Anda di halaman 1dari 33

PROPOSAL PENELITIAN

A. Latar Belakang Masalah

Al Qur’an adalah mukjizat Nabi MuhamMad yang paling utama dan

merupakan kitab suci yang menjadi sumber dari segala sumber hukum Islam. Ia

adalah sebaik-baik bacaan bagi umat Islam sehingga membaca Al Qur’an

adalah termasuk ibadah. Oleh karena itu kita diperintahkan untuk membaca Al

Qur’an dengan baik dan benar, sesuai dengan Firman Allah

‫َو َرت ِِّل ال ُقراٰ َن تَرتِياًل‬


Artinya : “Dan bacalah Al Qur’an itu dengan perlahan-lahan.”
(Q.S al- Muzammil / 73 : IV).

Di ambil dari kata ‫ َرتَّ َل‬yang berarti serasi dan indah Ucapan-ucapan yang
disusun secara rapi dan diucapkan dengan baik dan benar dilukiskan dengan

kata-kata tartil Al kalam. Tartil Al Qur’an adalah membacanya dengan

perlahan-lahan sambil memperjelas huruf-huruf berhenti dan memulai (ibtida’)

sehingga pembaca dan pendengarnya dapat memahami dan menghayati

kandungan pesan-pesannya. Sedang yang dimaksud Al Qur’an adalah nama

bagi keseluruhan firman Allah yang diterima oleh Nabi MuhamMad saw

Melalui malaikat Jibil dari ayat pertama al-Fatihah sampai ayat terakhir an-

Nas.1 Begitu penting kedudukan Al Qur’an ini, sehingga Al Qur’an perlu

senantiasa dipelajari dan diajarkan oleh setiap muslim. Motivasi untuk

pendidikan dan pengajaran Al Qur’an ini tercermin dalam hadits Nabi: Dari

Ustman r.a. dari Nabi saw sabdanya:

1
M. Quraisy Syihab, Tafsir Al Misbah, jilid 14, (jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 405.
1
ُ‫َخْيُر ُك ْم َم ْن َت َعلَّ َم الْ ُق ْرآ َن َو َعلَّ َمه‬
Artinya: “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al Qur’an dan
mengajarkannya” (HR. Bukhori).2

Demikian yang dinukil mayoritas. Adapun As-Sarakhsi menyebutkan

dengan kata ”‫( “اَو‬atau). Kata atau disini menunjukan macam-macamnya, bukan

berati keraguan. Demikian juga dinukil AhMad dari Ghundar dari Syu’ban,

hanya saja terdapat tambahan (sesungguhnya) dibagian awalnya. Sementara

mayoritas periwayat mengutip dari Syu’ban menyebutkan dengan kata “‫”و‬

(dan), Demikian juga yang tercantum dalam riwayat AhMad dari Bahz, dan

Abu Daud dari Hafs bin Umar, keduanya dari Syu’ban. Begitu pula yang

diriwayatkan At Tirmidzi dari hadits ali, ia lebih kuat dari segi makna, sebab

indikasi penggunaan kata atau adalah penetapan kebaikan bagi siapa yang

melakukan salah satu dari kedua perbuatan itu. Konsekuensinya orang yang

belajar Al Qur’an meski tidak mengajarkan kepada orang lain, lebih dari pada

orang yang mengamalkan kandunganya meski belum mempelajarinya. Namun,

tidak boleh dikatakan bahwa riwayat yang menggunakan kata “dan” juga

berkonsekuensi bahwa orang yang mempelajarinya dan mengajarkannya lebih

utama dari pada yang mengamalkan kandunganya tanpa mempelajari dan tidak

mengajarkan kepada orang lain, sebab kami katakan kemungkinan maksud

“kebaikan” dari sisi adanya pengajaran setelah mengetahui ilmunya. Orang

yang mengajarkan kepada yang lain menghasilkan manfaat tidak terbatas pada

dirinya. Berbeda dengan orang yang hanya mengamalkannya tanpa

mengajarkan, bahkan amalan paling mulia adalah mengajari orang lain, karena

orang yang mengajar tentu telah belajar sebelumnya.3

2
Al-Imam Abi Abdillah Muhammad Bin Ismail Bin Ibrahim Bin Mughiroh, Shohih
Bukhori Juz VI, ( Darul Kutub, Bairut), hlm. 427.

3
Al Imam Al Hafizh Ali bin Hajar Al Atsqolani, Kitab Fathul Baari Syarah Shahih Al
Bukhari, jilid 24, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2013), hlm. 902.
2
Perhatian dari orangtua sangat membantu anak dalam peningkatan kwalitas

hafalan Al Qur’an di rumah maupun di sekolah, Perhatian orangtua dapat

berwujud tersedianya sarana dan prasarana hafalan Al Qur’an yang menjadikan

anak lebih bersemangat dalam menjalankan aktivitas menghafal. Selain itu

menegur anak jika melakukan hal-hal yang kurang baik (melanggar norma-

norma yang berlaku), dengan disertai suatu arahan dan bimbingan kepada anak,

sehingga anak menjadi lebih baik.

Diantara kurikulum Islam dalam pendidikan adalah mendidik anak-anak

membaca Al Qur’an sejak dari kecil. Karena Al Qur’an adalah kitab suci yang

di turunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, melalui malaikat

Jibril sebagai rahmat yang tidak ada bandingnya di alam semesta ini. Di

dalamnya terkumpul wahyu Illahi yang menjadi petunjuk bagi siapa saja yang

mempercayai dan mengamalkannya.

Al Qur’an merupakan mu’jizat, kitab yang paling akhir dan kitab yang

paling sempurna, sehingga isinya mencakup berbagai aspek kehidupan. Al

Qur’an juga dapat membangun perilaku dan akhlak, memelihara lisan,

mengokohkan aqidah serta menjamin masa depan pemuda.4

Setiap orang yang beriman yakin bahwa membaca dan menghafal Al

Qur’an akan mendapat pahala jika di dalam membaca dan menghafal Al Qur’an

tersebut secara baik dan benar. Seseorang tidak akan mampu membaca dan

menghafal Al Qur’an dengan baik dan benar jika mereka tidak sungguh-

sungguh dan mempelajarinya.

Oleh karena itu jika seseorang ingin dapat membaca dan menghafal Al

Qur’an dengan baik dan benar maka sejak dini dibiasakan belajar atau mengaji

4
Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, (Jakarta A.H. Ba’adillah
Press, , 2002), hlm. 76.

3
baik di sekolah atau Madrasah, masjid atau musholla, di rumah dan lebih baik

lagi kepada orang yang ahli dibidangnya.

orangtua, sekolah dan masyarakat merupakan pusat pendidikan bagi anak.

Namun, orangtualah yang memberikan pengaruh pertama kali, karena seorang

anak sejak awal kehidupannya orangtua yang menanamkan benih-benih

pendidikan. Demikian pula waktu yang dihabiskan seorang anak di rumah lebih

banyak dibandingkan dengan dengan waktu yang dihabiskan di tempat lain, dan

kedua orangtua merupakan figur yang paling berpengaruh terhadap anak. Maka

orangtualah yang memiliki kewajiban dan tanggung jawab yang besar dalam

mendidik anak-anak mereka hingga dewasa. Berkenaan dengan kewajiban

orangtua dalam mendidik anak, Allah telah menjelaskan sebagai berikut dalam

surah at-Tahrim ayat 6:

‫َّاس َواحْلِ َج َارةُ َعلَْي َها‬ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ود‬ ُ‫ق‬ ‫و‬ ‫ا‬ ‫ار‬ ‫ن‬
َ ‫م‬ ‫ك‬ُ ‫ي‬ِ‫يا َأيُّها الَّ ِذين آمنوا قُوا َأْن ُفس ُكم وَأهل‬
ُ َ ُ َ ً ْ َْْ َ َُ َ َ َ
‫صو َن اللَّهَ َما ََأمَر ُه ْم َو َي ْف َعلُو َن َما يُْؤ َم ُرو َن‬ ِ ِ ‫ِئ‬
ُ ‫َماَل َكةٌ غاَل ٌظ ش َد ٌاد اَل َي ْع‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu ” (QS. at-
Tahrim: 6)

Ketika menafsirkan kalimat perintah di atas agar anak terhindar dari api

neraka, Ali r.a berkata: “Ajarilah mereka dan didiklahmereka!”. Al-Hassan pun

mengatakan yang sama: “Perintahkan mereka untuk taat kepada Allah dan ajari

mereka kebaikan!”5

Seorang tabi’in, Qatadah, ketika menafsirkan ayat ini mengatakan,

5
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Hanya Untukmu Anakku, Harianto (terj), (Jakarta: Pustaka
Imam Syafi‟i, 2010), 418.

4
‫تأمرهم بطاعة اهلل وتنهاهم عن معصية اهلل وأن تقوم عليهم بأمر اهلل‬
‫وتأمرهم به وتساعدهم عليه فإذا رأيت هلل معصية ردعتهم عنها وزجرهتم‬
‫عنها‬
“Yakni, hendaklah engkau memerintahkan mereka untuk berbuat taat kepada
Allah dan melarang mereka dari berbuat durhaka kepada-Nya. Dan hendaklah
engkau menerapkan perintah Allah kepada mereka dan perintahkan dan
bantulah mereka untuk menjalankannya. Apabila engkau melihat mereka
berbuat maksiat kepada Allah, maka peringatkan dan cegahlah
mereka.” (Tafsir al-Quran al-’Azhim 4/502).

Orangtua yang berusaha keras mendidik anaknya dalam lingkungan

ketaatan kepada Allah, maka pendidikan yang diberikannya tersebut merupakan

pemberian yang berharga bagi sang anak, meski terkadang hal itu jarang

disadari. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Al-Hakim, Nabi shallallahu

‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ما حنل والد ولده أفضل من أدب حسن‬


“Tiada suatu pemberian yang lebih utama dari orangtua kepada anaknya
selain pendidikan yang baik.” (HR. Al Hakim: 7679)

Setiap orangtua memiliki tanggung jawab untuk mengajarkan kepada anak-

anaknya Al Qur’an (tata cara baca Al Qur’an) sejak kecil. Karena pengajaran/

menghafal Al Qur’an mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam

menanamkan aqidah yang kuat pada jiwa anak.

Keberhasilan membaca anak, termasuk di dalamnya menghafal Al Qur’an

yang sangat ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain adanya dorongan atau

motivasi, baik secara intrinsik maupun ekstrinsik. Dalam kaitannya dengan

yang disebutkan terakhir ini, perhatian orangtua sangat menentukan. Di

samping itu keterikatan biologis dan psikologis antara orangtua dan anaknya

mempunyai implikasi tanggung jawab secara moral bagi orangtua untuk

senantiasa memperhatikan kwalitas hafalan Al Qur’an anaknya. Meskipun


5
orangtua telah menyerahkan untuk membimbing anaknya kepada sekolah, tetapi

bukan berarti semua itu terserah kepada pihak sekolah.

Kita tahu bahwa sekolah mempunyai kemampuan yang terbatas,

mempunyai waktu yang terbatas dan sekolah bukan menjamin segala-galanya

menjadi beres. Disini orangtua dengan sendirinya menjadi pendidik atau

pengajar bagi anaknya di rumah. Di rumah anak memiliki banyak kesempatan

untuk belajar bila dibandingkan dengan di sekolah. Sebab di rumah orangtua

dapat turut serta dalam pengembangan kemampuan menghafal Al Qur’an anak.

Tanggung jawab orangtua terhadap pendidikan anaknya bersifat sangat

mengikat karena anak adalah amanat Allah yang dititipkan kepada orang tua,

sehingga mereka harus berusaha semaksimal mungkin untuk memperhatikan

pendidikan anaknya. Perhatian orangtua kepada anak hendaknya diwarnai dan

disifati oleh hubungan antara Allah dengan makhluk-Nya yaitu hubungan kasih

sayang. Dalam terminology Al Qur’an hubungan tersebut harus bersifat rahman

dan rahim. Hubungan yang diwarnai kasih sayang serta perhatian yang

meMadai di dalam kehidupan orangtua pada gilirannya akan mampu

menciptakan kedamaian dan ketenteraman jiwa. Hal ini penting, terutama bagi

kelangsungan proses pendidikan dalam orangtua, karena dalam berbagai kasus

kegagalan pendidikan anak banyak disebabkan karena tidak adanya kedamaian

dan ketenteraman dalam orangtua sebagai akibat dari tidak adanya perhatian

terhadap anak. Peran serta orangtua dapat berbentuk perhatiannya pada anak

untuk memberikan bimbingan dalam menghafal Al Qur’an, mencukupi

kebutuhan menghafal Al Qur’an, memberikan motivasi, dan memberikan

teladan, yang bertujuan untuk meningkatkan kwalitas hafalan Al Qur’an anak

dalam menghafal Al Qur’an dengan baik dan benar. Orangtua yang kurang atau

tidak memperhatikan hafalan Al Qur’an anaknya, misalnya: mereka acuh tak

acuh terhadap hafalan Al Qur’an anaknya, tidak memperhatikan akan


6
kepentingan- kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam menghafal

Al Qur’an, tidak mengatur waktu hafalan Al Qur’annya, tidak memperhatikan

apakah anak menghafal atau tidak, tidak mau tahu bagaimanakah kemajuan

hafalan Al Qur’an anaknya, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam menghafal

Al Qur’an, yang dapat menyebabkan anak tidak/ kurang berhasil dalam

menghafal Al Qur’an. Dengan perhatian orangtua di rumah terhadap

kemampuan menghafal Al Qur’an, anak-anak dapat mencapai taraf optimal

dalam menghafal Al Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmu

Tajwid.

Dari uraian diatas tersebut tampak jelas bahwa menghafal Al Qur’an

termasuk salah satu aspek yang harus mendapatkan perhatian orang tua.

Madrasah Ibtidaiyah Terpadu Tahfidzul Qur’an Al Ma’sum Surakarta

merupakan sebuah sekolah yang mengacu pada kurikulum dari Kementerian

Agama dan Dinas Pendidikan Nasional. Dalam kegiatan pembelajaran di

Madrasah Ibtidaiyah Terpadu Tahfidzul Qur’an Al Ma’sum Surakarta sama

dengan sekolah dasar (MI) pada umumnya, namun masih ditambah dengan

mata pelajaran agama yang lebih lengkap, dengan tujuan para peserta didik

terbiasa mempraktikkannya dalam kehidupan sehari – hari baik saat di sekolah,

di rumah, maupun di masyarakat nanti.

Berawal dari konsep inilah, maka penulis berusaha meneliti sejauh mana

mengenai perhatian orangtua terhadap kwalitas hafalan Al Qur’an siswa kelas

IV Madrasah Ibtida’iyah Terpadu Tahfidzul Qur’an Al Ma’sum Surakarta

dengan judul “PENGARUH PERHATIAN ORANGTUA TERHADAP

KWALITAS HAFALAN AL QUR’AN SISWA KELAS IV MADRASAH

IBTIDA’IYAH TERPADU TAHFIDZUL QUR’AN AL MA’SUM

SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2019/2020”

7
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka disusun rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana Perhatian Orangtua terhadap Kwalitas hafalan Al Qur’an

Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Terpadu Tahfidzul Qur’an Al

Ma’sum Surakarta Tahun Pelajaran 2019/2020?

2. Bagaimana Kwalitas hafalan Al Qur’an Siswa Kelas IV Madrasah

Ibtidaiyah Terpadu Tahfidzul Qur’an Al Ma’sum Surakarta Tahun

Pelajaran 2019/2020?

3. Bagaimana pengaruh Perhatian Orangtua terhadap Kwalitas hafalan

Al Qur’an Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Terpadu Tahfidzul

Qur’an Al Ma’sum Surakarta Tahun Pelajaran 2019/2020?

C. HIPOTESIS

Hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin benar atau

mungkin salah, atau dapat disimpulkan bahwa hepotesa adalah

kesimpulan sementara yang masih perlu ada pembuktiannya.

Berdasar asumsi ini serta pengamatan empiris, maka hipotesis penelitian

dapat penulis rumuskan adalah: terhadap pengaruh positif Perhatian

Orangtua dengan Kwalitas Hafalan Al Qur’an Siswa Kelas IV Madrasah

Ibtidaiyah Terpadu Tahfidzul Qur’an Al Ma’sum Surakarta Tahun

Pelajaran 2019/2020.

Sejauh mana kebenaran hipotesis yang penulis kemukakan diatas akan

dibuktikan dalam hasil akhir penelitian.

8
D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian yang diharapkan pada penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui Perhatian Orangtua terhadap Kwalitas hafalan Al

Qur’an Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Terpadu Tahfidzul

Qur’an Al Ma’sum Surakarta Tahun Pelajaran 2019/2020.

b. Untuk mengetahui Kwalitas hafalan Al Qur’an Siswa Kelas IV

Madrasah Ibtidaiyah Terpadu Tahfidzul Qur’an Al Ma’sum

Surakarta Tahun Pelajaran 2019/2020.

c. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Perhatian Orangtua

terhadap Kwalitas hafalan Al Qur’an Siswa Kelas IV Madrasah

Ibtidaiyah Terpadu Tahfidzul Qur’an Al Ma’sum Surakarta Tahun

Pelajaran 2019/2020.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

1) Sebagai sumbangan pemikiran, pengembangan, pemahaman dan

memperluas pengetahuan dalam hal hafalan Al Qur’an pada

anak.

2) Sebagai sumbangan pemikiran dan pertimbangan dalam rangka

meningkatkan kwalitas hafalan Al Qur’an pada anak.

3) Menjadi rujukan bagi peneliti yang akan meneliti masalah yang

berkaitan dengan penelitian ini.

b. Manfaat secara praktis

1) Bagi pendidik, memberi masukan agar lebih memperhatikan kwalitah

hafalan Al Qur’an anak didiknya.

9
2) Bagi seorang guru, sebagai bahan evaluasi agar dapat mengarahkan

dan membina peserta didiknya untuk mengetahui betapa pentingnya

menghafal Al Qur’an untuk kehidupan didunia maupun diakhirat kelak.

3) Bagi peserta didik, memberi gambaran untuk lebih meningkatkan

kwalitas hafalan Al Qur’an dalam kehidupan agar terhindar dari hal - hal

yang buruk.

4) Bagi orangtua, dapat digunakan sebagai acuan dan pedoman agar lebih

memperhatiakan perkembangan kwalitas hafalan Al Qur’an anak -

anaknya.

E. KAJIAN PUSTAKA

1. Perhatian orangtua

Yang dimaksud dengan kepedulian orangtua yaitu kasih sayang

untuk memperhatikan, menghiraukan dan bertanggung jawab atas

kehidupan sehari - hari anak - anaknya baik kehidupan jasmani

maupun rohani. Selain itu perlu keteladanan untuk membiasakan dan

menasehati pada anak dalam proses menghafal Al Qur’an. Namun dalam

prakteknya harus dalam batasan yang wajar, jika terlalu perhatian akan

berakibat anak merasa tertekan dan manja, jika kurang dipedulikan akan

membuat anak bersikap semaunya sendiri dan susah diatur.6

Sebagaimana sabda Nabi MuhamMad SAW yang berbunyi:

ْ ‫ َو‬، َ ‫الصـالَِة َو ُه ْم َْأبنَاءُ َسْب ِع ِسنِنْي‬


،‫اض ِربُ ْو ُه ْم َعلَْي َها‬ َّ ِ‫ُم ُـر ْوا َْأوالَ َد ُك ْم ب‬
‫اج ِع‬ ِ ‫ و َفِّر ُقوا بينهم يِف الْمض‬،‫وهم َأبناء ع ْش ٍر‬
َ َ ْ ُ َ َْ ْ َ َ ُ َ ْ ْ ُ َ
6
Yasin Musthofa, EQ untuk Anak Usia Dini dalam Pendidikan Islam,
(Yogyakarta: Sketsa, 2007 ), hal. 73

10
Artinya: “perintahkanlah anak kalian untuk shalat ketika berusia tujuh
(tahun)! Pukullah mereka untuk shalat ketika berusia sepuluh (tahun),
dan pisahkanlah mereka ditempat tidur (antara anak laki – laki dan anak
perempuan)” (HR. Abu Dawud no. 495)7

Jika anak melakukan pelanggaran ataupun perbuatan yang buruk

boleh dilakukan hukuman yang bersifat proposional, hukuman ini hanya

berfungsi sebagai pencegah. Karena pelaku adalah anak – anak dibawah

usia 10 tahun yaitu masa kanak - kanak awal yang kemampuan akalnya

belum mampu membedakan baik dan buruk, maka hukumannya masih

berupa teguran dan tidak melakukan hukuman fisik. Namun, hukuman itu

harus didasari rasa kasih sayang untuk kebaikan anak.8

Dari uraian diatas, secara sederhana yasin musthofa

menyimpulkan bahwa upaya memberi keteladanan kepada anak sebagai

salah satu metode yang paling efektif dan utama, membiasakan,

menasehati dan memberi perhatian kepada anak dalam proses menghafal

Al Qur’an.

Menurut Kak Seto menuturkan bhawa kasih sayang orangtua

membantu mencerdasakan emosi anak karena kasih sayang seperti

halnya batu landasan bangunan emosi dalam jiwa anak. Dengan

memperoleh kasih sayang, kepedulian, perasaan terlindung dan

penerimaan maka buah hati kita akan tumbuh dengan stabil dan memiliki

keberanian membuka diri keluar pada orang lain.9


7
Syaikh Musthafa Al ‘Adawy, fikih pendidikan anak : membentuk kesalehan anak
sejak dini, (jakarta: Qisthi Press, 2006), hal. 83.
8
Ibid, hal. 126.
9
Seto Mulyadi, Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya, (Jakarta: Penerbit
Erlangga, 2004), hal.10.

11
2. Kwalitas Hafalan Al Qur’an

Kata jaudah berasal dari bahasa Arab yang artinya kualitas.

Kualitas termasuk kata benda yang berarti kadar, mutu, tingkat baik

buruknya sesuatu10 (tentang barang dan sebagainya): tingkat, derajat atau

taraf kepandaian, kecakapan dan sebagainya. Jaudah bahasa Inggrisnya

adalah quality. Quality is how good or bad something. 11 Dalam buku lain

quality is skill, accomplishment, characteristic trait, mental or moral

attribute.12 Jadi jaudah adalah nilai yang menentukan baik atau buruknya

sesuatu pada seseorang, yang bisa dilihat dari kemampuan, prestasi, atau

yang lainnya pada diri seseorang tersebut.

ُ ‫ ” احلَِفْي‬yaitu
Hafalan secara bahasa, berasal dari bahasa Arab “‫ظ‬

ً‫ظ – حَتْ ِفْيظ ا‬ َ ‫ َح َّف‬yang


ُ ‫ظ – حُيَ ِّف‬ artinya yaitu memelihara, menjaga,

menghafal,13 adalah lawan dari lupa, yaitu selalu ingat dan sedikit lupa.

Pada hakikatnya arti hafalan secara bahasa tidak berbeda dengan

arti secara istilah, dari segi pengungkapannya membaca di luar kepala,

maka penghafal Al Qur’an berbeda dengan penghafal hadits, syair, dan

lain-lainnya. Hafal Al Qur’an adalah hafal seluruh Al Qur’an dengan

10
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2002), hlm. 603.
11
Oxford University Press, Oxford Learners Pocket, Dictionary New Edition,
(NewYork: Oxford University Press, 2009), p. 350.
12
Oxford at The Clarendon Press, The Cochise Oxford Dictionary of Current
English, (NewYork: Oxford at The Clarendon Press, 1976 ), p. 909.

13
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT Hidakarya Agung,
1989), hlm. 105.

12
mencocokkan dan menyempurnakan hafalannya menurut aturan-aturan

bacaan serta dasar-dasar tajwid yang benar. Seorang ُ ‫ َح ِّف‬harus hafal Al


‫ظ‬

Qur’an secara keseluruhan (tidak bisa disebut ُ ‫ احلَِفْي‬bagi


‫ظ‬ orang yang

hafalannya setengah atau sepertiganya secara rasional). Dan apabila ada

orang yang telah hafal kemudian lupa atau lupa sebagian atau

keseluruhan karena disepelekan dan diremehkan tanpa alasan seperti

ketuaan atau sakit, maka tidak dikatakan ُ ‫َح ِّف‬


‫ظ‬ dan tidak berhak

menyandang predikat “penghafal Al Qur’an”.14

Menurut istilah Al Qur’an ialah:

‫اَلْ ُق ْرآ ُن ُه َو ال َكاَل ُم الْ ُم ْع َج ُز الْ ُمَنَّز ُل َعلَى النَّيِب ِّ صل اهلل عليه وسلم‬
‫ الْ ُمَت َعبَّ ُد بِتِاَل َوتِِه‬،‫ الْ َمْن ُق ْو ُل َعْنهُ بِالت ََّواتُِر‬،‫ف‬ ِ ‫اْمل ْكُتوب ىِف الْمص‬.
ِ ‫اح‬
َ َ ُ ْ َ

Artinya: “Kalamullah yang dimukjizatkan dan diturunkan kepada Nabi


MuhamMad SAW yang ditulis dalam mushaf, serta diriwayatkan dengan
mutawatir, yang bernilai ibadah bagi yang membacanya”.

Dari definisi di atas dapat dikeluarkan 5 faktor penting, yaitu sebagai

berikut:

a. Al Qur’an adalah Firman Allah atau Kalam Allah, bukan perkataan

Malaikat Jibril (Ia hanya penyampai wahyu dari Allah), bukan sabda

Nabi (Beliau hanya menerima wahyu Al- Qur’an dari Allah), dan

bukan perkataan manusia biasa, mereka hanya berkewajiban untuk

melaksanakan.

14
Abdurrab Nawabuddin, Teknik Menghafal Al-Qur‟an Kaifa Tahfazhul Qur‟an,
hlm. 26.

13
b. Al Qur’an hanya diberikan kepada Nabi MuhamMad saw, tidak

diberikan kepada para Nabi-nabi sebelumnya. Kitab suci yang

diberikan kepada nabi sebelumnya namanya bukan Al Qur’an. Zabur

diberikan kepada Nabi Daud, Taurat kepada Nabi Musa, dan Injil

kepada Nabi Isa.

c. Al Qur’an sebagai mukjizat, maka tidak seorang pun dalam sejarah

sejak awal turunnya sampai era modern dari masa ke masa yang

mampu menandinginya, baik secara perseorangan maupun secara

kelompok, sekalipun mereka ahli sastra bahasa sekalipun ayat atau

surah yang pendek.

d. Diriwayatkan secara mutawatir, artinya diterima dan diriwayatkan

banyak orang, tidak sedikit jumlahnya dan mustahil mereka

bersepakat dusta dari masa ke masa secara berturut-turut sampai

kepada kita.

e. Membacanya dicatat sebagai amal ibadah. Hanya membaca Al-

Qur’an sajalah di antara sekian banyak bacaan yang dianggap ibadah

sekalipun pembaca tidak tahu maknanya, apalagi jika mengetahui

maknanya dan dapat merenungkan serta mengamalkannya. Nabi saw

bersabda bahwa setiap satu ḥuruf pahalanya sepuluh kebaikan.

Bacaan yang lain tidak dinilai ibadah, kecuali disertai niat yang baik

seperti mencari ilmu. Jadi, pahalanya adalah mencari ilmu, bukan

substansi bacaan sebagaimana membaca Al Qur’an.15

15
Abdul Majid Khon, Praktikum Qira‟at, keanehan bacaan Al- Qur‟an Qira‟at
Ashim dari Hafash, hlm. 41.

14
Jadi jaudah hafalan Al Qur’an adalah nilai yang

menentukan baik atau buruknya ingatan hafalan Al Qur’an pada

seseorang secara keseluruhan, menghafal dengan sempurna (yaitu

hafal seluruh Al Qur’an dengan mencocokkan dan menyempurnakan

hafalannya), membaca dengan lancar dan tidak terjadi suatu

kesalahan terhadap kaidah bacaan yang sesuai dengan aturan-aturan

tajwid yang benar, serta senantiasa menekuni, merutinkan,

mencurahkan segenap tenaganya terus menerus dan sungguh-

sungguh dalam menjaga hafalan dari lupa.

Dari berbagai pandangan tentang kepedulian orangtua dan

kwalitas hafalan Al Qur’an diatas secara sederhana penulis dapat

menyimpulkan bahwa tujuan perhatian orangtua terhadap kwalitas

hafalan Al Qur’an anak adalah untuk membentuk kwalitas hafalan

Al Qur’an anak yang Dhobit/kuat, lancar dan sesuai kaidah Tajwid.

Dengan demikian jelaslah bagi kita bahwa perhatian orangtua sangat

berpengaruh terhadap kwalitas hafalan Al Qur’an anak dalam proses

menghafal Al Qur’an, baik dirumah maupun disekolah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Roudlotiyyukhbarun (NIM: 093 111 347). “Perhatian Orangtua dan

Pengaruhnya Terhadap kwalitas hafalan Al Qur’an Anak (Studi

pada Siswa Kelompok B RA Nurul Ittihad Babalan Kecamatan

Wedung Kabupaten Demak Tahun Ajaran 2010/2011).” Dalam

skripsi ini dijelaskan bahwa nilai F hitung = - 30,68 pada taraf

15
kebenaran 0,01 = 7,42 dan untuk taraf kebenaran 0,05 = 3,59. maka

perbandingan F hitung < F table maka Ho diterima (memiliki

koefisien arah regresi yang berarti atau signifikan berbentuk regresi

linier). Sehingga menunjukkan bahwa: “Terdapat pengaruh positif

dan signifikan antara perhatian orangtua dengan kwalitas hafalan Al

Qur’an kelompok B di RA Nurul Ittihad.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Abdul Mughis (Nim

3505050) “Korelasi Antara Perhatian Orangtua Terhadap kwalitas

hafalan Al Qur’an Siswa di MI Wonorejo Kecamatan Kaliwungu

Kabupaten Kendal Tahun Ajaran 2005/2006.” Dalam skripsi ini

dijelaskan bahwa Ada hubungan yang signifikan antara perhatian

orangtua dengan kwalitas hafalan Al Qur’an siswa MI Wonorejo

Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal. Hal ini ditunjukkan oleh

nilai F hitung (F = 8,335) yang lebih besar daripada F tabel pada

taraf signifikansi 5% (4,02) dan 1% (7,12).

Dengan demikian hasil diatas menunjukkan bahwa kwalitas

hafalan Al Qur’an siswa dipengaruhi oleh perhatian orang tua. Hal

ini menunjukkan bahwa hipotesis yang penulis amati yaitu “Ada

Hubungan yang Signifikan antara Perhatian Orangtua dengan

kwalitas hafalan Al Qur’an siswa di MI Wonorejo Kecamatan

Kaliwungu Kabupaten Kendal ”.

F. METODE PENELITIAN

16
1. Type / jenis penelitian yang digunakan dalam setiap penulisan atau

penyusunan karya ilmiah harus menggunakan metode tertentu.

Karena metode merupakan hal yang pokok dalam penelitian.

Sehingga berhasil tidaknya suatu penelitian sangat ditentukan oleh

metode penelitiannya. Oleh karena itu penggunaan metode harus

disesuaikan program dan tujuan penelitian sehingga dapat

mempermudah jalannya penelitian.

2. Populasi penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kwalitas dan karakteristik tertenteu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.16

Adapun populasi yang diambil pada penelitian ini adalah

Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Terpadu Tahfidzul Qur’an Al

Ma’sum dengan jumlah 24 siswa.

Karena seluruh peserta didik Madrasah Ibtidaiyah Terpadu

Tahfidzul Qur’an Al Ma’sum diambil semua, maka penelitian ini

disebut juga penelitian populasi.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat : Madrasah Ibtidaiyah Terpadu Tahfidzul Qur’an Al Ma’sum

Surakarta.

16
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan pendekatan Kuantitatif kualitatif dan
R&B, Cet., 24, Bandung : Alfabeta, 2016, hal. 117.

17
Waktu : Dilaksanakan setiap saat selama beraktifitas di Madrasah

Ibtidaiyah Terpadu Tahfidzul Qur’an Al Ma’sum selama

jam kegiatan anak - anak, dalam kurun waktu bulan

Desember Tahun 2019 - Januari tahun 2020. Penelitian ini

akan dilakukan setelah peneliti mendapatkan izin untuk

mengumpulkan data di lapangan.

4. Variabel dan Indikator Penelitian

Variabel dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang akan

menjadi obyek pengamatan penelitian. Sering pula dinyatakan

variabel penelitian sebagai faktor yang berperan dalam peristiwa

atau gejala yang akan diteliti.

Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

a. Variabel bebas / independent variable (X) yaitu faktor perhatian

orangtua dengan indikator sebagai berikut:

1) Memberi konsistensi dalam aturan

2) Memberi konsistensi dalam rutinitas

3) Memberi konsistensi dengan orangtua yang terpisah

4) Memberi konsistensi antara kata dan perbuatan orangtua

5) Memberi konsistensi dalam larangan / pengawasan

b. Variabel terikat / dependent variabel (Y) yaitu kwalitas hafalan

Al Qur’an anak dengan indikator:

1) Makhorijul huruf (Tempat keluarnya huruf)

2) Mad (Panjang pendek)

18
3) Ikhfa’ (Samar - samar)

4) Ghunnah (Mendenggung)

5) Kelancaran

5. Teknik Pegumpulan Data

Dalam pengumpulan data ini dibedakan menjadi dua sub bagian

yakni library research (studi pustaka) dan field research (studi

lapangan).

a. Library Research (studi kepustakaan)

Yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber literatur (buku-

buku bacaan, jurnal, majalah, koran, dan sebagainya) yang

relevan dengan judul penelitian.

b. Field Research (studi lapangan)

Riset dilapangan dimaksudkan untuk mendapatkan data secara

langsung dilapangan dengan cara antara lain:

1) Observasi

Observasi adalah suatu metode ilmiah yang biasa

diartikan sebagai pengamatan dan catatan dengan sistematis

berdasarkan fenomena-fenomena yang diselidiki.17 Jadi

observasi adalah cara pengumpulan data dengan cara

17
Winarno Surachmad, Dasar- dasar Teknik Research, Bandung: Torsito, 1982,
hal. 162.

19
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala-

gejala yang diselidiki. Misalnya tentang aktivitas siswa

dirumah, disekolah maupun dilingkungan.

2) Angket

Angket adalah metode penggumpulan data dengan

menggunakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh data tentang informasi dari responden.

Metode ini digunakan untuk memperoleh data dari para

orangtua peserta didik tentang pengaruh perhatian orangtua

terhadap Kwalitas hafalan Al Qur’an Siswa Kelas IV

Madrasah Ibtidaiyah Terpadu Tahfidzul Qur’an Al Ma’sum

Surakarta Tahun Pelajaran 2019/2020.

3) Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpul informasi/ data

dengan cara tanya jawab sepihak dikerjakan dengan sistematis

dan berlandaskan pada tujuan penelitian. Metode ini digunakan

untuk memperoleh data tentang perhatian orangtua terhadap

kwalitas hafalan Al Qur’an anak dengan wawancara langsung

dengan peserta didik Madrasah Ibtidaiyah Terpadu Tahfidzul

Qur’an Al Ma’sum.

4) Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk

menyelidiki suatu masalah dengan menggunakan dokumen

20
sumber data. Metode ini digunakan untuk memperoleh data

tentang kondisi umum tempat penelitian dan gambaran

responden letak geografis, kondisi orangtua maupun anak -

anaknya.

5) Tes

Teknik ini dilakukan untuk memperoleh nilai tentang

kwalitas hafalan siswa dalam menghafalkan Al Qur’an sesuai

dengan kaidah tajwid. Dalam penelitian ini juga dilakukan tes

lisan dalam rangka dilakukan untuk memperoleh data hasil

bacaan Al Qur’an siswa dalam membaca Al Qur’an.

6) Teknik Analisis Data

Setelah data yang peneliti harapkan terkumpul, maka

langkah selanjutnya adalah menganalisa data – data tersebut

dengan melalui bebrapa tahap. Dalam analisis ini data

digunakan analisis statistik dengan rumus product moment,

dalam analisis ini ditempuh secara bertahap yakni analisa

pendahuluan, analisa uji hipotesa dan analisa lanjut.

a. Analisis pendahuluan

Analisa ini digunakan untuk menyusun tabel distribusi

frekuensi untuk setiap variabel yang diperoleh dari hasil

penelitian lapangan. Penulis akan menggunakan teknik analisis

statistik yang selanjutnya menggunakan variabel penelitian

yaitu “ pengaruh perhatian orangtua” (sebagai variabel x) dan

21
“Kwalitas hafalan Al Qur’an Siswa Kelas IV Madrasah

Ibtidaiyah Terpadu Tahfidzul Qur’an Al Ma’sum Surakarta”

(sebagai variabel y).

b. Analisis uji hipotesis

Analisis ini untuk membuktikan antara fakta empiris

dengan fakta teoritis.

Dalam hal ini akan digunakan analisis statistik dengan

rumus product moment angka kasar:

n ∑ xy−∑ x ∑ y
r=
√( n ∑ x −(∑ x ) )(n∑ y −(∑ x ) )
2 2 2 2

Keterangan:

r : Koefisien korelasi

X :Variabel pengaruh (perhatian orangtua)

Y : Variabel terpengaruh (kwalitas hafalan Al Qur’an)

N : Jumlah peserta didik

X² : Kuadrat dari X

Y² : Kuadrat dari Y

∑ : Sigma atau jumlah18

c. Analisis lanjut

Analisa ini digunakan untuk mengadakan

perhitungan melalui tabel distribusi yang diperoleh pada

analisis pendahuluan.

18
Sutrisno Hadi, Statistik 2, Yogyakarta: Andi Offset, 1989, hal. 289.

22
Setelah diperoleh dari koefisien korelasi, maka

langkah berikutnya menghubunngkan ke tabel harga kritik Y

(dari tabel) untuk taraf signifikasi 5% atau 1% apabila terjadi

nilai Y (dari koefisien korelasi) lebih besar dari nilai (tabel)

maka hasil yang diperoleh adalah signifikan. Dengan demikian

nilai Y yang signifikan tersebut menunjukkan bahwa hipotesis

yang telah dikemukakan penulis dapat ditrima. Tetapi bila

terjadi nilai Y lebih kecil dari nilai pada tabel, maka hasilnya

non signifikan, dalam artian hipotesis yang dirumuskan tidak

dapat diterima atau ditolak.19

G. KERANGKA PENULISAN SKRIPSI

Kerangka skripsi ini penulis susun sedemikian rupa sehingga

antar bab saling berkesinambungan agar memudahkan dalam memahami

isi skripsi, kerangka skripsi ini dibagi menjadi tiga bagian poko yaitu:

1. Bagian awal skripsi (bagian muka skripsi)

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN JUDUL

HALAMAN NOTA PEMBIMBING HALAMAN

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

HALAMAN MOTTO

HALAMAN PERSEMBAHAN

19
Suharsimi Arikunto, prosedur penelitian ilmiah suatu pendekatan praktis,
(Bandung: Aneka Cipta, 1991), hal. 62.

23
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

2. Bagian kedua (isi skripsi) terdiri dari 5 (lima) bab, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Penegasan Judul

C. Rumusan Masalah

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

E. Hipotesis

F. Kajian Pustaka

G. Metode Penelitian

H. Sistematika Penulisan Skripsi

BAB II LANDASAN TEORI

A. Perhatian Orang Tua

1. Pengertian perhatian

2. Pengertian orangtua

3. Macam - macam perhatian orangtua terhadap anak

B. Kwalitas hafalan Al Qur’an anak

1. Pengertian Kwalitas hafalan Al Qur’an

2. Bentuk hafalan Al Qur’an

a. Makhorijul huruf (Tempat keluarnya huruf)

b. Mad (Panjang pendek)

c. Ikfa’ (Samar - samar)

24
d. Ghunnah (Mendenggung)

3. Kelancaran hafalan Al Qur’an

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Profil Madrasah Ibtidaiyah Terpadu Tahfidzul Qur’an Al

Ma’sum Surakarta.

1. Gambaran Umum Madrasah Ibtidaiyah Terpadu

Tahfidzul Qur’an Al Ma’sum.

2. Visi, Misi Madrasah Ibtidaiyah Terpadu Tahfidzul

Qur’an Al Ma’sum.

3. Tujuan Madrasah Ibtidaiyah Terpadu Tahfidzul

Qur’an Al Ma’sum.

4. Sarana dan prasarana Madrasah Ibtidaiyah Terpadu

Tahfidzul Qur’an Al Ma’sum.

5. Kegiatan Ekstrakurikuler

6. Daftar Guru dan Karyawan.

7. Struktur Organisasi Madrasah Ibtidaiyah Terpadu

Tahfidzul Qur’an Al Ma’sum.

B. Proses menghafal Al Qur’an di Madrasah Ibtidaiyah

Terpadu Tahfidzul Qur’an Al Ma’sum.

C. Deskripsi data hasil penelitian

1. Data tentang perhatian orangtua terhadap kwalitas

hafalan Al Qur’an siswa Madrasah Ibtidaiyah

Terpadu Tahfidzul Qur’an Al Ma’sum.

25
2. Data tentang kwalitas hafalan Al Qur’an siswa

Madrasah Ibtidaiyah Terpadu Tahfidzul Qur’an Al

Ma’sum.

BAB IV ANALISIS DATA

A. Analisis pendahuluan

B. Analisis lanjut

C. Analisis uji hipotesis

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran-Saran

C. Kata Penutup

D. Daftar Pustaka

E. Lampiran-Lampiran

F. Daftar Riwayat Hidup Penulis

3. LAMPIRAN

A. Daftar Keperpustakaan

B. Daftar Riwayat Hidup Penulis

C. Angket, dll.

26
DAFTAR PUSTAKA

AhMadi, A. (1999) Psikologi Sosial, Jakarta : Rineka Cipta.

Al Atsqolani, H. B. A. (2013) Kitab Fathul Baari Syarah Shahih Al Bukhari,


Jakarta: Pustaka Azzam.

Zuhaili, M. (2002) Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, Jakarta: A.H.


Ba’adillah Press.

Musthofa, Y. (2007) EQ untuk Anak Usia Dinidalam Pendidikan Islam,


Yogyakarta: Sketsa.

Al ‘Adawy, M. (2006) fikih pendidikan anak : membentuk kesalehan anak sejak


dini, Jakarta: Qisthi Press.

27
Mulyadi, S. (2004) Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya, Jakarta:
Penerbit Erlangga.

Yunus, M. (1989) Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: PT Hidakarya Agung.

Hadi, S. (1980) Metodologi Research I, Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.

__________ (1989) Statistik 2, Yogyakarta: Andi Offset Sugiyono. (2016)


Metode Penelitian Pendidikan pendekatan Kuantitatif kualitatif dan
R&B, Bandung : Alfabeta.

SurachMad, W. (1982) Dasar- dasar Teknik Research, Bandung: Torsito.

Arikunto, S. (1991) prosedur penelitian ilmiah suatu pendekatan praktis,


Bandung: Aneka Cipta.

28
Kisi - Kisi

Instrumen angket perhatian orangtua dan kwalitas hafalan Al Qur’an siswa

VARIABEL INDIKATOR BUTIR NOMOR JML


Perhatian orang tua 1) Memberi konsistensi dalam aturan

2) Memberi konsistensi dalam rutinitas

3) Memberi konsistensi dengan orangtua

yang terpisah

4) Memberi konsistensi antara kata dan

perbuatan orangtua

5) Memberi konsistensi dalam larangan /


pengawasan
Jumlah

Kwalitas Hafalan 1. Makhorijul huruf (Tempat keluarnya


Al Qur’an
huruf)

2. Mad (Panjang pendek)

3. Ikfa’

4. Ghunnah

5. Kelancaran

Jumlah

29
DRAF ANGKET PENELITIAN

A. Identitas Orangtua

Nama Responden : ..............................................................

No. Absen : ..............................................................

B. Petunjuk Pengisian

1. Tulis identitas anda

2. Bacalah dengan seksama setiap pertanyaan dan alternatif jawaban.

3. Pilih salah satu alternatif jawaban mana yang anda anggap paling benar dan

sesuai dengan memberi tanda silang (X) pada huruf : a, b atau c.

A. Perhatian orangtua terhadap kwalitas hafalan Al Qur’an

1. Apakah Bapak/Ibu pernah mengajak anda untuk meghafal Al Qur’an

bersama?

a. Ya, Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

2. Apakah Bapak/Ibu pernah mendampingi anda dalam menghafal Al Qur’an ?

a. Ya, Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

3. Apakah Bapak/Ibu pernah mengingatkan akan pentingnya menghafal Al

Qur’an ?

a. Ya, Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

4. Apakah Bapak/Ibu pernah mengetes kemampuan hafalan Al Qur’an anda?

a. Ya, Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

5. Pernahkah Bapak/Ibu mengajari anda menghafal Al Qur’an?

a. Ya, Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

30
6. Apakah Bapak/Ibu memberi teladan kepada anda dengan menghafal Al

Qur’an setiap hari?

a. Ya, Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

7. Apakah Bapak/Ibu bersikap kasar ketika mengajari anda menghafal Al

Qur’an?

a. Ya, Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

8. Pernahkah Bapak/Ibu menyuruh kepada anda untuk selalu memperhatikan

hafalan Al Qur’an yang telah diajarkan guru di sekolah ?

a. Ya, Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

9. Apakah Bapak/Ibu pernah menanyakan kepada anda mengenai hafalan Al

Qur’an yang telah diajarkan oleh guru ?

a. Ya, Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

10. Apakah Bapak/Ibu menjanjikan akan membelikan hadiah, jika anda

menghafal Al Qur’an dengan lancar ?

a. Ya, Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

11. Apakah Bapak/Ibu menyuruh anda untuk belajar menghafal Al Qur’an

kepada seorang ustadz atau seorang yang ahli Al Qur’an?

a. Ya, Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

12. Apabila Bapak/Ibu suka menanyakan tugas hafalan Al Qur’an dari Guru

(PR) kepada anda?

a. Ya, Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

13. Apakah Bapak/Ibu mengeluh ketika anda minta untuk dibelikan kebutuhan

31
hafalan Al Qur’an ?

a. Ya, Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

14. Apakah Bapak/Ibu berbelit/menunda-nunda mengenai uang yang akan

digunakan untuk kebutuhan hafalan Al Qur’an anda ?

a. Ya, Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

15. Apabila anda gagal dalam menghafal Al Qur’an di sekolah, apakah

Bapak/Ibu akan memberikan hukuman kepada anda ?

a. Ya, Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

16. Apakah Bapak/Ibu pernah membelikan Al Qur’an baru ketika anda

membutuhkannya (Al Qur’an yang lama sudah rusak) ?

a. Ya, Selalu b. Kadang-kadang c.Tidak pernah

17. Apakah Bapak/Ibu pernah membelikan buku tajwid untuk memudahkan

anda dalam memahami tata cara membaca dan menghafal Al Qur’an yang

baik dan benar ?

a. Ya, Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

18. Apakah Bapak/Ibu pernah memarahi anda, jika anda tidak mau hafalan Al

Qur’an?

a. Ya, Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

19. Apabila Bapak/Ibu pernah memarahi anda, jika tidak mau berangkat

mengaji?

a. Ya, Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

20. Pernahkah Bapak/Ibu memuji anda, ketika dapat menghafal Al Qur’an

32
dengan lancar?

a. Ya, Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

21. Apabila anda terus menerus melihat TV sampai lupa waktu, apakah

Bapak/Ibu membiarkan saja ?

a. Ya, Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

22. Apakah Bapak/Ibu membiarkan anda terus bermain hingga lupa waktu?

a. Ya, Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

33

Anda mungkin juga menyukai