Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TEORI BEHAVIORISTIK DAN IMPLIKASINYA


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Belajar dan Pembelajaran
Yang diampu oleh Dra. Tri Murti, S.Pd, M.Pd

Oleh :
Kelompok 2
Amalia Pramadita Ruliantika (190151602721)
Aprillia Eka Wiranti (190151602522)
Yulia Chantika R. Y. A (190153602761)
MKU Q6

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH
PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
MALANG
SEPTEMBER 2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,
taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan semoga kita
selalu berpegang teguh pada sunnahnya. Aamiin.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Belajar
dan Pembelajaran yang berjudul “Teori Behavioristik dan Implikasinya”.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami mendapatkan bantuan serta bimbingan dari beberapa
pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kami berterima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Tri Murti, S.Pd, M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan berguna bagi Mahasiswa pada
umumnya, dan tidak lupa kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat
kesalahan baik dalam kosa kata ataupun isi dari keseluruhan makalah ini. Kami sebagai
penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan untuk itu kritik dan saran
sangat kami harapkan demi kebaikan kami untuk kedepannya.

Malang, September 2020

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....................................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan Masalah..................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Teori Behavioristik..................................................................................................2
B. Ciri-ciri Teori Behavioristik....................................................................................4
C. Kelebihan dan Kekurangan Teori Behavioristik.....................................................4
D. Tahap-tahap Perkembangan Teori Behavioristik....................................................5
E. Aplikasi Teori Behavioristik dalam Pendidikan......................................................5
F. Sikap Guru dan Calon Guru Terhadap Teori Behavioristik....................................8
BAB III PENUTUP
A. Simpulan..................................................................................................................10
B. Saran........................................................................................................................11
DAFTAR RUJUKAN........................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, dan
tujuan pembahasan masalah.
A. Latar Belakang Masalah
Menurut pengertian yang paling umum, teori merupakan lawan dari fakta.
Chaplin (2002) mendefinisikan teori sebagai "satu prinsip umum yang dirumuskan
untuk menjelaskan sekelompok gejala yang berkaitan. Menurut Santrock (1998), teori
adalah "a coherent set of ideas that helps explain data and make predication. A theory
contains hypotheses, assumptions that can be tested to determine their accuracy".
Jadi, sebenarnya teori adalah hipotesis yang belum terbukti atau spekulasi tentang
kenyataan yang belum diketahui secara pasti, sehingga perlu diuji lebih lanjut untuk
menentukan akurasinya. Apabila dalam pengujian teori itu ternyata benar, maka ia
menjadi fakta. Teori perkembangan dalam hal ini berusaha memberikan suatu
kerangka konseptual yang logis dan jelas untuk menggambarkan dan memahami
perilaku dan gejala-gejala yang menimbulkan perubahan perkembangan serta prinsip
dan mekanisme yang mendasari proses perubahan tersebut. Singkatnya, sebagaimana
dijelaskan oleh Miller (1993), teori perkembangan adalah teori vang difokuskan pada
perubahan antar waktu (change over time).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud teori behavioristik?
2. Apa ciri-ciri teori behavioristik?
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan teori behavioristik?
4. Apa saja tahap perkembangan teori behavioristik?
5. Bagaimana aplikasi teori behavioristi dalam pendidikan?
6. Bagaimana sikap guru dan calon guru terhadap teori behavioristik ?
C. Tujuan Pembahasan Masalah
1. Memahami apa yang dimaksud teori behavioristik.
2. Mengetahui ciri-ciri teori behavioristik.
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan teori behavioristik.
4. Mengetahui tahap perkembangan pada teori behavioristik.
5. Memahami cara pengaplikasian teori behavioristik dalam pendidikan.
6. Agar guru dan calon guru dapat menyikapi teori behavioristik.

1
BAB II
PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang pokok pembahasan yang tertulis pada rumusan
masalah.
A. Teori Behavioristik

Menurut Desmita (2009:44) Behavioristik adalah sebuah aliran dalam


pemahaman tingkah manusia yang dikembangkan oleh John B. Watson (1878-1958),
seorang ahli psikologi Amerika, pada tahun 1930, sebagai reaksi atas teori
psikodinamika. Perspektif behavioral ini berfokus pada peran dari belajar dalam
menjelaskan tingkah laku manusia. Asumsi dasar mengenai tingkah laku menurut
teori ini adalah bahwa tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh aturan-aturan, bisa
diramalkan, dan bisa dikendalikan.

Behaviorisme adalah suatu studi tentang kelakuan manusia. Timbulnya aliran


ini disebabkan oleh adanya rasa tidak puas terhadap teori psikologi daya dan teori
mental state. Hal ini karena aliran-aliran terdahulu hanya menekankan pada segi
kesadaran saja. Pandangan dalam psikologi dan naturalisme science, timbulah aliran
baru ini. Jiwa atau sensasi atau image tidak dapat diterangkan melalui jiwa itu sendiri
karena sesungguhnya jiwa itu adalah respons-respons psikologis. Aliran terdahulu
memandang bahwa badan adalah sekunder, padahal sebenarnya justru menjadi titik
tolak. Natural science melihat semua realita sebagai gerakan-gerakan dan pandangan
natural science mempengaruhi timbulnya behaviorisme. Dalam behaviorisme,
masalah metter (zat) menempati kedudukan yang paling utama dengan tingkah laku
tentang sesuatu jiwa dapat diterangkan. Behaviorisme dapat menjelaskan kelakuan
manusia secara seksama dan menyediakan program pendidikan yang efektif (Hamalik,
2008:43).

Teori behavioristik menekankan pada kajian ilmiah mengenai berbagai respon


perilaku yang dapat diamati dan penentu lingkungannya. Dengan kata lain, perilaku
memusatkan pada interaksi dengan lingkungannya yang dapat dilihat dan diukur.
Prinsip-prinsip perilaku diterapkan secara luas untuk membantu orang-orang
mengubah perilakunya ke arah yang lebih baik (King, 2010:15). Selanjutnya, akan
dipaparkan pandangan mengenai teori perkembangan behavioristik menurut John B.
Watson.

2
3

Watson dan teoretikus behavioristik lainnya, seperti Skinner (1904-1990)


meyakini bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil dari pembawaan genetis dan
pengaruh lingkungan atau situasional. Kalau Freud melihat bahwa tingkah laku kita
dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan yang tidak rasional, teoretikus behavioristik
melihat kita sebagai hasil pengaruh lingkungan yang membentuk dan memanipulasi
tingkah laku kita. Menurut teoretikus behavioristik, manusia sepenuhnya adalah
makhluk reaktif, yang tingkah lakunya dikontrol oleh oleh faktor-faktor yang berasal
dari luar. Faktor lingkungan inilah yang menjadi penentu terpenting dari tingkah laku
manusia. Berdasarkan pemahaman ini, maka kepribadian individu menurut teori ini
dapat dikembalikan kepada hubungan antara individu dan lingkungannya. Manusia
datang ke dunia ini tidak dengan membawa ciri-ciri yang pada dasarnya "baik atau
buruk", tetapi netral. Hal-hal yang mempengaruhi perkembangan kepribadian individu
selanjutnya semata-mata bergantung pada lingkungannya (Desmita 2009).

Menurut teori ini, orang terlibat di dalam tingkah laku tertentu karena mereka
telah mempelajarinya, melalui pengalaman-pengalaman terdahulu, menghubungkan
tingkah laku tersebut dengan hadiah-hadiah. Orang menghentikan suatu tingkah laku,
mungkin karena tingkah laku tersebut belum diberi hadiah atau telah mendapat
hukuman. Semua tingkah laku, baik bermanfaat ataupun merusak, merupakan tingkah
laku yang dipelajari.

Gagasan utama dalam aliran behavioristik ini adalah bahwa untuk memahami
tingkah laku manusia diperlukan pendekatan yang objektif, mekanistik dan
materialistik, sehingga perubahan tingkah laku pada diri seseorang dapat dilakukan
melalui upaya pengondisian. Dengan perkataan lain, mempelajari tingkah laku
seseorang seharusnya dilakukan melalui pengujian dan pengamatan atas tingkah laku
yang tampak, bukan dengan mengamati kegiatan bagian dalam tubuh. Menurut
Watson, adalah tidak bertanggung jawab dan tidak ilmiah mempelajari tingkah laku
manusia semata-mata didasarkan atas kejadian-kejadian subjektif, yakni kejadian-
kejadian yang diperkirakan terjadi di dalam pikiran, tetapi tidak dapat diamati dan
diukur.
4

B. Ciri-Ciri Teori Behavioristik


Ciri-ciri teori behavioristik sebagai berikut:
1. Aliran ini mempelajari perbuatan manusia bukan dari kesadarannya, melainkan
mengamati perbuatan dan tingkah laku yang berdasarkan kenyataaan.
Pengalaman-pengalaman batin dikesampingkan serta gerak-gerak pada badan
yang dipelajari. Oleh sebab itu, behaviorisme adalah ilmu jiwa tanpa jiwa.
2. Segala perbuatan dikembalikan kepada refleks. Behaviorisme mencari unsur-
unsur yang paling sederhana yakni perbuatan-perbuatan bukan kesadaran yang
dinamakan refleks. Refleks adalah reaksi yang tidak disadari terhadap suatu
pengarang. Manusia dianggap sesuatu yang kompleks refleks atau suatu mesin.
3. Behaviorisme berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan semua orang adalah
sama. Menurut behaviorisme pendidikan adalah maha kuasa, manusia hanya
makhluk yang berkembang karena kebiasaan-kebiasaan, dan pendidikan dapat
mempengaruhi refleks keinginan hati.

C. Kelebihan dan Kekurangan Teori Behavioristik


Kelebihan pada teori behavioristik antara lain:
1. Perilaku seseorang ditentukan oleh banyak dan macamnya penguatan yang
diterima dalam situasi hidupnya, sehingga perilaku manusia yang dipelajari dapat
diubah.
2. Kedisiplinan dan tanggung jawab adalah elemen yang penting dalam proses
belajar dan pembelajaran.

Sementara itu kekurangan teori behavioristik, yaitu:


1. Dengan modal hubungan stimulus responnya mendudukan orang yang belajar
sebagai individu yang cenderung pasif.
2. Cenderung mengarahkan siswa untuk berpikir linier, konvergen, tidak kreatif, dan
tidak produktif.
3. Respon atau perilaku tertentu hanya menggunakan metode drill atau pembiasaan
semata, penguatnya adalah hadiah dan akan makin melemah jika dikenakan
hukuman.
4. Siswa dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan
penguatan dari pendidik.
5

D. Tahap-Tahap Perkembangan Teori Behavioristik


Fakta penting tentang perkembangan ialah bahwa dasar perkembangan
adalah kritis. Sikap, kebiasaan, dan pola perilaku yang dibentuk selama tahun
pertama menentukan seberapa jauh individu berhasil menyesuaikan diri dalam
kehidupan mereka selanjutnya. Menurut Erickson (Hurlock, 1980: 6) berpendapat
bahwa masa bayi merupakan masa individu belajar sikap percaya atau tidak pecaya,
bergantung pada bagaimana orang tua memasukkan kebutuhan anaknya akan
makanan, perhatian, dan kasih sayang. Pola-pola perkembangan pertama cenderung
mapan tetapi bukan berarti tidak dapat berubah. Ada tiga kondisi yang
memungkinkan perubahan :
1. Perubahan dapat terjadi apabila individu memperoleh bantuan atau bimbingan
untuk membuat perubahan.
2. Perubahan cenderung terjadi apabila orang-orang yang dihargai memperlakukan
individu dengan cara yang baru atau berbeda (kreatif dan tidak monoton).
3. Apabila ada motivasi yang kuat dari pihak individu sendiri untuk membuat
perubahan.
Dengan mengetahui bahwa dasar-dasar permulaan perkembangan
cenderung menetap, memungkinkan orang tua untuk meramalkan perkembangan
anak di masa akan datang. Penganut aliran behavioristik yakin bahwa lingkungannya
yang optimal mengakibatkan ekspresi faktor keturunan yang maksimal.
Proses perkembangan itu berlangsung secara tahap, dalam arti:
1. Bahwa perubahan yang terjadi bersifat maju meningkat atau mendalam atau
meluas secara kualitatif maupun kuantitatif (prinsip progresif).
2. Bahwa perubahan yang terjadi antar bagian dan atau fungsi organisme itu
terdapat interdependensi sebagai kesatuan integral yang harmonis (prinsip
sistematik).
3. Bahwa perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu berlangsung secara
beraturan dan tidak kebetulan dan meloncat-loncat (prinsip berkesinambungan).

E. Aplikasi Teori Behavioristik dalam Pendidikan


Aliran psikologi belajar yang sangat besar mempengaruhi arah
pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah
aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak
6

sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus


responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respons
atau perilaku tertentu dapat dibentuk karena dikondisi dengan cara tertentu dengan
menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan
semakin kuat bila diberikan reinforcement, dan akan menghilang bila dikenai
hukuman.
Istilah-istilah seperti hubungan stimulus-respon, individu atau siswa
pasif, perilaku sebagai hasil belajar yang tampak, pembentukan perilaku (shaping)
dengan penataan kondisi secara ketat, reinforcement dan hukuman, ini semua
merupakan unsur-unsur yang sangat penting dalam teori behavioristik. Teori ini
hingga sekarang masih merajai praktek pembelajaran di Indonesia. Hal ini tampak
dengan jelas pada penyelenggaraan pembelajaran dari tingkat paling dini, seperti
Kelompok Bermain, Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah,
bahkan sampai di Perguruan Tinggi, pembentukan perilaku dengan cara drill
(pembiasaan) disertai dengan reinforcement atau hukuman masih sering dilakukan.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari
beberapa hal seperti, tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa,
media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan
dilaksanakan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan
adalah obyektif, pasti, tetap, dan tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan
rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah
memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar atau siswa. Siswa diharapkan akan
memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa
yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
Fungsi pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yang sudah
ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang
dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur
pengetahuan tersebut.
Karena teori behavioristik memandang bahwa sebagai sesuatu yang ada
di dunia nyata telah terstruktur rapi dan teratur, maka siswa atau orang yang belajar
harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan lebih dulu secara
ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga
pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau
ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan
7

yang perlu dihukum, dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan


sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada
aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa adalah obyek yang
harus berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh
sistem yang berada di luar diri siswa.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada
penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas “mimetic”, yang
menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari
dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan
pada ketrampilan yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian
ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga
aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan
penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib
tersebut. Thorndike (Schunk, 2012) kemudian merumuskan peran yang harus
dilakukan guru dalam proses pembelajaran, yaitu:
1. Membentuk kebiasaan siswa. Jangan berharap kebiasaan itu akan terbentuk
dengan sendirinya.
2. Berhati hati jangan sampai membentuk kebiasaan yang nantinya harus diubah.
Karena mengubah kebiasaan yang telah terbentuk adalah hal yang sangat sulit.
3. Jangan membentuk dua atau lebih kebiasaan, jika satu kebiasaan saja sudah
cukup.
4. Bentuklah kebiasaan dengan cara yang sesuai dengan bagaimana kebiasaan itu
akan digunakan.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, keterampilan secara terpisah,
dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut
satu jawaban benar. Maksudnya, bila siswa menjawab secara “benar” sesuai dengan
keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas
belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagai bagian yang terpisah dari kegiatan
pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori
ini menekankan evaluasi pada kemampuan siswa secara individual.
Salah satu contoh pembelajaran behavioristik adalah pembelajaran
terprogram (PI/Programmed Instruction), dimana pembelajaran terprogram ini
merupakan pengembangan dari prinsip-prinsip pembelajaran Operant conditioning
yang di bawa oleh Skinner. Dalam Schunk (2012) PI melibatkan beberapa prinsip
8

pembelajaran. Dalam pembelajaran terprogram, materi dibagi menjadi frame-frame


secara berurutan yang setiap frame memberikan informasi dalam potongan kecil dan
dilengkapi dengan tes yang akan direspon oleh siswa.
Pada jaman modern ini, aplikasi teori behavioristik berkembang pada
pembelajaran dengan powerpoint dan multimedia. Dalam pembelajaran dengan
powerpoint, pembelajaran cenderung terjadi satu arah. Materi disampaikan dalam
bentuk powerpoint yang telah disusun secara rinci. Sementara itu pada pembelajaran
dengan multimedia, siswa diharapkan memiliki pemahaman yang sama dengan
pengembang, materi disusun dengan perencanaan yang rinci dan ketat dengan urutan
yang jelas, latihan yang diberikan pun cenderung memiliki satu jawaban benar.
Feedback pada pembelajaran dengan multimedia cenderung diberikan sebagai
penguatan dalam setiap soal, hal ini serupa dengan program pembelajaran yang
pernah dikembangkan Skinner (Collin, 2012), dimana Skinner mengembangkan
model pembelajaran yang disebut “teaching machine” yang memberikan feedback
kepada siswa bila memberikan jawaban benar dalam setiap tahapan dari pertanyaan
tes, bukan sekedar feedback pada akhir tes.

F. Sikap Guru dan Calon Guru Terhadap Teori Behavioristik


1. Memilih Penguat yang Efektif.
Tidak semua penguat akan sama efeknya bagi anak. Analisis perilaku terapan
menganjurkan agar pendidik mencari tahu penguat apa yang paling baik bagi
peserta didik, yakni mengindividualisasikan penggunaan penguat tertentu.
Penguat yang paling sering digunakan pendidik adalah aktivitas. Prinsip
Premarck menyatakan bahwa aktivitas probabilitas tinggi dapat berfungsi sebagai
penguat aktivitas probabilitas rendah. Prinsip Premarck akan bekerja ketika
pendidik berkata kepada peserta didiknya, “jika kamu selesai mengerjakan tugas
menulis, kamu bisa main game di 8 komputer”, atau seorang pendidik berkata
kepada semua peserta didiknya di kelas, “jika kelas ini menyerahkan PR pada
hari jumat, kita akan mengadakan wisata minggu depan”.
2. Menjadikan Penguat Kontingen dan Tepat Waktu.
Penguat akan lebih efektif jika diberikan tepat pada waktunya, sesegera mungkin
setelah peserta didik menjalankan tindakan yang diharapkan. Ini akan membantu
siswa melihat hubungan kontingensi antar-imbalan dan perilaku mereka. Jika
peserta didik menyelesaikan perilaku sasaran (seperti mengerjakan sepuluh soal
9

matematika) tapi pendidik tidak memberikan waktu bermain pada anak sampai
sore hari, maka peserta didik itu mungkin akan kesulitan membuat hubungan
kontingensi.
3. Menggunakan Perjanjian (contracting).
Perjanjian adalah menempatkan kontingensi penguatan dalam tulisan. Jika
muncul masalah dan peserta didik tidak bertindak sesuai dengan harapan,
pendidik dapat merujuk peserta didik pada perjanjian yang mereka sepakati.
Analisis perilaku terapan menyatakan bahwa perjanjian kelas harus berisi
masukan dari pendidik dan peserta didik.
4. Menggunakan Penguatan Negatif Secara Efektif.
Dalam penguatan negatif, frekuensi respons meningkat karena respons tersebut
menghilangkan stimulus yang dihindari (tidak menyenangkan). Jika seorang
pendidik mengatakan, “Pepeng, kamu harus duduk dan menyelesaikan tugas
mengarang sebelum kamu boleh bergabung dengan peserta didik lain untuk
membuat poster”. Ini berarti dia menggunakan penguatan negatif. Kondisi negatif
disuruh duduk saat peserta didik lain melakukan sesuatu yang menyenangkan
akan dihilangkan jika Pepeng sudah menyelesaikan tugas mengarangnya.
5. Menggunakan Prompt dan Shapping Prompt (dorongan), adalah stimulus
tambahan atau isyarat tambahan yang diberikan sebelum respons dan
meningkatkan kemungkinan respons itu akan terjadi. Instruksi dapat dipakai
sebagai prompt. Misalnya saat pelajaran menggambar akan selesai, pendidik
berkata, “mari bersiap untuk pelajaran membaca”. Jika peserta masih saja
menggambar, pendidik bisa menambahkan, “baiklah, letakkan gambar kalian dan
ikut saya ke ruangan membaca”. Shapping (pembentukan) adalah mengajari
perilaku baru dengan memperkuat perilaku yang mirip dengan perilaku sasaran.
Pada mulanya, respons diperkuat dengan seuatu yang mirip dengan perilaku yang
diharapkan. Kemudian diperkuat lagi respons yang lebih mirip dengan perilaku
sasaran, dan seterusnya. Sampai murid itu melakukan perilaku sasaran dan
kemudian sasaran perilaku tersebut diperkuat lagi.
BAB III
PENUTUP
Dari hasil pembahasan yang telah kami tuliskan, dapat ditarik simpulan dan
saran sebagai berikut.
A. Simpulan
Behaviorisme adalah suatu studi tentang kelakuan manusia. Timbulnya
aliran ini disebabkan oleh adanya rasa tidak puas terhadap teori psikologi daya dan
teori mental state. Hal ini karena aliran-aliran terdahulu hanya menekankan pada
segi kesadaran saja. Pandangan dalam psikologi dan naturalisme science, timbullah
aliran baru ini. Jiwa atau sensasi atau image tidak dapat diterangkan melalui jiwa itu
sendiri karena sesungguhnya jiwa itu adalah respons-respons psikologis.
Ciri-ciri teori behavioristik ini adalah mengamati perbuatan dan tingkah
laku yang berdasarkan kenyataan, segala perbuatan dikembalikan kepada refleks,
dan berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan semua orang adalah sama. Teori
behavioristik memiliki kelebihan, antara lain perilaku seseorang ditentukan oleh
banyak dan macamnya penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya, sehingga
perilaku manusia yang dipelajari dapat diubah. Kedisiplinan dan tanggung jawab
adalah elemen yang penting dalam proses belajar dan pembelajaran. Teori
behavioristik tidak hanya memiliki kelebihan, tetapi kekurangan juga, yaitu
cenderung mengarahkan siswa untuk berpikir linier, konvergen, tidak kreatif, dan
tidak produktif, siswa dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan
motivasi dan penguatan dari pendidik, dll.
Fakta penting tentang perkembangan ialah bahwa dasar perkembangan
adalah kritis. Sikap, kebiasaan, dan pola perilaku yang dibentuk selama tahun
pertama menentukan seberapa jauh individu berhasil menyesuaikan diri dalam
kehidupan mereka selanjutnya.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari
beberapa hal seperti, tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa,
media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan
dilaksanakan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan
adalah obyektif, pasti, tetap, dan tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan
rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah
memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar atau siswa. Pada jaman modern

10
11

ini, aplikasi teori behavioristik berkembang pada pembelajaran dengan powerpoint


dan multimedia.
Sikap kita sebagai calon guru terhadap teori behavioristik adalah
memilih penguat yang efektif, menjadikan penguat kontingen dan tepat waktu,
menggunakan perjanjian (contracting), menggunakan penguatan negatif secara
efektif, dan menggunakan prompt dan shapping prompt (dorongan).

B. Saran
Teori behavioristik memiliki kelemahan, yaitu anak cenderung pasif dalam
kegiatan pembelajaran dan sedikit kurang tepat digunakan dalam pembelajaran abad
21 yang menuntut siswa untuk aktif. Untuk itu, diharapkan guru dapat menerapkan
teori behavioristik secara efektif dalam kegiatan pembelajaran.
DAFTAR RUJUKAN

Amalia, Rizka, & Fadholi, Ahmad Nur. 2018. Teori Behavioristik. Sidoarjo: Universitas
Muhammadiyah Sidoarjo.

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Rosdakarya.

Desmita. 2015. Psikologi Perkembangan. Bandung: Rosdakarya.

Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta, Bumi Aksara.

King, Laura A. 2010. Psikologi Umum: Sebuah Pengantar Apresiatif. Jakarta: Salemba
Humanika.

Rahyubi, Dr. Heri. 2014. Teori-teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik.
Majalengkang: Nusa Media.

Sugihartono, dkk. 2009. Teori Behavioristik, (Online), (www.lutfizulfi.wordpress.com),


diakses 12 September 2020.

Sujiono, Yuliani Nurani, dkk. 2014. Metode Pengembangan Kognitif. Banten: Universitas
Terbuka.

12

Anda mungkin juga menyukai