Oleh :
Reni Mahdalina (1730209036)
Rofy Sowmi Yeni (1730209038)
Monika Purnama Sari (1720209014)
Helpi Lestari (1720209027)
Dosen Pengampu:
Evelina Astra Patriot, M.Pd
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus
dipenuhi sepanjang masa. Pendidikan menjadi perhatian yang sangat penting
bagi masyarakat karena pendidikan dapat mempengaruhi dan mengubah pola
pikir seseorang untuk selalu melakukan perbaikan dalam segala aspek kehidupan
ke arah peningkatan kualitas diri sesuai harapan pelaku pendidikan.
Fisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala alam yang
dapat dibuktikan secara eksperimental dan secara matematis melalui berbagai
simbol-simbol. Mata pelajaran IPA terpadu khususnya fisika, kemampuan
konseptual dan analisis untuk menemukan sebuah konsep baru sangat
ditekankan. Siswa juga menganggap fisika merupakan pelajaran yang sulit
karena terlalu banyak menggunakan rumus-rumus dan pengembangan
konsep. Rendahnya kemampuan siswa dalam memahami suatu konsep yang
diajarkan menyebabkan siswa belum bisa mengubah makna konsep tersebut
kedalam bentuk representasi yang lain. Apalagi pada materi dinamika partikel.
Dinamika partikel adalah cabang dari mekanika yang mempelajari penyebab
dari gerak, yaitu gaya. Gaya adalah sebuah dorongan atau penahanan yang
diberikan oleh seseorang pada sebuah benda, sehingga benda itu dapat bergerak,
baik bergerak konstan maupun tidak konstan atau diam.
Keberhasilan siswa dalam mempelajari materi fisika tidak hanya ditentukan
oleh seberapa pandai siswa tersebut mengerjakan soal-soal fisika, tetapi juga
ditentukan oleh seberapa maksimal siswa tersebut memahami konsep dari materi
fisika yang sedang mereka pelajari. Namun, dalam pelaksanaan proses
pembelajaran tidak luput dari permasalahan-permasalahan yang ditemui ketika
melakukan proses tersebut. Kesulitan yang banyak dihadapi oleh sebagian besar
siswa adalah dalam menginterpretasikan berbagi konsep dan prinsip fisika.
Sedangkan dalam mempelajari fisika hal utama yang di butuhkan adalah
pemahaman konsep.
1
Pernyataan di atas sejalan dengan pendapat Widodo (2006), yaitu langkah
awal yang paling tepat untuk mempelajari fisika adalah memahami konsepnya
terlebih dahulu. Konsep-konsep pembelajaran tersusun secara sistematis.
Sehingga diperlukan penguasaan konsepdalam setiap materi pelajaran sebelum
melanjutkan ke materi selanjutnya. Konsep yang lebih awal diajarkan akan
menjadi dasar bagi pengembangan konsep-konsep selanjutnya. Jika konsep dasar
yang diajarkan belum dikuasai dengan baik, maka akan berpengaruh pada
penguasaan–penguasaan konsep selanjutnya. Hal tersebut dapat mengakibatkan
kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal fisika.
Salah satu pokok bahasan mata pelajaran Fisika kelas X adalah salah satunya
mengenai Dinamika Partikel. Materi ini tergolong sulit karena pada waktu SMP
materi tersebut tidak dijelaskan secara mendalam pada siswa. Pada materi ini
siswa harus paham akan konsep mengenai dinamika partikel. Oleh karena itu,
penguasaan konsep tentang Dinamika Partikel merupakan hal yang sangat
penting bagi peserta didik untuk dapat menyelesaikan persoalan-persoalan pada
materi Dinamika Partikel.
2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah Dinamika Partikel ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dinamika partikel
2. Untuk mengetahui hukum-hukum pada Dinamika Partikel
3. Untuk mengetahi penerapan hukum Newton
2
4. Untuk mengetahui miskonsepsi siswa terhadap gerak dan gaya pada
hukum Newton
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
C. Indikator
1. Mendiskripsikan dan memformulasikan hukum I Newton
2. Mendiskripsikan dan menganalisis hukum II Newton
3. Mendiskripsikan dan menganalisis hukum III Newton
4. Menyelidiki gaya-gaya pada hukum Newton
5. Menganalisis soal yang berkaitan dengan hukum Newton
6. Menerapkan hukum Newton dalam kehidupan sehari-hari
5
momentum benda, membuatnya bergerak tambah/kurang cepat dan/atau
mengubah arahnya”. Karena itu gaya dapat didefinisikan sebagai “efek tarikan
atau dorongan yang menyebabkan perubahan momentum dan nilainya sama
dengan kecepatan perubahan momentum” (Susilo, 1998).
Menurut Giancoli (1999), Gaya menyebabkan perubahan momentum,
sedangkan perubahan momentum berkaitan dengan perubahan kecepatan atau
percepatan. Karena itu gaya juga bias didefinisikan sebagai sebuah “aksi yang
bisa mempercepat sebuat benda”. Satuan gaya adalah newton, N, yaitu “gaya
yang akan mempercepat satu kilogram (massa) sebesar satu meter per detik
kodrat”
Menurut Setiawan (2004), Apabila kecepatan suatu benda berubah
(mengalami percepatan atau perlambatan) maka dapat dipastikan bahwa ada
gaya yang bekerja pada benda tersebut. Buah kelapa jatuh makin cepat karena
adanya gaya gravitasi bumi yang bekerja pada buah kelapa. Mobil yang direm
akan mengalami perlambatan kecepatannya karena adanya gaya gesekan.
Gaya merupakan besaran vektor sehingga memiliki besar dan arah. Arah
gaya sama dengan arah percepatan yang dialami benda. Gaya dapat mengubah
kecepatan benda atau mengubah arah gerak benda. Jika pada suatu benda
bekerja beberapa gaya, maka kita dapat menggantikan beberapa gaya tersebut
dengan sebuah gaya yang merupakan hasil penjumlahan dari gaya-gaya
tersebut secara vektor. Hasil penjumlahan dari beberapa gaya disebut dengan
resultan gaya, dan dilambangkan dengan ∑F . Untuk gaya-gaya yang terletak
pada satu garis lurus, kita dapat mencari resultannya dengan penjumlahan
aljabar biasa.
Gaya merupakan hasil interaksi suatu benda dengan benda lain atau
lingkungannya. Sebagai hasil interaksi, gaya ada saat ada interaksi, dan gaya
tidak ada lagi setelah interaksi berakhir (Susilo, 1998). Oleh karena itu pada
dua benda yang bertumbukan, gaya hanya ada saat tumbukan itu terjadi,
sedangkan setelah tumbukan berakhir, tidak ada gaya lagi yang bekerja pada
benda. Demikian pun saat kita melemparkan benda ke atas, gaya dari tangan
6
pelempar berakhir setelah benda terlepas dari tangan pelempar, dan saat itu
hanya gaya gravitasi dan gaya gesekan dengan udara yang bekerja pada benda
yang merupakan hasil interaksi benda dengan lingkungannya.
Gaya dapat dikelompokan atas dua yaitu gaya interaksi dan gaya kontak.
Gaya interaksi adalah gaya yang ditimbulkan oleh suatu benda pada benda
lain walaupun letaknya berjauhan. Yang termasuk gaya interaksi adalah gaya
gravitasi, gaya listrik, gaya magnit. Setiap benda yang terdapat di dalam
medan (ruang yang merupakan daerah pengaruh suatu gaya) interaksi akan
mengalami gaya interaksi tersebut. Gaya kontak adalah gaya yang terjadi
hanya pada benda-benda yang bersentuhan. Yang termasuk gaya kontak
adalah gaya normal, gaya gesek, dan gaya tegangan tali.
Dari dua kelompok gaya di atas, menurut Marthen Kanginan (2004),
ada empat jenis gaya yang biasanya bekerja pada suatu benda, yaitu gaya
berat, gaya normal, gaya gesekan, dan gaya tegangan tali.
Gaya Berat
Gaya berat atau gaya gravitasi merupakan gaya yang bekerja pada
benda akibat benda tersebut berada dalam pengaruh medan/percepatan
gravitasi. Semua benda di permukaan bumi mengalami gaya berat karena
berada dalam medan gravitasi bumi. Arah gaya berat sama dengan arah
percepatan gravitasi, yaitu menuju pusat bumi.
Massa merupakan ukuran banyaknya materi yang dikandung oleh
suatu benda. Massa (m) suatu benda besarnya selalu tetap dimanapun
benda tersebut berada, satuannya kg. Berat (w) merupakan gaya gravitasi
bumi yang bekerja pada suatu benda. Satuan berat adalah Newton (N).
Hubungan antara massa dan berat dijelaskan dalam hukum II Newton.
Misalnya, sebuah benda yang bermassa m dilepaskan dari ketinggian
tertentu, maka benda tersebut akan jatuh ke bumi. Jika gaya hambatan
udara diabaikan, maka gaya yang bekerja pada benda tersebut hanyalah
gaya gravitasi (gaya berat benda). Benda tersebut akan mengalami gerak
jatuh bebas dengan percepatan ke bawah sama dengan percepatan
7
gravitasi. Jadi, gaya berat (w) yang dialami benda besarnya sama dengan
perkalian antara massa (m) benda tersebut dengan percepatan gravitasi (g)
di tempat itu. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
.............................................................. (1)
Keterangan:
w : gaya berat (N)
m : massa benda (kg)
g : percepatan gravitasi (m/s2)
Gaya Normal
Gaya normal adalah gaya yang bekerja pada bidang sentuh antara dua
permukaan yang bersentuhan, yang arahnya selalu tegak lurus pada bidang
sentuh. gaya normal selalu tegak lurus arahnya dengan bidang sentuh. Jika
bidang sentuh antara dua benda adalah horizontal, maka arah gaya
normalnya adalah vertikal. Jika bidang sentuhnya vertikal, maka arah gaya
normalnya adalah horizontal. Jika bidang sentuhya miring, maka gaya
normalnya juga akan miring.
Gaya Gesekan
Gaya gesekan adalah gaya yang bekerja antara antara permukaan
benda yang bersentuhan dan bersifat melawan kecenderungan gerak benda
tersebut. Gaya gesekan terbagi lagi atas dua, yaitu gaya gesekan statik
dangan gaya gesekan kinetik. Gaya gesekan statik adalah gaya gesekan
yang terjadi antara permukaan bidang sentuh dengan benda yang diletakan
di atasnya, pada saat kita kerjakan gaya pada benda dan benda itu belum
bergerak. Pada saat kita mendorong benda dan benda belum mulai
bergerak gaya gesekan statik sama besar dengan gaya dorong yang kita
kerjakan pada benda. Pada saat benda mulai bergerak, gaya dorong yang
kita berikan sama dengan gaya gesekan statik maksimum. Gaya gesekan
kinetik adalah gaya yang dikerjakan permukaan bidang sentuh terhadap
benda sewaktu benda bergerak. Gaya gesekan kinetik lebih kecil dari gaya
gesekan statis maksimum.
8
Untuk benda yang bergerak di udara, gaya geseknya bergantung pada
luas permukaan benda yang bersentuhan dengan udara. Makin besar luas
bidang sentuh, makin besar gaya gesek udara pada benda tersebut
sedangkan untuk benda padat yang bergerak di atas benda padat, gaya
geseknya tidak tergantung luas bidang sentuhnya.
Menurut hukum I Newton, selama benda masih diam berarti resultan gaya
yang bekerja pada benda tersebut adalah nol. Jadi, selama benda masih
diam gaya gesek statis selalu sama dengan yang bekerja pada benda
tersebut. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.
................................................................ (2)
Keterangan:
: gaya gesekan statis (N)
: koefisien gesekan statis
: gaya normal (N)
Gaya gesek kinetis (fk) adalah gaya gesek yang bekerja pada saat benda
dalam keadaan bergerak. Gaya ini termasuk gaya dissipatif, yaitu gaya
dengan usaha yang dilakukan akan berubah menjadi kalor. Perbandingan
antara gaya gesekan kinetis dengan gaya normal disebut koefisien gaya
gesekan kinetis ( s). Secara matematis dapat di tulis sebagai berikut.
............................................................... (3)
Keterangan:
: gaya gesekan kinetis (N)
: koefisien gesekan kinetis
: gaya normal (N)
Gaya Tegangan Tali
Gaya tegangan tali merupakan gaya yang dikerjakan oleh tali terhadap
sebuah benda yang diikat dengan tali tersebut. Jika sebuah balok diikat
pada langit-langit dengan sebuah tali, maka balok akan merasakan arah
tegangan tali ke atas, sedangkan langit-langit merasakan arah tegangan tali
ke bawah.
9
Gaya Sentripetal
Benda yang mengalami gerak melingkar beraturan mengalami
percepatan sentripetal. Arah percepatan sentripetal selalu menuju ke pusat
lingkaran dan tegak lurus dengan vektor kecepatan. Menurut hukum II
Newton, percepatan ditimbulkan karena adanya gaya. Oleh karena itu,
percepatan sentripetal ada karena adanya gaya yang menimbulkannya,
yaitu gaya sentripetal.
Pada hukum II Newton dinyatakan bahwa gaya merupakan perkalian
antara massa benda dan percepatan yang dialami benda tersebut. Sesuai
hukum
tersebut, hubungan antara percepatan sentripetal, massa benda, dan gaya
sentripetal dapat dituliskan sebagai berikut.
karena,
maka
.................................................. (4)
10
menggelindingkan sebuah bola. Satu sisi dari lintasan tersebut diubah-ubah
kemiringannya. Setelah mengamati, Galileo menyatakan “ Jika gaya gesek
pada benda tersebut ditiadakan, maka benda tersebut akan terus bergerak
tanpa memerlukan gaya lagi”.
Teori Galileo dikembangkan oleh Isaac Newton. Newton mengatakan
bahwa “ Jika resultan gaya pada suatu benda sama dengan nol, maka benda
yang diam akan tetap diam dan benda yang bergerak akan tetap bergerak
dengan kecepatan tetap”. Kesimpulan Newton tersebut dikenal sebagai
hukum I Newton. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut.
.................................................................... (5)
Berdasarkan hukum I Newton, dapat kita pahami bahwa suatu benda
cenderung mempertahankan keadaannya. Benda yang mula-mula diam akan
mempertahankan keadaan diamnya, dan benda yang mulamula bergerak akan
mempertahankan geraknya. Oleh karena itu, hukum I Newton juga sering
disebut sebagai hukum kelembaman atau hukum inersia.
Ukuran kuantitas kelembaman suatu benda adalah massa. Setiap benda
memiliki tingkat kelembaman yang berbeda-beda. Makin besar massa suatu
benda, makin besar kelembamannya. Saat mengendarai sepeda motor Anda
bisa langsung memperoleh kelajuan besar dalam waktu singkat. Namun, saat
Anda naik kereta, tentu memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai
kelajuan yang besar. Hal itu terjadi karena kereta api memiliki massa yang
jauh lebih besar daripada massa sepeda motor.
Setiap hari kita mengalami hukum I Newton. Misalnya, saat kendaraan
yang kita naiki direm secara mendadak, maka kita akan terdorong ke depan
dan saat kendaraan yang kita naiki tiba-tiba bergerak, maka kita akan
terdorong ke belakang.
Kecenderungan benda untuk mempertahankan keadaan diam atau gerak
tetapnya pada garis lurus disebut inersia. Dengan demikian, Hukum I Newton
sering disebut hukum inersia.
11
c. Hukum II Newton
Dalam Hukum II Newton digunakan konsep massa. Newton
menggunakan konsep massa sebagai sinonim dari jumlah zat. Namun definisi
massa yang lebih tepat adalah ukuran inersia suatu benda (Giancoli, 1999:
93). Makin besar massa yang dimiliki suatu benda, makin sulit merubah
keadaan geraknya. Makin besar massa suatu benda makin sulit merubahnya
dari keadaan diam menjadi bergerak, serta makin sulit memberhentikannya
pada saat dia sedang bergerak. Dalam satuan SI, satuan massa adalah
Kilogram (kg).
Istilah massa dan berat sering dikacaukan satu dengan yang lainnya.
Massa adalah sifat dari benda itu sendiri (yaitu ukuran inersia benda tersebut).
Berat adalah gaya gravitasi yang bekerja pada sebuah benda (Giancoli, 1999:
93). Benda yang memiliki massa yang sama akan memiliki berat yang
berbeda saat berada di bumi dan saat berada di bulan yang memiliki gaya
gravitasi yang lebih lemah.
Hukum II Newton menjelaskan fenomena saat resultan gaya yang
bekerja pada benda tidak sama dengan nol. Dalam hal ini bila resultan gaya
tidak sama dengan nol, maka benda akan mengalami percepatan yang
menyebabkan benda yang diam akan bergerak, dan yang sedang bergerak
akan berubah kecepatannya. Adapun bunyi Hukum II Newton adalah sebagai
berikut: “Percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan gaya total yang
bekerja padanya dan berbanding terbalik dengan massanya. Arah percepatan
sama dengan arah gaya total yang bekerja padanya.”
Dari bunyi Hukum II Newton di atas dapat disimpulkan bahwa besar
percepatan yang dialami benda bergantung pada gaya dan massa benda.
Percepatan benda sebanding dengan resultan gaya yang diberikan pada benda
(a ≈ ∑F ) dan berbanding terbalik dengan massa benda ( Dari kedua
12
atau ........................................... (6)
Dimana:
a = percepatan benda (m/s2)
∑F = resultan gaya yang bekerja pada benda (N)
m = massa benda (kg)
Arah percepatan yang dialami benda sama dengan arah resultan gaya
yang diberikan. Kalau resultan gayanya ke kanan, maka benda akan
mengalami percepatan ke kanan. Demikian pun sebaliknya, bila arah resultan
gayanya ke kiri, benda akan mengalami percepatan ke kiri.
d. Hukum III Newton
Beberapa pengamatan membuktikan bahwa gaya yang diberikan kepada
suatu benda selalu diberikan oleh benda lain. Seekor kuda menarik kereta,
magnet menarik penjepit kertas, martil mendorong paku. Pada semua contoh
ini gaya diberikan pada sebuah benda, dan gaya tersebut diberikan oleh benda
lain. Misalnya, gaya yang diberikan oleh martil, diberikan pada paku.
Menurut Newton, memang benar martil memberi gaya kepada paku,
tetapi paku tersebut juga memberikan gaya kepada martil, karena kecepatan
martil dengan cepat diperlambat sampai nol setelah terjadi kontak. Hanya
gaya yang besarlah yang memungkinkan perubahan kecepatan martil begitu
cepat. Dengan demikian menurut Newton, kedua benda tersebut harus
dipandang sama. Martil memberikan gaya pada paku dan paku memberikan
gaya pada martil. Sifat interaksi timbal balik dari gaya ini dinyatakan pertama
kali oleh Newton dalam Hukum III Newton. Adapun inti dari Hukum III
Newton adalah sebagai berikut: “Ketika suatu benda memberikan gayanya
pada benda kedua, benda kedua tersebut memberikan gaya yang sama besar
tetapi berlawanan arah terhadap benda yang pertama” (Giancoli, 1999).
Di SMP kita telah mengetahui bahwa gaya aksi dan reaksi besarnya
sama tetapi arahnya berlawanan. Pasangan gaya aksi reaksi ini dijelaskan
Newton dalam hukum ketiganya. Bunyi hukum III Newton adalah sebagai
berikut “Jika benda A mengerjakan gaya pada benda B, maka benda B akan
13
mengerjakan gaya pada benda A, yang besarnya sama tetapi arahnya
berlawanan”. Hukum ini biasanya juga dinyatakan sebagai berikut “Untuk
setiap aksi, ada suatu reaksi yang sama besar tetapi berlawanan arah”.
Kalau gaya yang diberikan oleh benda pertama pada benda kedua
disebut gaya aksi, maka gaya yang diberikan kembali oleh benda kedua
kepada benda pertama disebut gaya reaksi. Secara matematis Hukum III
Newton dinyatakan sebagai berikut:
.................................................... (7)
Gaya aksi selalu sama dengan gaya reaksi tetapi berlawanan arah. Gaya
aksi dan gaya reaksi selalu berpasangan namun bekerja pada benda berbeda
(Halliday dan Resnick, 1978). Seandainya terjadi pada benda yang sama maka
tidak ada gerak dipercepat karena resultan gaya pada setiap benda akan sama
dengan nol.
(a) (b)
Gambar 2.3 (a) balok pada bidang datar licin ditarik horizontal (b) balok pada
bidang datar licin ditarik dengan membentuk sudut
Perhatikan Gambar (a) diatas! Sebuah benda yang terletak di atas bidang
datar licin ditarik horizontal dengan gaya F. Ternyata benda tersebut
bergerak dengan percepatan a. Karena benda bergerak pada sumbu X
(horizontal), maka gaya yang bekerja pada benda tersebut dapat dituliskan
sebagai berikut.
................................................................... (8)
14
Bagaimana jika gaya tarik F membentuk sudut (Gambar 2.3 (b))? Komponen
yang menyebabkan benda bergerak di atas bidang datar licin adalah komponen
horizontal F, yaitu Fx. Oleh karena itu, persamaannya dapat ditulis sebagai
berikut.
............................................................ (9)
Sesuai dengan hukum II Newton, percepatan benda adalah sebagai berikut.
............................................................... (10)
Contoh soal
1. Sebuah balok es yang memiliki massa 25 kg didorong Rafli, dengan sudut
30°. Jika balok es bergerak dengan percepatan konstan , maka
= 30°
Ditanya: F….?
Jawaban:
15
Jadi, Rafli mendorong balok es tersebut dengan gaya sebesar 12,5 N.
2. Sebuah kotak dengan massa 70 kg ditarik dengan gaya 400 N dengan sudut
30o terhadap horizontal. koefisien gesekan kinetis adalah 0,50. Tentukan
percepatan kotak!
Penyelesaian:
Diketahui: m = 70 kg
F = 400 N
Ditanya: a….?
Jawaban:
16
b. Gerak Dua Benda yang Bersentuhan
Misalkan dua benda ma dan mb bersentuhan dan diletakkan pada
bidang datar licin seperti pada gambar.
17
atau ................... (11)
............................................ (13)
Karena benda tidak bergerak pada sumbu y, maka atau .
Gaya-gaya yang bekerja pada sumbu x adalah sebagai berikut.
18
................................................... (14)
Karena benda bergerak pada sumbu x (gaya yang menyebabkan benda
bergerak adalah gaya yang sejajar dengan bidang miring), maka percepatan
yang dialami oleh benda adalah sebagai berikut.
19
Contoh soal
Seutas tali yang dilewatkan pada sebuah katrol yang berputar dengan mudah
(yang tidak memiliki massa atau tanpa gaya gesekan) memiliki massa 7 kg
bergantung pada satu ujungnya dan sebuah massa 9 kg bergantung pada ujung
yang lain.(Pengaturan ini disebut Pesawat Atwood). Tentukan percepatan
massa dan tegangan pada tali!
Penyelesaian:
Diketahui:
Ditanya: a) Percepatan
b) Tegangan tali
Jawaban:
a) Percepatan
b) Tegangan Tali
Benda 1
20
e. Gaya Tekan Kaki pada Lantai Lift
Perhatikan gambar pada lift diam atau bergerak dengan kecepatan tetap,
maka percepatannya nol. Oleh karena itu, berlaku keseimbangan gaya (hukum
I Newton)
.................................................................... (16)
Jadi, gaya tekan kaki pada saat lift diam atau bergerak dengan kecepatan
tetap adalah sama dengan gaya berat orang tersebut.
Perhatikan gambar berikut ini! Jika lift bergerak ke atas dengan
percepatan, maka besarnya gaya tekan kaki pada lantai lift dapat ditentukan
sebagai berikut.
21
.................................................. (17)
Sebagai acuan pada gerak lift naik, gaya-gaya yang searah dengan arah
gerak lift diberi tanda positif dan yang berlawanan diberi tanda negatif.
Selanjutnya perhatikan gambar berikut ini, berdasarkan penalaran yang
sama seperti saat lift bergerak ke atas, maka untuk lift yang bergerak ke
bawah diperoleh persamaan sebagai berikut.
.................................................. (18)
Contoh soal
Oneng yang bermassa 30 kg berdiri di dalam sebuah lift yang bergerak
dengan percepatan 3 m/s2. Jika gravitasi bumi 10 ms-2, maka tentukan berat
Oneng saat lift bergerak ke atas dipercepat dan bergerak ke bawah dipercepat!
Penyelesaian:
Diketahui:
22
Ditanya: N…..? (lift bergerak ke atas)
N…..? (lift bergerak ke bawah)
Jawaban:
Lift bergerak ke atas
23
tidak tepat atau sikap guru dalam berelasi dengan siswa yang kurang baik.
Penyebab miskonsepsi dari buku teks biasanya terdapat pada penjelasan atau
uraian yang salah dalam buku tersebut. Konteks, seperti budaya, agama, dan
bahasa sehari-hari juga mempengaruhi miskonsepsi siswa. Sedangkan
metode mengajar yang hanya menekankan kebenaran satu segi sering
memunculkan salah pengertian pada siswa.”
Dari Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Integrasinya, diperoleh bahwa
dari hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa sering kali keliru dalam
menggambarkan arah gaya, seperti halnya kekeliruan umum yang dialami siswa
dalam menggambarkan vektor gaya gravitasi, kekeliruan dalam membuat
diagram bebas benda, maupun menentukan komponen gaya total. Kekeliruan
demikian ini lebih sering dikarenakan pemahaman siswa yang belum utuh dalam
memahami konsep gaya gravitasi. Karena kebanyakan siswa memahami gaya
gravitasi semata-mata sebagai gaya tarik oleh bumi yang arahnya menuju ke
bawah. Dengan pemahaman sempit tersebut siswa acap kali menggambarkan
gaya gravitasi yang bekerja pada benda di atas bidang miring menuju ke bawah
bidang, bukan ke pusat bumi (vertikal ke bawah).
Menurut hasil penelitian Izza Auliyatul (2015), Beberapa kekeliruan
konsep (miskonsepsi) yang terjadi pada diri siswa yang teridentifikasi antara
lain:
1. suatu benda akan bergerak diperlambat jika tidak terdapat resultan gaya yang
bekerja padanya
2. gaya adalah hasil perkalian antara massa dan percepatan (m.a)
3. gerak benda akan mengikuti arah gaya yang paling kuat yang bekerja padanya
4. suatu benda yang mendapatkan resultan gaya yang tetap akan bergerak dengan
kecepatan tetap
5. suatu benda akan bergerak lebih cepat ketika mendapatkan resultan gaya yang
lebih besar
6. benda yang lebih berat akan jatuh lebih cepat dibanding benda yang lebih
ringan
24
7. gaya normal pada suatu benda selalu sama dengan berat benda tersebut
8. gaya aksi-reaksi bekerja pada benda yang sama.
Penelitian yang dilakukan oleh Maksimus (2008), diperoleh dari hasil
analisis tehadap alasan jawaban yang masuk kategori miskonsepsi diperoleh
beberapa pola miskonsepsi yang dominan sebagai berikut: (1) Gaya sebanding
dengan kecepatan dan momentum, (2) Bila pada benda yang sedang bergerak
tidak dikerjakan gaya maka benda tersebut akan melambat dan berhenti, (3) Arah
gaya yang bekerja pada benda selalu searah dengan arah gerak benda, (4) benda
memiliki gaya dalam dirinya sendiri, (5) gaya diasosiasikan dengan usaha yang
dibutuhkan untuk memindahkan benda, (6) gaya aksi lebih kecil dari gaya reaksi
bila benda yang didorong belum bergerak.
Cukup tingginya miskonsepsi tersebut disebabkan oleh: (1) minat belajar
fisika dalam diri siswa rendah, (2) kemampuan dasar siswa lemah, baik
kemampuan kognitif maupun kemampuan khusus berkaitan dengan operasi
matematis, (3) Guru yang mengajar kurang berkompeten mengajar fisika SMA,
(4) Guru dominan menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran
fisika dan sarana pembelajaran juga tidak mendukung proses pembelajaran
fisika.
Penelitian yang dilakukan oleh Cicillia (1990) dan penelitian di luar negeri
(dalam skripsi Maftuhah, 2011), menemukan miskonsepsi-miskonsepsi
mengenai gaya pada benda diam sebagai berikut: (1) Sebagian siswa
menganggap bahwa benda hanya bisa diam kalau sama sekali tidak ada gaya
yang bekerja padanya, maka gaya gravitasi dan gaya normal dianggap nol, (2)
Sebagian siswa menjawab gaya normal adalah nol, siswa sering menganggap
gaya normal sebagai lawan dari gaya gravitasi pada benda, maka timbul jawaban
bahwa gaya normal pada buku di atas meja miring tetap vertikal, (3) Jika benda
di dorong dan tidak bergerak, gaya gesekan dianggap lebih besar daripada gaya
dorong atau dianggap tidak ada gaya gesekan (Van Den Berg, 1991).
Menurut Maftuhah (2011), ada banyak cara untuk membantu siswa
mengatasi miskonsepsi dalam bidang fisika. Banyak penelitian telah dilakukan
25
oleh para ahli pendidikan fisika, biologi, kimia dan astronomi yang
mengungkapkan bermacam-macam kiat yang dibuat untuk membantu siswa
memecahkan persoalan miskonsepsi.
Secara garis besar yang digunakan untuk membantu mengatasi miskonsepsi
menurut Paul Suparno (2005) dalam skripsi Maftuhah (2015), adalah (1) mencari
atau mengungkap miskonsepsi yang dilakukan siswa, (2) mencoba menemukan
penyebab miskonsepsi tersebut, (3) mencari perlakuan yang sesuai untuk
mengatasi miskonsepsi tersebut.
Sedangkan menurut Van Den Berg (1991), terdapat beberapa saran untuk
mengatasi miskonsepsi, antara lain:
1) Mempelajari miskonsepsi yang sering terjadi pada siswa
2) Menyadari dalam diri ada miskonsepsi atau tidak
3) Mencoba menggunakan demonstrasi
4) Menentukan prioritas dan pengajaran remedial khusus untuk materi dasar dan
prasyarat untuk materi lain
5) Mencari soal-soal konsep tanpa mengabaikan perhitungan
Selain itu untuk mencegah terjadinya miskonsepsi, penting bagi guru
mengajarkan konsep yang benar sejak awal kepada siswa (Daniel Muijs dan
David Reynolds, 2005).
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Dinamika partikel adalah cabang mekanika yang mempelajari gerak suatu
partikel dengan meninjau penyebab geraknya. Gerak suatu partikel
dipengaruhi oleh sifat-sifat dan susunan benda lain yang ada disekitarnya.
2. Gaya adalah dorongan atau tarikan yang menyebabkan sebuah benda
bergerak.
3. Hukum I Newton menyatakan bahwa “Jika resultan gaya pada suatu benda
sama dengan nol, maka benda yang diam akan tetap diam dan benda yang
bergerak akan tetap bergerak dengan kecepatan tetap”.
4. Hukum II Newton menyatakan bahwa “Percepatan yang dihasilkan oleh
resultan gaya yang bekerja pada suatu benda berbanding lurus dengan resultan
gaya, dan berbanding terbalik dengan massa benda”.
5. Hukum III Newton menyatakan bahwa “Jika benda A mengerjakan gaya pada
benda B, maka benda B akan mengerjakan gaya pada benda A, yang besarnya
sama tetapi arahnya berlawanan”.
6. Ada beberapa jenis gaya, antara lain, gaya berat, gaya normal, gaya gesekan,
dan gaya sentripetal.
7. Penerapan hukum-hukum Newton, antara lain, pada gerak benda pada bidang
datar, gerak dua benda yang bersentuhan, gerak benda pada bidang miring,
gerak melingkar beraturan, dan gerak melingkar vertikal.
8. Adapun beberapa hal untuk mengatasi miskonsepsi (1) mencari atau
mengungkap miskonsepsi yang dilakukan siswa, (2) mencoba menemukan
penyebab miskonsepsi tersebut, (3) mencari perlakuan yang sesuai untuk
mengatasi miskonsepsi tersebut.
27
3.2 Saran
Sebaiknya para mahasiswa sebagai calon pendidik banyak berlatih dalam
menyelesaikan masalah-masalah dalam materi dinamika partikel agar tidak terjadi
miskonsepsi.
28
DAFTAR PUSTAKA
29