Contoh titrasi redoks adalah iodometri.
3. Titrasi pengendapan
Titrasi ini menggunakan reaksi kimia yang menghasilkan endapan untuk mencari
konsentrasi suatu spesi dalam larutan titrat. Contoh titrasi pengendapan adalah argentometri
yang menggunakan larutan perak nitrat (AgNO3) sebagai titran.
Titrasi ini menggunakan reaksi pembentukan kompleks untuk mencari konsentrasi suatu
spesi dalam larutan titrat. Contoh kompleksometri adalah pada penetapan kadar ion Ca2+
dan Al3+.
Titrasi asam basa sering disebut juga dengan titrasi netralisasi. Dalam titrasi ini, digunakan larutan
standar asam dan larutan standar basa sebagai titran. Reaksi yang terjadi pada titrasi asam basa
adalah reaksi netralisasi. Reaksi netralisasi merupakan reaksi antara ion hidronium dari asam dan ion
hidroksida dari basa membentuk air yang bersifat netral. Untuk lebih jelasnya, perhatikan reaksi
berikut.
Dalam menganalisis sampel yang bersifat basa, digunakan larutan standar asam. Metode ini
dikenal dengan istilah asidimetri. Sebaliknya, dalam menganalisis sampel yang bersifat asam,
digunakan larutan standar basa. Metode ini dikenal dengan istilah alkalimetri.
Titrasi dilakukan dengan menambahkan tetes demi tetes larutan titran yang telah diketahui
konsentrasinya ke dalam larutan titrat yang hendak ditentukan konsentrasinya. Titrasi dihentikan
apabila titik ekuivalen telah tercapai. Volume larutan titran yang terpakai kemudian dicatat untuk
digunakan sebagai data titrasi. Oleh karena titrasi menggunakan volume larutan titran, maka metode
ini disebut juga sebagai analisis kuantitatif dengan metode volumetri. Pada titrasi asam basa, titik
ekuivalen dicapai ketika larutan titrat tepat dinetralkan oleh larutan titran.
Ada dua cara yang umumnya digunakan untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi
asam basa, yaitu sebagai berikut.
1. Memakai pH meter
pH meter digunakan untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan.
Dari hasil yang ditunjukkan oleh pH meter, selanjutnya dibuat plot antara pH dan volume
titran untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut merupakan titik
ekuivalen.
Indikator asam basa ditambahkan pada titrat sebelum proses titrasi dilakukan.
Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi. Saat inilah titrasi
dihentikan. Cara kedua ini umumnya lebih dipilih karena mudah diamati, tidak
diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis.
Sebagai contoh, pada larutan CH3COOH yang dititrasi menggunakan titran NaOH. Jika pH
akhir yang dicapai adalah sekitar 8,5, maka indikator yang tepat untuk digunakan adalah fenolftalein.
Fenolftalein memiliki trayek pH 8,3 – 10,0 dengan perubahan warna dari tak berwarna menjadi
merah. Volume titran saat titik ekuivalen tercapai disebut sebagai titik akhir titrasi.
Sekarang, perhatikan kurva titrasi suatu larutan asam menggunakan titran larutan basa berikut.
Mula-mula, analit bersifat asam dengan pH yang rendah. Kemudian, penambahan basa
menyebabkan pH naik secara perlahan dan bertambah cepat ketika akan mencapai titik ekuivalen
(pH = 7). Penambahan basa selanjutnya menyebabkan larutan kelebihan basa sehingga pH terus
meningkat.
Titik Ekivalen
Ialah saat reaksi antara asam dengan basa tepat ekivalen secara stokhiometri.; yaitu mmolek
asam = mmolek basa . Pada saat ini seharusnya titrasi dihentikan (secara teoritis)
Titik akhir titrasi dapat terjadi setelah atau sebelum titk ekivalen, tergantung pH perubahan
warna indikator
Indikator
Ialah zat kimia yang mempunyai warna berlainan dalam suasana asam dan dalam suasana
basa
Asam Basa
_______________________________________________________
asam 8,3 campuran 9,8 basa
tak berwarna rosa merah berwarna merah
Pemilihan indikator
Indikator yang dipilih adalah yang mempuyai perubahan warna pada pH paling dekat
dengan pH ekivalen secara teoritis (perhitungan ) dari senyawa garam yang tebentuk. Contoh
di titrasi 10 ml larutan asam asetat 0,10 N dengan 0,10 N NaOH. Secara teori diperlukan
NaOH sebanyak 10 ml, maka vol total = 20 ml
Pada saat ekivalen ( NaOH dan CH3COOH habis bereaksi ) terbentuk CH3COONa sebanyak:
10 ml x 0,1 N = 1 mmolek /20 ml = 1 mmol /20 ml = 5 x 10 –2 M
= ½ (14+5- 2+0,7 )
= 8,85
Sehingga indikator yang paling tepat digunakan adalah pp atau timol biru.
Saat titik ekuivalen tercapai, jumah mol H+ sama dengan jumlah mol OH– atau dapat ditulis
sebagai berikut.
Mol H+ diperoleh dari perkalian mol spesi asam dengan valensi asam. Mol spesi asam adalah
molaritas asam dikalikan dengan volume larutan, sedangkan valensi asam adalah koefisien ion H+
dalam asam tersebut. Sama halnya dengan H+, mol OH– juga diperoleh dari perkalian mol spesi
basa dengan valensi basa. Mol spesi basa adalah molaritas basa dikalikan dengan volume larutan,
sedangkan valensi basa adalah koefisien ion OH– dalam basa tersebut
Keterangan:
a = valensi asam;
b = valensi basa.
Adakalanya yang diketahui dari suatu larutan adalah nilai normalitasnya. Normalitas diperoleh
dari hasil perkalian antara molaritas (M) dan valensi asam pada larutan asam, atau valensi basa pada
larutan basa. Dengan demikian, rumus sebelumnya dapat ditulis ulang sebagai berikut.
Keterangan:
Na = normalitas asam;
Nb = normalitas basa;
A. ALAT
5. Pipet ukur
B. BAHAN
2. Larutan NaOH
VII. PROSEDUR
4. Titrasi dengan NaOH dalam buret sampai titik akhir (larutan merah seulas)
5. Lakukan sebanyak 3x
4. Titrasi dengan NaOH dalam buret sampai titik akhir (larutan merah seulas)
5. Lakukan sebanyak 3x
V (COOH )2 xN (COOH )2
N NaOH =
VNaOH
10mlx0,1N
=
8,30ml
= 0,1205 N
Dari rumus :
NxVxMr
x100%
G= BE
= 9,80%
Keterangan :
W ( gr ) 1000
0,1 N = x
BE V (ml )
W ( gr ) 1000
0,1 N = x
63 500
0,1x63 x500
W= = 3,15 gram
1000
IX. PEMBAHASAN
Salah satu metode analisa konvensional yaitu titrasi. Titrasi adalah analisa kuantitatif
dimana konsentrasi larutan sample di reaksikan dengan larutan baku yang diketahui
konsentrasinya, sehingga ketika terjadi titik ekivalen konsentrasi larutan sampel dapat di
hitung.
Pada percobaan ini, dilakukan titrasi asam basa berdasarkan prinsip reaksi netralisasi
untuk mencari kadar sampel asam CH3COOH. Sebelum menentukan kadar sampel,
larutan baku sekunder NaOH harus distandarisasi dahulu dengan baku primer
(COOH)2.2H2O untuk mencari konsentrasi NaOH. Dibuat larutan standar baku primer
(COOH)2 500 ml. Cara mencari berat (COOH)2.2H2O 0,1 N dengan rumus :
W ( gr ) 1000
0,1 N = x
BE V (ml )
W ( gr ) 1000
= x
63 500
W = 3,15 gram
Mr (COOH)2.2H2O
e
= 126/2
= 63
Titrasi baku primer (COOH)2 dengan NaOH menggunakan indikator PP. Titik akhir
titrasi tersebut terjadi pada range pH 8,30 - 10,0 sehingga di pilih indikator PP untuk
menentukan titik akhir titrasi. Dari larutan primer dipipet 10 ml kemudian titrasi dengan
NaOH sebanyak 3 kali ulangan (triplo). Titik akhir titrasi berwarna merah seulas yang
menandakan mgrek (COOH)2 setara dengan mgrek NaOH, sehingga dapat dihitung
normalitas NaOH dengan rumus :
V .(COOH )2 xN.(COOH )2
N NaOH =
V .NaOH
10mlx0,1N
=
8,33ml
= 0,1205 N
Tahapan kedua praktikum yaitu menentukan kadar sample asam asetat dengan titrasi
NaOH yang sudah distandarisasi. Sampel larutan CH3COOH dipipet 10 ml dan dititrasi
dengan NaOH 0,1205 N sebanyak 3 kali ulangan menggunakan indikator PP. Dari data
pengamatan diatas didapatkan kadar asam CH3COOH adalah 9,80 % dari rumus :
NxVxMr
x100%
G= BE
N .NaOHxV .NaOH ( L) xMrCH 3COOH
= x100%
BE .CH 3COOH
= 9,80 %
Koefisien reaksi CH3COOH diatas 1 dan H+ bereaksi sebanyak 1 e-, sehingga BE KOH =
1.
Dari data pengamatan yang dilakukan secara triplo maka kadar sampel asam
CH3COOH adalah 9,80 % dengan metode titrasi alkalimetri.
X. KESIMPULAN
XI. TUGAS
Jawab :
1. Larutan buffer adalah larutan yang terbentuk dari asam lemah dan garamnya atau basa
lemah dan garamnya, yang dapat mempertahankan nilai pH, baik penambahan air, asam
maupun basa.
2. - Phenolphatelein
- Thymolphatelein
- Alizerine yellow R
mastah.xyz KimiaK11S22-2