Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“IBADAH SHALAT”
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
“Fiqh”
Dosen Pengampuh:

ALIAS, S.H.I

Oleh: Kelompok III


Armansyah
NIM: 20.26.0101.1310
Dewi Suryaningsih
NIM: 20.26.0101.1312

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)


IBNU KHALDUN NUNUKAN
2022 M / 1443 H
Kata Pengantar

‫الرحِ يْم‬
ّ ‫الرحْ َم ِن‬ ِ ّ ‫ِِ ِبس ِْم‬
ّ ‫َللا‬
َ ْ‫ص ٰلوة َ كَان َت‬
ً‫علَى ْال ُمؤْ مِ نِيْنَ ِك ٰتبًا َّم ْوقُ ْوت‬ َّ ‫ا َِّن ال‬
"Sungguh, shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas
orang-orang yang beriman." (QS. An Nisa: 103)

Ayat di atas adalah salah satu dari sekian banyaknya ayat yang
memerintahkan kita sebagai umat muslim untuk melaksanakan perintah Allah
seklaigus mengokohkan risalah Islam yang dibawa oleh sang pemberi syafaat di
hari akhir kelak. Rasulullah Muhammad SAW sebagai uswatun hasanah telah
meninggalkan sebuah pusaka, yakni sebuah petunjuk tentang risalah-risalah
kehidupan yang tak ternilai harganya.

Tentunya kita sebagai manusia yang menghambakan diri seyokyanya sadar


bahwa hakikat manusia di ciptakan di muka bumi ini selain menjadi khalifah juga
di tuntut untuk senantiasa menjalankan segala perintah serta menjauhi segala apa
yang di larang-Nya.

Akhirnya sebagai penulis hanya dapat berpesan kepada kita semua bahwa
kekuatan umat islam yang sesungguhnya adalah tergantung pada shalatnya,
identitas seorang muslim terdapat pada shalat. Segala perbuatan mungkar dapat di
cegah dengan shalat.

Nunukan, 18 Maret 2022

Tim Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ................................................................................................... i


Daftar Isi ............................................................................................................ ii
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 4
BAB II ................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ................................................................................................. 5
A. Shalat.......................................................................................................... 5
B. Dalil-Dalil Tentang Shalat ......................................................................... 9
C. Syarat-syarat diwajibkannya shalat ....................................................... 14
BAB III ............................................................................................................. 16
PENUTUP ........................................................................................................ 16
A. Kesimpulan .............................................................................................. 16
Daftar Pustaka ................................................................................................. 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Shalat lima waktu merupakan latihan pembinaan disiplin pribadi,
untuk secara teratur dan terus menerus melaksanakannya pada waktu yang
ditentukan dan sesuai dengan rukunnya sehingga akan terbentuk kedisiplinan
pada diri individu tersebut1. Keterangan di atas menunjukkan bahwa
pentingnya menunaikan shalat lima waktu, maka dibutuhkan peranan orang tua
dalam memotivasi anak agar bisa mengamalkan shalat lima waktu terutama
sejak anak masih kecil. Sebagai orang tua tentu bertanggung jawab atas shalat
putra dan putrinya dan hendaknya berlaku tegas sebagaimana diajarkan oleh
Rasulullah SAW dalam mendidik anak untuk melaksanakan shalat. Ibadah
shalat tidak dapat dilakukan begitu saja, melainkan harus dipelajari tata cara
dan praktiknya sebagaimana yang telah Rasulullah SAW contohkan. Sebagai
orang tua dalam membimbing anak agar mampu dan mau melaksanakan shalat
dengan benar, Rasulullah SAW telah memerintahkan “didiklah anak-anakmu
shalat sejak berumur 7 tahun, dan pukullah setelah 10 tahun”. Perintah
Rasulullah SAW ini memiliki maksud agar dalam mendidik anak tidak secara
instant, melainkan bertahap, kontinyu dan konsisten dari umur 7 tahun. Usia 7
tahun bagi anak merupakan golden age dimana anak memiliki kepekaan untuk
meniru dan mencontoh apa yang ia lihat

Ibadah shalat tidak dapat dilakukan begitu saja, melainkan harus


dipelajari tata cara dan praktiknya sebagaimana yang telah Rasulullah SAW
contohkan. Sebagai orang tua dalam membimbing anak agar mampu dan mau
melaksanakan shalat dengan benar, Rasulullah SAW telah memerintahkan
“didiklah anak-anakmu shalat sejak berumur 7 tahun, dan pukullah setelah 10
tahun”. Perintah Rasulullah SAW ini memiliki maksud agar dalam mendidik
anak tidak secara instant, melainkan bertahap, kontinyu dan konsisten dari

1
Zakiyah Daradjat dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Grafindo, 2004), hal. 37.

1
2

umur 7 tahun. Usia 7 tahun bagi anak merupakan golden age dimana anak
memiliki kepekaan untuk meniru dan mencontoh apa yang ia lihat dan dengar.
Hal ini sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW agar tegas dalam memerintah
anak untuk melaksanakan shalat. Sabda Nabi SAW:

‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬،‫عن عبد هللا بن عمر رضي هللا عنه قال‬:

َ ‫علَ ْي َها َوهُ ْم أ َ ْبنَا ُء‬


‫ َوفَ ِ ِّرقُ ْوا بَ ْينَ ُه ْم فِي‬، َ‫ع ْش ِر ِسنِيْن‬ َ ‫ص ََلةِ َوهُ ْم أ َ ْبنَا ُء‬
َ ‫ َواض ِْرب ُْوهُ ْم‬، َ‫سبْعِ ِسنِيْن‬ ّ ‫ُم ُر ْوا أ َ ْو ََلدَكُ ْم بِال‬
‫اجع‬
ِ ِ ‫ض‬ َ ‫ْال َم‬

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu anhu , ia berkata, "Rasûlullâh


Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Suruhlah anak kalian shalat ketika berumur tujuh tahun! Dan pukullah mereka
ketika berusia sepuluh tahun (jika mereka meninggalkan shalat)! Dan
pisahkanlah tempat tidur mereka (antara anak laki-laki dan anak perempuan)!
(Hadits ini hasan. Diriwayatkan oleh Abu Dawud, no. 495; Ahmad, II/180,
187; Al-Hakim, I/197)2

Maka orang tua bertanggung jawab untuk mendidik putra-putrinya


shalat sejak masih kecil, apabila dibimbing shalat secara konsisten Insya Allah
anak akan dapat melaksanakan shalat dengan baik dan benar dengan penuh
kesadaran. Namun apabila sudah dibimbing sejak kecil perlu adanya evaluasi
dan refleksi untuk melakukan tindakan yang lebih tegas, kalau perlu dipaksa
bahkan memukulnya sehingga jangan sampai anak belum mampu dan mau
shalat saat memasuki masa aqil baligh. Karena setelah baligh anak sudah harus
bertanggung jawab sendiri atas amal ibadahnya sendiri.

Kewajiban orang tua adalah memerintahkan anaknya untuk shalat.


Perintah ini tentunya dapat dilaksanakan manakala terlebih dahulu orang tua
mengajarkan anaknya bagaimana beribadah yang benar. Setelah ia
mengajarkan, maka kewajiban berikutnya adalah memerintahkan anaknya

2
https://galamedia.pikiran-rakyat.com/humaniora/pr-352121565/hadist-hari-ini-perintah-
kepada-anak-anak-untuk-mendirikan-shalat
3

shalat dan mengontrolnya. Anak perlu disiplin dalam ibadahnya, meskipun


setiap kali masuk waktu shalat orang tua harus memberi perintah kepada
anaknya untuk mengerjakan shalat 3.

Mendisiplinkan anak dalam urusan ibadah merupakan kewajiban


orang tua. Kontrol yang sungguh-sungguh akan membantu menyadarkan anak
untuk melakukan kebiasaan dalam beribadah, misalnya tepat waktu dalam
beribadah. Kalaupun anak menolak, orang tua diberikan kewenangan untuk
melakukan tindakan yang lebih tegas terhadap penolakan anaknya karena
shalat merupakan ibadah yang tidak bisa ditawar-tawar. Shalat harus dilakukan
dengan disiplin, sesuai waktunya, sesuai rukunnya dan sesuai dengan apa yang
diajarkan oleh Rasulullah SAW.

Kontrol yang dilakukan orang tua melalui pendidikan ibadah shalat


berfungsi menumbuhkan kesadaran shalat anak, maka dari itu dalam hal ini
dibutuhkan kegiatan yang nyata seperti efektifitas pendidikan agama Islam itu
sendiri pada aspek ibadah shalat. Efektifitas berarti menunjukkan tercapainya
satu tujuan, karna suatu usaha dikatakan efektif apabila usaha itu mencapai
tujuannya4

Ibadah shalat adalah sebagai sarana penghubung antara hamba dengan


Tuhannya. Mendirikan shalat berarti mencerminkan keimanan sebagai tanda
syiar agama dan tanda syukur kepada Allah. Meninggalkan shalat berarti
memutuskan tali penghubung dengan Allah SWT, maka akan tertutupnya
rahmat dari-Nya, terhentinya pengaliran nikmat-nikmat-Nya, terhentinya
uluran kebaikan-Nya dan berarti juga mengingkari fadhol (keutamaan) dan
kebesaran Allah SWT 5. Di dalam al-Qur’an sendiri banyak ayat-ayah yang
diturunkan Allah yang memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk
melaksanakan sholat, serta di perjelas oleh hadist-hadist Rasulullah

3
Asadullah Al-Faruq, Gantungkan Cambuk di Rumahmu: Seni Mendisiplinkan Anak
Menurut Resep Nabi, (Solo: Nabawi Publishing, 2012), hal. 64.
4
Hasan Sadily, Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta: Ikhtiar Baru-Van Hoeve), Jilid 2, h. 883.
5
Al Syaikh Muhammad Mahmud al-Shawaf, pengajaran Shalat Lengkap, (Semarang: Dina
Utama Semarang, 1995), hal. 12.
4

Muhammad SAW. Melaksanakan sholat tidak serta merta dilakukan begitu


saja, terdapat beberapa syarat-syarat sahnya dalam melaksanakan sholat yaitu
orang Islam, Baliqh, Berakal sehat, terbebas dari hadas/najis besar maupun
kecil serta syarat-syarat lain yang harus dipenuhi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan diatas maka
muncul pokok-pokok masalah dalam penulisan ini.

1. apakah yang di maksud dengan sholat?


2. apakah ada dalil-dalil tentang sholat?
3. apa saja syarat-syarat diwajibkannya sholat?

C. Tujuan Penulisan
Setelah melihat dan memperhatikan rumusan masalah yang
dipaparkan diatas, maka tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui tentang pengertian sholat.


2. Untuk mengetahui serta mengenal dalil-dalil tentang shalat.
3. Untuk mengetahui syarat-syarat di wajibkannya shalat.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Shalat
a. Pengertian shalat menurut bahasa

Shalat adalah pendakian orang-orang beriman serta doa orang-orang


shaleh. Shalat memungkinkan akal terhubung secara langsung dengan sang
Pencipta, menghindarkan seluruh kepentingan personal dengan material. Hal
itu menyelamatkan diri dengan menghancurkan depresi serta menghapus
kegelisahan. Shalat adalah media terbesar untuk menghubungkan seorang
hamba dengan Tuhannya. Shalat juga menjadi wasilah (perantara) yang sangat
penting untuk membentuk tameng agama bagi seorang anak. 6

Menurut bahasa kata sholat berasal dari kata shollaa, yusholli,


tashliyatan, sholatun, yang berarti rahmat dan doa. Makna shalat dalam syariat
adalah peribadatan kepada Allah SWT dengan ucapan dan perbuatan yang
telah diketahui, diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam, disertai
syarat-syarat yang khusus dan dengan niat. Syekh Najmuddin Amin Al Kurdi
dalam Tanwirul Qulub-nya menggarisbawahi bahwa kedudukan sholat
menempati posisi ibadah fisik yang paling utama dibanding ibadahibadah
lainnya.

Sholat merupakan pilar agama yang menduduki peringkat kedua


setelah syahadat. Shalat merupakan pondasi terbaik bagi setiap amal kebaikan
di dunia serta rahmat dan kemulian bagi kehidupan mendatang. Sholat adalah
salah satu ibadah mahdloh yang pertama kali diwajibkan oleh Allah. Dalam
struktur bangunan ajaran Islam, sholat disebut sebagai tiang agama. Sabda
Rasul saw:

6
Jamal Abdul Hadi, dkk, Menuntun Buah Hati Menuju Surga, Penerjemah, Abdul Hadid,
Cet.1, (Surakarta: Era Intermedia, 2005), hal. 95.

5
6

”Sholat adalah tiang agama, maka barang siapa yang menegakannya berarti
menegakan sholat agama, dan barang siapa yang meninggalkannya berarti
meruntuhkan agama.” (HR. Baihaqi dari Umar ra).

(al Sholat-u ’imad-u ’I-din), dimana ia menjadi faktor signifikan


berdirinya bangunan Islam. Dalam perspektif ini seorang Mukmin yang tidak
menjalankan sholat bahkan disebut sebagai telah meruntuhan bangunan Islam
(hadama ”I-din). Dalam perspektif way of life seorang muslim, sholat adalah
tugas hidup, bukan tujuan. Bahwa sholat yang didirikan oleh seorang mukmin
memberikan dampak out-put positif bagi lingkungan sekitarnya. Kehadirannya
mendamaikan individu-individu lainya.

Sesungguhnya sholat (do’a) mu itu (menumbuhkan) ketentraman jiwa bagi


mereka” Q.S. At Taubah, (9):103

Hakikat sholat adalah hubungan mahluk dan Khaliq (Tuhan), dan


berdialog dengan Allah, yang tidak mungkin dilaksanakan dengan kelalaian.
Sholat sebuah sarana untuk mengalahkan kekuatan hawa nafsu yang begitu
dasyat menggoda jiwa manusia. Jika kita melaksanakan sholat dengan benar
maka manusia mampu melakukan pembicaraan (komunikasi) dengan baik
terhadap Khaliqnya, sebaliknya jika dilakukan dengan kelalaian yang terjadi
adalah ketidaksempurnaan. Tidak terjalin komunikasi intens antara ucapan
mulut dengan isi hati.7

Menurut Hasbi Ash Shiddieqy pengertian shalat membagikan menjadi


beberapa macam, yaitu: a) Ta‟rif yang menggambarkan shuratush shalat atau
rupa shalat yang lahir. b) Ta‟rif shalat yang dikehendaki syara‟ sebagai nama
bagi ibadah yang menjadi tiang agama Islam. c) Ta‟rif yang melukiskan
haqiqatush shalat atau sirr (hakikat shalat). d) Ta‟rif yang menggambarkan
ruhush shalat (jiwa shalat). e) Ta‟rif yang meliputi rupa, hakikat dan jiwa
shalat yaitu berhadap hati (jiwa) kepada Allah Swt, menimbulkan rasa takut,

7
Drs. Sazali., M.Si. Signifikansi Ibadah Sholat Dalam Pembentukan Kesehatan Jasmani
dan Rohani, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Nasional, JURNAL ILMU DAN
BUDAYA VOLUME : 40, No. 52, JULI/2016 (online)
7

menumbuhkan rasa kebesaran-Nya dan kekuasaan-Nya dengan penuh khusyu‟


dan ikhlas di dalam seluruh ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir,
di sudahi dengan salam. 8

Dalam struktur syariat Islam, sholat merupakan kewajiban yang harus


dilakukan oleh kaum mukmin (inna l-sholat kanat ’ala ’l-mu’min kitaban
mawquta (Q.S An-Nissa, 4:103). Sebagai kewajiban yang bersifat sentral,
sholat tidak cukup dikerjakan sekal-kali, tetapi bersistem sepanjang hidup
manusia. Oleh karena itu perintah sholat bukan untuk mengerjakan, tetapi
mendirian sholat (’aqim al-sholat), yakni mengerjakan dengan mengikuti
sistemnya. Jika sholat dikerjakan dengan mengikuti sistemnya, maka ia akan
berfungsi bagi yang mengerjakannya, seperti maksud syariat sholat. Jika sholat
hanya dikerjakan tanpa mengikuti sistemnya maka yang tertinggal hanya
bentuk ritual sholat yang tidak relevan dengan fungsinya. Sholat lima waktu
merupakan kewajiban, tugas wajib atau modal dasar, oleh karena itu sholat
lima waktu tidak dimaksud untuk apa-apa selain mematuhi kewajiban atau
tugas. Untuk mencari nilai plus hubungan manusia dengan Tuhan, misalnya
ingin dekat dekat dengan Allah, maka pendekatannya melalui sholat sunnah
(nawafil).

Sebagai bagian dari ketentuan syariat tertua, sholat secara maknawi


menghimpun sebahagian besar ritual ibadah lainnya. Hal ini dapat merujuk
pada pandangan Syekh Abdullah dalam Tanqih Al Qaul-nya Syekh Nawawi
Al Bantani, yang dikutip oleh ustazd Qosim Arsyadani dalam tulisannya
Urgensi Sholat pada kumpulan tulisan Memahami Islam, bahwa sholat adalah
energi bathin, yang terhimpun segala nilai ibadah lainnya. Sholat bermakna
haji. Ibadah Haji disekitar ka’bah, sedangkan sholat harus menghadap ka’bah.
Secara simbolik seseorang yang sholat begitu dekat dengan ka’bah dalam
munajat-munajatnya.

8
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Shalat..., hal. 40-41.
8

Selanjutnya sholat bermakna puasa. Puasa adalah menahan makan dan


minum. Seseorang yang mendirikan sholat sejatinya juga bernilai puasa. Juga
sholat bermakna jihad, bahkan lebih tinggi dari jihad yang diartikan perang.
Dalam perang Jihad seseorang berhadapan dengan jumlah musuh yang tampak
di mata, sementara dalam sholat seseorang berhadapan dengan musuh tidak
nampak, dirinya sendiri dan syetan sang penggoda.

Ibadah yang satu ini memiliki banyak faedah yang tak terbatas, baik
dari sisi agama maupun dunia. Ibadah ini sangat bermanfaat bagi kesehatan,
memberi dampak positif dalam hubungan kemasyarakatan dan keteraturan
hidup. Di dalamnya pun tercakup banyak macam ibadah. Selain doa, di
dalamnya terdapat dzikrullah, ada tilawah Al-Qur`an, berdiri di hadapan Allah
subhanahu wa ta’ala, ruku’, sujud, tasbih dan takbir. Karenanya, shalat
merupakan induk ibadah badaniyyah (ibadah yang dilakukan oleh tubuh).

Secara fitrah manusia menginginkan ketenangan hidup. Peluang itu


sebenarnya bisa diraih kapan saja tanpa harus bersusah payah mencari sesuatu
yang berharga mahal untuk memenuhinya. Potensi itu sebenarnya ada dalam
diri kita sendiri, persoalannya adalah apakah kita mau untuk mengoptimalkan
apa yang telah dinugerahi yang Maha Kuasa tersebut. Jiwa sebagai ruang yang
membutuhkan ketenangan mendambakan sebuah komunikasi spiritual yang
intensif yang disebut Sholat.9

b. Pengertian shalat menurut istilah

Makna sholat secara istilah fiqhiyah adalah dimulai dengan takbiratul


ihram dan diakhiri dengan bacaan salam. Para ulama juga mendefinisikan
shalat menurut istilah dalam ilmu syariah. “Serangkaian ucapan dan gerakan
yang tertentu yang dimulai dengan takbir dan di akhiri dengan salam,
dikerjakan dengan niat dan syarat-syarat tertentu”

Definisi secara syar'i juga tertulis dalam surat An Nisa ayat 103 yang berbunyi:

9
Ibid
9

‫علَ ٰى ُجنُوبِكُ ْم ۚ فَإِذَا‬ َ ّ ‫ص ََلة َ َفاذْكُ ُروا‬


َ ‫َللا قِيَا ًما َوقُعُودًا َو‬ ّ ‫ض ْيت ُ ُم ال‬
َ َ‫فَإِذَا ق‬
‫علَى ْال ُمؤْ ِمنِينَ ِكت َابًا‬ َ ‫َت‬ْ ‫ص ََلة َ كَان‬ ّ ‫اط َمأْنَ ْنت ُ ْم فَأَقِي ُموا ال‬
ّ ‫ص ََلة َ ۚ إِ ّن ال‬ ْ
‫َم ْوقُوتًا‬

Artinya: "Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu),


ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring.
Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu
(sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan
waktunya atas orang-orang yang beriman."10

B. Dalil-Dalil Tentang Shalat


Kewajiban shalat banyak tertera dalam Al-Qur‟an dan Hadis Nabi
Saw, kewajiban shalat terhadap umat muslim sudah tidak diragukan lagi, shalat
perintah langsung dari Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw. Shalat juga
termasuk dalam ibadah Mahdhah, ibadah yang berhubungan dengan Allah Swt.
Dalil-dalil tentang kewajiban shalat diantaranya Firman Allah Swt dalam Al-
Qur‟an dalam Surat Al-Baqarah: 43, Al-Ankabut: 45, Al-Baqarah : 238 dan
An-Nisaa‟: 103.

QS. Al-Baqarah (2): 4311

‫الر ِكع ِۡي‬ ّ ‫ص ٰلوة َ َو ٰاتُوا‬


ّٰ ‫الز ٰكوة َ َو ۡار َكعُ ۡوا َم َع‬ ّ ‫َواَق ِۡي ُموا ال‬

Dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta


orang yang rukuk.

10
https://www.detik.com/edu/detikpedia/ (online)
11
Tafsir Setelah mengajak Bani Israil untuk memeluk Islam dan meninggalkan
kesesatan, perintah utama yang disampaikan kepada mereka setelah larangan di atas adalah
perintah untuk melaksanakan salat. Dan laksanakanlah salat untuk memohon petunjuk dan
pertolongan Allah, tunaikanlah zakat untuk menyucikan hatimu dan menyatakan syukur
kepada-Nya atas segala nikmat-Nya, dan rukuklah beserta orang yang rukuk, yakni kaum
muslim yang beriman dan mengikuti ajaran Nabi Muhammad . Penambahan perintah untuk
rukuk setelah ada perintah untuk melaksanakan salat itu mengisyaratkan ajakan agar mereka
memeluk Islam dan melaksanakan salat seperti salatnya umat Islam. Dalam tata cara salat orang
Yahudi tidak dikenal gerakan rukuk.
10

Pada ayat ini terdapat tiga macam perintah Allah yang ditujukan kepada Bani
Israil, ialah:

1.Agar mereka melaksanakan salat setiap waktu dengan cara yang sebaik-
baiknya, melengkapi segala syarat dan rukunnya, serta menjaga waktu-
waktunya yang telah ditentukan, menghadapkan seluruh hati kepada Allah
dengan tulus dan khusyuk, sesuai dengan syariat yang dibawa Nabi Musa a.s.

2.Agar mereka menunaikan zakat, karena zakat merupakan salah satu


pernyataan syukur kepada Allah atas nikmat yang telah dilimpahkan-Nya, dan
menumbuhkan hubungan yang erat antarsesama manusia, dan menyucikan
hati, karena zakat itu merupakan pengorbanan harta benda untuk membantu
fakir miskin, dan dengan zakat itu pula dapat dilakukan kerja sama dan saling
membantu dalam masyarakat, di mana orang-orang yang miskin memerlukan
bantuan dari yang kaya dan sebaliknya, yang kaya memerlukan pertolongan
orang-orang yang miskin. Dalam hubungan ini Rasulullah saw. telah bersabda:

"Orang Mukmin terhadap Mukmin yang lain tak ubahnya seperti sebuah
bangunan, masing-masing bagiannya saling menguatkan." (Riwayat al-
Bukhari dan Muslim)

3.Agar mereka rukuk bersama orang-orang yang rukuk. Maksudnya ialah agar
mereka masuk Islam dan melaksanakan salat berjamaah seperti halnya kaum
Muslimin. Dalam hubungan ini Rasulullah telah bersabda:

"Salat berjamaah itu lebih utama dengan dua pulu tujuh derajat daripada salat
seorang diri". (Riwayat al-Bukhari dan Muslim) 12

QS. Al-Baqarah (2): 23813

َ‫وا ِ ّّلِلِ ٰقَنِتِين‬


۟ ‫ط ٰى َوقُو ُم‬
َ ‫صلَ ٰوةِ ْٱل ُو ْس‬ ِ ‫صلَ ٰ َو‬
ّ ‫ت َوٱل‬ ّ ‫علَى ٱل‬ ۟ ُ‫ٰ َح ِفظ‬
َ ‫وا‬

12
https://kalam.sindonews.com/ayat/43/2/al-baqarah-ayat-43 (online)
13
https://tafsirweb.com/934-surat-al-baqarah-ayat-238.html (online)
11

Artinya: Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa.


Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'.

Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia Jagalah oleh kalian


(wahai kaum muslimin) shalat lima waktu yang diwajibkan dengan cara rutin
dalam menjalankannya pada waktu-waktunya dengan memenuhi syarat-syarat,
rukun-rukun dan kewajiban-kewajibannya. Dan jagalah shalat yang berada di
tengah-tengah antara sholat-sholat itu itu yaitu sholat ashar. Dan dirikanlah
shalat kalian dengan menaati Allah, khusyuk lagi tunduk menghinakan diri.

Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh


Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram) 238. Jagalah
salat-salat itu dengan cara menunaikannya secara sempurna sebagaimana
perintah Allah. Dan jagalah salat yang berada di tengah-tengah salat-salat
lainnya, yaitu salat Asar. Dan berdirilah untuk Allah di dalam salatmu dengan
tunduk dan khusyuk.

Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah


pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an
Universitas Islam Madinah 238. Hai orang-orang yang beriman, jagalah shalat
lima waktu dengan mendirikannya pada waktu yang telah ditentukan, dan
dengan menyempurnakan syarat-syarat dan rukun-rukunnya, dan jagalah shalat
ashar. Dan tetaplah beribadah dan shalat kepada Allah dengan penuh
kekhusyu’an dan ketundukan.

An-Nisa: 10314

ْ ‫صلَ ٰوة َ كَان‬


‫َت‬ ّ ‫صلَ ٰوة َ ۚ ِإ ّن ٱل‬ ۟ ‫ٱط َمأْنَنت ُ ْم فَأَقِي ُم‬
ّ ‫وا ٱل‬ ْ ‫علَ ٰى ُجنُو ِبكُ ْم ۚ فَإِذَا‬
َ ‫ٱّلِل ِق ٰ َي ًما َوقُعُودًا َو‬
َ ّ ‫وا‬۟ ‫صلَ ٰوة َ فَٱذْكُ ُر‬ ّ ‫ض ْيت ُ ُم ٱل‬
َ َ‫فَإِذَا ق‬
‫علَى ْٱل ُمؤْ ِمنِينَ ِك ٰت َبًا ّم ْوقُوتًا‬ َ

Artinya: Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di


waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu
telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa).

14
https://tafsirweb.com/1635-surat-an-nisa-ayat-103.html (online)
12

Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-
orang yang beriman.

tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia Apabila kalian telah


mengerjakan shalat,maka tetaplah kalian mengingat Allah dalam seluruh
kondisi kalian.Kemudian apabila tlah hilang rasa ketakutan itu, maka
kerjakanlah shalat dengan sempurn,dan janganlah kalian
menyepelekannya,karena sesungguhnya shalat itu wajib pada waktu-waktu
yang telah di maklumi dalam syariat.
Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh
Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram) 103. Apabila
kalian -wahai orang-orang mukmin- selesai menunaikan salat, maka
berzikirlah kepada Allah dengan membaca tasbih, tahmid, dan tahlil dalam
keadaan apa pun, sambil berdiri, duduk, dan berbaring. Apabila ketakutan itu
sudah hilang dan kalian merasa aman, maka tunaikanlah salat secara sempurna
dengan menjalankan rukun-rukunnya, hal-hal yang wajib, dan sunah-sunahnya
sebagaimana yang diperintahkan kepada kalian. Sesungguhnya salat itu adalah
kewajiban yang telah ditentukan waktunya bagi orang-orang mukmin. Tidak
boleh menunda-nunda salat hingga melewati batas waktunya kecuali ada uzur.
Ketentuan ini berlaku di waktu mukim (tinggal di kampung kalian). Sedangkan
di waktu safar kalian boleh melaksanakan salat secara jamak dan qasar.

afsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah


pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an
Universitas Islam Madinah 103. dan jika kalian telah menjalankan salat dengan
cara yang seperti ini maka ingatlah Allah dalam diri kalian dengan mengingat
janji-Nya akan kemenangan yang akan diberikan bagi orang-orang yang
menolong agama-Nya di dunia dan pahala yang besar di akhirat dan dengan
senantiasa membaca takbir, tahmid, dan doa; demikianlah hendaknya keadaan
kalian di setiap waktu baik itu ketika kalian berdiri saat bertarung, ketika duduk
untuk melempar anak panah, atau ketika berbaring saat sedang terluka. Hal ini
karena mengingat Allah merupakan amalan yang dapat memperkuat hati,
13

meninggikan semangat, dan membuat kesusahan dunia menjadi ringan dan


mudah, serta memberikan kalian keteguhan dan kesabaran yang dapat berbuah
kemenangan. Dan apabila hati kalian telah terbebas dari rasa takut dan keadaan
telah kembali aman setelah peperangan berakhir, maka dirikanlah salat dengan
memenuhi rukun-rukun dan syarat-syaratnya; dan janganlah kalian lalai dalam
menyempurnakan gerakan-gerakan salat, tidak sebagaimana diperbolehkan
bagi kalian melakukan itu ketika dalam keadaan takut. Sesungguhnya salat
merupakan hukum Allah yang wajib dijalankan pada waktu-waktu yang telah
ditentukan, maka maka harus dijalankan kan pada waktu-waktu tersebut sebisa
mungkin; dan menjalankannya pada waktu-waktu yang telah ditentukan
dengan syarat yang kurang sempurna lebih baik daripada mengakhirkannya
meskipun dilakukan dengan sempurna.

QS. Al-Ankabut: 45

‫ٱّلِل ُ يَ ْعلَ ُم‬ ِ ّ ‫شآءِ َو ْٱل ُمنك َِر ۗ َولَ ِذ ْك ُر‬


ّ ‫ٱّلِل أ َ ْكبَ ُر ۗ َو‬ َ ‫ع ِن ْٱل َف ْح‬
َ ‫صلَ ٰوة َ ت َ ْن َه ٰى‬ ِ َ ‫ى إِلَيْكَ مِنَ ْٱل ِك ٰت‬
ّ ‫ب َوأَق ِِم ٱل‬
ّ ‫صلَ ٰوة َ ۖ إِ ّن ٱل‬ ُ
َ ِ‫ٱتْ ُل َما ٓ أوح‬
ْ َ ‫َما ت‬
َ‫صنَعُون‬

Artinya: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al
Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah
(shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan
Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. 15

15
https://tafsirweb.com/7271-surat-al-ankabut-ayat-45.html. Tafsir Al-Muyassar /
Kementerian Agama Saudi Arabia Dan bacalah apa yang diturunkan kepadamu dari al-Qur’an ini
dan amalkanlah kandungannya, serta laksanakanlah shalat dengan seluruh aturannya. Sesungguhnya
menjaga shalat dengan baik akan menahan orang yang melakukannya dari terjerumus di dalam
maksiat-maksiat dan perbuatan-perbuatan mungkar. Hal itu dikarenakan orang yang menegakannya,
yang menyempurnakan rukun-rukun dan syarat-syaratnya, hatinya akan bercahaya, dan keimanan,
ketakwaan dan kecintaannya terhadap kebaikan akan bertambah, dan (sebaliknya) keinginannya
terhadap keburukan akan semakin berkurang atau hilang sama sekali. Dan sungguh mengingat Allah
di dalam shalat dan di tempat lainnya lebih agung dan lebih utama dari segala sesuatu. Dan Allah
mengetahui apa saja yang kalian perbuat, yang baik maupun yang buruk. Lalu Dia memberikan
balasan kepada kalian atas perbuatan tersebut dengan balasan yang sempurna lagi penuh.
14

C. Syarat-syarat diwajibkannya shalat


Syarat menurut bahasa adalah tanda, sedangkan menurut syara’,
syarat adalah sesuatu yang keabsahannya tergantung pada sesuatu yang lain
namun ia tidak menjadi bagian di dalam sesuatu tersebut. Syarat terbagi
menjadi dua macam yaitu syarat wajib dan syarat sah. 16

1) Syarat wajib shalat yaitu:

a) Islam. Hal itu dikarenakan objek yang dituntut untuk melaksanakan


kewajiban syari’at seperti shalat, puasa, zakat dan lain sebagainya adalah
orang Islam bukan orang kafir.
b) Berakal. Shalat tidak wajib dan tidak sah jika dilakukan oleh orang gila.
c) Suci dari haid dan nifas. Kewajiban pelaksanan shalat tidak ditujukan
kepada wanita yang haid dan nifas.
d) Sampainya dakwah. Orang yang tidak menerima dakwah Nabi juga tidak
menjadi sasaran kewajiban shalat.
e) Mampu melaksanakan. Kewajiban hanya dibebankan kepada orang yang
mampu melaksanakan, sehingga orang yang tidak mampu atau orang yang
dipaksa untuk meninggalkan shalat tidak wajib melaksanakannya. f) Baligh.
Shalat tidak wajib bagi anak kecil tetapi orang tua atau guru wajib
memerintahkannya untuk melaksanakan shalat sejak ia berusia tujuh
tahun. 17

2) Syarat sah shalat yaitu:

a) Suci dari hadats. Hal ini dapat dilakukan dengan wudhu, mandi besar
(wajib), tayammum.
b) Suci pakaian, badan dan tempat dari najis. Dari dua syarat tersebut, orang
yang shalat harus menyempurnakan kesucian dari hadats dan najis.

16
Abdul Aziz Muhammad Azzzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, “Al-Wasitu fil
Fiqhi Al-Ibadati”, terj. Kamran As’at Irsyady, Fiqh Ibadah, hal. 169
17
Abdul Aziz Muhammad Azzzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, “Al-Wasitu fil
Fiqhi Al-Ibadati”, terj. Kamran As’at Irsyady, Fiqh Ibadah, hal. 169-170
15

c) Mengetahui masuknya waktu shalat. Ini adalah syarat yang ditujukan bagi
seorang mukallaf dan juga sebagai syarat sah shalat sehingga tidak sah
shalat seseorang yang dilakukan sebelum masuk waktunya.
d) Menutup aurat. Aurat laki-laki yaitu mulai dari pusar sampai lutut,
sedangkan aurat perempuan adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan
kedua telapak tangan.
e) Menghadap kiblat. Hal ini merujuk pada ketetapan Al-Qur’an bahwasanya
dalam melaksanakan shalat itu harus menghadap kiblat (ka’bah) 18

18
M. Abdul Mujieb AS, Fiqih Islam (Sumber Hukum Islam), (Rembang: Bintang Pelajar,
1986), hal. 181-184.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Shalat adalah tiang Agama yang merupakan pilar kedua dalam Islam
setelah syahadat. Shalat juga merupaka suatu bentuk pendakian orang-orang
beriman serta doa orang-orang shaleh dalam mencapai ridha sang pencipta.
Shalat juga merupakan suatu bentung komunikasi atau sarana penghubung
antara manusia dengan Tuhannya secara langsung. Shalat memungkinkan akal
terhubung secara langsung dengan sang Pencipta, menghindarkan seluruh
kepentingan personal dengan material.

Di dalam Al-Quran terdapat banyak ayat-ayat Allah SWT serta Hadist


Rasulullah Muhammad SAW yang menyerukan kepada umat Islam
mendirikan shalat diantaranya Dalil-dalil tentang kewajiban shalat diantaranya
Firman Allah Swt dalam Surat Al-Baqarah: 43, Al-Ankabut: 45, Al-Baqarah :
238 dan An-Nisaa‟: 103.

Syarat-syarat diwajibkannya shalat adalah a) Islam b) berakal c) suci


dari hadas dan nifas d) sampainya dakwah dan e) mampu untuk melaksanakan.

16
Daftar Pustaka

Asadullah Al-Faruq, Gantungkan Cambuk di Rumahmu: Seni Mendisiplinkan Anak


Menurut Resep Nabi, (Solo: Nabawi Publishing, 2012).

Azzzam Muhammad Aziz Abdul dan Hawwas Sayyed Wahhab Abdul. “Al-Wasitu fil
Fiqhi Al-Ibadati”, terj. Kamran As’at Irsyady, Fiqh Ibadah.

Al-Shawaf Mahmud Muhammad Al Syaikh, pengajaran Shalat Lengkap, (Semarang: Dina


Utama Semarang, 1995).

Daradjat Zakiyah dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Grafindo, 2004).

Hadi Abdul Jamal, dkk, Menuntun Buah Hati Menuju Surga, Penerjemah, Abdul Hadid,
Cet.1, (Surakarta: Era Intermedia, 2005).

M. Mujieb Abdul AS, Fiqih Islam (Sumber Hukum Islam), (Rembang: Bintang Pelajar,
1986).

Sadily Hasan, Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta: Ikhtiar Baru-Van Hoeve)

Shiddieqy Ash Hasbi Muhammad Teungku, Pedoman Shalat

Sazali. Signifikansi Ibadah Sholat Dalam Pembentukan Kesehatan Jasmani dan Rohani,
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Nasional, JURNAL ILMU DAN
BUDAYA VOLUME : 40, No. 52, JULI/2016 (online)

https://www.detik.com/edu/detikpedia/ (online)
https://galamedia.pikiran-rakyat.com/humaniora/pr-352121565/hadist-hari-ini-perintah-
kepada-anak-anak-untuk-mendirikan-shalat
https://kalam.sindonews.com/ayat/43/2/al-baqarah-ayat-43 (online)
https://tafsirweb.com/934-surat-al-baqarah-ayat-238.html (online)
https://tafsirweb.com/1635-surat-an-nisa-ayat-103.html (online)
https://tafsirweb.com/7271-surat-al-ankabut-ayat-45.html

17

Anda mungkin juga menyukai