KELAS:
XI IPA 4
GURU PEMBIMBING:
SUGIMIN RAHARJO, S.PD., M.PD.
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan
rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum ini
dengan baik. Laporan praktikum ini disusun sebagai bagian dari kegiatan mata pelajaran Kimia
yang kami jalani di dalam kegiatan pembelajaran kami.
Laporan praktikum ini membahas mengenai penentuan kadar asam cuka dalam cuka
makan menggunakan metode titrasi asam-basa. Asam cuka merupakan senyawa yang umum
ditemukan dalam cuka makan, dan mengetahui kadar asamnya penting dalam konteks
penggunaannya dalam proses masak dan industri pangan. Melalui praktikum ini, kami akan
melakukan titrasi asam-basa untuk menentukan kadar asam cuka dalam sampel cuka makan
yang diberikan.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini, kami tidak lepas dari
bimbingan, dukungan, dan kontribusi berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada guru Kimia kami, yaitu pak Sugimin
Raharjo, S.Pd., M.Pd. yang telah memberikan pengetahuan dan arahan selama proses
praktikum ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada guru asisten praktikum yang telah
membantu kami dalam pelaksanaan praktikum di laboratorium.
Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman sekelas yang saling
mendukung dan bekerja sama selama praktikum ini berlangsung. Semoga kerja sama dan
kontribusi kami dapat memberikan hasil yang baik dalam laporan praktikum ini.
Akhir kata, semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat sebagai bahan referensi dan
pengayaan pengetahuan bagi pembaca yang tertarik dengan topik yang dibahas. Kami
menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, masukan dan saran
yang membangun sangat kami harapkan guna perbaikan di masa yang akan datang. Terima
kasih.
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Mengetahui kadar asam asetat dalam cuka makan.
1
Kondisi pada saat terjadi perubahan warna indicator disebut titik akhir titrasi.
Titik akhir titrasi diharapkan mendekati titik ekuivalen titrasi, yaitu kondisi pada
saat larutan asam habis bereaksi dengan larutan basa. Pendekatan antara titik akhir
titrasi dan titik ekuivalen titrasi bergantung pada pH perubahan warna dari larutan
indikator. Jika perubahan warna indicator terletak pada pH titik ekuivalen, maka
titik akhir titrasi sama dengan titik ekuivalen. Akan tetapi, jika perubahan warna
terjadi setelah penambahan larutan penitrasi yang berlebih, maka titik akhir titrasi
berbeda dengan titik ekuivalen. Perbedaan antara titik akhir titrasi dengan titik
ekuivalen disebut kesalahan titrasi. Besar kecilnya kesalahan titrasi ditentukan oleh
pemilihan indikator. Jika indikator yang digunakan tepat, maka kesalahan
titrasinya kecil.
Dalam titrasi, ada saat dimana terjadi perubahan pH secara drastis. Kondisi ini
terjadi saat titrasi mendekati titik ekuivalen. Perubahan ini akan tetap terjadi
meskipun larutan penitrasi yang ditambahkan sangat sedikit. Titik ekuivalen dalam
titrasi berbeda-beda tergantung jenis titrasinya. Titrasi asam kuat oleh basa kuat
dan sebaliknya mempunyai titik ekuivalen pada pH 7. Titik ekuivalen titrasi asam
lemah oleh basa kuat terjadi pada pH basa, antara 8 dan 9. Sementara titik ekuivalen
titrasi basa lemah oleh asam kuat berada pada pH asam.
1.4.2 Asam
Asam secara umum merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air
akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Asam adalah suatu zat
yang dapat memberi proton (ion H+) kepada zat lain (yang disebut basa), atau:
1. Masam ketika dilarutkan dalam air.
2. Asam terasa menyengat bila disentuh, dan dapat merusak kulit.
3. Asam bereaksi hebat dengan kebanyakan logam, yaitu korosif terhadap logam.
4. Walaupun tidak selalu ionik merupakan cairan elektrolit.
Asam kuat adalah asam yang benar-benar terionisasi dalam larutan. Tidak
banyak asam kuat di dunia. Beberapa contoh asam kuat adalah asam sulfat, asam
klorida, asam bromida dan asam nitrat.
Asam lemah adalah asam yang tidak terionisasi secara signifikan dalam larutan.
Misalnya jika sebuah asam dilambangkan dengan HA, maka dalam larutan masih
terdapat sejumlah besar HA yang belum terdisosiasi/terionisasi.
2
1.4.3 Basa
Basa adalah zat-zat yang dapat menetralkan asam. Secara kimia, asam dan basa
saling berlawanan. Basa yang larut dalam air disebut alkali. Jika zat asam
menghasilkan ion hidrogen (H+) yang bermuatan positif, maka dalam hal ini basa
mempunyai arti bahwa ketika suatu senyawa basa di larutkan ke dalam air, maka
akan terbentuk ion hidroksida (OH-) dan ion positif menurut reaksi sebagai berikut.
Ion hidroksida (OH-) terbentuk karena senyawa hidroksida (OH) mengikat satu
elektron saat dimasukkan ke dalam air. Secara umum, basa memiliki sifat sebagai
berikut:
1. Kaustik.
2. Rasanya pahit.
3. Licin seperti sabun.
4. Nilai pH lebih dari air suling.
5. Mengubah warna lakmus merah menjadi biru.
6. Dapat menghantarkan arus listrik.
3
diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimia maupun
dari sumber hayati.
Asam asetat tidak hanya berguna sebagai bahan penyedap masakan saja, tetapi
juga diproduksi dalam jumlah besar untuk berbagai kegunaan lain. Asam organik
ini bisa diproduksi dalam berbagai konsentrasi. Dalam bentuk murni, asam asetat
dikenal sebagai asam asetat glasial karena mengkristal dalam suhu dingin. Bentuk
asam ini sangat korosif dan bisa berbahaya jika mengenai kulit sehingga orang
yang bekerja menggunakan senyawa ini harus menggunakan alat pelindung.
Terdapat beberapa cara pembuatan asam asetat. Salah satu metode adalah
fermentasi bakteri, teknik yang digunakan untuk membuat cuka, di mana asam
asetat dihasilkan sebagai produk sampingan dari penguraian bakteri. Teknik lain
melibatkan reaksi kimia yang menghasilkan asam ini, seperti yang dilakukan dalam
pembuatan untuk penggunaan industri.
Ketika digunakan untuk keperluan makanan, asam asetat biasanya diproduksi
secara biologis karena memerlukan label keamanan makanan. Senyawa berwarna
bening ini memiliki rasa asam yang khas, meskipun mencicipi langsung tidak
dianjurkan kecuali jika secara jelas diperuntukkan bagi konsumsi manusia. Asam
asetat juga memiliki bau yang kuat dan tajam.Selain sebagai penyedap makanan,
asam ini juga digunakan sebagai pengawet. Kondisi asamakan menghambat
pertumbuhan bakteri, menjaga makanan aman dari kontaminasi. Dalam industri,
asam asetat digunakan dalam berbagai proses.
4
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1.2. Bahan
Tabel 2. Bahan
No Nama Bahan Jumlah
1 Asam Cuka 10 mL
2 Air 490 mL
3 NaOH 1 M Secukupnya
4 Indikator Penolftalein (PP) 16 etes
5
5. Teteskan larutan NaOH 0,1 M dari buret ke dalam larutan asam cuka yang telah berisi
indikator PP dengan cara membuka dan menutup keran buret secara perlahan-lahan
hingga warna dari larutan asam cuka tersebut berubah menjadi merah muda.
Goyangkan erlenmeyer yang berisi larutan asam cuka agar larutan NaOH 0,1 M yang
ditambahkan tercampur rata.
6. Amati percobaan yang dilakukan, kemudian catat volume larutan NaOH yang
digunakan.
7. Ulangi percobaan (langkah 4 – 6) sebanyak 4 kali.
8. Setelah selesai melakukan praktikum, buang bahan kimia yang sudah tidak terpakai
pada tempatnya.
9. Bersihkan semua alat dan bahan yang digunakan dengan mencuci menggunakan air
kemudian dikeringkan dengan kain bersih.
10. Simpan kembali alat dan bahan praktikum pada tempat yang telah disediakan.
6
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.2 Pembahasan
Titrasi dikenal sebagai proses pengukuran volume dari titran yang dibutuhkan untuk
mencapai titik ekuivalen. Titrasi terdiri dari empat jenis diantaranya titrasi asam basa, titrasi
redoks,titrasi kompleksometri, dan titrasi argentometri. Jenis titrasi yang digunakan pada
percobaan ini berupa titrasi asam basa (netralisasi).
Titrasi asam basa dibagi menjadi dua jenis diantaranya, titrasi asam basa asidimetri dan
titrasi asam basa alkalimetri. Titrasi asam basa asidimetri dikenal sebagai titrasi yang
menggunakan larutan asam sebagai titran dan larutan basa sebagai titrat. Sedangkan titrasi
asam basa alkalimetri dikenal sebagai titrasi yang menggunakan larutan basa sebagai titran
dan larutan asam sebagi titrat. Syarat syarat titrasi agar dapat berlangsung, diantaranya
reaksi harus sesuai dengan persamaan kimia, reaksi harus berjalan dengan cepat dan reaksi
harus diproses sampai selesai pada titik ekuivalen.
Titik ekuivalen dikenal sebagai kondisi dimana mol titran tepat habis bereaksi dengan
mol titrat yang ditandai dengan perubahan warna yang belum konstan. Sedangkan titik
akhir dapat dikatakan sebagai kondisi dimana titran bereaksi dengan indikator yang
ditandai dengan perubahan warna yang sudah konstan dari warna bening menjadi warna
merah muda. Indikator dikenal sebagai senyawa organik asam atau basa yang dapat
memberkan perubahan warna pada pH tertentu. Percobaan ini menggunakan indikator
7
Phenolftalein. Perubahan warna yang terjadi dari warna bening menjadi warna merah muda
menunjukkan bahwa Natrium Hidroksida telah bereaksi dengan indikator.
Analisa volumetri dikenal sebagai analisis kuantitatif berdasarkan pengukuran volume.
Larutan yang konsentrasinya telah diketahui dan direaksikan dengan larutan yang
konsentrasinya belum diketahui. Natrium hidroksida berfungsi sebagai larutan standar
sekunder (titran) sedangkan asam cuka berfungsi sebagai larutan yang hendak dianalisa
(titrat). Syarat suatu larutan primer diantaranya kemurniannya harus tinggi, stabil dalam
penyimpanan, dan tidak bersifat higroskopis. Sedangkan syarat larutan standar sekunder
diantaranya kemurniannya rendah, tidak stabil dalam penyimpanan dan bersifat
higroskopis.
Dalam titrasi digunakan larutan yang relatif encer, maka untuk menetukan kadar asam
cuka, cuka harus diencerkan. Pada praktikum ini, 10 mL asam cuka diencerkan terlebih
dahulu dengan air sehingga volumenya mencapai 500 mL. Jika tidak diencerkan maka akan
memerlukan larutan NaOH yang terlalu banyak sehingga tidak praktis dan tidak
mempunyai ketelitian yang baik. Dari perhitungan dengan rumus penetralan, didapatkan
molaritas asam cuka mula-mula adalah 50 dikali molaritas asam cuka akhir.
❖ Pengenceran 10 mL asam cuka dengan air sehingga total volumenya adalah 500 mL
𝑉𝑜 = 10 𝑚𝐿
𝑀𝑜 = ?
𝑉1 = 500 𝑚𝐿
𝑀1 = ?
𝑉𝑜 ∙ 𝑀𝑜 = 𝑉1 ∙ 𝑀1
10 ∙ 𝑀𝑜 = 500 ∙ 𝑀1
500 ∙ 𝑀1
𝑀𝑜 =
10
𝑀𝑜 = 50 𝑀1
Setelah asam cuka diencerkan, maka dilakukan langkah selanjutnya yaitu menetapkan
kadar asam cuka perdagangan dengan cara memasukkan 20 mL asam cuka ke dalam labu
Erlenmeyer. Kemudian ditambah dengan 4 tetes indikator PP. Larutan ini selanjutnya
dititrasi dengan larutan baku NaOH yang telah dimasukkan ke dalam buret, hingga
diperoleh perubahan warna dari bening menjadi merah muda. Bila sudah terjadi perubahan
warna tersebut maka titrasi langsung dihentikan dan catat volume NaOH yang digunakan.
8
Pada percobaan pertama sampai keempat, volume NaOH yang dipakai hingga mencapai
titik akhir secara berturut-turut adalah 16,2 mL, 15,3 mL, 16,5 mL, dan 8,7 mL. Sehingga
untuk menghitung molaritas 20 mL asam cuka ketika dititrasi dengan NaOH 0,1 M, volume
NaOH dari keempat percobaan tersebut dirata-ratakan. NaOH yang digunakan pada
penetapan kadar asam cuka perdagangan sebesar 14,175 mL.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖
𝑉 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑡𝑎
16,2 + 15,3 + 16,5 + 8,7 56,7
𝑉 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = = 14,175 𝑚𝐿
4 4
Konsentrasi asam cuka dapat dihitung dengan rumus penetralan, sehingga didapatkan
molaritas asam cuka setelah dititrasi sebesar 0,07 M.
❖ Mencari molaritas 20 mL asam cuka saat dititrasi dengan 14,175 mL NaOH 0,1 M
𝑛 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎 = 1
𝑀 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎 = 𝑀1
𝑉 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎 = 20 𝑚𝐿
𝑛 𝑁𝑎𝑂𝐻 = 1
𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻 = 0,1 𝑀
𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 = 14,175 𝑚𝐿
𝑛 ∙ 𝑀 ∙ 𝑉 𝑎𝑠𝑎𝑚 = 𝑛 ∙ 𝑀 ∙ 𝑉 𝑏𝑎𝑠𝑎
1 ∙ 𝑀1 ∙ 20 = 1 ∙ 0,1 ∙ 14,175
20 ∙ 𝑀1 = 1,4175
1,4175
𝑀1 = 20
𝑀1 = 0,070875
𝑀1 = 0,07 𝑀
Karena molaritas asam cuka setelah titrasi sudah didapatkan, maka molaritas asam cuka
mula-mula bisa ditentukan dengan mengalikan 50 dengan molaritas asam cuka setelah
titrasi. Didapatkan hasil bahwa molaritas asam cuka mula-mula adalah 3,5 M.
9
𝑀𝑜 = 50 ∙ 0,07
𝑀𝑜 = 3,5 𝑀
Dari perhitungan tersebut, didapatkan hasil bahwa kadar asam cuka dalam cuka makan
adalah 20%.
10
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji coba dan pengamatan yang telah kami lakukan dapat disimpulkan
bahwa praktikum kali ini adalah percobaan titrasi asam cuka dengan NaOH 0,1 M. Asam
cuka berperan sebagai titrat, yaitu sampel asam yang akan ditentukan konsentrasinya.
NaOH berperan sebagai titran, yaitu larutan pembanding bersifat basa yang telah diketahui
konsentrasinya.
Pada praktikum ini dilakukan 4 kali percobaan titrasi terhadap 20 mL asam cuka dan
NaOH 0,1 M. Dari percobaan tersebut, didapatkan volume NaOH yang digunakan agar
larutan mencapai titik ekuivalen masing-masing percobaannya adalah 16,2 mL; 15,3 mL;
16,5 mL; dan 8,7 mL.
Jika dirata-ratakan, volume NaOH yang digunakan adalah 14,175 mL. Setelah
menemukan volume rata-ratanya, untuk mencari molaritas asam cuka, dapat menggunakan
rumus penetralan, sehingga didapatkan molaritas asam cuka setelah dititrasi adalah 0,07 M.
Untuk mencari kadar asam cuka, molaritas asam cuka yang digunakan adalah molaritas
mula-mula (sebelum terjadi pengenceran dengan air). Dengan rumus pengenceran,
didapatlah molaritas asam cuka mula-mula yaitu 3,5 M. Sehingga setelah dilakukan
perhitungan, maka dapat disimpulkan bahwa sampel yang diuji memiliki kadar asam
cuka sebesar 20%.
11
DAFTAR PUSTAKA
Syafrudin, Shelly Y. 2021. “Penetapan Kadar Asam Cuka Melalui Titrasi Asam Basa”
https://www.studocu.com/id/document/universitas-pakuan/kimia/laporan-
asam-asetat/14206014 (Diakses 13 Mei 2023, 20:26)
Sarinah, Amy. 2016. “Titrasi Asam Basa Penentuan Kadar Asam Cuka Basa”
https://123dok.com/document/yrk8e38z-laporan-praktikum-titrasi-asam-
basa.html (Diakses 14 Mei 2023, 15:36)
12
LAMPIRAN
13