Anda di halaman 1dari 23

MACAM – MACAM TEORI BELAJAR

(BEHAVIORISTIK , COGNITIVE , SOCIAL LEARNING , QUANTUM


LEARNING)
MAKALAH

Di susun untuk memenuhi salah satu tugas mata Kuliah

“Psikologi Belajar “

Dosen Pengampu :

Hasnah , S.Pd ,M .Pd .I

DI SUSUN OLEH : KELOMPOK V

Nira Siti Nurazizah 20.26.0101.1327

Rasni 20.26.0101.1333

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)

IBNU KHALDUN NUNUKAN

1443 H / 2022 M

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan pada Allah SWT. Hanya kepada-Nya lah kami
memuji dan hanya kepada-Nya lah kami memohon pertolongan. Tidak lupa shalawat
serta salam kami haturkan pada junjungan nabi agung kita, Nabi Muhammad SAW.
Risalah beliau lah yang bermanfaat bagi kita semua sebagai petunjuk menjalani
kehidupan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dosen Pengampu, Ibu Hasnah , S.Pd ,M .Pd .I
yang telah memberikan tugas sebagai salah satu media melatih tanggung jawab penulis.
Makalah dengan judul “MACAM – MACAM TEORI BELAJAR” Pada makalah ini
penulis akan memberikan penjelasan apa saja macam-macam dari teori belajar itu.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Belajar.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam makalah ini.

Nunukan, 15 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i

KATA PENGANTAR .......................................................................... ii

DAFTAR ISI .......................................................................................... iii

BAB I : PENDAHULUAN.................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 1

C. Tujuan dan Manfaat .................................................................... 1

BAB II : PEMBAHASAN..................................................................... 2

A. Teori Belajar Behavioristik ......................................................... 2

B. Teori Belajar Cognitive ............................................................... 5

C. Teori belajar Social Learning ...................................................... 8

D. Teori Belajar Quantum Learning ................................................ 10

BAB III : PENUTUP............................................................................. 15

A. Simpulan .................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori belajar merupakan suatu kegiatan seseorang untuk mengubah
perilaku mereka. Seluruh kegiatan selalu diikuti oleh perubahan yang meliputi
kecakapan, keterampilan, dan sikap, pengertian dan harga diri , watak , minat ,
dan penyesuaian diri dan lain sebagainya. Perubahan tersebut meliputi
perubahan kognitif . perubahan psikomotor , dan perubahan efektif. Prinsip –
prinsip belajar pada hakikatnya berkaitan dengan potensi yang bersifat
manusiawi dan kelakuan . belaajr membutuhkan proses dan tahapan serta
kematangan si belajar. Belajar lebih baik dan efektif di dorong oleh motivasi ,
khususnya motivasi dari dalam diri karena akan berbeda dengan belajar karena
terpaksa atau memiliki rasa takut.
Di dalam banyak hal, belajar adalah proses mencoba dengan
kemungkinan untuk keliru dan pembiasaan. Kemampuan belajar seseorang
harus bisa diperhitungkan dan menentukan isi pelajaran. Belajar bisa dilakukan
melalui beberapa cara yaitu diajar secara langsung , kontrol penghayatan ,
kontak pengalaman langsung dan dengan pengenalan atau peniruan.
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan teori belajar Behavioristik ?
b. Apa yang dimaksud dengan teori belajar cognitive ?
c. Apa yang dimaksud dengan teori belajar social learning ?
d. Apa yang dimaksud dengan quantum learning ?
C. Tujuan
a. Pembaca dapat memahami tentang teori belajar behavoristik.
b. Pembaca dapat memahami tentang teori belajar cognitive.
c. Pembaca dapat memahami tentang teori belaajr social learning.
d. Pembaca dapat memahami tentang quantum learning.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori belajar Behavoristik


a. Pengertian
Teori Behavioristik adalah teori yang mempelajari perilaku
manusia. Prespektif behavioral berfokus pada peran dari belajar dalam
menjelaskan tingkah laku manusia dan terjadi melalui rangsangan
berdasarkan stimulus yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif
atau respons hukum – hukum mekanistik. Asumsi dasar mengenai
tingkah laku menurut teori ini adalah bahwa tingkah laku sepenuhnya
ditentukan oleh aturan , bisa diramalkan , dan bisa ditentukan. Menurut
teori ini , seseorang terlibat dalam tingkah laku tertentu karena mereka
telah mempelajarinya, melalui pengalaman – pengalaman terdahulu .
menghubungkan tingkah laku tersebut dengan hadiah. Seseorang
menghentikan suatu tingkah laku, mungkin karena tingkah laku tersebut
belum diberi hadiah atau telah mendapat hukuman. Karena semua
tingkah laku yang baik bermanfaat ataupun yang merusak , merupakan
tingkah laku yang diajari.1
Pendekatan psikologi ini mengutamakan pengamatan tingkah
laku dalam mempelajari individu dan bukan mengamati bagian dalam
tubuh atau mencermati penilaian orang tentang penasarannya.
Behaviorisme menginginkan psikologi sebagai pengetahuan yang
ilmiah yang dapat diamati secara obyektif. Jika ingin menelaah
kejiwaan manusia, amatilah perilaku yang muncul, maka akan
memperoleh data yang dapat dipertanggungjawabkan keilmiahannya.

1
Eni Fariyatul, Istikomah. Pskologi Belajar & Mengajar. Sidoarjo. Nizamia Learning Center.
2016. Hlm : 26-27

2
Jadi, behaviorisme sebenarnya adalah sebuah kelompok teori yang
memiliki kesamaan dalam mencermati dan menelaah perilaku manusia
yang menyebar di berbagai wilayah, selain Amerika teori ini berkembang
di daratan Inggris, Perancis , dan Rusia. Tokoh – tokoh yang terkenal dalam
teori ini meliputi E.L., Thorndike, L.P. Pavlov, B.F.Skinner, J.B.Watson.
b. Model-model Teori Behavioristik 2
a) Teori Connetionisme atau Bond-Psychology (Trial and Error)
Teori belajar behavioristik model ini dipelopori oleh Thorndike
(1874-1949) dengan teorinya connectionisme yang disebut juga
dengan trial and error. Pada tahun 1980, Thorndike melakukan
eksperimen dengan kucing sebagai subyeknya. Menurutnya, belajar
adalah pembentukan hubungan (koneksi) antara stimulus dengan
respon yang diberikan oleh organisme terhadap stimulus tadi. Cara
belajar yang khas yang ditunjukkannya adalah (trial and error).
Disamping itu, Thorndike juga menggunakan pedoman “pembawa
kepuasan (satisfier)” apabila subyek melakukan hal-hal yang
mendatangkan kesenangan dan pembawa kebosanan (annoyer)
apabila subyek menghindari keadaan yang tidak menyenangkan
(Winkel, 1991: 380).
Dari eksperimen Thorndike ini, bisa diambil tiga hukum dalam
belajar, yaitu:
(1) Law of readiness (hukum kesiapan). Belajar akan berhasil
apabila subyek memiliki kesiapan untuk belajar (Sukmadinata,
2003: 169).
(2) Law of exercise (hukum latihan), merupakan generalisasi dari
law of use dan law of disuse, yaitu jika perilaku itu sering dilatih
atau digunakan, maka eksistensi perilaku tersebut akan semakin

2
Jurnal Pendidikan dan Studi Islam Volume. 4, Number. 1, March 2018

3
kuat (Law of use). Sebaliknya, jika perilaku tadi tidak dilatih, maka
perilaku tersebut akan menjadi bertambah lemah atau tidak
digunakan sama sekali (law of disuse). Dengan kata lain, belajar
akan berhasil apabila banyak latihan atau ulangan.
(3) Law of effect, yaitu jika respon menghasilkan efek yang
memuaskan, maka hubungan antara stimulus dan respon akan
semakin kuat. Sebaliknya, jika respon menghasilkan efek yang
tidak memuaskan, maka semakin lemah hubungan antara stimulus
dan respon tersebut (Suryabrata, 1990: 271). Dengan kata lain,
subyek akan bersemangat dalam belajar apabila ia mengetahui atau
mendapatkan hasil yang baik.
b) Teori Classic Conditioning Paradigma kondisioning klasik
merupakan karya besar Ivan P. Pavlov (1849-1936), ilmuan Rusia
yang mengembangkan teori perilaku melalui percobaan tentang
anjing dan air liurnya. Proses yang ditemukan oleh Pavlov, karena
perangsang yang asli dan netral atau rangsangan biasanya secara
berulang-ulang dipasangkan dengan unsur penguat yang
menyebabkan suatu reaksi. Perangsang netral disebut perangsang
bersyarat atau terkondisionir, yang disingkat dengan CS
(conditioned stimulus). Penguatnya adalah perangsang tidak
bersyarat atau US (unconditioned stimulus). Reaksi alami atau
reaksi yang tidak dipelajari disebut reaksi bersyarat atau CR
(conditioned response). Pavlov mengaplikasikan istilah-istilah
tersebut sebagai suatu penguat.Maksudnya setiap agen seperti
makanan, yang mengurangi sebagaian dari suatu kebutuhan.
Dengan demikian dari mulut anjing akan keluar air liur (UR)
sebagai reaksi terhadap makanan (US). Apabila suatu rangsangan
netral, seperti sebuah bel atau genta (CS) dibunyikan bersamaan

4
dengan waktu penyajian maka peristiwa ini akan memunculkan air
liur (CR) (Desmita, 2005:55)
Melalui paradigma kondisioning klasiknya, Pavlov
memperlihatkan anjing dapat dilatih mengeluarkan air liur bukan
terhadap rangsang semula (makanan), melainkan terhadap rangsang
bunyi. Hal ini terjadi pada waktu memperlihatkan makanan kepada
anjing sebagai rangsang yang menimbulkan air liur, dilanjutkan
dengan membunyikan lonceng atau bel berkali-kali, akhirnya
anjing akan mengeluarkan air liur apabila mendengar bunyi lonceng
atau bel, walaupun makanan tidak diperlihatkan atau diberikan.
Disini terlihat bahwa rangsang makanan telah berpindah ke
rangsang bunyi untuk memperlihatkan jawaban yang sama, yakni
pengeluaran air liur. Paradigma kondioning klasik ini menjadi
paradigma bermacam-macam pembentukan tingkah laku yang
merupakan rangkaian dari satu kepada yang lain. Kondisoning
klasik ini berhubungan pula dengan susunan syaraf tak sadar serta
otot-ototnya. Dengan demikian emosional merupakan sesuatu yang
terbentuk melalui kondisioning klasik (Desmita, 2005:56)
Teori belajar pengkondisian klasik merujuk pada sejumlah
prosedur pelatihan karena satu stimulus dan rangsangan muncul
untuk menggantikan stimulus lainnya dalam mengembangkan
suatu respon.Prosedur ini disebut klasik karena prioritas historisnya
seperti dikembangkan Pavlov. Kata clasical yang mengawali nama
teori ini semata-mata dipakai untuk menghargai karya Pavlov yang
dianggap paling dahulu dibidang conditioning (upaya
pengkondisian) dan untuk membedakannya dari teori conditioning
lainnya. Perasaan orang belajar bersifat pasif karena untuk
mengadakan respon perlu adanya suatu stimulus tertentu,
sedangkan mengenai penguat menurut pavlov bahwa stimulus yang

5
tidak terkontrol (unconditioned stimulus) mempunyai hubungan
dengan penguatan. Stimulus itu yang menyebabkan adanya
pengulangan tingkah laku dan berfungsi sebagai penguat
(Zulhammi, 2015).
c) Teori belajar Operant Learning (Pembiasaan Perilaku Respon)
Selain dua model teori behavioristik di atas, muncul Burhus
Frederic Skinner (lahir tahun 1904) dengan teorinya Operant
Conditioning (Pembiasaan Perilaku Respon) yang mengadakan
eksperimen terhadap tikus (Muhibbin Syah, 2004: 99). Respon
dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus,
melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer.Reinforcer
adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya
sejumlah respon tertentu. Berdasarkan teori ini dapat disimpulkan
bahwa proses belajar tunduk kepada dua hukum, yaitu: (1) Law of
operant conditioning, yaitu jika timbulnya tingkah laku
operantdiiringi dengan stimulus reinforcer, maka kekuatan tingkah
laku tersebut akan meningkat. Artinya tingkah laku yang ingin
dibiasakan akan meningkat dan bertahan apabila ada reinforcer. (2)
Law of operant extinction, yaitu jika timbulnya tingkah laku
operant tidak diiringi dengan stimulus respon, maka kekuatan
tingkah laku tersebut akan menurun bahkan musnah. Ini bermakna
bahwa tingkah laku yang ingin dibiasakan tidak akan eksis, apabila
tidak ada reinforcer. Selain itu, Skinner juga memberikan
konsekuensi tingkah laku yaitu ada yang menyenangkan (reward)
dan tidak menyenangkan (punishment).

d) Tahap – tahap Perkembangan Behavioristik

6
Fakta penting tentang perkembangan ialah bahwa dasar
perkembangan adalah kritis , sikap , kebiasaaan dan pola perilaku yang
dibentuk selama tahun pertama, menentukan seberapa jauh individu
berhasil menyesuaikan diri dalam kehidupan mereka selanjutnya. Pola –
pola perkembangan pertama cenderung mapan tetapi bukan berarti tidak
dapat berubah. Ada 3 kondisi yang memungkingkan perubahan :

I. Perubahan dapat terjadi apabila individu memperoleh


bantuan atau bimbingan untuk membuat perubahan.
II. Perubahan cenderung terjadi apabila orang – orang yang
dihargai memperlakukan individu dengan cara yang baru
atau berbeda (kreatif dan tidak monoton)
III. Apabila ada motivasi yang kuat dari pihak individu sendiri
untuk membuat perubahan.

Dengan mengetahui bahwa dasar – dasar permulaan


perkembangan cenderung menetap , memungkinkan orangtua untuk
meramalkan perkembangan anak dimasa akan datang. Penganut aliran
lingkungan (behavioristik) yakin bahwa lingkungan yang optimal
mengakibatkan ekspresi faktor keturunan yang maksimal.

Proses perkembangan ini berlangsung secara bertahap dalam arti :

I. Bahwa perubahan yang terjadi bersifat maju meningkat atau


mendalam atau meluas secara kualitatif maupun kuantitatif.
II. Bahwa perubahan yang terjadi antar bagian dan atau fungsi
organisme itu terdapat interpensi sebagai kesatuan integral
yang harmonis.
III. Bahwa perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu
berlangsung secara beraturan dan tidak kebetulan dan
meloncat – loncat

7
e) Aplikasi Teori Behavioristik dan ciri –ciri terhadap pembelajaran
1. Aplikasi Teori Behavioristik
- Mementingkan pengaruh lingkungan
- Mementingkan bagian – bagian
- Mementingkan peranan reaksi
- Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar
melalui prosedur stimulus respons
- Mementingkan peranan kemampuan yang telah terbentuk
sebelumnya
- Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan
pengulangan
- Hasil belajar yang dicapai ialah munuclnya perilaku yang
diinginkan
2. Ciri – ciri teori Behavioristik
Pertama, aliran ini mempelajari perbuatan manusia
bukan dari kesadarannya, melainkan mengamati perbuatan dan
tingkah laku yang berdasarkan kenyataan. Pengalaman –
pengalaman batin di kesampingkan serta gerak – gerak pada
badan yang dipelajari. Oleh sebab ini , behaviorisme adalah ilmu
jiwa tanpa jiwa. Kedua, segala perbuatan dikembalikan kepada
refleks. Behaviorisme mencari unsur – unsur yang paling
sederhana yakni perbuatan – perbuatan bukan kesadaran yang
dinamakan refleks. Refleks adalah reaksi yang tidak disadari
terhadap suatu pengarang. Manusia dianggap sesuatu yang
kompleks refleks atau suatu mesin. Ketiga, behaviorisme
berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan semua orang adalah
sama. Menurut behaviorisme pendidikan adalah maha kuasa,
manusia hanya makhluk yang berkembang karena kebiasaan –

8
kebiasaan dan pendidikan dapat mempengaruhi reflek keinginan
hati.3
B. Teori Belajar Kognitif
a. Pengertian
Teori belajar kognitif tentu berbeda dengan teori belajar
behaviorstik. Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar
daripada hasil belajarnya. Para penganut aliran kognitif mengatakan
bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan
respon. Jika teori belajar behavioristik mempelajari proses belajar
sebagai hubungan stimulus-respon, teori belajar kognitif merupakan
suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai modal perseptual.
Teori belajar kognitif memandang bahwa tingkah laku seseorang
ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang
berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan
presepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai
tingkah laku yang nampak.
Menurut teori kognitif, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri
seseorang melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan
lingkungan. Proses ini tidak terpisah – pisah , tapi melalui proses yang
mengalir, bersambung dan menyeluruh. Menurut psikologi kognitif,
belajar dipandang sebagai usaha untuk mengerti sesuatu. Usaha itu
dilakukan secara aktif oleh peserta didik, keaktifan itu dapat berupa
mencari pengalaman, mencari informasi, memecahkan masalah ,
mencermati lingkungan . memperaktekkan sesuatu untuk mencapai
tujuan tertentu.
b. Positif dan Negatif Teori Kognitif dalam pembelajaran

3
Novi Irwan Nahar. Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam Proses Pembelajaran. Desember
2016. Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial Vol. 1. Hlm 4-5

9
Setiap teori pembelajaran pasti di bandingkan dengan teori
pembelajaran yang lain. Selain itu setiap teori pembelajaran juga
melengkapi dan menambah dari kekurangan teori – teori pembelajaran
yang telah diungkapkan oleh para ahli sebelumnya.
Teori pembelajaran kognitif memiliki kelebihan sebagai berikut :
- Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri
- Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih
mudah
- Sebagian besar dalam kurikulum pendidikan negara
Indonesia lebih menekankan pada teori kognitif yang
mengutamakan pada pengembangan pengetahuan yang
dimiliki pada setiap individu
- Pada metide pembelajaran kognitif pendidik hanya perlu
memberikan dasar – dasar dari materi yang diajarkan untuk
pengembangan dan kelanjutannya diserahkan pada peserta
didik, Pendidik hanya perlu memantau dan menjelaskan dari
alur pengembangan materi yang telah diberikan
- Dengan menerapkan teori ini maka pendidik dapat
memaksimalkan ingatan yang dimiliki oleh peserta didik
untuk mengingat semua materi – materi yang diberikan
karena pada pembelajaran kognitid salah satunya
menekankan pada daya ingat peserta didik untuk selalu
mengingat akan materi -mater– yang telah diberikan

Negatif dari teori kognitif :

- Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkah pendidikan ,


sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut
- Pada dasarnya teori kognitif ini lebih menekankan pada
kemampuan ingatan peserta didik, dan kemampuan ingatan

10
masing – masing peserta didik , sehingga kelemahan yang
terjadi di sini adalah selalu mengganggap semua peserta
didik ini mempunyai kemampuan daya ingat yang sama dan
tidak di beda – bedakan
- Adakalanya juga dalam metode ini tidak memperhatikan
cara peserta didik dalam mengeksplorasi atau
mengembangkan pengetahuan dan cara – cara peserta didik
memiliki cara yang berbeda
- Apabila dalam pengajaran hanya menggunakan metode ini ,
maka dipastikan peserta didik tidak akan mengerti
sepenuhnya materi yang diberikan
- Jika dalam sekolah kejuruan hanya menggunakan metode
kognitif tanpa adanya metode pembelajaran tanpa adanya
metode pembelajaran lain maka peserta didik akan kesulitan
dalam praktek kegiatan atau materi
c. Teori Kognitif dalam kegiatan pembelajaran
Hakikat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu
aktivitas belajar yang berkaitan dengan penataan informasi ,
reorganisasi perceptual , dan proses internal. Kegiatan pembelajaran
yang berpihak pada teori belajar kognitif ini sudah banyak digunakan.
Dalam menemukan tujuan pembelajaran , mengembangkan strategi dan
tujuan pembelajaran , tidak lagi mekanistik sebagaimana yang
dilakukan dalam pendekatan behavioristik. Kebebasan dan keterlibatan
siswa secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan , agar
belajar lebih bermakna bagi siswa. Sedangkan kegiatan
pembelajarannya mengikuti prinsip – prinsip sebagai berikut :
- Siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam
proses berfikirnya. Mereka mengalami perkembangan
kognitif melalui tahap – tahap tertentu.

11
- Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat
belajar dengan baik terutama jika mendengarkan benda –
benda kongrit.
- Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat
dipentingkan , karena hanya dengan mengaktifkan siswa
maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan
pengalaman dapat terjadi dengan baik.
- Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi pada
mengkaitkan pengalaman atau informasi baru dengan
struktu kognitif yang telah memiliki si belajar.
- Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi
pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika
tertentu , dari sederhana ke kompleks.
- Belajar memahami dan lebih bermakna daripada belajar
menghafal.
- Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu
diperhatikan karena faktor ini sangat mempengaruhi
keberhasilan belajar siswa.
C. Teori Belajar Social Learning
a. Pengertian
teori adalah pendapat yang didasarkan pada penelitian dan
penemuan, di dukung oleh data dan argumentasi. Teori juga diartikan
serangkaian bagian atau variabel , definisi , dan dalil yang saling
berhuungan. Menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenal
fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel , dengan
maksud menjelaskan fenomena alamiah.4 Sedangkan, pembelajaran

4
John W Creswell , Research Design : Qualitative and Quantitative Approach ( London :
Sage ,1998), h.120

12
sosial merupakan salah satu teori belajar dalam pendidikan dari ssitem
banyaknya teori yang muncul.
Jadi, dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan teori
pembelajaran sosial adalah pembelajaran yang tercipta ketika seseorang
mengamati dan meniru perilaku orang lain. Dengan kata lain , informasi
di dapatkan dengan cara memperhatikan kejadian – kejadian di
lingkungan sekitar5.
Prinsip dasar pembelajaran menurut teori ini , bahwa yang
dipelajari individu terutama dalam pembelajaran sosial dan moral
terjadi melalui peniruan dan penyajian contoh perilaku. Dalam hal ini
seseorang belajar mengubah perilakunya sendiri melalui penyaksian
cara orang atau sekelompok orang merespon sebuah stimulus tertentu.
Seseorang juga dapat mempelajari respon – respon baru dengan cara
pengamatan terhadap perilaku contoh dari orang lain.
Teori pemeblajaran sosial terkenal dengan sebutan observation
learning. Tokoh atau penggagas teori ini adalah Albert Bandura.
Bandura memandang tingkah laku manusia bukan seamata – mata
refleks otomatis dan stimulus , melainkan juga akibat reaksi yang timbul
sebagai hasil interaksi antara lingkingan dengan skema kognitif
manusia itu sendiri.
b. Konsep Pembelajaran Sosial Albert Bandura
Secara umum , teori ini menyatakan bahwa manusia bukanlah seperti
robot yang tidak mempunyai pikiran dan menurut saja dengan kehendak
pembuatnya. Namun, manusia mempunyai otak yang dapat berpikir ,
menalar , dan menilai , atau membandingkan sesuatu , sehingga dapat
memilih arah bagi dirinya. Bandura meneliti beberapa kasusu , salah

5
B.R. Hergenhanhn dan Matthew H. Olson , Theories of Learning, Edisi VII ( Cet. VI;Jakarta
Kencana, 2017), h.356

13
satunya kenakalan remaja. Menurutnya lingkungan memang
membentuk perilaku dan perilaku membentuk lingkungan. Jadi , dapat
dipahami dari konsep Bandura ini bahwa lingkungan dan perilaku
seseorang saling mempengarruhi satu sama lain. Selain aspek perilaku
dan lingkungan juga di pengaruhi kognitif seseorang. Karena itu , dia
menyatakan lebih lanjut dalam konsepnya aspek perilaku , lingkungan
serta kognitif saling berhubungan dan mempengaruhi belajar.
Perilaku , lingkungan dan faktor kognitif berinteraksi untuk
mempengaruhi belajar. Mereka mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
satu sama lain. Sebagai contoh, umpan baik guru dapat mengarahkan
peserta didik untuk menetapkan tujuan yang lebih tunggu dan tujuan ini
akan memotivasi siswa untuk menempatkan lebih banyak upaya dalam
studi mereka.
D. Teori Belajar Quantum Learning
a. Pengertian
Menurut De Porter dkk, metode pembelajaran Quantum
Learning adalah suatu pengetahuan dan metodologi belajar yang
menciptakan lingkungan belajar yang efektif , merancang kurikulum ,
menyampaikan ini dan stratrgi belajar untuk memudahkan proses
belajar mengajar yang berhasil dan efektif. Metode ini telah digunakan
dan dikembangkan dalam pembelajaran yang terletak di Kirkwood
Meadows, Negara bagian California, Amerika Serikat. Pembelajaran
Quantum Learning membantu meningkatkan keberhasilan hidup dan
karier para remaja dirumah, dan dapat meraih keberhasilan lebih tinggi
di sekolah.
Metode pembelajaran Quantum Learning merupakan salah satu
pendekatan pembelajaran yang dilakukan dengan adanya pengubahan
bermacam – macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar situasi
belajar. Interaksi antar komponen pendidikan akan mengubah

14
kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi kesuksesan belajar yang
bermanfaat bagi dirnya sendiri maupun lingkungannya.6
Dalam proses pembelajarannya, metode ini mendasarkan pada
pengkondisian kognisi dalam konteks dunia nyata. Sri Anitah W dan
Noerhadi, pengkondisiannya dalam konteks dunia nyata diartikan
bahwa :
- tugas tidak terpisah – pisah, namun merupakan bagian dari
konteks yang lebih luas. Guru berperan menciptakan
pemahaman yang menunjukkan konteks yang lebih luas ,
yang relevan dengan masalah yang dihadapi.
- Keriilan konteks lebih banyak mengacu pada tugas – tugas
pebelajar berdasarkan informasi dan lingkungan sekitar.
- Konteks lingkungan sangat penting karena pengembangan
lingkungan belajar mampu merangsang dan meningkatkan
partisipasi aktif siswa dalam pembentukan pengertian dan
konsep.
b. Prinsip-prinsip Pembelajaran Quantum Learning

Menurut DePorter (2013: 48), Prinsip-prinsip pembelajaran


quantum memiliki lima prinsip, atau kebenaran tetap, serupa dengan
asas utama pembelajaran quantum “Bawalah dunia mereka ke dalam
dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dalam dunia mereka”. Prinsip ini
mempengaruhi seluruh aspek pembelajaran quantum, prinsip tersebut
adalah:

- Segalanya Berbicara
Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh
guru (tatapan mata, gerakan tangan dan sebagainya), kertas

6
De Porter, Reardon & Siger Nourie, Quantum Teaching, (Bandung : Kaifa,2005),5

15
yang dibagikan, rancangan pelajaran, alat bantu mengajar
semuanya mengirim pesan tentang belajar.
- Segalanya Bertujuan
Semua yang terjadi dalam pengetahuan anda mempunyai
tujuan semuanya.
- Pengalaman sebelum Pemberian nama
Otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan
kompleks, yang akan menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh
karena itu, proses belajar paling baik terjadi ketika siswa
telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh
nama untuk apa yang mereka pelajari.
- Akui Setiap Usaha
Belajar mengandung resiko. Belajar berarti melangkah
keluar dari kenyamanan. Pada saat mengambil langkah ini,
mereka patut mendapatkan pengakuan atas kecakapan dan
kepercayaan diri mereka.
- Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan
Perayaan adalah sarapan pelajar juara. Perayaan
memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan
meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar.
c. Keuntungan dan Kelemahan Model Pembelajaran Quantum
Learning
o Keuntungan Model Pembelajaran Quantum Learning

Menurut Shoimin (2014: 145) model quantum learning memiliki


keuntungan sebagai berikut:

- Dapat membimbing peserta didik ke arah berpikir yang sama dalam satu
saluran pikiran yang sama.

16
- Karena quantum learning lebih melibatkan siswa, saat proses
pembelajaran perhatian murid dapat dipusatkan kepada hal-hal yang
dianggap penting oleh guru sehingga hal yang penting itu dapat diamati
secara teliti.

- Karena gerakan dan proses dipertunjukkan maka tidak memerlukan


keterangan-keterangan yang banyak.

- Proses pembelajaran menjadi lebih nyaman dan menyenangkan.

- Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan, antara teori


dengan kenyataan, dan dapat mencoba melakukannya

sendiri.

- Karena model pembelajaran quantum learning membutuhkan


kreativitas dari seorang guru untuk merangsang keinginan bawaan siswa
untuk belajar, secara tidak langsung guru terbiasa untuk berfikir kreatif
setiap harinya.

- Pelajaran yang diberikan oleh guru mudah diterima atau

dimengerti oleh siswa.


o Kelemahan Model Pembelajaran Quantum Learning

- Menurut Huda (2013: 196) pembelajaran quantum tidak berarti

lepas dari beberapa kelemahan, antara lain:

- Memerlukan dan menuntut keahlian dan keterampilan guru lebih

khusus.

17
- Memerlukan proses perancang dan persiapan pembelajaran yang cukup

matang dan terancang dengan cara yang lebih baik.

- Tidak semua kelas memiliki sumber belajar, alat belajar, dan fasilitas

yang dijadikan prasyarat dalam Quantum Learning, selain juga karena

pembelajaran ini juga menuntut situasi dan kondisi serta waktu yang

lebih banyak.

18
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara

pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan

metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.

Teori belajar behavioristik adalah sebauh teori yang dianut oleh Gage

dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

Teori belajar kognitif adalah teori yang menggambarkan bahwa belajar

adalah aktivitas internal yang terdiri dari beberapa proses , seperti pemahaman

, mengingat , mengolah informasi , problem solving . analisis , prediksi , dan

perasaan.

Teori belajar social learning adalah sebuah teori yang relatif masih baru

dibandingkan dengan teori – teori belajar lainnya. Sosial learning adalah belajar

melalui interaksi dengan komunikasi ahli dan sesama peserta didik.

Quantum learning adalah teori belajar yang mengajak siswa belajar

dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan , sehingga siswa akan

lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya.

B. Saran

19
DAFTAR PUSTAKA

De Porter, Reardon & Siger Nourie, Quantum Teaching, (Bandung :


Kaifa,2005)

Jurnal Pendidikan dan Studi Islam Volume. 4, Number. 1, March 2018

Eni Fariyatul, Istikomah. Pskologi Belajar & Mengajar. Sidoarjo. Nizamia


Learning Center. 2016.

Novi Irwan Nahar. Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam Proses


Pembelajaran. Desember 2016. Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial Vol. 1

John W Creswell , Research Design : Qualitative and Quantitative Approach


( London : Sage ,1998)

B.R. Hergenhanhn dan Matthew H. Olson , Theories of Learning, Edisi VII (


Cet. VI;Jakarta Kencana, 2017)

20

Anda mungkin juga menyukai