Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MATA KULIAH

TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN


“TEORI BEHAVIORISME”

Dosen Pengampu:

Muhammad Aqil Rusli, S,Pd., M.Pd.

Disusun oleh:

Kelompok 1

1. Annisa (200111501034)
2. Muhammad Zukhruf Fiskiawan Kahar (200111501014)
3. Nirwana (200111501024)
4. Nur Annisa Amin (200111501030)
5. Nur Isra Maharani (200111502002)

Program Studi Pendidikan IPA


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Makassar
2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh


Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT karena
hanya dengan rahmat dan izinnyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul teori Behaviorisme ini dengan tepat waktu untuk memenuhi tugas mata
kuliah teori belajar dan pembelajaran. Salawat serta salam tak lupa kita ucapkan kepada
baginda nabi Allah Muhammad SAW. Nabi yang telah membawa umatnya dari alam
kebodohan menuju alam kepintaran.

Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai teori behaviorisme, dimana didalam
makalah ini kami akan membahas mengenai sejarahnya dan juga akan ada tokoh tokoh
yang mendasari teori behaviorisme ini serta kontribusi teori behaviorisme dalam
pembelajaran IPA dan penerapannya.

Kami menyadari banyak kekurangan maupun keterbatasan dalam penyusunan makalah


ini, oleh karena itu kami meminta maaf atas ketidak sempurnaan ini karena sesungguhnya
kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Kami hanyalah manusia biasa yang tidak
luput dari salah dan dosa. Saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami
harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah kami.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh

Makassar, 20 Februari 2021

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3

A. Pengertian Teori Behaviorisme ........................................................................................ 3


B. Sejarah Teori Behaviorisme ............................................................................................. 3
C. Tokoh-Tokoh dan Pandangan Tokoh Terhadap Teori Behaviorisme .......................... 6
D. Kontribusi Teori Behaviorisme dalam Pembelajaran IPA ......................................... 10
E. Contoh Penerapan Teori Behaviorisme ........................................................................ 11

BAB III PENUTUP ................................................................................................................... 13

A. Kesimpulan ......................................................................................................................... 13
B. Saran ................................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori behaviorisme adalah sebuah teori yang dianut oleh Gage dan Berliner tentang
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Penganut teori ini diantaranya
adalah Thorndike, Watson, Hull, Guthrie, dan Skinner. Salah satu behavioris yang
terkenal adalah Skinner. Skinner merumuskan sebuah teori pembelajaran yang dikenal
dengan operan conditioning. Teori ini menyatakan bahwa aspek-aspek lingkungan
diantaranya stimulus, situasi dan peristiwa berperan sebagai tanda-tanda untuk pemberian
respon. Penguatan akan memperkuat respon dan meningkatkna kemungkinan terjadinya
respon tersebut dimasa yang akan datang ketika mendapat stimulus. Teori ini
menggariskan bahwa aspek lingkungan yang diantaranya stimulus dan penguatan
menjadi alur kunci dalam menciptakan respon yang diharapkan dan akan kembali muncul
pada masa yang akan datang. tujuan behaviorisme adalah pernyataan-pernyataan yang
jelas tentang hasil yang dikehendaki dari proses belajar siswa. Ini berarti bahwa apa
tujuan yang diharapkan dalam sebuah pembelajaran akan menjadi tujuan behaviorisme.
Tujuan-tujuan behavioral dapat membantu menentukan hasil-hasil akhir pembelajaran
yang penting dan membantu perancangan rencana pembelajaran serta penilaian
pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu teori Behaviorisme?
2. Bagaimana sejarah sehingga teori Behaviorisme dapat terbentuk?
3. Bagaimana kontribusi teori Behaviorisme dalam pembelajaran IPA?
4. Contoh penerapan teori Behaviorisme dalam pembelajaran IPA?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari teori Behaviorisme;
2. Mengetahui tokoh tokoh dari teori Behaviorisme;
3. Mengetahui sejarah teori Behaviorisme;
4. Dapat memberikan contoh teori Behaviorisme dalam pembelajaran IPA.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Behaviorisme


Behaviorisme yang sering dikenal dengan teori pengkondisian merupakan teori
yang menjelaskan akan pembelajaran dalam kaitannya dengan peristiwa-peritiwa
lingkungan. Proses-proses mental tidak diperlukan untuk menjelaskan penguasaan,
pemertahanan dan generalisasi prilaku (Schunk, 2012:156). Secara sederhana dijelaskan
bahwa behaviorisme memberikan penekanan pada keadaan lingkungan yang berkaitan
erat dengan pembelajaran.

Teori belajar behavioristik adalah sebuah aliran dalam teori belajar yang sangat
menekankan pada perlunya tingkah laku (behavior) yang dapat diamati. Menurut Desmita
(2009:44), behavioristik adalah sebuah aliran dalam pemahaman tingkah laku manusia
yang dikembangkan oleh John B. Watson (1878- 1958), seorang ahli psikologi Amerika
pada tahun 1930, sebagai reaksi atas teori psikodinamika.

Behaviorisme atau aliran perilaku (juga disebut perspektif belajar) adalah filosofi
dalam psikologi yang berdasar pada proposisi bahwa semua yang dilakukan organisme
termasuk tindakan, pikiran, atau perasaan dapat dan harus dianggap sebagai perilaku.
Aliran ini berpendapat bahwa perilaku demikian dapat digambarkan secara ilmiah tanpa
melihat peristiwa fisiologis internal atau konstrak hipotesis seperti pikiran. Behavioris
beranggapan bahwa semua teori harus memiliki dasar yang bisa diamati tetapi tidak ada
perbedaan antara proses yang dapat diamati secara publik (seperti tindakan) dengan
proses yang diamati secara pribadi (seperti pikiran dan perasaan).

B. Sejarah Teori Behaviorisme


Steven jay lynn dan john p. garskke (1985) menyebutkan bahwa di kalangan
konselor/psikolog, teori dan pendekatan behavior sering disebut sebagai modifikasi
perilaku (behavior modification) dan terapi perilaku (behavior therapy), sedangkan
menurut Carlton E. Beck (1971) istilah ini dikenal dengan behavior therapy, behavior

3
counseling, reinforcement therapy, behavior modification, contingency management.
Istilah pendekatan behavior pertama kali digunakan oleh Lindzey pada tahun 1954 dan
kemudian lebih dikenalkan oleh Lazarus pada tahun 1958. Istilah pendekatan tingkah
laku lebih dikenal di Inggris sedangkan di Amerika Serikat lebih terkenal dengan istilah
behavior modification. Di kedua negara tersebut pendekatan tingkah laku terjadi secara
bersamaan.

Peristiwa penting dalam salah satu sejarah perkembangan behavioristik adalah


dipublikasikannya tulisan seorang psikolog Inggris yaitu H.J. Eysenck tentang terapi
behavior pada tahun 1952. Di bawah pimpinan H.J. Eysenck, Jurusan Psikologi di Institut
Psikiatri memiliki dua bidang yaitu bidang penelitian dan bidang pengajaran klinis.
Bidang penelitian lebih mengembangkan dimensi tingkah laku untuk menjelaskan
abnormalitas tingkah laku yang dirumuskan oleh Eysenck, sedangkan dalam bidang
pengajaran klinis menyelenggarakan latihan bagi sarjana-sarjana psikologi klinis. Dalam
tahap awal perkembangannya Batasan pendekatan behavior diberikan sebagai aplikasi
teori belajar modern pada perlakuan masalahmasalah klinis.

B.F. Skinner pada tahun 1953 menulis buku Science and Human Behavior,
menjelaskan tentang peranan dari teori operant conditioning di dalam perilaku manusia.
Pendekatan behavior merupakan pendekatan yang berkembang secara logis dari
keseluruhan sejarah psikologi eksperimental. Eksperimen Pavlov dengan classical
conditioning dan Bekhterev dengan instrumental conditioning-nya memberikan pengaruh
besar terhadap pendekatan behavior. Pavlov mengungkapkan berbagai kegunaan teori
dan tekniknya dalam memecahkan masalah tingkah laku abnormal seperti hysteria,
obsessionel neurosis dan paranois. Perkembangan ini diperkuat dengan tulisan dari
Joseph Wolpe (1958) dalam bukunya Psychotherapy by Reciprocal Inhibition yang
menginterpretasi dari perilaku neurotis manusia dengan inspirasi dari Pavlovian dan
Hullian serta memberikan rekomendasi teknik khusus 3 dalam terapi behavior yaitu
desentisisasi sistematis (systematic desensitization) dan pelatihan asertivitas
(assertiveness training). Pada tahun 1960-an muncul gagasan baru yang mengemukakan
tentang terapi behavior dan neurosis oleh Eysenck yang pada akhirnya berpengaruh besar

4
pada Principles of Behavior Modification dari Bandura (1969). Perkembangan yang pesat
membawa terapi behavior untuk pertama kalinya ditulis dalam publikasi ilmiah yaitu
Behavior Research and Therapy dan Journal of Applied Behavior Analysis. Akhir tahun
1960-an dimasukkan elemen baru dalam konsep terapi perilaku yaitu imitation learning
and modeling di mana pada saat yang sama, psikologi juga memberi perhatian pada
imitation. Tahun 1960-an dan di tahun 1970-an awal, Albert Bandura mengganti
titik tekan perhatiannya pada teknik perilaku baru yaitu participant modeling.
Perkembangan selanjutnya adalah digagasnya teori dan metode cognitive-behavioral
dengan pendekatan A-BCs oleh Albert Allis pada tahun 1970-an. Kontributor dari
pendekatan baru ini adalah Aaron T. Beck (1976), Donald Meichenbaum (1977) dan
Albert Bandura dengan konsep yang dikemukakan adalah self-efficacy, manifestasi dari
pendekatan belajar sosial (social learning approach). Social learning theory merupakan
kombinasi dari classical dan operant conditioning.

Awal tahun 1980-an muncul pembaharuan behaviorisme yaitu neo-behaviorisme yang


menekankan pada classical conditioning dalam etiologi dan perlakuan (treatment)
terhadap neurosis, di mana konsep baru ini berlawanan dengan sebutan black box/black
boxes. Pada akhir tahun 1980-an konsep behaviorisme difokuskan pada behavioral
medicine yang merujuk pada pendekatan psikologis yang menangani kondisi physical or
medicine disorder. Corey (2005) mengemukakan bahwa dalam perkembangan konsep ini
di tahun tahun 1980-an peran emosi ditekankan, dua hal yang sangat penting untuk
dikembangkan dalam behaviorisme adalah ; (1) cognitive behavior therapy sebagai
kekuatan utama, dan (2) mengaplikasikan Teknik terapi behavioral untuk mencegah dan
memberi perlakuan pada medical disorders. Pada akhir tahun 1980 Association for
Advancement of Behavior Therapy telah memiliki anggota kurang lebih 4.300 orang dan
tidak kurang dari 50 jurnal sebagai media publikasi ilmiah. Adapun tokohtokoh
pengembang behaviorisme adalah ; Skinner, Pavlov, Eysenck, Joseph Wolpe, Albert
Bandura, Albert Ellis, Aaron T. Beck, Ricard Walters, Arnold Lazarus, dan J. B. Watson.

5
C. Tokoh-Tokoh dan Pandangan Tokoh Terhadap Teori Behaviorisme
1. John B. Watson
Menurut Desmita (2009:44), behavioristik adalah sebuah aliran dalam
pemahaman tingkah laku manusia yang dikembangkan oleh John B. Watson
(1878- 1958), seorang ahli psikologi Amerika pada tahun 1930, sebagai reaksi
atas teori psikodinamika. Perspektif behavioristik berfokus pada peran dari belajar
dan menjelaskan tingkah laku manusia.Asumsi dasar mengenai tingkah laku
menurut teori ini bahwa tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh aturan-aturan
yang diramalkan dan dikendalikan.Menurut Watson dan para ahli lainnya
meyakini bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil dari pembawaan genetis
dan pengaruh lingkungan atau situasional.Tingkah laku dikendalikan oleh
kekuatan-kekuatan yang tidak rasional.Hal ini didasari dari hasil pengaruh
lingkungan yang membentuk dan memanipulasi tingkah laku.

Menurut Watson (dalam Putrayasa, 2013:46), belajar sebagai proses interaksi


antara stimulus dan respons, stimulus dan respons yang dimaksud harus dapat
diamati dan dapat diukur. Oleh sebab itu seseorang mengakui adanya perubahan-
perubahan
mental dalam diri selama proses belajar. Seseorang menganggap faktor tersebut
sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson
adalah seorang behavioris murni, kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan
ilmuilmu lain seperi fisika atau biologi yang sangat berorientasi pada
pengalamanm empirik semata, yaitu sejauh dapat diamati dan diukur. Watson
berasumsi bahwa hanya dengan cara demikianlah akan dapat diramalkan
perubahan-perubahan yang terjadi setelah seseorang melakukan tindak
belajar.

2. Ivan P. Pavlov
Paradigma kondisioning klasik merupakan karya besar Ivan P. Pavlov
(1849-1936), ilmuan Rusia yang mengembangkan teori perilaku melalui
percobaan tentang anjing dan air liurnya. Proses yang ditemukan oleh Pavlov,

6
karena perangsang yang asli dan netral atau rangsangan biasanya secara berulang-
ulang dipasangkan dengan unsur penguat yang menyebabkan suatu reaksi.
Perangsang netral disebut perangsang bersyarat atau terkondisionir, yang
disingkat dengan CS (conditioned stimulus). Penguatnya adalah
perangsang tidak bersyarat atau US (unconditioned stimulus). Reaksi alami atau
reaksi yang tidak dipelajari disebut reaksi bersyarat atau CR (conditioned
response). Pavlov mengaplikasikan istilah-istilah tersebut sebagai suatu
penguat.Maksudnya setiap agen seperti makanan, yang mengurangi sebagaian
dari suatu kebutuhan. Dengan demikian dari mulut anjing akan keluar air liur
(UR) sebagai reaksi terhadap makanan (US). Apabila suatu rangsangan netral,
seperti sebuah bel atau genta (CS) dibunyikan bersamaan dengan waktu penyajian
maka peristiwa ini akan memunculkan air liur (CR) (Desmita, 2005:55)

Melalui paradigma kondisioning klasiknya, Pavlov memperlihatkan anjing dapat


dilatih mengeluarkan air liur bukan terhadap rangsang semula (makanan),
melainkan terhadap rangsang bunyi. Hal ini terjadi pada waktu memperlihatkan
makanan kepada anjing sebagai rangsang yang menimbulkan air liur, dilanjutkan
dengan membunyikan lonceng atau bel berkali-kali, akhirnya anjing akan
mengeluarkan air liur apabila mendengar bunyi lonceng atau bel, walaupun
makanan tidak diperlihatkan atau diberikan. Disini terlihat bahwa rangsang
makanan telah berpindah ke rangsang bunyi untuk memperlihatkan jawaban yang
sama, yakni pengeluaran air liur. Paradigma kondioning klasik ini menjadi
paradigma bermacammacam pembentukan tingkah laku yang merupakan
rangkaian dari satu kepada yang lain. Kondisoning klasik ini berhubungan pula
dengan susunan syaraf tak sadar serta otot-ototnya. Dengan demikian emosional
merupakan sesuatu yang terbentuk melalui kondisioning klasik (Desmita,
2005:56)

Teori belajar pengkondisian klasik merujuk pada sejumlah prosedur pelatihan


karena satu stimulus dan rangsangan muncul untuk menggantikan stimulus
lainnya dalam mengembangkan suatu respon.Prosedur ini disebut klasik karena

7
prioritas historisnya seperti dikembangkan Pavlov. Kata clasical yang mengawali
nama teori ini semata-mata dipakai untuk menghargai karya Pavlov yang
dianggap paling dahulu dibidang conditioning (upaya pengkondisian) dan untuk
membedakannya dari teori conditioning lainnya. Perasaan orang belajar bersifat
pasif karena untuk mengadakan respon perlu adanya suatu stimulus tertentu,
sedangkan mengenai penguat menurut pavlov bahwa stimulus
yang tidak terkontrol (unconditioned stimulus) mempunyai hubungan dengan
penguatan. Stimulus itu yang menyebabkan adanya pengulangan tingkah laku dan
berfungsi sebagai penguat (Zulhammi, 2015)

3. B.F. Skinner
Skinner adalah seorang psikolog dari Harvard yang telah berjasa mengembangkan
teori perilaku Watson.Pandangannya tentang kepribadian disebut dengan
behaviorisme radikal.Behaviorisme menekankan studi ilmiah tentang respon
perilaku yang dapatmdiamati dan determinan lingkungan.Dalam behaviorisme
Skinner, pikiran, sadar atau tidak sadar, tidak diperlukan untuk
menjelaskan perilaku dan perkembangan. Menurut Skinner, perkembangan adalah
perilaku. Oleh karena itu para behavioris yakin bahwa perkembangan dipelajari
dan sering berubah sesuai dengan pengalamanpenglaman lingkungan. Untuk
mendemontrasikan pengkondisian operan di laboratorium, Skinner meletakkan
seekor tikus yang lapar dalam sebuah kotak, yang disebut kotak Skinner. Di
dalam kotak tersebut, tikus dibiarkan melakukan aktivitas, berjalan dan
menjelajahi keadaan sekitar. Dalam aktivitas itu, tikus tanpa sengaja menyentuh
suatu tuas dan
menyebabkan keluarnya makanan. Tikus akan melakukan lagi aktivitas yang
sama untuk memperoleh makanan, yakni dengan menekan tuas. Semakin lama
semakin sedikit aktivitas yang dilakukan untuk menyentuh tuas dan memperoleh
makanan. Disini tikus mempelajari hubungan antara tuas dan makanan. Hubungan
ini akan terbentuk apabila makanan tetap merupakan hadiah bagi kegiatan yang
dilakukan tikus (Desmita. 2005:57)

8
Kondisioning operan juga melibatkan proses-proses belajar dengan menggunakan
otot-otot secara sadar yang memunculkan respons yang diikuti oleh pengulangan
untuk penguatan. Tetapi hal ini masih dipengaruhi oleh rangsangrangsang yang
ada dalam lingkungan, yakni kondisi dan kualitas serta penguatan terhadap
rangsangnya mempengaruhi jawaban-jawaban yang akan diperlihatkan.
Oleh sebab itu, penguatan pengulangan rangsang-rangsang diperlihatkan sesuatu
jawaban tingkah laku yang diharapkan merupakan hal penting pada kondisioning
operan.Agar suatu jawaban atau tingkah laku yang baru dapat terus diperlihatkan,
diperlukan penguatan rangsangan sekunder atau melalui penguatan rangsangan
yang terencana (Desmita, 2005:58).

Konsep-konsep dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep


para tokoh sebelumnya. Skinner menjelaskan konsep belajar secara
sederhana, tetapi lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus
dan respons yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, kemudian
menimbulkan perubahan tingkah laku yang tidak sesederhana yang dikemukakan
oleh tokoh-tokoh sebelumnya. Menurutnya respons yang diterima seseorang tidak
sesederhana demikian, karena stimulusstimulus yang diberikan akan saling
berinteraksi dan interaksi antar stimulus tersebut yang mempengaruhi respons
yang dihasilkan. Respons yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi.
Konsekuensi-konsekuensi tersebut nantinya mempengaruhi munculnya perilaku
(Slavin, 2000).Oleh karena itu,dalam memahami tingkah laku seseorang secara
harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta
memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang
timbul akibat respons tersebut. Skinner juga mengemukakan dengan
menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat menjelaskan tingkah laku
yang hanya menambah rumitnya masalah, sebab setiap alat yang digunakan perlu
penjelasan (Putrayasa, 2013:48)

9
D. Kontribusi Teori Behaviorisme dalam Pembelajaran IPA
Teori belajar behaviorisme menekankan pada perubahan tingkah laku
sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon, sedangkan belajar sebagai
aktivitas yang menuntut siswa mengungkapkan kembali pengetahuan yang
sudah dipelajari. Menurut Mukinan (1997:23), beberapa prinsip tersebut, yaitu:
(1) teori belajar behaviorisme beranggapan yang dinamakan belajar adalah perubahan
tingkah laku. Seseorang dikatakan telah belajar jika yang bersangkutan dapat
menunjukkan perubahan tingkah laku, (2) teori ini beranggapan yang terpenting dalam
belajar adalah adanya stimulus dan respons, karena hal ini yang dapat diamati, sedangkan
apa yang terjadi dianggap tidak penting karena tidak dapat diamati, dan (3) penguatan,
yakni apa saja yang dapat menguatkan timbulnya respons, merupakan faktor penting
dalam belajar. Pendidikan berupaya mengembangkan perilaku siswa ke arah yang lebih
baik. Pendidik berupaya agar dapat memahami peserta didik yang beranjak dewasa.
Perkembangan perilaku merupakan objek pengamatan dari aliranaliran behaviorisme.
Perilaku dapat berupasikap, ucapan, dan Tindakan seseorang sehingga perilaku ini
merupakan bagian dari psikologi. Oleh sebab itu, psikologi pendidikan mengkaji masalah
yang memengaruhi perilaku orang ataupun kelompok dalam proses belajar.

Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam teori belajar Behaviorisme yang


berpedoman pada perubahan tingkah laku setelah melakukan pembelajaran dapat
diterapkan dengan menggunakan stimus-stimulus yang dapat membangkitkan semangat
siswa dalam belajar dan mampu merangsang siswa untuk merubah perilakunya sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Misalya dalam mengajarkna materi
tentang diri sendiri di kelas I SD, stimulus dapat diberikan dengan cara menunjukkan
gambar/foto Tubuh manusia atau menunjukkan torso manusia, dengan menunjukkan
media tentu siswa akan lebih tertarik dan termotivasi untuk melakukan pembelajaran.
Selanjutnya dengan menunjukkan media pembelajaran yang menarik tentu siswa akan
menunjukkan respons yang positif, respons yang diberikan siswa merupakan tindakan,
jika siswa melakukan perubahan tingkah laku , (misalnya siswa bertanya fungsi anggota
tubuh manusia, atau mampu menjawab pertanyaan yang diberikan guru setelah melihat
media contohnya menujukkan bagian tubuh manusia dan bertanya pada siswa apa

10
fungsinya siswa yang mampu menjawab dengan benar dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai diindikasikan telah terjadi perubahan perilaku yakni
perilaku dari tidak tau menjadi tau)

Untuk mempertahankan pengetahuan dalam benak siswa dalam pembelajaran IPA sesuai
dengan teori Operant Concitioning yang dikemukan Skinner. Operant Concitioning atau
pengkondisian operan adalah suatu proses penguatan perilaku operan (penguatan positif
atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali. Dalam
pembelajaran IPA agar pengetahuan (perilaku/tindakan) siswa dapat bertahan dalam
ingatannya perlu dilakukan pengutan dengan cara mengulang (drill) materi yang
diberikan atau dengan cara memberikan pengutan kepada siswa yang mampu menjawab
pertanyaan yang diberikan guru misalanya dengan memberikan pujian, memberikan nilai
yang sangat memuaskan, memberikan tepuk tangan, memberikan senyuman, ancungan
jempol atau dengan cara yang lainnya yang dapat membuat bangga siswa yang telah
berhasil. Untuk siswa yang tidak berhasil menjawab pertanyaan yang diberikan guru akan
diberikan kegiatan remedial sebagai bentuk penguatan berupa pengulangan

E. Contoh Penerapan Teori Behaviorisme


contohnya memberikan pujian terhadap teman yang bisa menjawab pertanyaan guru
dengan baik.

Conto lain, dalam sebuah keluarga terdiri dari bapak, ibu dan 2 orang anaknya. Dalam
keluarga ini menerapkan pola asuh otoriter semua bentuk peraturan rumah dan keputusan
berada di pihak orang tua. Dalam kehidupan sehari-hari kedua anak ini hidup dibawah
tekanan orang tuanya, entah itu mengerjakan tugas sekolah, bersih rumah atau lainnya.
Setiap harinya mereka selalu tertekan oleh orang tuanya dan merasa dirumah mereka
tidak dapat bermain dan berkerasi sehingga hal ini membunuh karakter dan keperibadian
anaknya. Hingga pada suatu hari kedua anak ini mencoba mencoba mencari kesenangan
di luar rumah dan bermain dengan teman sebayanya. Dan mereka menawarkan sesuatu
yang belum pernah mereka dapatkan di dalam rumah seperti merokok, dan minum-

11
minuman keras. Dengan demikian mereka merasa terbebas dari beban dan tekanan orang
tua.

Contoh lain lingkungan menjadi faktor penentu karakter dan kepribadian seseorang.
misalnya, saat saya memarahi adik saya melakukan hal2 yang menurutnya bagus, tetapi
menurut saya tidak. saya menekannya untuk tidak melakukan hal tersebut. sehingga ia
merasa tertekan dan tidak dapat bermain dan berkerasi sehingga hal ini membunuh
karakter dan kepribadian nya.

Contoh lain seorang anak yang tidak di perdulikan oleh orang tuanya di karenakan orang
tuanya sibuk bekerja dan dia jarang dapat perhatian dan kasih sayang dan di saat orang
tuanya di rumah iya selalu bertengkar lama kelamaan jiwa si anak merasa tertekan
menghadapi semua ini sehingga anak yg tadinya pendiam, jarang keluar ruamr dan tutur
bahasa yang sopan menjadi sebaliknya semua itu dipengaruhi oleh lingkungan sekitar
maka dari itu kita harus mengajarkan sedemikian rupa kepada anak.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori belajar behavioris adalah teori belajar yang menekankan pada tingkah laku manusia
sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Teori belajar
behavioris berpengaruh terhadap pengembangan teori pendidikan dan pembelajaran yang
dikenal dengan aliranaliran behavioris. Teori belajar behavioris dengan model hubungan
stimulus-respons mendudukkan siswa yang belajarsebagai individu yang pasif.Respons
atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan. Menurut
aliran-aliran behavioris, belajar pada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi antara
kesan yang ditangkap panca indra dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan
antara stimulus dan respons.

Fokus utama dalam teori belajar behavioristik adalah perilaku yang terlihat dan penyebab
luar yang menstimulasinya. Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Pembelajaran yang didasarkan pada tingkah laku diperoleh dari
pengkondisian lingkungan. Pengkondisian tersebut terjadi melalui interaksi dengan
lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara
reaksi-reaksi behavioristik dengan stimulusnya. Teori belajar behavioristik mempunyai
ciri-ciri, yaitu. Pertama, aliran ini mempelajari perbuatan manusia bukan dari
kesadarannya, melainkan hanya mengamati perbuatan dan tingkah laku yang berdasarkan
kenyataan. Pengalamanpengalaman batin di kesampingkan dan hanya perubahan serta
gerak-gerak pada badan yang dipelajari. Oleh sebab itu, behaviorisme adalah ilmu jiwa
tanpa jiwa.

Behavioristik adalah sebuah aliran dalam pemahaman tingkah laku manusia yang
dikembangkan oleh beberapa para ahli seperti John B. Watson, Ivan P. Pavlov, dan B.F.
Skinner.Menurut Watson tingkah laku manusia merupakan hasil dari pembawaan genetis
dan pengaruh lingkungan atau situasional. Tingkah laku dikendalikan oleh kekuatan-
kekuatan yang tidak rasional. Sebaliknya menurut Pavlov dengan teori kondisioning

13
klasik merujuk pada sejumlah prosedur pelatihan karena satu stimulus dan rangsangan
muncul untuk menggantikan stimulus lainnya dalam mengembangkan suatu respon.
Prosedur ini disebut klasik karena prioritas historisnya seperti dikembangkan Pavlov.

Selanjutnya, menurut Skinner belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya.
Skinner mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, tetapi lebih komprehensif.
Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respons terjadi melalui interaksi dengan
lingkungan kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku. Teori belajar behavioristik
berpengaruh terhadap masalah belajar, karena belajar ditafsirkan sebagai latihan-latihan
untuk pembentukan hubungan antara stimulus dan respons. Dengan memberikan
rangsangan, siswa akan bereaksi dan menanggapi rangsangan tersebut. Oleh sebab itu,
belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respons. Seseorang
dianggap telah belajar jika dapat menunjukkan perubahan perilakunya

contohnya memberikan pujian terhadap teman yang bisa menjawab pertanyaan guru
dengan baik.

Contoh lain lingkungan menjadi faktor penentu karakter dan kepribadian seseorang.
misalnya, saat saya memarahi adik saya melakukan hal2 yang menurutnya bagus, tetapi
menurut saya tidak. saya menekannya untuk tidak melakukan hal tersebut. sehingga ia
merasa tertekan dan tidak dapat bermain dan berkerasi sehingga hal ini membunuh
karakter dan kepribadian nya

B. Saran
Kami berharap pembaca dapat memahami makalah kami dan kami sadar bahwa makalah
kami jauh dari kata sempurna maka dari itu kami meminta masukan yang bersifat
membangun untuk menyempurnakan makalah kami terkhusus lagi dosen pengampu mata
kuliah teori belajar dan pembelajaran agar makalah kami dapat lebih baik lagi
kedepannya, kami juga berharap agar kiranya makalah kami dapat menjadi referensi dan
menambah wawasan pembaca.

14
DAFTAR PUSTAKA

Sitorus,ahmad syukri.(2016). Aplikasi behaviorisme dalam pembelajaran anak untuk


menciptakan generasi berkarakter.6.

Sanyata. (2012). Teori dan aplikasi pendekatan behavioristik dalam konseling. Jurnal paradigma.
7.

Nahar, novi irwan.(2016) penerapan teori belajar behavioris dalam proses pembelajaran. Jurnal
ilmu pengetahuan social. 1.

15

Anda mungkin juga menyukai