Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENGANTAR EKOLOGI

“Pengaruh Alelopati Dengan Ekstrak Tanaman Serai Terhadap “


Perkecambahan Tanaman Kacang Hijau

OLEH:

KELOMPOK ( 2 EKSTRAK SERAI )

1. Pinta Yuni Gusva ( 22231081 )


2. Shyfa Shalsahbila ( 22231087 )
3. Nuruaini ( 22231025 )
4. Rahmatul Alni ( 22231125 )

Dosen Pengampu :

Tuti Lestari, S.Si.,M,.Si.

DEPARTEMEN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Allah Swt Tuhan Yang Maha Esa Atas Segala Rahmat-
Nya Sehingga Laporan kami Dengan Judul “ Pengaruh Alelopati Dengan Ekstrak
Tanaman Serai Terhadap Perkecambahan Tanaman Kacang Hijau ” Ini Dapat Tersusun
Hingga Selesai.

Adapun Sebelum Itu Kami Selaku Pembuat Laporan Ini Mengucapkan


Terimakasih Kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Ini Yaitu Ibuk Tuti Lestari,
S.Si.,M,.Si. Yang Telah Membimbing Dari Awal Penyusunan Sampai Akhir.

Laporan Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Ekologi Dan
Dalam Proses Pembuatan Laporan Ini Kami Sebagai Pembuat Makalah Sadar Bahwasan
Nya Terdapat Banyak Kekurangan Dan Oleh Karena Itu Kami Sebelumnya Mohon
Maaf Apabila Terdapat Kesalahan Kata-Kata Dalam Penulisan, Kami Memohon Kritik
Dan Saran Dari Ibuk Demi Perbaikan Kedepannya Agar Kami Sebagai
Seorangmahasiswa Bisa Menjadi Lebih Baik Lagi Kedepannya.

Kami Sebagai Pembuat Laporan Ini Berharap Laporan Ini Dapat Bermanfaat
Serta Menambah Wawasan Saya Dan Kita Semua Aamiin.

Padang, 18 Desember 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i


DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
1.3.Tujuan ................................................................................................................... 2
1.4.Landasan Teori....................................................................................................... 2

BAB II ALAT DAN BAHAN

2.1.Alat....................................................................................................................... 5
2.2.Bahan ................................................................................................................... 5
BAB III METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM DAN CARA KERJA
3.1.Metode .................................................................................................................. 6
3.2.Cara kerja .............................................................................................................. 6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil ....................................................................................................................... 8

4.2.Pembahasan.......................................................................................................... 14

BAB V

5.1. Kesimpulan ....................................................................................................... 17

5.2. Saran ................................................................................................................. 17

BAB IV

UCAPAN TERIMKASIH ......................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Ekologi merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Yunani


yaitu oikos berarti rumah dan logos berarti ilmu atau pelajaran. Secara etimologis
ekologi berarti ilmu tentang makhluk hidup dan rumah tangganya. Dengan kata
lain defenisi dari ekologi adalah hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan
lingkungannya. Berdasarkan defenisi di atas maka yang dimaksud dengan ekologi
tanaman adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara tanaman
(tumbuhan yang dibudidaykan) dengan lingkungannya. Lingkungan hidup tanaman
dibagi atas dua kelompok yaitu lingkungan biotik dan abiotik. Dari lingkungan inilah
tanaman memperoleh sumberdaya cahaya, hara mineral, dan sebagainya (Hanum,
2009).
Setiap individu selalu berhubungan dengan individu yang sejenis atau lain jenis,
baik individu dalam satu populasinya atau individu-individu dari populasi lain. Interaksi
demikian banyak kita temui di lingkungan sekitar. Interaksi antar biotik dalam
komunitas ada yang bersifat sangat erat dan ada yang kurang erat. Allelopati merupakan
salah satu dari ineraksi antar komponen biotik (Abdurahman, 2008).
Zat allelopati merupakan bahan kimia yang dikeluarkan oleh gulma terhadap
tanaman pokok yang menyebabkan morfologi daunnya yang dipenuhi oleh
bercak coklat dan putih, tinggi tanaman kerdil, panjang akar tidak normal. Secara fisik
gulma bersaing dengan tumbuhan dalam hal pemanfaatan ruang, cahaya dan secara
kimiawi dalam hal pemanfaatan air, nutrisi, gas-gas penting dalam proses allelopati
(Suryaningsih, dkk, 2011).
Berdasarkan hal di atas, perlu kita melihat dan mengamati secara langsung
pengaruh zat allelopati yang dikeluarkan oleh beberapa jenis tanaman sehingga
menghambat dan merusak tanaman lainnya karena zat kimia yang diproduksi oleh
tanaman tersebut.

1
1.2. Rumusan masalah

1. Bagaimanakah pengaruh allelopati dari beberapa jenis tanaman terhadap


perkecambahan/ pertumbuhan tanaman?

2. Bagaimanakah dampak yang ditimbulkan dari tanaman yang mengandung


allelopati?
3. Bagaimanakah reaksi yang ditimbulkan dari tanaman yang terkena efek allelopati?

1.3. Tujuan

1. Mempelajari pengaruh allelopati dari beberapa jenis tanaman terhadap


perkecambahan/ pertumbuhan tanaman.
2. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari tanaman yang mengandung
allelopati.
3. Mengamati reaksi yang ditimbulkan dari tanaman yang terkena efek allelopati.

1.4. Landasan Teori

Istilah alelopati (allelopathy) pertama kali dikemukakan oleh Hans


Molisch tahun 1937. Alelopati berasal dari kata allelon (saling) dan pathos
(menderita). Menurut Molisch, alelopati meliputi interaksi biokimiawi secara
timbal balik, yaitu yang bersifat penghambatan maupun perangsangan antara semua
jenis tumbuhan termasuk mikroorganisme. Tahun 1974, Rice memberikan batasan
alelopati sebagai keadaan merugikan yang dialami tumbuhan akibat tumbuhan lain,
termasuk mikroorganisme, melalui produksi senyawa kimia yang dilepaskan ke
lingkungannya. Batasan ini kemudian terus diverifikasi dengan berbagai penelitian.
Tahun 1984, Rice melaporkan bahwa senyawa organik yang bersifat menghambat
pada suatu tingkat konsentrasi, ternyata dapat memberikan pengaru rangsangan
pada tingkat konsentrasi yang lain.

2
Sejak tahun tersebut, Rice dan sebagian besar ilmuwan yang menekuni
alelopati merujuk terhadap batasan yang dikemukakan oleh Molisch. Alelopati
kemudian didefinisikan sebagai pengaruh langsung ataupun tidak langsung dari
suatu tumbuhan terhadap yang lainnya, termasuk mikroorganisme, baik yang
bersifat positif/perangsangan, maupun negatif/penghambatan terhadap
pertumbuhan, melalui pelepasan senyawa kimia ke lingkungannya (Junaedi, dkk,
2006).
Interaksi kimia yang terjadi di antara tanaman yang dikenal sebagai
alelopati, dan senyawa organik yang berperan dalam alelopati dikenal sebagai
allelokimia. Alelopati merupakan interaksi ekologi dan kimia ditandai dengan efek
stimulasi dan penghambatan antara keluarga tanaman yang berbeda.
Di seluruh dunia, sifat penghambatan dari ekstrak dan residu dari banyak
spesies herbal berkumpul dengan tanaman yang diinginkan pada bidang yang sama
telah menjadi sumber utama keprihatinan. Sifat alelopati tanaman dan metabolitnya
dapat secara efektif digunakan untuk manajemen gulma biologis dalam produksi
tanaman (Hassannejad, dkk, 2013).
Alelopati merupakan suatu istilah yang telah lama dikenal, dan pertama
kali digunakan oleh Hans Molisch tahun 1937 dalam Junaedi et al. (2006) berasal
dari kata allelon (saling) dan pathos (menderita). Menurut Molisch, alelopati
meliputi interaksi biokimia secara timbal balik, merupakan senyawa yang bersifat
menghambat maupun memacu antara semua jenis tumbuhan termasuk
mikroorganisme. Pada tahun 1974, Rice dalam Junaedi et al. (2006) memberikan
batasan alelopati sebagai keadaan yang merugikan yang dialami tumbuhan akibat
tumbuhan lain, melalui produksi senyawa kimia yang dilepaskan ke
lingkungannya. Batasan ini kemudian terus diverifikasi melalui berbagai penelitian,
dan pada tahun 1984, Rice melaporkan bahwa senyawa organik yang bersifat
menghambat pada suatu tingkat konsentrasi, ternyata dapat memberikan
rangsangan pada tingkat konsentrasi yang lain.

3
Dalam perkembangan selanjutnya alelopati didefinisikan sebagai
pengaruh langsung ataupun tidak langsung dari suatu tumbuhan terhadap yang
lainnya termasuk mikroorganisme, baik yang bersifat positif (perangsangan),
maupun negatif (penghambatan) terhadap pertumbuhan, melalui pelepasan
senyawa kimia ke lingkungannya (Inderjit & Keating 1999; Singh et al. 2003
dalam Junaedi dkk. 2006).
Alelopati adalah interaksi biokimia antara mikroorganisme atau
tanaman baik yang bersifat positif maupun negatif (Molisch,1937 dalam
Putnam dan Duke, 1978).
Warnell (2002) mendefinisikan alelopati sebagai suatu kadungan bahan
kimia yang bersifat aktif maupun pasif yang dibebaskan ke lingkungannya
sehingga mempengaruhi organisme lainnya.
Senyawa alelopati kebanyakan dikandung pada jaringan tanaman, seperti
akar, ubi, rhizome, batang, daun, bunga, buah dan biji yang dikeluarkan tanaman
melalui cara penguapan, eksudasi akar, hasil lindihan dan pelapukan sisa-sisa
tanaman (Moenandir, 1988) yang mampu mengganggu pertumbuhan tanaman lain
di sekitarnya. Beberapa senyawa yang diidentifikasi sebagai alelopati adalah
flavanoid, tanin, asam fenolat, asam ferulat, kumarin, terpenoid, stereoid,
sianohidrin, quinon, asam sinamik dan derivatnya, (Risvi et al.,1992).

4
BAB II
ALAT DAN BAHAN
1.1. Alat

1. Blender
2. Saringan Dan Kain Untuk Saringan
3. Ember Ukuran 10 Liter
4. Baskom 3 Buah Ukuran 1 / 2 Liter
5. Gayung
6. Botol Ukuran 200 Ml
7. Kain Lap Dan Tissu
8. Cawan Petidris
9. Kertas Saring
10. Corong Kaca
11. Gelas Beaker
12. Gelas Ukur
13. Gunting Tanaman / Pisau
14. Alumunium Foil

1.2. Bahan
1. Serai ( 1 Kg )
2. Alcohol ( Secukupnya )
3. Aquades / Air ( Secukupnya )
4. Kacang Hijau ( 50 Butir )

5
BAB III
METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM DAN CARA KERJA

3.1. Metode
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember selama 7 hari bertempat di
laboratorium IPA, FMIPA UNP. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
eksperimen selama 7 hari terhadap tumbuhan kacang hijau dengan pemberian ektrak
sereh kosentrasi berbeda.Subjek penelitian adalah ekstrak sereh.Sedangkan objek dalam
penelitian adalah alelopati ekstrak sereh.
3.2. Cara Kerja
Prosedur Pelaksanaan :
Hari : senin s/d Jumat
Tanggal : 5 – 16 Desember 2022
Waktu : 07.00 – 09.00 wib
Tempat : Laboratorium Ipa Terpadu, Fakultas Matematika Dan Ilmu Penegtahuan
Alam, Universitas Negeri Padang
Cara kerja :
1) Menyiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan pada
praktikum ini.
2) Memotong daun serai yang sudah dibersihkan menjadi potongan kecil,
yang bertujuan untuk mempermudah ketika memblender daun
tersebut.
3) Memastikan blender siap untuk digunakan.
4) Memasukkan daun serai yang telah di potong sedikit demi sedikit ke
dalam blender , dan tambahkan air kira-kira 100 ml setiap akan
membelender.
5) Meletakan daun serai yang sudah di belender tadi kedalam baskom,
dan memindahkannya ke dalam gelas beaker atau gelas ukur yang
berukuran 600 ml dan di tambahkan alcohol hingga daun serai yang
sudah di blender tadi hingga terbenam oleh alcohol kemudian tutup
dengan menggunakan alumunium foil.
6) Diaamkan selama 24 jam dan letakakn di suhu ruagan.

6
7) Setelah di diamkan selama 24 jam, saring menggunakan saringandan
juga kain saringan dan letakan hasilnya ke dalam botol 200 ml.
8) Memilih biji kacang hijau sebanyak 50 butir dan letakan diatas cawan
Petridis yang sudah dialasi kertas saring, masing-masing cawan
Petridis berisi 10 buah kacang hijau.
9) Setelah memilih kacang hijau kemudian memulai untuk menyiram
kacang hijau menggunakan ekstrak serai yang sudah di diamkan 24
jam ke kacang hijau.
10) Diam kan selama 24 jam dan keesokan harinya memulai penukuran
pertumbuhan perkecambahan pada kacang hijau, dan catatlah hasilnya.
11) Lakukanlah langakah-langkah 10 hingga 7 hari mendatang , hingga di
proleh hasil untuk di masukan ke dalam laporan.

7
BAB I
HASIL DAN PEMBAHSAN
4.1. Hasil
Tabel : Pengamatan Pertumbuhan Kecambah Kacang Hijau
Jumlah
Panjang
Kacang Hijau
No/Hari Kecambah Warna Kecambah
Yang
(Cm)
Berlecambah
1.Senin 100% 0.785 cm
05-12,
2022
75% 0.86 cm

50% 0.55 cm

100 % (hijau keputihan)


25% 0.74 cm

0% 0.85 cm

75 % (hijau keputihan)

50% ( hijau keputihan )

50% ( hijau keputihan )

0% ( hijau keputihan )

8
2.selasa 100% 1.14 cm
06-12,
2022
75% 0.72 cm

50% 0.52 cm

25% 0.89 cm 100% ( hijau pucat )

0% 0.71 cm

75% ( hijau pucat )

50% ( hijau pucat )

25% ( hijau pucat )

0% ( hijau pucat )

3.Rabu 100% 0.8 cm


07-12,
2022
75% 0.9 cm

50% 0.525 cm
100% ( hijau pucat )
25% 0.84 cm

0% 1.2 cm

75% ( hijau pucat )

9
50% ( hijau pucat )

25% ( hijau pucat

0% ( hijau pucat )

10
4.kamis 100% 0.775 cm
08-12,
2022
75% 0.91 cm

50% 0.615 cm
100 % ( hijau kuning )
25% 0.885 cm

0% 1.24 cm

75% ( hijau kuning )

50%( hijau kuning )

25% ( hijau kuning )

0% ( hijau kuning )

5.Rabu 100% 0.585 cm


14-12,
2022
75% 0.59 cm

50% 0.415 cm

25% 0.65 cm 100 % ( hijau kecoklatan)

0% 0.49 cm

75% ( hijau kecoklatan)

11
50% ( hijau kecoklatan)

25% ( hijau kecoklatan)

0% ( hijau kecoklatan)

12
6.kamis 100% 0.55 cm
15-12,
2022
75% 0.8 cm

50% 0.6 cm 100% ( coklat pucat )

25% 0.71 cm

0% 0.68 cm
75% ( coklat pucat )

50% ( coklat pucat )

25% ( coklat pucat )

25% ( coklat pucat )


7.Jumat 100% 0.525 cm
16-12,
2022
75% 0.685 cm

50% 0.52 cm
100% ( coklat muda)
25% 0.7 cm

0% 0.855 cm

75% ( coklat muda )

13
50% ( coklat hijau gelap )

25% ( hijau coklat )

0% ( hijau coklat )

4.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada praktikum


tentang pengaruh alelopati beberapa jenis tanaman dengan menggunakan ekstrak
tanaman serai terdapat perbedaan pertumbuhan kecambah kacang hijau terdapat 5
perlakuan terhadap pemberian ekstrak pada kecambah kacang hijau ada yang
100% hanya dengan menggunakan ekstrak serai saja ada yang 75% ekstraknya ada
yang 50% 25% dan 0% pada saat 0% tidak diberi ekstrak serai hanya dengan
menggunakan air biasa saja.
Pada pengamatan hari pertama didapatkan hasil pada perlakuan 100% serai
panjang kecambah kacang hijau yaitu 0,785 cm pada perlakuan 75% panjang
kecambah kacang hijau 0,86 cm pada pada perlakuan 50% panjang kecambah
kacang hijau 0,55 cm pada perlakuan 25% panjang kecambah kacang hijau 0,75
cm dan pada saat perlakuan 0% panjang kecambah kacang hijau 0,85 cm.
Pada pengamatan hari kedua didapatkan hasil pada perlakuan 100%
panjang kecambah kacang hijau 1,14 cm pada saat perlakuan 75% panjang
kecambah kacang hijau 0,72 cm pada saat perlakuan 50% panjang kecambah
kacang hijau 0,52 cm pada saat perlakuan 25% panjang kecambah kacang hijau
0,89 cm pada saat perlakuan 0% panjang kecambah kacang hijau 0,71 cm.

14
Pada pengamatan hari ketiga didapatkan hasil pada perlakuan 100%
panjang kecambah kacang hijau 0,8 cm pada perlakuan 75% panjang kecambah
kacang hijau 0,9 cm pada perlakuan 50% panjang kecambah kacang hijau 0,525
cm pada perlakuan 25% panjang kecambah kacang hijau 0,84 cm pada perlakuan
0% panjang kecambah kacang hijau 1,2 cm.
Pada pengamatan hari keempat pada perlakuan 100% panjang kecambah
kacang hijau 0,775 cm pada perlakuan 75% panjang kecambah kacang hijau 0,91
cm pada perlakuan 50% panjang kecambah kacang hijau 0,615 cm pada perlakuan
25% panjang kecambah kacang hijau 0,885 cm pada saat perlakuan 0% panjang
kecambah kacang hijau 1,24 cm.
Pada pengamatan hari kelima pada perlakuan 100% panjang kecambah
kacang hijau 0,585 cm pada perlakuan 75% panjang kecambah kacang hijau 0,59
cm pada saat perlakuan 50% panjang kecambah kacang hijau yaitu 0,415 cm pada
saat perlakuan 25% panjang kecambah kacang hijau yaitu 0,65 cm pada saat
perlakuan 0% panjang kecambah kacang hijau 0,49 cm.
Pada pengamatan hari ke-6 pada perlakuan 100% panjang kecambah
kacang hijau 0,55 cm pada saat perlakuan 75% panjang kecambah kacang hijau
0,8 cm pada saat perlakuan 50% panjang kecambah kacang hijau 0,6 cm pada saat
perlakuan 25% panjang kecambah kacang hijau 0,71 cm pada saat perlakuan 0%
panjang kecambah kacang hijau yaitu 0,68 cm.
Pada pengamatan hari ketujuh pada perlakuan 100% didapatkan panjang
kecambah kacang hijau 0,525 cm pada perlakuan 75% didapatkan panjang
kecambah kacang hijau 0,685 cm pada perlakuan 50% didapatkan panjang
kecambah kacang hijau 0,52 cm pada perlakuan 25% didapatkan panjang
kecambah kacang hijau 0,7 cm dan pada perlakuan 0% panjang kecambah kacang
hijau 0,855 cm.
Terdapat penurunan pertumbuhan kecambah kacang hijau dikarenakan
akibat kesalahan dalam pengukuran dan kacang hijau yang kurang segar.
Pemberian ekstrak serai pada kecambah kacang hijau berpengaruh terhadap
pertumbuhannya karena pada saat perlakuan 100% kecambah kacang hijau lebih
lebih lama tumbuhnya dibandingkan dengan perlakuan yang lain.

15
Penurunan dari kecambah kacang hijau juga diakibatkan oleh cara
peletakan kecambah tersebut pada hari pertama kedua dan ketiga kecambah
kacang hijau diletakkan di dalam laci yang tertutup dan tidak terkena cahaya
matahari sedangkan pada hari selanjutnya kecambah kacang hijau diletakkan pada
ruangan yang terbuka dan terkena cahaya matahari.Pengaruh suhu ruangan juga
berpengaruh terhadap pertumbuhan kecambah kacang hijau karena pada saat
kacang hijau diletakkan di bawah AC maka kacang hijau menjadi keriput dan
tidak tumbuh sehingga menyebabkan kecambah tersebut mati.

16
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Allelopati merupakan peristiwa yang terjadi karena adanya pengaruh jelek


dari zat kimia (alelopat) yang dikeluarkan tumbuhan tertentu yang dapat
merugikan pertumbuhan tumbuhan lain jenis yang tumbuh di sekitarnya.
2. Semakin besar konsentrasi ekstrak yang diberikan, maka semakin besar
juga pengaruh pertumbuhan tanaman. Hal ini dapat terlihat dari rendahnya
tingkat kesuburan tanaman, yang ditunjukan dengan rendahnya tinggi
kecambah tanaman kacang hujau yang telah diukur menggunakan jangga
sorong.
3. Tanaman yang terkena efek dari zat alelopati yang berkonsentrasi lebih
dari 0% akan mengalami tingkat kesuburan yang rendah seperti pada
tingkat kosentrasi 25% sampai 100%, sedangkan pada kosentrasi 0% yang
menggunakan aquades tingkat kesuburan pertumbuhan kecambah kacang
hijau tidak terganggu pertumbuhannya.

5.2. Saran

Kami menyadari dalam penulisan laporan ini masih banyak ditemukan


kesalahan dan kekurangan, untuk itu kami sangat menggarapkan kritik dan saran
dari pembaca agar kedepannya kami dapat membuat laporan ini lebih baik lagi.

17
BAB IV

UCAPAN TERIMAKASIH

Pertama-Tama Kami Mengucapkan Terimakasih Kepada Ibuk Tuti Lestari,


S,.Si,.M.Si.Selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Pengantar Ekologi Dan Juga Kepada
Bang Harmedi Yulian Saputra,S.Pd. Selaku Teknisi Lab. Pendidikan IPA. Terimakasih
Kepada Ibuk Tuti Lestari,S,.Si,.M.Si. Yang Telah Membimbing Kami Ketika Proses
Beralangsunya Beberapa Hari Praktikum Alilopati Pada Ekstrak Tumbuhan Serai Dan
Kacang Hijau.Dan Kepada Bang Harmedi Yulian Saputr,S.Pd Yang Telah Membantu
Dan Mengarahkkan Kami Ketika Proses Praktikum Alilopati Hingga Selesai.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, D. (2008 ). Biologi Pertanian, Bandung : PT. Grafindo

C, Hanum. ( 2009 ). Ekologi Tanaman, Jakarta : USU Pres

Suryaningsih, Dkk. ( 2011 ). Panduan Tumbuhan, Bali : Simbiosisis. 1(1): 1-8

19

Anda mungkin juga menyukai