Disusun oleh:
1. Sudarnila (11308502220011)
2. Revy Aprilianti (11308502220006)
SINGKAWANG 2022/2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yag berjudul
“Organ dan Sistem Organ Hewan”. Makalah ini diajukan guna untuk memenuhi tugas
mata kuliah Biologi Umum.
Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Emy Sulistri S, Pd., M.Pd. yang telah
membantu kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga kami ucapkan
kepada teman-teman yang telah mendukung kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna baik
dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk dapat menjadi acuan agar
bisa lebih baik di masa mendatang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................1
B. Rumusan masalah.........................................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................2
A. Organ Hewan..................................................................................................................2
1. Sistem Gerak................................................................................................................2
2. Sistem Otot...................................................................................................................5
3. Sistem Pencernaan.......................................................................................................7
4. Sistem Pernapasan........................................................................................................9
5. Sistem Sirkulasi..........................................................................................................12
6. Sistem Saraf...............................................................................................................14
7.Sistem Reproduksi......................................................................................................19
8. Sistem Endokrin.........................................................................................................24
9. Sistem Eksresi............................................................................................................27
BAB III..................................................................................................................................32
A. Kesimpulan................................................................................................................32
B. Saran..........................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................33
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan masalah
1. Apa yan dimaksud dengan organ pada hewan?
2. Apa saja yang termasuk dalam sistem organn pada hewan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan apa saja organ pada hewan
2. Untuk mengetahui sustem organ pada hewan
1
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Organ Hewan
Organ merupakan gabungan berbagai jaringan yang menampilkan satu atau lebih
fungsi. Berdasarkan letaknya, organ tubuh dibedakan atas organ dalam dan organ
luar. Organ yang bisa terlihat dari luar disebut dengan organ luar, contohnya adalah
mata, hidung, lidah, telinga. Sedangkan organ yang terletak di dalam tubuh disebut
organ dalam, contohnya lambung, jantung, paru-paru, dan ginjal.
1. Sistem Gerak
1) Sistem Gerak pada Invertebrata
Hewan invertebrata adalah hewan yang tidak mempunyai tulang belakang. Sistem
gerak hewan invertebrata tentu saja berbeda dengan sistem gerak hewan vertebrata.
Hewan invertebrata terdiri dari beberapa phylum. yaitu sebagai berikut:
a. Protozoa
Protozoa merupakan hewan invertebrata bersel satu yang hidup di dalam air. Protozoa
terdiri dari beberapa kelas. Kelas protozoa berdasarkan geraknya :
a) Kelas Rhizopoda bergerak dengan kaki semu
b) kelas Flagel bergerak dengan bulu cambuk
c) Kelas Cilliata bergerak dengan rambu getar
d) kelas Sporozoa bergerak dengan menggerakkan seluruh tubuhnya
b. Porifera
2
3
a) Seperti cicak memiliki kekuatan pada rangka bagian tungkai, cicak sendiri pada
bagian kaki memiliki bantalan yang kuat dan rekat sehingga cicak memiliki
kemampuan meloncat dan menempel di dinding.
b) Pada hewan reptil seperti ular, mereka memiliki kemampuan bergerak secara
berkelok-kelok ke kiri-ke kanan dan mampu melilitkan tubuhnya pada dahan pohon
atau ranting.
c) Hewan reptil lain seperti kadal memiliki kekuatan yang cukup baik pada rangka
tubuhnya, sehingga kadal dapat melakukan gerak berlari kencang untuk menghindari
musuh. Penyu adalah hewan reptil yang memiliki sirip pipih yang digunakan untuk
berenang.
d. Sistem Gerak pada Aves
Ciri-ciri burung (Aves) terutama pada alat geraknya menggunakan sayap yang
digunakannya untuk terbang. Selain memiliki kemampuan terbang yang sangat baik,
adapula beberapa burung yang dapat berenang dengan menggunakan selaput pada
kakinya, contohnya burung look (Amerika Utara), dan burung grebe (Amerika
Selatan).
e. Sistem Gerak pada Mamalia
Pada umumnya hewan mamalia adalah hewan yang bertulang belakang yang
memiliki kemampuan yang lebih leluasa dalam bergerak. Cara mamalia bergerak dan
berjalan dapat dibedakan, seperti berikut:
a) Hewan yang berjalan menggunakan seluruhnya kakinya yang menyentuh tanah,
contoh : landak, tikus.
b) Hewan yang berjalan dengan jari-jari kakinya yang menyentuh tanah. Contoh
hewan pemangsa seperti: kucing, singa, dan anjing.
c) Hewan yang berjalan menggunakan ujung telapak kakinya yang keras. Contoh:
sapi, domba, kuda.
2. Sistem Otot
1) Sistem Otot pada Hewan Invertebrata
a. Sistem otot pada cacing pipih (platyhelminthes)
Serabut otot terbagi atas Sirkular, Longitudinal, Serong atau vertical yang mana
Sirkular terdapat di bawah epidermis dan berkontraksi memanjang kan tubuh nya,
6
longitudinal yang berfungsi memperpendek tubuh nya ,dan otot serong atau vertical
yang berfungsi untuk bergerak seperti membalik,melipat dan merentangkan diri nya
keseluruh arah.
b. Sistem otot pada molusca
Sebagian otot besar otot berupa otot halus yang berkontraksi lambat namun yang
dapat aktif berenag menggerakkan cangkang nya terdapat otot halus atau lurik. Otot
halus yang berfungsi untuk menutup cangkang pada saat istirahat dan otot lurik yang
berfungsi untuk menimbulkan gerakan berenang.
c. Sistem otot pada arthropoda
Pada mosculer sangat kompleks ukuran maupun otot-otot tubuh yang banyak jumlah
nya dan bersendi dan otot melekat pada permukaan dalam rangka luar.
2) Sistem Otot pada Hewan Vertebrata
Pada ikan dan hewan-hewan vertebrata lain, hewan-hewan ini mempunyai otot,
seperti otot-otot pada kepala dan badan.
a. Otot badan pada ikan
Sistem otot pada ikan yakni penggerak tubuh, berupa sirip-sirip, Otot- otot di seluruh
tubuh secara teratur bersegemen, bergerak ketika mengadakan gerakan berenang.
b. Amfibi
Sistem otot pada amfibi masih metamerik seperti pada ikan, tetapi tampak tanda-
tanda perbedaan. Sekat horizontal membagi otot dorsal dan ventral. Bagian dari otot
efeksial atau dorsal mempengaruhi gerakan kepala. Otot ventral adalah menjadi bukti
dalam pembagian bagian otot setiap segmen bagian amfibi.
c. Reptilia
Dibandingkan dengan katak, sistem otot reptil itu lebih rumit, karena gerakannya
lebih kompleks. Otot-otot kepala, leher, dan kaki tumbuh baik, walaupun kurang jika
dibandingkan pada mammalia. Segmentasi otot jelas pada kolumna vertebralis dan
rusuk.
d. Aves
Pada burung otot badan sangat temodifikasi, dengan ada pada sayap yang berperan
untuk terbang dengan adanya persatuan yang kokoh antara vertebrata thoracale dan
7
vertebrata lumbale otot ini kurang. berfungsi kecuali di daerah leher. Otot badan
sangat temodifikasi, dengan ada nya modifikasi mussculi apendiculares dan lebih
berkembang di bagian pelvis dan pada burung juga di temukan otot sphinchter colli
yang berfungsi untuk mengusir serangga yang hinggap di tubuh nya.
3. Sistem Pencernaan
1) Sistem Pencernaan Pada Hewan Invertebrata
Sistem pencernaan pada hewan invertebrata umumnya dilakukan secara intrasel,
seperti pada protozoa, porifera, dan Coelenterata. Pencernaan dilakukan dalam alat
khusus berupa vakuola makanan, sel koanosit dan rongga gastrovaskuler.
Selanjutnya, pada cacing parasit seperti pada cacing pita, alat pencernaannya belum
sempurna dan tidak memiliki mulut dan anus. pencernaan dilakukan dengan cara
absorbs langsung melalui kulit.
a. Sistem Pencernaan Makanan Pada Cacing Tanah
Sistem pencernaan makanan pada cacing tanah sudah sempurna. Cacing tanah
memiliki alat-alat pencernaan mulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus, dan
anus. Proses pencernaan dibantu oleh enzim – enzim pencernaan. Makanan cacing
tanah berupa daun- daunan serta sampah organik yang sudah lapuk. Cacing tanah
dapat mencerna senyawa organik tersebut menjadi molekul yang sederhana yang
dapat diserap oleh tubuhnya. Sisa pencernaan makanan dikeluarkan melalui anus.
b. Sistem Pencernaan Pada Serangga
Sebagaimana pada cacing tanah, serangga memiliki sistem pencernaan makanan yang
sudah sempurna, mulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus sampai
anus.Pencernaan pada serangga dilakukan secara ekstrasel.
2) Sistem Pencernaan Pada Hewan Vertebrata
a. Pisces
Di dalam rongga mulut ikan terdapat lidah pendek yang berada di daasar mulut.
Lidah ini tidak dapat digerakkan dan tidak mempunyai fungsi yang berarti. Gigi ikan
tumbuh pada bagian ataas rahang dan rahang bawah, bahkan ada yang tumbuh pada
langit-langit mulut. Gigi ikan bertulang keras berbentuk kerucut. Ikan tidak
mempunyai kelenjar ludah tetapi memiliki kelenjar lendir dan mulutnya. Lambung
ikan merupakan pelebaran dari saluran pencernaan. Antara lambung dengan usus
terdapat tiga buah usus buntu (sekum). Makanan dari lambung masuk ke dalam usus.
Di usus terjadi penyerapan makanan. Sisa-sisa makanan dikeluarkan melalui anus.
8
4. Sistem Pernapasan
1) Sistem Pernapasan Pada Hewan Invertebrata
a. Sistem Pernafasan Polifera
Porifera atau hewan berpori bernapas dengan cara mengalirkan air melalui pori-pori
tubuhnya yang disebut dengan ostium. Selanjutnya air akan mengalir dan masuk ke
rongga yang disebut spongocoel. Proses pernafasan porifera yang selanjutnya akan
berlansung di sel koanosit atau sel leher. Sel koanosit adalah sel yang berbatasan
langsung dengan spongocoel. Tidak hanya membawa oksigen, air yang masuk juga
membawa zat-zat makanan. Proses pertukaran udara antara oksigen dan
karbondioksida terjadi di sel koanosit. Aliran air masuk membawa oksigen dan
makanan sehingga sel koanosit juga bertindak sebagai organ pencernaan dan
peredaran zat makanan. Air yang mengandung Co2 selanjutnya akan dikeluarkan
melalui oskulum.
b. Sistem Pernapasan Coelenterata
Coelenterata atau hewan berongga tubuhnya tersusun dari dua lapis sel yakni lapisan
luar dan lapisan dalam. Pernapasan hewan coelenterata hanya mengandalkan proses
10
difusi oksigen dari lingkungan luar melalui permukaan tubuhnya. Namun demikian,
coelentera juga memiliki alat bantu pernapasan yang disebut sifonoglia. Sifonoglia
adalah perluasan dari celah mulut hewan coelenterata
c. Sistem Pernapasan Echinodermata
Ciri-ciri echinodermata pada umumnya adalah memiliki duri pada tubuhnya.
Pernapasan hewan berkulit duri atau echinodermata seperti landak laut dan mentimun
laut, dibantu oleh suatu organ yang disebut insang kulit, sedangkan pada bintang laut
pernapasan dilakukan melaui kaki ambulakral. Anggota echinodermata yang lain
seperti teripang bernafas dengan suatu sistem yang dsiebut pohon respirasi. Pohon
respirasi pada teripang tersusun dari dua saluran utama yang bercabang-cabang dalam
tubuhnya menyerupai pohon. Pada saluran tersebut juga terdapat alat perekat yang
berfungsi untuk mempertahankan diri.
d. Sistem pernapasan Cacing ( Vermes )
Cacing belum memiliki sistem pernapasan yang kompleks. Cacing bernapas melalui
permukaan kulitnya. Oksigen di udara akan berdifusi melalui kulit cacing yang tipis
dan memiliki banyak kapiler. Sistem pernapasan cacing juga berbeda sesuia
filumnya. Pada filum Platyhelminthes dan Annelida, yakni planaria dan cacing tanah
bernafas dengan permukaan kulitnya. Sementara cacing yang habitatnya di air
memiliki alat pernapasan yang berupa parapodia dan selanjutnya parapodia akan
berubah menjadi insang.
Mekanisme pernapasan cacing juga sangat sederhana, oksigen yang terlarut dalam air
berdifusi lewat pemukaan kulit yang tipis dan basah. Selanjutnya oksigen tersebut
akan diedarkan ke seluruh tubuh. Karbondioksida yang dihasilkan sebagai sisa
pernafasan juga akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui permukaan kulit dengan
proses difusi. Kulit cacing cenderung berlendir dan basah, hal ini bertujuan agar
proses difusi dapat berlangsung dengan lebih mudah.
e. Sistem Pernapasan Molusca
Hewan molusca sering kita jumpai disekitar kita misalnya siput dan bekicot serta
sering pula kita konsumsi seperti cumi-cumi. Molusca yang hidup di darat bernapas
dengan organ yang sama dengan hewan vertebrata yaitu paru-paru sedangkan hewan
yang hidup di air akan bernapas dengan menggunakan insang. Air akan masuk
membawa oksigen selanjutnya masuk ke insang dan pertukaran udara akan terjadi
pada lamella insang.
f. Sistem Pernapasan Arthropoda
11
5. Sistem Sirkulasi
1) Sistem sirkulasi pada hewan invertebrata:
13
a. Insecta (Serangga)
a) Terdiri dari jantung dan pembuluh darah
• Jantung tubular (jaringan pembuluh) = tabung panjang terdiri dari beberapa
gelembung pembuluh darah di bagian dorsal (punggung)
• Pembuluh anterior (depan)
• Pembuluh lateral
Sistem trakea dalam darah tdk ada hemoglobin pembawa oksigen.
b. Vermes(Cacing)
Terdiri dari :
a) Pembuluh darah punggung (dorsal)
b) Pembuluh darah perut (ventral)
c) Pembuluh darah kapiler (penghubung pembuluh Darah dorsal dan ventral),
terdapat 5 pasang lengkung aorta (jantung)
Pada cacing tanah terdapat selom (rongga tubuh tempat cairan tempat organ tubuh).
2) Sistem Sirkulasi Pada Hewan Vertebrata
14
a. Pisces (Ikan)
a) Jantung: 2 ruang (ventrikel dan atrium)
b) Sistem peredaran darah :
•Tertutup
•Tunggal : darah hanya sekali melewati jantung.
b. Amphibi (Katak)
a) Jantung: 2 atrium dan 1 ventrikel
b) Sistem peredaran darah tertutup dan ganda (darah 2 kali melewati jantung)
c) Eritrosit berinti dan mengandung hemoglobin.
d) Memiliki sistem peredaran limfe.
c. Reptil (Kadal)
a) Jantung: 2 atrium dan 2 ventrikel
b) Sekat (septum) tidak sempurna (di bagian ventrikel).
c) Pada buaya sekat ventrikel sempurna (foramen panizzae).
d. Mamalia dan Aves
15
6. Sistem Saraf
1) Sistem Saraf Pada Hewan Invertebrata
a. Cacing
Hewan cacing (Vermes) memiliki sistem saraf berbentuk seperti tangga tali yang
memanjang dan arah kepala ke arah belakang atau ekor. Pada sistem saraf tangga tali
terdapat berkas saraf yang membentuk simpul-simpul saraf di bagian-bagian tertentu
yang disebut ganglion atau ganglia (jamak). Cacing pipih, misalnya planaria,
memiliki susunan saraf berupa dua buah ganglia di daerah kepala. Selanjutnya di
setiap ganglion terdapat seberkas saraf memanjang (longitudinal) ke bagian ekor.
Tiap-tiap berkas saraf bercabang- cabang lagi membentuk cabang-cabang yang lebih
kecil sehingga dapat menjangkau seluruh bagian tubuh.
Cacing tanah memiliki sistem saraf yang terdiri atas ganglion kepala, ganglion bawah
kerongkongan, dan ganglion ruas badan. Ganglion kepala merupakan kumpulan
badan sel saraf, terletak di ujung depan tubuh pada ruas ketiga. Ganglion
kerongkongan dan ganglion ruas badan terletak di bawah saluran pencernaan.
16
Di antara ganglion kepala dan ganglion bawah kerongkongan terdapat dua buah saraf
penghubung. Di antara ganglion bawah kerongkongan dan ganglion ruas badan
terdapat satu buah saraf penghubung.
b. Serangga
Salah satu contoh serangga adalah belalang. Hewan tersebut memiliki sistem saraf
tangga tali yang mirip dengan sistem saraf cacing tanah. Sistem saraf pada belalang
terdiri atas ganglion kepala, ganglion bawah kerongkongan, dan ganglion ruas badan.
Ganglion kepala merupakan dua buah ganglion terbesar yang terletak di bagian
kepala sebelah atas. Di dalam ganglion kepala ini terdapat saraf penglihatan dan mata
dan saraf peraba dan antena. Ganglion bawah kerongkongan berhubungan dengan
ganglion kepala melalui dua buah serabut saraf yang masing-masing terdapat di
sebelah kanan dan sebelah kiri kerongkongan. Ganglion bawah kerongkongan
dihubungkan dengan ganglion ruas badan oleh dua buah serabut saraf.Demikian juga,
antara ganglion ruas badan yang satu dan ganglion ruas badan yang lain dihubungkan
oleh dua buah serabut saraf. Tiap-tiap ganglion ruas badan membentuk cabang-
cabang serabut saraf yang masing-masing bercabang lagi hingga ke bagian bawah
tubuh yang berdekatan. Dengan demikian, pada semua bagian tubuh terdapat ujung-
ujung saraf.
c. Ubur-Ubur dan Hydra sp.
17
Ubur-ubur dan Hydra sp. belum memiliki sistem saraf. Sel- sel saraf ubur-ubur dan
Hydra sp. menyebar secara merata keseluruh tubuh dan berhubungan satu dengan
yang lain membentuk suatu anyaman. Sel-sel saraf motorik berakhir pada serabut
otot, sedangkan sel saraf sensorik berakhir pada permukaan tubuh. Hubungan sel-sel
sarafdan otot memungkiiikan hewan tersebut memberikan reaksi terhadap berbagai
rangsangan dan luar tubuh, seperti sentuhan, cahaya, dan keberadaan makanan.
d. Hewan Bersel Satu
Hewan bersel satu (Protozoa), misalnya Amoeba sp. dan Paramaeciurn sp., tidak
memiliki sistem saraf. Akan tetapi, hewan tersebut memiliki kemampuan untuk
menerima dan mereaksi rangsang. Ingat, salah satu cirimakhluk hidup adalah
iritabilitas.
Apabila Amoeba sp. mendapat rangsangan cahaya yang kuat, ia akan bergerak
menjauh. Sebaliknya, apabila mendapat rangsangan cahaya yang lembut ia akan
bergerak mendekat. Paramaecium sp. sebagai hewan berambut getar memiliki
serabut-serabut saraf yang berakhir pada tumpukan rambut getar (silia). Serabut
saraftersebut berfungsi sebagai pengatur gerakan silia. Ubur-ubur Hydra sp., dan
hewan berselsatu belum memilikisistem saraf khusus.
2) Sistem Saraf Pada Hewan Vertebrata
a. Mamalia
Sistem Saraf Hewan (Vertebrata dan Avertebrata) Bagian-bagian otak hewan
mamaliä terdiri atas otak depan, otak tengah, dan otak belakang yang berkembang
dengan baik. Selain itu, mamalia juga memiliki sumsum lanjutan dan sumsum tulang
belakang (sumsum spinal).Beberapa jenis mamalia memiliki kemampuan lebih
karena pusat-pusat saraf di otak hewan tersebut mengalami perkembangan yang lebih
menonjol. Kemampuan seperti itu bermanfaat bagi hewan dalam mencari mangsa.
Misalnya, kemampuan lebih pada india penglihat dan indra pendengar kucing, indra
pendengar kelelawar yang sangat tajam, dan indra pencium anjing yang sangat tajam.
b. Reptilia
18
Sistem saraf reptilia terdiri atas sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Di bagian
otak besar, lobus olfaktorius yang merüpakan pusat pencium berkembang dengan
baik Sehingga indra penciumannya lebih tajam
Perkembangan otak tengah reptilia terdesak oleh otak besar. Otak tengah menjadi
kurang berkembang dengan baik sehingga menyebabkan indra penglihat reptilia
kurang tajam.
c. Burung
Sistem saraf burung terdiri atas sistem saraf pusat dan saraf tepi. Sistem saraf pusat
terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Sistem saraf tepi terdiri atas serabut-
serabut saraf yang berasal dan otak dan serabut-serabut saraf yang berasal dari sela-
sela ruas tulang belakang; Otak burung terdiri atas otak depan, otak tengah, otak
belakang, dan sumsum lanjutan. Otak besar sebagai bagian utama dan otak depan
terbagi menjadi belahan kanan dan belahan kiri.Permukaannya tidak berlipat-lipat
sehingga tidak menampung lebih banyak sel-sel saraf seperti pada otak besar
manusia. Otak tengah burung sebagai pusat saraf penglihat berkembang baik dengan
membentuk gelembung sehingga indra penglihat burung berkembang dengan baik. Di
permukaan otak kecil terdapat lipatan-lipatan yang mampu menampung sel-sel saraf
19
lebih banyak. Sel saràf yang makin banyak pada otak kecil menunjukkan pusat
keseimbangan burung ketika terbang berkembang dengan baik.
d. Amfibi
Salah satu contoh hewan amfibi adalah katak. Sistem saraf katak tersusun atas sistem
saraf pusat dan sistem saraf tepi. Hewan tersebut memiliki otak depan, otak tengah,
otak belakang, dan sumsum lanjutan yang membentuk suatu sistem saraf pusat,
sedangkan serabut-serabut saraf yang berasal dan sela-sela ruas tulang belakang
membentuk suatu sistem saraf tepi. Otak besar berkembang memanjang sehingga
berbentuk oval. Ujung depan otak besar berhubungan dengan indra pencium. Otak
tengah berkembang cukup baik dan berhubungan dengan indra penglihat (lobus
optikus). Otak kecil berbentuk lengkung mendatar menuju ke arah sumsum lanjutan
dan kurang berkembang dengan baik.
e. Ikan
Sistem saraf ikan terdiri atas sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf
pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Otak ikan terdiri atas otak depan,
otak tengah, otak kecil, dan sumsum lanjutan. Sistem saraf tepi térdiri atas serabut
saraf otak dan serabut saraf dari sumsum tulang belakang. Otak depan berhubungan
dengan saraf pencium dan hidung, sedangkan otak tengah berhubungan dengan saraf
20
7.Sistem Reproduksi
1) Reproduksi Pada Invertebrata
a. Perkembangbiakan aseksual (Vegetatif)
Perkembangbiakan secara aseksual pada hewan invertebrata terjadi dengan cara:
a) Membelah Diri
Reproduksi dengan cara membelah diri hanya terjadi pada protozoa (hewan bersel
satu), misalnya Amoeba, Paramaecium, dan Euglena.
Proses pembelahan diawali dengan proses pembelahan inti sel menjadi dua, kemudian
diikuti pembelahan sitoplasma menjadi dua bagian yang masing-masing
menyelubungi masing-masing nukleus tersebut. Selanjutnya, bagian tengah
sitoplasma menyempit dan diikuti pemisahan yang membentuk dua individu. Pada
saat keadaan lingkungan kurang menguntungkan, Amoeba akan melindungi diri
dengan membentuk kista yang berdinding sangat kuat.
Di dalam kista tersebut, Amoeba membelah diri berulang-ulang menghasilkan banyak
individu baru dengan ukuran yang lebih kecil. Ketika kondisi lingkungan membaik,
dinding kista akan pecah dan individu-individu baru akan keluar, tumbuh dan
berkembang menjadi Amoeba dewasa.
b) Fragmentasi
Fragmentasi adalah perkembangbiakan dengan memotong bagian tubuh, kemudian
potongan tubuh tersebut tumbuh menjadi individu baru. Hewan yang melakukan
reproduksi secara fragmentasi adalah cacing Planaria. Cacing Planaria mempunyai
daya regenerasi yang sangat tinggi. Seekor cacing Planaria yang dipotong menjadi
21
dua bagian, masing-masing potongan akan tumbuh dan berkembang menjadi dua ekor
cacing Planaria.
c) Pembentukan Tunas
Tunas adalah cara perkembangbiakan di mana individu baru merupakan bagian tubuh
dari induk yang terlepas kemudian tumbuh. contoh Hewan yang berkembang biak
dengan membentuk tunas ialah Hydra sp. Individu baru Hydra terbentuk dari bagian
tubuh Hydra dewasa. Setelah cukup besar, tunas akan melepaskan diri dari tubuh
induknya. Hewan lain yang melakukan reproduksi dengan tunas misalnya ubur-ubur,
hewan karang, dan anemon laut.
d) Sporulasi (Pembentukan Spora)
yaitu fase generatif dan fase vegetatif. Fase generatif berlangsung di dalam tubuh
nyamuk Anopheles betina, sedangkan fase vegetatif berlangsung di dalam tubuh
penderita penyakit malaria.
a. Perkembangbiakan seksual (Generatif)
Reproduksi secara seksual pada hewan invertebrata dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu:
a) Tanpa pembuahan, yaitu pada peristiwa partenogenesis, sel telur tanpa dibuahi
dapat tumbuh menjadi individu baru. Misalnya pada lebah jantan dan semut jantan.
b) Dengan pembuahan, dapat dibedakan atas konjugasi dan anisogami.
• Konjugasi, ini terjadi pada invertebrata yang belum jelas alat reproduksinya
misalnya Paramecium.
• Anisogami, yaitu peleburan dua asel kelamin yang tidak sama besarnya, misalnya
peleburan mikrogamet dan makrogamet pada Plasmodium, dan peleburan sperma
dengan ovum di dalam rahim.
Pembiakan seksual lainnya dapat kita temukan pada:
a) Hydra
Selain berkembang biak secara aseksual (bertunas) Hydra juga dapat berkembang
biak secara seksual. Perkembangbiakan secara seksual dilakukan dengan
pembentukan testis dan ovarium, yang terdapat pada satu tubuh (hermafrodit). Alat
tersebut masing-masing menghasilkan spermatozoid dun ovum. Hasil pembuahannya
adalah zigot yang selanjutnya akan berkembang menjadi hewan baru.
b) Cacing Pita
Tubuh cacing pita terdiri atas segmen-segmen yang disebut proglotid. Pada setiap
proglotid terdapat ovarium yang menghasilkan ovum dan testis yang menghasilkan
sel sperma. Bila sel telur dan sel sperma sudah masak, maka terjadilah pembuahan
didalam proglotid yang menghasilkan zigot.
c) Cacing Tanah
Dalam tubuh cacing tanah terdapat beberapa segmen yang kulitnya menebal disebut
klitelum. Dalam segmen tersebut terdapat testis yang membentuk spermatozoid, dan
ovarium yang membentuk ovum. Walaupun ovum dan spermatozoid terdapat dalam
23
satu tubuh, cacing tanah tidak pernah mengadakan pembuahan sendiri, tetapi
melakukan perkawinan dengan mempertukarkan spermatozoid (perkawinan silang).
d) Serangga
Pada beberapa jenis serangga, misalnya lebah madu (Apis indica), terdapat koloni
yang terdiri atas ratu yang fertil, pejantan fertil dan mati setelah kawin, dan pekerja
yang mandul (steril). Pada waktu kawin, sperma dari jantan disimpan dalam kantung
sperma di induk betina. Sperma ini merupakan cadangan sperma selama ratu hidup.
Bila telur yang telah matang dibuahi oleh sperma, telur tersebut akan berkembang
menjadi calon ratu, calon pekerja atau prajurit, sedangkan yang tidak dibuahi
(partenogenesis) akan berkembang menjadi pejantan. Lebah pekerja dan prajurit
menjadi mandul (streril) karena pengaruh lingkungan, yaitu kurang makan.
2) Reproduksi Pada Vertebrata
Vertebrata hanya dapat berkembang biak secara kawin (seksual), yaitu melalui
peleburan antara ovum dan spermatozoid.
Perkembangbiakan pada vertebrata dapat dibedakan atas:
a. Fertilisasi Internal
a) Ovipar (bertelur), ialah hewan yang meletakkan telur di luar tubuhnya. Embrio
berkembang di dalam telur dan memperoleh sumber makanan dari cadangan makanan
dalam telur. Misalnya ikan, burung, amfibia, dan sebagian reptilia.
b) Ovovivipar (bertelur-beranak), ialah hewan yang menghasilkan telur, dan embrio
berkembang dalam telur. Pembeda dengan ovipar adalah kelompok hewan ovovivipar
tidak mengeluarkan telurnya dari dalam tubuh. Jadi embrio tetap tumbuh di dalam
telur tetapi tetap berada di dalam tubuh induk. Saat menetas dan keluar dari tubuh
induknya tampak seperti melahirkan. Misalnya, ikan Hiu, kadal, dan beberapa jenis
ular.
c) Vivipar (beranak), ialah hewan yang melahirkan anaknya. Embrio berkembang di
dalam tubuh induknya dan mendapatkan makanan dari induknya dengan perantaraan
plasenta (ari-ari). Misalnya, manusia dan hewan menyusui lainnya.
b. Fertilisasi Eksternal
a) Ikan
Ikan termasuk hewan yang bersifat ovipar. Ikan tidak mempunyai organ perkawinan.
Pembuahan terjadi diluar tubuh, yaitu di dalam air. Sekali bertelur ikan mampu
24
menghasilkan ribuan telur yang tidak dilindungi oleh cangkang. Telur yang telah
dibuahi selanjutnya ada yang dibiarkan terapung-apung dalam air, ada yang
ditempatkan dalam sarang dan dijaga oleh induknya, ada yang ditempelkan pada
tanaman dalam air, serta ada pula yang disimpan di dalam rongga mulut induk
betinanya seperti pada mujaer.
b) Amfibi
Seperti pada ikan, katak juga bertelur dengan fertilisasi eksternal. Telur yang telah
dibuahi akan bergerombol dipermukaan air. Setelah enam hari telur akan menetas
menghasilkan berudu atau kecebong. Berudu hidup di dalam air dan bernafas dengan
insang. Setelah mengalami metamorfosis selama 1- 3 bulan, ia akan berubah bentuk
menjadi katak. Pada umur satu tahun katak telah menjadi dewasa.
c) Reptilia
Ada yang meletakkan telur (ovipar) dan ada pula yang bersifat ovovivipar.
Pembuahan terjadi di dalam tubuh (fertilisasi internal). Telur dilindungi oleh
cangkang. Telur yang dikeluarkan ada yang disembunyikan didalam pasir, di dalam
lumpur, ada yang dierami. Pada kadal telurnya menetas di dalam tubuh (ovovivipar).
d) Aves
Semua jenis burung bereproduksi dengan cara bertelur (ovipar). Ada burung yang
mengerami telurnya, ada yang menyimpannya dalam lubang-lubang yang ditutupi
daun, ada pula yang menyimpan telurnya didalam pasir. Seekor burung sekali musim
hanya mampu bertelur beberapa butir saja. Pada burung merpati, sekali musim
bertelur mengeluarkan 2 butir telur yang akan menetas menghasilkan burung jantan
dan betina. Embrio yang berkembang dalam cangkang mendapat makanan dari
cadangan makanan yang tersimpan dalam telur tersebut.
e) Mamalia
Semua jenis mamalia, misalnya sapi, kambing dan marmut merupakan hewan vivipar
(kecuali Platypus). Mamalia jantan dan betina memiliki alat kelamin luar, sehingga
pembuahannya bersifat internal. Sebelum terjadi pembuahan internal, mamalia jantan
mengawini mamalia betina dengan cara memasukkan alat kelamin jantan (penis) ke
dalam liang alat kelamin betina (vagina).Ovarium menghasilkan ovum yang
kemudian bergerak di sepanjang oviduk menuju uterus. Setelah uterus, terdapat
serviks (liang rahim) yang berakhir pada vagina.Testis berisi sperma, berjumlah
sepasang dan terletak dalam skrotum. Sperma yang dihasilkan testis disalurkan
melalui vas deferens yang bersatu dengan ureter. Pada pangkal ureter juga bermuara
saluran prostat dari kelenjar prostat. Kelenjar prostat menghasilkan cairan yang
25
merupakan media tempat hidup sperma.Sperma yang telah masuk ke dalam serviks
akan bergerak menuju uterus dan oviduk untuk mencari ovum. Ovum yang telah
dibuahi sperma akan membentuk zigot yang selanjutnya akan menempel pada
dinding uterus. Zigot akan berkembang menjadi embrio dan fetus. Selama proses
pertumbuhan dan perkembangan zigot menjadi fetus, zigot membutuhkan banyak zat
makanan dan oksigen yang diperoleh dari uterus induk dengan perantara plasenta
(ari-ari) dan tali pusar.
8. Sistem Endokrin
1) Sistem Endokrin pada Invertebrata
Hormon pada invertebrata berfungsi untuk mengatur penyebaran kromatofor, molting
(pergantian kulit), pertumbuhan.
a. Coelentrata
Contoh hewan dari golongan ini adalah Hydra. Hydra mempunyai sejumlah sel yang
mampu menghasilkan senyawa kimia yang berperan dalam proses reproduksi,
pertumbuhan, dan regenerasi. Apabila kepala Hydra dipotong, sisa tubuhnya akan
mengeluarkan molekul peptida yang disebut aktivator kepala. Zat tersebut
menyebabkan sisa tubuh Hydra dapat membentuk mulut dan tentakel, dan selanjutnya
membentuk daerah kepala.
b. Platyelminthes
Hewan ini dapat menghasilakan hormon yang berrperan penting dalam proses
regenerasi. Diduga hormon yang dihasilkan tersebut juga terlibat dalam regulasi
osmotic dan ionik, serta dalam proses reproduksi.
c. Annelida
Sejumlah annelida seperti poliseta (mis. neris), oligiseta (mis. Lumbricus). dan
Hirudinae (mis. untuk lintah) sudah memperlihatkan adanya derajat sefalisasi yang
memadai. Otak hewan tersebut memiliki sejumlah besar sel saraf yang berfunsi
sebagai sel sekretori. Hewan ini juga telah memiliki sistem sirkulasi yang
berkembang sangat baik sehingga kebutuhan untuk menyelenggarakan sistem kendali
endokrin dapat terpenuhi. Sistem endokrin annelida berkaian erat dengan aktivitas
pertumbuhan. perkembangan, regenerasi, dan reproduksi.
d. Nematoda
Sejumlah nematoda dapat mengalami molting hingga empat kali dalam siklus
hidupnya. Hewan ini mempunyai struktur khusus yang berfungsi untuk sekresi
26
neurohormon, yang berkaitan erat dengan sistem saraf. Struktur khusus tersebut
terdapat pada ganglion di daerah kepala dan beberapa diantaranya terdapat pada
korda saraf.
e. Mollusca
Mollusca terutama siput mempunyai sejumlah besar sel neuroendokrin yang terletak
pada ganglia penyusun sistem saraf pusat. Hewan ini juga memiliki organ endokrin
klasik. Senyawa yang dilepaskan menyerupai protein dan berperan penting dalam
mengendalikan osmoregulasi, pertumbuhan serta reproduksi.Reproduksi pada
Mollusca sangat rumit karena hewan ini bersifat hermaprodit. Beberapa spesies
hewan dari kelompok ini bersifat protandri (gamet jantan terbentuk terlebih dahulu
daripada gamet betina). Pada hewan ini ditemukan adanya hormon yang merangsang
pelepasan telur dari gonad dan pengeluaran telur dari tubuh.
f. Crustacea
Sistem endokrin pada crustacea umumnya berupa sistem neuroendokrin, meskipun
mempunyai organ endokrin klasik. Fungsi tubuh yang dikendalikan oleh sistem
endokrin antara lain osmoregulasi, laju denyut jantung, komposisi darah,
pertumbuhan, dan pergantian kulit. Sistem kendali endokrin yang berkembang paling
baik ditemukan pada Melacostra (mis. ketam, lobster, dan udang).
g. Insecta
Pada sistem saraf insecta terdapat tiga kelompok sel neuroendokrin yang utama,
yaitu:
• Sel neurosekretori medialis
• Sel neurosekretori lateralis
• Sel neurosekretori subesofageal
Sistem saraf dan sistem endokrin suatu serangga berperan dalam mengendalikan
respons fisiologis dan tingkah lakunya. Sistem saraf mengendalikan aktivitas yang
memerlukan respon yang cepat. Sebaliknya, sistem endokrin mengendalikan
perubahan-perubahan yang berlangsung lama dalam perkembangan, pertumbuhan,
reproduksi, dan metabolisme. Sistem endokrin dan informasi sensori yang berasal
dari lingkungan dikoordinasikan melalui otak serangga. Sistem endokrin terdiri dari
kelenjar dan sel-sel khusus yang mengsekresikan hormon.
2) Sistem Endokrin pada Vertebrata
27
9. Sistem Eksresi
1) Sistem Eksresi Pada Hewan Invertebrata
a. Serangga
Serangga memiliki tingkatan hidup yang lebih tinggi daripada cacing pipih dan
cacing tanah. Oleh karena itu, alat ekskresinya pun lebih sempurna. Alat ekskresi
serangga dan Artropoda lainnya adalah tubula atau pembuluh Malpighi. Pembuluh
Malpighi ialah pelipatan saluran pencernaan yang berada pada homosol dan ujungnya
tergenang dalam darah (hemolimfa). Tepatnya terletak di antara perut tengah dan
usus. Pembuluh Malpighi ini akan menyekresikan zat sisa berupa urea, limbah
nitrogen, dan garam secara osmosis dari hemolimfa menuju lumen (rongga
pembuluh). Sebagian besar zat-zat yang berguna diserap kembali (reabsorpsi)
melewati jaenteng epitelium pada rektum dan diedarkan ke seluruh tubuh oleh
hemolimfa. Sebaliknya, limbah bernitrogen mengendap menjadi asam urat yang
dikeluarkan bersama feses lewat anus. Perhatikan gambar diberikut:
28
b. Cacing
Sistem ekskresi hewan Invertebrata dapat terjadi pada hewan cacing. Salah satunya
ialah cacing tanah. Organ ekskresi pada cacing tanah dapat berupa nefridia. Di setiap
ruas atau segmen tubuh memiliki metanefridu (sepasang nefridia halus), kecuali
segmen terakhir dan tiga segmen depan yang pertama dalam tubuh. Bagian nefridia
terdapat ujung di bagian dalamnya yang membentuk corong bersilia dinamakan
dengan netrostoma. Netrostoma memiliki bagian belakang yang terdiri dari saluran
berliku liku dan didalamnya terdapat kandungan pembuluh kapiler yang banyak.
Kemudian kantong kemih memiliki hubungan dengan nefridium bagian belakang
yang muaranya berada di lubang nefridiofor.
Sistem ekskresi pada hewan invertebrata selanjutnya terjadi pada hewan cacing. Alat
ekskresi pada cacing pita dan cacing pipih terdiri dari sel api di sel sel tubuh yang
menyebar. Sel Api berfungsi untuk menampung zat sisa metabolisme yang terjadi di
jaringan pada tubuh. Zat zat sisa tersebut digerakkan oleh rambut getar (silia) dalam
sel api menuju saluran pengumpul. Kemudian melalui saluran yang muaranya
dipermukaan tubuh terjadi pengeluaran zat zat sisa tadi.
c. Protozoa
29
protozoa ialah hewan yang memiliki satu sel saja seperti Paramaecium dan Amoeba.
Alat ekskresi pada kedua hewan ini tidak ada. Namun zat sisa metabolisme tersebut
dapat dikeluarkan oleh kedua hewan ini. Dengan begitu tubuh tidak akan teracuni dan
tidak akan terjadi penumpukan zat sisanya.
Pada protozoa, zat sisa metabolisme dikeluarkan melalui proses difusi melewati
permukaan sel. Jika di dalam sel tubuh terdapat air yang berlebihan, maka air yang
berlebihan tadi akan dipompa oleh vakuola kontraktil (rongga bedenyut) agar dapat
keluar dari sel tersebut.
2) Sistem Eksresi Pada Hewan Vertebrata
a. Aves
Alat ekskresi hewan aves (burung) terdiri dari paru paru dan ginjal. Burung memiliki
dua ginjal yang warnanya coklat. Di dalam tubuh burung juga terdapat kloaka yang
merupakan muara dari saluran ginjal, saluran pencernaan dan kelenjar kelamin. Di
bagian tungging burung terdapat kelenjar minyak karena hewan aves tidak
mempunyai kelenjar keringat. Kelenjar tersebut menghasilkan minyak yang berguna
sebagai pelumas untuk membuat bulunya tetap licin.
Sistem ekskresi hewan Vertebrata seperti hewan aves (burung) ini menghasilkan zat
sisa metabolisme yang berupa limbah nitrogen yang berbentuk asam urat.
Pengeluaran asam urat berbentuk setengah padat atau semisolid pada kloaka
30
bersamaan dengan pengeluaran kotoran. Pada kotoran burung terdapat warna putih
yang disebabkan oleh asam urat ini. Selain itu burung juga memiliki paru paru yang
kegunaannya sama seperti paru paru lain pada hewan vertebrata (hewan bertulang
belakang). Paru paru pada proses pernapasan berguna untuk mengeluarkan hasil
oksidasi seperti uap air dan karbon dioksida dari dalam tubuh burung.
b. Reptilia
Alat ekskresi hewan reptilia dapat berupa kulit, ginjal dan paru paru. Reptilia
memiliki bentuk ginjal yang sesuai dengan bentuk tubuhnya. Contoh pada ular
terdapat ginjal yang memanjang, pada kura kura terdapat ginjal yang melebar dan
sebagainya. Buaya dan kura kura memiliki saluran ginjal yang cukup pendek. Tetapi
buaya dan ular tidak memiliki kantong kemih, sedangkan kadal memiliki kantong
kemih yang muaranya langsung di kloaka meskipun cukup tipis.
Sistem ekskresi hewan Vertebrata seperti hewan reptilia ini menghasilkan zat sisa
metabolisme yang berisi nitrogen. Namun nitrogen dapat diubah menjadi asam urat
sebelum tubuh reptilia mengeluarkannya meskipun hidupnya di daerah kering.
Pengeluaran asam urat melalui kloaka bersamaan dengan kotoran. Sedangkan tubuh
kembali menyerap airnya agar tubuh reptil tidak banyak kehilangan air. Reptilia
memiliki kotoran yang warnanya coklat dengan bercak putih karena adanya asam
urat. Selain itu beberapa jenis reptilia mempunyai kelenjar minyak seperti ular, kura
kura dan buaya dibagian permukaan kulitnya agar dapat membuat musuh terusir
karena mengeluarkan getah yang cukup bau.
c. Amfibi
Amfibi ialah jenis hewan vertebrata yang dapat hidup di air dan di darat. Misalnya
hewan katak. Alat ekskresi hewan amfibi seperti katak ini dapat berupa ginjal. Katak
memiliki saluran ginjal yang muaranya berada di kloaka. Ginjal memiliki kelenjar
kelamin yang bersatu dengan salurannya pada katak jantan, sedangkan kedua saluran
pada katak betina terbentuk secara terpisah. Fungsi utama ginjal katak ialah untuk
membuat air yang berlebihan dalam tubuh menjadi keluar. Kegunaan ginjal pada
31
katak juga untuk mengatur kadar air yang ditampung oleh kandung kemih berbentuk
fitrat
.
Kantong kemih katak ketika berada di dalam air akan penuh dengan urine yang
bentuknya encer. Sedangkan kantong kemih katak ketika berada di darat akan berisi
air yang kembali diserap karena penguapan pada kulit sehingga sebagai ganti dari air
yang hilang. Sistem ekskresi hewan vertebrata seperti katak ini juga dapat berupa
kulit. Katak memiliki kulit yang menghasilkan lendir untuk membuat permukaan
kulit tetap terjaga kelembapannya dan tetap basah. Jika kelembapan di permukaan
kulit tetap terjaga maka proses pernapasan katak dalam menukar gas akan meningkat
melalui kulit.
d. Pisces
Pisces pada dasarnya adalah hewan yang hidup di air misalnya saja ikan kerapu, ikan
air tawar dan lain sebagainya. Meskipun terlihat tidak pernah mengeluarkan kotoran
namun ikan juga memiliki sistem eksresi tersendiri. Organ ekskresi pada hewan
pisces seperti ikan dapat berupa kulit, ginjal dan insang. Ginjal pada ikan berjumlah
dua buah yang bentuknya memanjang. Saluran ginjal pada ikan mas bersatu dengan
saluran kelenjar kelamin dengan lubang yang sama menuju muaranya di belakang
anus yakni lubang urogenitalia. Insang merupakan alat ekskresi ikan yang berguna
untuk mengeluarkan zat sisa oksidasi seperti uap air dan karbon dioksida dari tubuh
ikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Organ merupakan gabungan berbagai jaringan yang menampilkan satu atau
lebih fungsi. Sedangkan sistem organ merupakan gabungan dari berbagai
organ yang melaksanakan satu fungsi dalam koordinasi tertentu. Setiap sistem
organ memiliki peran penting, yaitu menyelenggarakan berbagai proses untuk
kelangsungan hidup. Setiap sistem organ saling bekerja sama satu dengan
yang lainnya.
Adapun sistem organ pada hewan yaitu sistem gerak, sistem otot, sistem
pencernaan, sistem pernapasan, sistem sirkulasi, sistem saraf, sistem
reproduksi, sistem endokrin dan sistem eksresi.
B. Saran
Materi mengenai organ dan sistem organ pada hewan ini memang cukup luas,
oleh karena itu diperlukan pemahaman dan perangkat pendukung yang
lengkap agar materi mudah dipahami.
32
DAFTAR PUSTAKA
https://dosenbiologi.com/hewan/sistem-pernafasan-hewan-invertebrata
https://www.materisma.com/2014/05/sistem-pernapasan-pada-hewan-
vertebrata.html
https://artikelsiana.com/2022/08/sistem-saraf-hewan-vertebrata-
avertebarata.html
https://www.artikelmateri.com/2016/09/sistem-reproduksi-pada-hewan-
invertebrata-aseksual-vegetatif-generatif.html?m=1
https://biologimediacentre.com/sistem-reproduksi-1-reproduksi-pada-hewan/
https://duniainformasisemasa368.blogspot.com/2018/12/sistem-ekskresi-pada-
hewan-invertebrata.html?m=1
https://www.dosenpendidikan.co.id/sistem-ekskresi-pada-hewan/
https://www.manasuka.my.id/sistem-ekskresi-pada-hewan-invertebrata
33