Anda di halaman 1dari 21

A.

JUDUL PERCOBAAN : Titrasi Asam Basa


B. HARI/TANGGAL PERCOBAAN : Senin, 12 November 2018
C. TUJUAN
1. Menentukan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan baku asam oksalat
2. Menentukan konsentrasi larutan HCl dengan larutan NaOH

D. DASAR TEORI
Titrasi adalah prosedur menetapkan kadar suatu larutan dengan
mereaksikan sejumlah larutan tersebut yang volumenya terukur dengan suatu
larutan lain yang telah diketahui kadarnya (larutan standar) secara bertahap.
Berdasarkan jenis reaksi yang terjadi, titrasi dibedakan menjadi titrasi asam
basa, titrasi pengendapan, dan titrasi redoks.
Titrasi asam basa didasarkan atas reaksi netralisasi asam dengan basa.
Pada titik ekivalen, jumlah yang dititrasi ekivalen dengan jumlah basa yang
dipakai. Untuk menentukan titik ekivalen ini biasanya dipakai suatu indikator
asam basa, yaitu suatu zat yang berubah warnanya tergantung pH larutan.
Macam indikator yang dipilih harus sedemikian rupa sehingga pH titik
ekivalen titrasi terdapat pada daerah perubahan warna maka titik akhir telah
tercapai. Jadi titik akhir titrasi dapat ditandai ssat perubahan indikator yang
dipakai. Titik akhir titrasi tidak selalu berimpit dengan titik ekivalen dan
kesalahannya disebut kesalahan titrasi. Kesalahan titrasi dapat diperkecil
dengan cara memilih indikator yang setepat mungkin.
Bila pada suatu larutan asam ditambahkan dengan baa sedikit demi sedikit,
pH larutan itu akan bertambah setiap kali kita menambahkan basa itu. Bila pH
ini digambarkan terhadap kuantitas basa yang ditambahkan, maka kenaikan
pH yang paling curam terdapat pada titik kesalahan (equivalence point), pada
waktu mana asam itu sama persis dinetralisasi. Daerah pertambahan curam itu
disebut titik akhir (end point) dan keseluruhan proses penambahan basa dan
penentuan titik akhir disebut titrasi (titration). Pada saat larutan basa ditetesi
dengan larutan asam, pH larutan akan turun. Sebaliknya, jika larutan asam
ditetesi dengan larutan basa, maka pH larutan akan naik. Jika pH larutan asam
atau basa diplotkan sebagai fungsi dari volum larutan basa atau asam yang

1
diteteskan, maka akan diperoleh suatu grafik yang disebut kurva titrasi. Kurva
titrasi menunjukkan perubahan pH larutan selama proses titrasi asam dengan
basa atau sebaliknya. Bentuk kurva titrasi memiliki karakteristik tertentu yang
bergantung pada kekuatan dan konsentrasi asam dan basa yang bereaksi.
Titik-titik disepanjang kurva titrasi dihitung menurut metode yang telah
dibahas terdahulu yang terdiri dari empat bagian, yaitu :
1. Titik Awal. Netralisasi 0%
Dalam hal asam kuat [H+] dalam larutan semula ialah semata-mata
konsentrasi molar asam itu. Dalam hal asam lemah [H+] dihitung dengan
metode yang digunakan untuk menghitung tingkat ionisasi asam lemah
itu dengan menggunakan tetapan ionisasi dan konsentrasi molar.

2. Mendekati titik akhir. Netralisasi 5% sampai 95%


Dalam asam kuat, reaksi netralisasi
H+ + OH- → H2O
H+ + NH3 → NH4+
Dapat dianggap berlangsung sampai habis sesuai dengan jumlah basa
yang ditambahkan. Kuatintas H+ yang tidak bereaksi ialah selisih antara
kuantitas asal H+ dan kuantitas yang ternetralisasi. Pengaruh
pengenceran karena volume total yang bertambah besar setiap kali basa
ditambahkan harus diperhitungkan.

2
HC4H7O3 + OH- → C4H7O3 + H2O
HC4H7O3 + NH3 → C4H7O3- + NH4+
Dalam kedua hal, kuantitas ion hidroksibutirat, C4H7O3- sama
dengan kuantitas basa yang ditambahkan. Jadi,
(HC4H7O3)
[H+] = Ka(HC4H7O3) C4H7O3−

3. Titik akhir. Netralisasi 100%


pH pada titik akhir sama saja untuk larutan garam yang
mengandung sisa ion pada saat netralisasi, baik garam itu NaCl, NH4Cl.
Larutan NaCl bersifat netral dan mempunyai pH 7.00. kedua titrasi
dengan NH3 mempunyai titik akhir pada nilai pH dibawah 7 karena
hidrolisis NH4+ lebih berarti (NH4+ terhidrolisis lebih banyak dari
C4H7O3-) sedang titrasi HC4H7O3-NaOH mempunyai titik akhir pada pH
di atas 7 karena pengaruh ion hidrosibutirat.
4. Setelah titik akhir. Netralisasi di atas 105%
Dengan titrasi NaOH, kelebihan OH- diatas kuantitas yang
diperlukan untuk netralisasi terakumulasi dalam larutan itu. Konsentasi
OH-dihitung dari kelebihan ini dan volume total larutan. Konsentrasi H+
lalu dapat dihitung dari hubungan Kw

𝐾𝑤
[H+] =
[𝑂𝐻 − ]

Pada titrasi dengan NH3, kelebihan NH3 diatas yang diperlukan


untuk netralisasi terakumulasi. Kuantitas NH4+ yang terbentuk pada
netralisasi ekimolar dengan kuantitas asam yang terdapat pada awal titrasi.
Jadi [OH-] dapat dihitung dari Kb kesetimbangan NH3 :

𝑁𝐻3
[OH-] = Kb.NH3
𝑁𝐻4 +

Titik akhir disekitar 5% dari titik awal dapat dihitung dengan


menggunakan kesetimbangan diatas, tetapi beberapa pengandaian yang
dibuat untuk penyederhanaan tidak lagi berlaku.

3
Asam poliprotik seperti H3PO4 dapat mempunyai dua titik akhir
atau lebih sesuai dengan netralisasi hidrogen pertama, kedua, dan
selanjutanya. Dalam hal demikian, masing-masing titik akhir itu terjadi
pada pH yang berbeda-beda.

Titrasi dapat pula dilangsungkan dengan arah terbalik yaitu dengan


menambahkan asam pada basa. Perhitungan titik akhir pada kurva
dilakukan dengan cara yang sama.

Titik akhir titrasi, daerah yang paling curam pada kurva titrasi,
dapat ditentukan dari percobaan, jika tersedia alat untuk mengukur pH
pada setiak kali ditambahkan basa. Cara yang paling sederhana ialah
dengan menambahkan sedikit indikator ke dalam larutan itu. Indikator itu
dipilih yang memberikan perubahan warna yang tajam sehubungan dengan
perubahan pH pada titik akhir.

Rumus Umum Titrasi

Pada saat titik ekivalen, maka mol ekuivalen asam akan sama
dengan mol ekuivalen basa, sehingga dalam hal ini dapat dituliskan
persamaan sebagai berikut

mol ekuivalen asam = mol ekuivalen basa

Mol ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara normalitas


dengan volume, maka rumus diatas dapat dituliskan sebagai berikut :

N × Vasam = N × Vbasa

Normalitas diperoleh dari dari hasil perkalian antara molaritas (M)


dengan jumlah ion H+ pada asam atau ion OH- pada basa, sehingga rumus
diatas dapat dituliskan sebagai berikut :

n × M × Vasam = n × M × Vbasa

Keterangan :

4
N = Normalitas

M = Molaritas

V = Volume

n = jumlah ion H+ atau ion OH-

Untuk menentukan suatu larutan bersifat asam atau basa dapat


diketahui dengan menggunakan indikator asam basa.Indikator asam basa
merupakan senyawa halokromik yang ditambahkan dalam jumlah kecil ke
dalam sampel, umumnya adalah larutan yang akan memberikan warna
sesuai dengan kondisi pH larutan tersebut. Salah satu indikator yang
umum digunakan adalah phenolptalein yang tidak berwarna pada larutan
asam dan netral tetapi berwarna merah muda pada larutan basa. Berikut
beberapa indikator asam-basa :

5
Selain indikator buatan atau sintesis, dapat pula digunakan tumbuhan
yang diambil ekstraknya sebagai indikator untuk mengethaui larutan
berifat asam tau basa. Salah satu tanaman yang dapat digunakan adalah
bunga sepatu. Bunga sepatu dapat dijadikan indikator karena mempunyai
zat warna yang disebut antosianin dan mampu memberikan perubahan
warna baik pada senyawa asam maupun senyawa basa. Ketika di dalam
larutan asam akan memberikan warna merah, sedangkan di dalam larutan
basa akan memberikan warna hijau, dan di dalam larutan netral tidak
berwarna. Trayek pH bunga sepatu adalah rentang 8-12.

E. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Klem dan Statif 1 buah
2. Pipet Ukur 1 buah
3. Gelas Kimia 100 mL 2 buah
4. Gelas Ukur 10 mL 1 buah
5. Buret 50 mL 1 buah
6. Labu Erlenmeyer 250 mL 3 buah
7. Corong 1 buah

6
8. Mortar dan Alu 1 buah

Bahan :

1. Larutan NaOH secukupnya


2. Larutan C2H2O4 secukupnya
3. Larutan HCl secukupnya
4. Phenolptalein secukupnya
5. Etanol secukupnya
6. Ekstrak Bunga Sepatu secukupnya
7. Aquades secukupnya

F. ALUR PERCOBAAN
a. Larutan NaOH dengan Larutan C2H2O4 menggunakan indikator
phenolptalein

Larutan NaOH 50 mL Larutan C2H2O4 0,05 M

Dibilaskan ke dalam buret Dimasukkan 10 mL ke


dalam labu erlenmeyer
Dimasukkan ke dalam buret
menggunakan corong Ditambahkan 2 tetes
melebihi skala nol indikator phenolptalein

Diturunkan hingga tepat


skala nol

Diteteskan NaOH dari buret ke dalam larutan asam


hingga terjadi perubahan warna menjadi merah
muda

Dicatat volume NaOH yang diperlukan

Diulang 3 kali dan dihitung konsentrasi NaOH

Hasil Konsentrasi
NaOH

7
NaOH(aq) + C2H2O4(aq) → Na2C2O4(aq) + H2O(l)

b. Larutan NaOH dengan Larutan HCl menggunakan indikator


phenolptalein

Larutan HCl Larutan NaOH 50 mL

Dimasukkan 10 mL ke Dibilaskan ke dalam buret


dalam labu erlenmeyer
Dimasukkan ke dalam buret
Ditambahkan 2 tetes menggunakan corong
indikator phenolptalein melebihi skala nol

Diturunkan hingga tepat


skala nol

Diteteskan NaOH dari buret ke dalam larutan asam


hingga terjadi perubahan warna menjadi merah
muda

Dicatat volume NaOH yang diperlukan

Diulang 3 kali dan dihitung konsentrasi HCl

Hasil Konsentrasi
HCl

NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)

8
c. Larutan NaOH dengan Larutan HCl menggunakan indikator ekstrak
tanaman bunga sepatu

Larutan HCl Larutan NaOH 50 mL

Dimasukkan 10 mL ke Dibilaskan ke dalam buret


dalam labu erlenmeyer
Dimasukkan ke dalam buret
Ditambahkan 2 tetes menggunakan corong
indikator phenolptalein melebihi skala nol

Diturunkan hingga tepat


skala nol

Diteteskan NaOH dari buret ke dalam larutan asam


hingga terjadi perubahan warna menjadi merah
muda

Dicatat volume NaOH yang diperlukan

Diulang 3 kali dan dihitung konsentrasi HCl

Hasil Konsentrasi
HCl

NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)

9
G. HASIL PENGAMATAN
Tabel Titrasi Asam Basa

No Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc. Sebelum Sesudah
1 -Larutan -Larutan C2H2O4(aq) + Nilai
NaOH 50 mL C2H2O4 0,05 M NaOH tidak C2H2O4 diberi 2NaOH(aq) → Konsentrasi
berwarna tetesan PP Na2C2O4(aq) + NaOH adalah
Dibilaskan ke dalam buret Dimasukkan 10 2H2O(l)
tidak berwarna 0.1 M
mL ke dalam -Larutan
Dimasukkan ke dalam buret C2H2O4 tidak Titrasi NaOH
labu erlenmeyer
menggunakan corong berwarna -Hasil titrasi : dan C2H2O4
melebihi skala nol Ditambahkan 2 P1 = Merah berwarna
tetes indikator -Indikator PP Muda (++) merah muda
Diturunkan hingga tepat tidak berwarna P2 = Merah dengan
phenolptalein
skala nol Muda (+) indicator PP
P3 = Merah
Diteteskan NaOH dari buret ke dalam larutan asam Trayek PP =
Muda (+++) 8.3-10
hingga terjadi perubahan warna menjadi merah
muda
V1 = 9.7 ml (Chang)
Dicatat volume NaOH yang diperlukan V2 = 9.6 ml
V3 = 9.9 ml
Diulang 3 kali dan dihitung konsentrasi NaOH
Hasil Konsentrasi NaOH

10
2 -Larutan -Larutan HCl + HCl(aq) + Konsentrasi
HCl NaOH 50 mL NaOH tidak indikator PP NaOH(aq) → HCl adalah
Dimasukkan 10 berwarna tidak berwarna NaCl(aq) + 0.07 M
Dibilaskan ke dalam buret H2O(l)
mL ke dalam
-Larutan HCl
labu erlenmeyer Dimasukkan ke dalam Hasil titrasi :
tidak berwarna Titrasi NaOH
buret menggunakan P1 = Merah
Ditambahkan 2 dan C2H2O4
corong melebihi skala nol -Indikator PP Muda (+) berwarna
tetes indikator tidak berwarna P2 = Merah merah muda
phenolptalein Diturunkan hingga tepat
Muda dengan
skala nol indicator PP
P3 = Merah
Muda
Trayek PP =
Diteteskan NaOH dari buret ke dalam larutan
8.3-10
asam hingga terjadi perubahan warna menjadi V1 = 7.2 ml
merah muda V2 = 7.1 ml
V3 = 6.7 ml
Dicatat volume NaOH yang diperlukan

Diulang 3 kali dan dihitung konsentrasi NaOH

Hasil Konsentrasi HCl

11
3 -Larutan - Larutan HCl HCl(aq) + Konsentrasi
HCl NaOH 50 mL NaOH tidak + indikator NaOH(aq) → HCl 0.07 M
Dimasukkan 10 berwarna ekstrak NaCl(aq) +
Dibilaskan ke dalam buret H2O(l)
mL ke dalam tumbuhan
-Larutan HCl
labu erlenmeyer Dimasukkan ke dalam berwarna hijau
tidak berwarna Titrasi HCl
buret menggunakan muda
Ditambahkan 2 dan NaOH
corong melebihi skala nol -Bunga sepatu
tetes indikator menjadi hijau
berwarna Hasil titrasi :
ekstrak bunga Diturunkan hingga tepat merah muda dengan
P1 = Hijau
sepatu skala nol indicator
muda
-etanol tidak ekstrak bunga
P2 = Hijau
berwarna sepatu
Diteteskan NaOH dari buret ke dalam larutan muda
asam hingga terjadi perubahan warna menjadi P3 = Hijau
Trayek Ph = 8
merah muda muda
– 14
Dicatat volume NaOH yang diperlukan Asam = merah
V1 = 7.4 ml
Basa = hijau
Diulang 3 kali dan dihitung konsentrasi NaOH V2 = 7.5 ml
muda
V3 = 7.5 ml
Hasil Konsentrasi HCl
(Jurnal Siti
Nuryanti)

12
H. PEMBAHASAN
Pertama menentukan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan C2H2O4
melalui proses titrasi. larutan NaOH tidak berwarna sebagai titran dan larutan
C2H2O4 juga tida berwarna yang berperan sebagai titrat. larutan C2H2O4
ditambahkan indikator pp sebanyak 2 tetes dan dititrasi hingga larutan berubah
warna menjadi merah muda. Pada percobaan pertama, didapatkan hasil warna
larutan merah muda (++) dengan volume titrasi sebanyak 9.7 ml. Percobaan
kedua, didapatkan hasil warna larutan merah muda (+) dengan volume 9.6 ml.
Percobaan ketiga, didapatkan hasil warna larutan merah muda (+++) dengan
volume sebesar 9.9 ml. Berdasarkan dugaan dan teori diperoleh hasil pengamatan
yakni larutan oksalat setelah ditetesi indicator PP kemudian ditetesi NaOH akan
berubah warna menjadi merah muda. Didapatkan volume NaOH ketika titik akhir
titrasi, maka dapat dihitung suatu konsentrasi larutan NaOH tersebut. Rata-rata
konsentrasi NaOH adalah sebesar 0.1 M. NaOH sebagai basa kuat serta asam
oksalat merupakan asam lemah , sehingga pH larutan yang dihasilkan dalam titik
ekuivalen adalah pH basa atau pH diatas 7.
Kedua menentukan konsentrasi larutan HCl dengan larutan NaOH melalui
proses titrasi. larutan NaOH tidak berwarna sebagai titran dan larutan HCl juga
tida berwarna yang berperan sebagai titrat. larutan HCl ditambahkan indikator pp
sebanyak 2 tetes dan dititrasi hingga larutan berubah warna menjadi merah muda.
Pada percobaan pertama, didapatkan hasil warna larutan merah muda (++)
dengan volume titrasi sebanyak 7.2 ml. Percobaan kedua, didapatkan hasil warna
larutan merah muda dengan volume 7.1 ml. Percobaan ketiga, didapatkan hasil
warna larutan merah muda dengan volume sebesar 6.7 ml. Berdasarkan dugaan
dan teori diperoleh hasil pengamatan yakni larutan HCl setelah ditetesi indicator
PP kemudian ditetesi NaOH akan berubah warna menjadi merah muda.
Didapatkan volume NaOH ketika titik akhir titrasi, maka dapat dihitung suatu
konsentrasi larutan HCl. Rata-rata konsentrasi HCl adalah sebesar 0.07 M.

13
Penggunaan indicator PP dapat dilihat
dari grafik di samping. dari grafik
tersebut dapat disimpulkan bahwa ada
proses titrasi ketika volume NaOH
ditambah sedikit demi sedikit maka pH
larutan akan meningkat dan ketika
mendekati titiki ekivalen terjadi
peningkatan pH secara drastis dan
berkala yaitu dari pH 4 sampai ph 10.
Oleh karena itu cocok digunakan
indicator yang memiliki trayek pH 4
sampai pH 10. Diantaraya Phenolptalein yang memilii trayek pH 8.3-10. Selain
itu indicator PP merubah warna pada larutan dari tidak berwarna menjadi merah
muda akibat perubahan Ph pada saat proses titrasi.

Ketiga, penentuan konsentrasi HCl dengan larutan NaOH menggunakan


indikator ekstrak tumbuhan, yaitu bunga sepatu. Dalam pembuatan ekstrak bunga
sepatu sebagai indikator titrasi HCl dengan NaOH, bunga sepatu yang telah
ditumbuk ditambahkan dengan etanol agar ekstrak bunga sepatu cair dan dapat
digunakan untuk indikator. Penambahan etanol pada bunga sepatu dikarenakan
tingkat kepolaran etanol setara dengan tingkat kepolaran antosianin, sehingga
dapat dijadikan sebagai suatu campuran indikator alami. Dibandingkan dengan
airyang memiliki tingkat kepolaran lebih tinggi, etanol lebih cocok digunakan
sebagai tambahan pembuatan ekstrak indikator alami dikarenakan tingkat
kepolaran tersebut. Selain itu etanol merupakan alcohol yang bersifat organic dan
indicator yang digunakan merupakan bahan organic, sehingga sangat cocok
digunakan sebagai pelarut. Bunga sepatu memiliki trayek pH 8-14 dengan
perubahan warna merah menjadi hijau muda. Pada indikator ekstrak bunga sepatu,
larutan HCl dan NaOH pada akhir titrasi dapat mengalami perubahan warna

14
disebabkan adanya antosianin yang mengandung kation flavilium sehingga dapat
terjadi perubahan warna akibat pengaruh perubahan Ph.

Larutan NaOH dan HCL tidak berwarna, kemudian setelah larutan ditetesi
menggunakan indikator ekstrak bunga sepatu merah, larutan akan berwarna
merah. Pada percobaan pertama, didapatkan hasil warna larutan hijau muda
dengan volume titrasi sebanyak 7.4 ml. Percobaan kedua, didapatkan hasil warna
larutan hijau muda dengan volume 7.5 ml. Percobaan ketiga, didapatkan hasil
warna larutan hijau muda dengan volume sebesar 7.5 ml. Berdasarkan dugaan
dan teori diperoleh hasil pengamatan yakni larutan HCl setelah ditetesi indicator
PP kemudian ditetesi NaOH akan berubah warna menjadi hijau muda.
Didapatkan volume NaOH ketika titik akhir titrasi, maka dapat dihitung suatu
konsentrasi larutan HCl. Rata-rata konsentrasi HCl adalah sebesar 0.07 M.
Percobaan dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali, hal ini bertujuan agar
data yang diperoleh lebih akurat. Setelah melakukan percobaan buret dibilas
menggunakan aquades, hal ini agar tidak terkontaminasi oleh zat-zat lain.
I. KESIMPULAN
1. Konsentrasi larutan NaOH dengan larutan baku asam oksalat adalah 0.1 M
2. Konsentrasi larutan HCl dengan larutan NaOH yang menggunakan indikator
phenolphtalein adalah 0.07 M, sedangkan Konsentrasi larutan HCl dengan
larutan NaOH yang menggunakan indikator alami yaitu ekstrak bunga sepatu
adalah 0.07 M
J. DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep- Konsep Inti Edisi 3 Jilid 1. Jakarta
: Erlangga
Rosenberg, Jerome L. 1992. Kimia Dasar Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga
Tim Dosen Unesa. 2013. Kimia Umum. Surabaya : UNESA University Press
Tim Kimia Dasar. 2015. Petunjuk Praktikum Kimia Dasar 1. Surabaya : UNESA
University Press

15
K. LAMPIRAN
DOKUMENTASI

Gambar 1. (P1) C2H2O4 yang berubah warna menjadi merah muda (++) pada
volume 9.7 ml, (P2) C2H2O4 yang berubah warna menjadi merah muda (+)
pada volume 9.6 ml, (P3) C2H2O4 yang berubah warna menjadi merah muda
(+++) pada volume 9.9 ml.

16
Gambar 1. (P1) HCl yang berubah warna menjadi merah muda (+) pada
volume 7.2 ml, (P2) HCl yang berubah warna menjadi merah muda pada
volume 7.1 ml, (P3) HCl yang berubah warna menjadi merah muda pada
volume 6.7 ml.

Gambar 1. (P1) HCl yang berubah warna menjadi hijau muda pada volume
7.4 ml, (P2) HCl yang berubah warna menjadi hijau muda pada volume 7.5
ml, (P3) HCl yang berubah warna menjadi hijau muda pada volume 7.5 ml.

17
JAWABAN PERTANYAAN

1. Mengapa pada titrasi NaOH dengan asam oksalat menggunakan indicator


Phenolptalein?
Pada proses titrasi ketika volume NaOH ditambah sedikit demi sedikit maka pH
larutan akan meningkat dan ketika mendekati titiki ekivalen terjadi peningkatan
pH secara drastis dan berkala yaitu dari pH 4 sampai ph 10. Oleh karena itu cocok
digunakan indicator yang memiliki trayek pH 4 sampai pH 10. Diantaraya
Phenolptalein yang memilii trayek pH 8.3-10. Selain itu indicator PP merubah
warna pada larutan dari tidak berwarna menjadi merah muda akibat perubahan Ph
pada saat proses titrasi.
2. Apa perbedaan titik ekivalen dengan titik akhir?
Perbedaan titik ekivalen dan titik akhir :
 Titik ekivalen adalah keadaan ketika sejumlah asam tepat bereaksi
(dinetralkan) oleh sejumlah basa yang menunjukkan saat titran yang
ditambahkan bereaksi seluruhnya dengan titer ( zat yang dititrasi )
 Titik akhir adalah titik ketika telah melewati titik ekivalen yang
ditandai dengan perubahan warna titer yang telah diberi indikator.
3. Pada larutan di atas mana yang berfungsi sebagai larutan baku primer, larutan baku
sekunder dan larutan baku tersier?

- larutan oksalat merupakan larutan yang berfungsi sebagai larutan baku primer.
hal ini dikarenakan larutan oksalat mengandung zat padat murni yang konsentrasi
larutannya diketahui secara tepat melalui metode gravimetric (perhitungan massa)
dan dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum
diketahui.

- larutan NaOH merupakan larutan baku sekunder. hal ini dikarenakan larutan
NaOH mengandung suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan
tepat karena berasal dari zat yang tidak pernah murni.

18
- larutan HCl merupakan larutan baku tersier. hal ini dikarenakan larutan HCl
yang konsentrasinya diperoleh dengan cara menitrasi dengan larutan baku
sekunder yang terlebih dahulu telah distandarisasi dengan larutan standar primer.

4. Mengapa percobaan tersebut diulangi 3 kali?


5. Mengapa terakhirnya dibilas dengan aquades?

PERHITUNGAN

Percobaan ke-1

V1 a= 9.7 ml

V1 b= 19.3 – 9.7 = 9.6 ml

V1 c= 29.2 – 19.3 = 9.9 ml

M C2 H2 O4 = 0,05 M

1a. M1 × V1 × a = M2 × V2 × b

M1 × 9.7 ×1 = 0.05 × 10 × 2

M1 = 0.1 M

1b. M1 × V1 × a = M2 × V2 × b

M1 × 9.6 ×1 = 0.05 × 10 × 2

M1 = 0.1 M

1c. M1 × V1 × a = M2 × V2 × b

M1 × 9.9 ×1 = 0.05 × 10 × 2

M1 = 0.1 M

0.1+0.1+0.1
Rata-rata = 3

19
M NaOH = 0.1 M

Percobaan ke-2

V2 a= 22.4 – 15.2 = 7.2 ml

V2 b= 29.5 – 22.4 = 7.1 ml

V2 c= 36.2 – 29.5 = 6.7 ml

M NaOH = 0,1 M

1a. M1 × V1 × a = M2 × V2 × b

0.1 × 7.2 × 1 = M2 × 10 × 1

M2 = 0.072 M

1b. M1 × V1 × a = M2 × V2 × b

0.1 × 7.1 × 1 = M2 × 10 × 1

M2 = 0.072 M

1c. M1 × V1 × a = M2 × V2 × b

0.1 × 6.7 ×1 = M2 × 10 × 2

M2 = 0.067 M

0.072+0.072+0.067
Rata-rata = 3

M HCl = 0.07 M

Percobaan ke-3

20
V3 a= 45.2 – 37.8 = 7.4 ml

V3 b= 9.3 – 1.8 = 7.5 ml

V3 c= 16.8 – 9.3 = 7.5 ml

M NaOH = 0,1 M

1a. M1 × V1 × a = M2 × V2 × b

0.1 × 7.4 × 1 = M2 × 10 × 1

M2 = 0.074 M

1b. M1 × V1 × a = M2 × V2 × b

0.1 × 7.5 × 1 = M2 × 10 × 1

M2 = 0.075 M

1c. M1 × V1 × a = M2 × V2 × b

0.1 × 7.5 ×1 = M2 × 10 × 2

M2 = 0.075 M

0.074+0.075+0.075
Rata-rata =
3

M HCl = 0.074 M

21

Anda mungkin juga menyukai