Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“TAFSIR AYAT AL-QUR’AN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP SEKALIGUS DASAR


PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN”

DOSEN PEMBIMBING:Dr.Sulidar,Ma

DISUSUN OLEH :

INDAH NURJANNAH
NPM : 2001020010
RAHMA AYU
NPM : 2001020042
KELAS : A2 SORE
SEMESTER 3

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,yang telah melimpahkan rajmat,hidayah,dan
inayah-Nya kepada kami,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Tafsir al-Quran tentang
Subjek Pendidikan ini.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat mempelancar pembuatan makalah ini.Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini dan juga terima kasih kepada bapak Dr.Sulidar,Ma selaku dosen pembimbing mata kuliah
Tafsir Tarbawi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupu pengalaman kami,kami yakin masih banyak


kekurangan dalam makalah ini.Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah kami.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetauan dan
pengalaman bagi para pembaca.

Medan, 2021

Indah Nurjannah
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an adalah firman Allah yang berfungsi sebagai mukjizat (bukti kebenaran atas
kenabian Muhammad) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad yang tertulis di dalam
mushaf-mushaf, yang diriwayatkan dengan jalan mutawatir, dan yang membacanya dipandang
beribadah. (Masfuk Zuhdi,1997 : 1) Untuk mendapatkan jaminan keselamatan dan kebahagiaan
hidup baik di dunia maupun di akhirat melalui Al-Qur’an, maka setiap umat Islam harus
berusaha belajar, mengenal, membaca dan mempelajarinya. (Masfuk Zuhdi,1997 : 2)

Al-Qur’an diturunkan Allah kepada manusia untuk dibaca dan diamalkan. Ia telah
terbukti menjadi pelita agung dalam memimpin manusia mengarungi perjalanan hidupnya.
Tanpa membaca manusia tidak akan mengerti akan isinya dan tanpa mengamalkannya
manusia tidak akan dapat merasakan kebaikan dan keutamaan petunjuk Allah dalam Al-Qur’an.
(Muhammad Thalib,2005 :11) Di era globalisasi ini, banyak sekali pergeseran nilai dalam
kehidupan masyarakat dikarenakan para generasi kita masih banyak yang belum mampun untuk
membaca Al-Qur’an secara baik apalagi memahaminya. Oleh karena itu, sebagai orang tua
harus mengusahakan sedini mungkin untuk mendidik dan membiasakan membaca Al-Quran .

Dengan membaca Al-Qur’an atau mendengarkan bacaan Al-Qur’an dengan hikmah serta
meresapinya isinya niscaya akan mendapat petunjuk dari Allah SWT, serta dapat menenangkan
hati. Itulah yang dinamakan Rahmat dari Allah SWT. (Muhammad Thalib,2005 :12) Al-Qur’an
tidak hanya sebagai kitab suci, tetapi ia sekaligus merupakan pedoman hidup, sumber
ketenangan jiwa serta dengan membaca Al-Qur’an dan mengetahui isinya dapat diharapkan
akan mendapat Rahmat dari Allah SWT. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Isra’ ayat
82: Artinya: Dan kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang
zalim selain kerugian. (QS. Al- Isra’: 82)

Dalam kehidupan kaum muslimin tidak akan terlepas dari Al-Qur’an karena Al-Qur’an yang
sangat lengkap dan sempurna isinya itu diyakini sebagai petunjuk yang sekaligus menjadi
pedoman hidup dalam urusan duniawi dan ukhrawi sehingga tidaklah mengherankan jika
kaum muslimin selalu kembali kepada Al-Qur’an setiap menghadapi permasalahan kehidupan.

Di samping itu Al-Qur’an juga berfungsi sebagai sumber ajaran Islam, serta sebagai dasar
petunjuk di dalam berfikir, berbuat dan beramal sebagai khalifah di muka bumi. Untuk dapat
memahami fungsi Al-Qura’an tesebut, maka setiap manusia yang beriman harus
berusaha belajar, mengenal, membaca dengan fasih dan benar sesuai dengan aturan membaca
(ilmu tajwidnya), makharijul huruf, dan mempelajari baik yang tersurat maupun yang
terkandung di dalamnya (tersirat), menghayatinya serta mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an
dalam kehidupan sehari-hari. (Abu Yahya AsSyilasabi,2007:12) Namun demikian, dewasa ini
banyak sekali di tengah masyarakat generasi muda Islam yang belum mampu atau bahkan ada
yang sama sekali tidak dapat membaca Al-Qur’an padahal bacaan Al-Qur’an termasuk
juga bacaan dalam sholat.

Pemandangan lain yang cukup memprihatinkan adalah akhir-akhir ini dirasakan kecintaan
membaca Al-Qur’an di kalangan umat Islam sendiri agak semakin menurun. Bahkan sudah
jarang sekali terdengar orang orang membaca Al-Qur’an di rumah-rumah orang Islam,
padahal mereka tahu membaca Al-Qur’an merupakan ibadah yang memperoleh pahala dari
Allah. Jika umat Islam sudah meresa tidak penting untuk membaca Al-Qur’an maka siapakah
yang akan mau membaca Al-Qur’an kalau bukan orang Islam itu sendiri. (Abu Yahya As-
Syilasabi,2007:13) Dapat diketahui bahwa setiap muslim mempunyai tanggung jawab dan
berkewajiban untuk mengajarkan dan mengamalkan Al-Qur’an sebagai petunjuk dan
pedoman hidup seluruh umat manusia yang ada di dunia ini. Apalagi dalam menghadapi
tantangan zaman di abad modern dengan perkembangan dinamika ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semakin pesat seperti sekarang ini. Masyarakat muslim, secara khusus orang tua,
ulama terutama guru di sekolah perlu khawatir dan prihatin terhadap anak-anak sebagai
generasi penerus terhadap maju pesatnya IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) yang
berdampak pada terjadinya pergeseran budaya hingga berpengaruh pada pelaksanaan kegiatan
pembelajaran Al-Qur’an, manusia di zaman ini cenderung lebih menekankan ilmu umum
yang condong pada kepentingan dunia dan melupakan ilmu keagamaan sebagai tujuan di
akhirat kelak. Ketidakpedulian manusia dalam belajar Al-Qur’an akan mengakibatkan
terjadinya peningkatan buta huruf Al-Qur’an yang pada akhirnya AlQur’an yang
merupakan Kalamullah tidak lagi di baca ataupun dipahami apalagi diamalkan. (Muhammad
Thalib, 1997: 14) Membaca Al-Qur’an dengan fasih dan benar, mengerti akan
kandungan ayat yang dibacanya apalagi mau mengamalkannya, niscaya akan mendapat suatu
kemuliaan dari Allah SWT, bahkan bila perlu dilakukan dengan termasuk sunnah Rasul. Sabda
Nabi SAW :

ْ‫ ﻗَﻞَ ﻋَﻨْﮫ اﷲ ھﺮَﯾْﺮَة ََرﺿِﻲَ أ َﺑِﻲ ﻋَﻦ‬: ‫ ﯾَﻘﻮل َوﺳﱠﻠَﻢَ ﻋَﻠَﯿْﮫِ اﷲ ﺻَﻠﱠﻲ اﷲِ َرﺳﻮل ﺳَﻤِﻌْﺖ‬: ‫اَذَنَ ﻣَﺎ‬

‫ت ﺣﺴْﻦَ ﻟِﻨَﺒِﻲْ اَذَنَ ا َﻣﱠﺎ ﻟِﺸَﺊٍ اﷲ‬


ِ ْ‫(ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﯿﮫ رواه) ﺑِﮫِ ﯾَﺠﮭَﺮ اﻟﻘﺮْا َ ِن ﺑِﺎ ﯾَﺘَﻐَﻨﱠﻲ اﻟﺼَﻮ‬

Artinya : Dari Abu Hurairah r. a berkata: saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda:
Allah SWT tiada senang mendengar seorang yang sedang melakukan bacaan Al-Qur’an
dengan suara yang keras dan merdu (HR Mutafaqun alaih). Berdasarkan keterangan hadits
tersebut dapat dimengerti bahwa membaca Al-Qur’an dengan suara merdu akan mendapat
tambahan pahala dari Allah. Suara merdu tidak hanya dipakai untuk menyanyikan lagu saja,
melainkan sebaiknya digunakan untuk membaca Al-Qur’an dan juga mengetahui isi
kandungannya. Nilai-nilai agama telah mulai luntur dan ditinggalkan sama sekali. Budaya
membaca Al-Qur’an di rumah-rumah setelah sholat fardhu sudah jarang didengarkan.
Membaca Al-Qur’an telah digantikan dengan bacaan-bacaan atau media-media informasi
lain seperti: koran atau surat kabar, majalah, televisi dll. Lebih parah lagi menurunnya
kemampuan orang-orang muslim dalam membaca Al-Qur’an dengan baik an benar.

Dalam proses pendidikan upaya atau usaha guru sangatlah penting demi kelangsungan
proses belajar mengajar yang baik. Dalam pengertian upaya atau usaha mempunyai arti
yang sama yaitu ikhtiar untuk mencapai sesuatu yang hendak di capai. Sedangkan pengertian
guru itu sendiri adalah pendidik profesional, karena ia telah merelakan dirinya menerima dan
memikul sebagian tanggungjawab pendidikan yang sebenarnya menjadi tanggungjawab orang
tua. (Zakiah Darajat, 1996:39) Dalam hal membaca Al-Qur’an, dari para guru pendidikan
agama Islam masih banyak menemui kesalahan siswa dalam membaca Al-Qur’an, misalnya
ada beberapa siswa yang masih kurang lancar tajwidnya seperti terbata-bata dalam membaca
ayat Al-Qur’an, belum mampu mempraktikkan bacaan mad dengan benar yaitu terkadang
bacaan mad tidak dibaca panjang dan yang seharusnya pendek malah dibaca panjang. Siswa
juga masih banyak melakukan kesalahan dalam membaca hukum bacaan yang dibaca dengung
dan yang tidak dibaca dengung. Dalam membaca makharijul hurufnya siswa masih belum baik
dan benar. Hal inilah yang mendorong penulis untuk mengadakan penelitian yang
berjudul Upaya Bimbingan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengatasi Kesulitan Belajar
Membaca Al Quran Pada Siswa Di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Takeran Kabupaten Magetan
Tahun Pelajaran 2012/2013.

B. Penegasan Istilah

Untuk menghindari adanya penafsiran atau interpretasi yang tidak dikehendaki terhadap
serangkaian kata-kata yang ada pada judul skripsi ini maka penulis harus menegaskan tentang
pengertian istilah-istilahnya yaitu :

1.Upaya
Pengertian upaya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah usaha; ikhtiar untuk mencapai
suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar, dsb ; misal upaya menegakkan
keamanan patut dibanggakan. (http://kamusbahasaindonesia.org/upaya, diakses 4 Juli 2014)

2.Mengatasi
Pengertian upaya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah menguasai (keadaan dsb) ;
misal untuk mengatasi persoalan itu, diperlukan kebijakan para petugas.
(http://kamusbahasaindonesia.org/mengatasi, diakses 4 Juli 2014)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian dari judul “Upaya Bimbingan Guru
Pendidikan Agama Islam dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca Al Quran pada Siswa”
adalah usaha/ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud) guru pendidikan agama Islam dengan
bimbingan untuk mengatasi (menguasai keadaan) kesulitan membaca Al Quran pada siswa.

C. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan yang dapat
dirumuskan adalah :

1. Upaya apa saja yang dilakukan guru pendidikan agama Islam dalam mengadakan bimbingan
untuk mengatasi kesulitan belajar membaca Al Quran pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri
Takeran?
2. Apa faktor pendukung dan penghambat bimbingan guru pendidikan agama slam dalam
mengatasi kesulitan belajar membaca Al Quran pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri
Takeran?

D.Tujuan
Sesuai dengan persepsi tersebut dan berpijak pada rumusan masalah yang telah disebutkan,
maka penelitian ini mempunyai tujuan :

1. Untuk mendiskripsikan upaya yang dilakukan guru pendidikan agama Islam dalam
membimbing mengatasi kesulitan belajar membaca Al Quran pada siswa di Madrasah
Ibtidaiyah Negeri Takeran.
2. Untuk mendiskripsikan faktor pendukung dan penghambat upaya guru pendidikan agama
Islam dalam membimbing mengatasi kesulitan belajar membaca Al Quran pada siswa di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Takeran.

E. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait utamanya bagi
pihak-pihak berikut ini :

1. Bagi peneliti

Sebagai acuan untuk memperluas pemikiran dan pengalaman penulis dalam bidang
pendidikan di masa depannya khususnya Menambah wawasan keilmuan pendidikan Al-Qur’an.

2. Bagi lembaga yang di teliti

Dapat memberi informasi pada guru pendidikan agama Islam tentang mengatasi kesulitan
belajar membaca Al Quran pada siswa di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Takeran.

3. Bagi masyarakat

Peneliti berharap agar hasil penelitian ini digunakan sebagai khasanah ilmu pengetahuan
untuk bahan penelitian lebih lanjut, khususnya spesifikasi ke Al-Qur’annya dan tentunya akan
memberikan inspirasi dan alternatif untuk mencari cara terbaik dalam proses pembelajaran
Al- Qur’an.
F. Metode Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2003: 136)” metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya”.

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian (field research). Pendekatan kualitatif. Penelitian yang
rosedurnya menghasilkan data deskriptif yang berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang –
orang dan perilaku yang diamati(Moleong, 1989: 3). Adapun pendekatan yang digunakan dalam
melaksanakan penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Metode pendekatan
deskriptif kualitatif pada hakekatnya adalah mengamati orang dalam kehidupan sehari – hari
dalam situasi wajar, berinteraksi bersama mereka, melakukan wawancara serta berusaha
memakai bahasa, kebiasaan dan perilaku yang berhubungan dengan fokus penelitian.(Moleong,
1995: 31)

2. Subjek Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini adala subjek data yang diperoleh (Suharsimi Arikunto,
,1998:4). Sedangkan menurut Lotfland sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-
kata dan tindakan selebihnya adalah dua tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Moleong, ,
2004:112). Sedangkan dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah :

a. Guru pendidikan agama Islam Madrasah Ibtidaiyah Negeri Takeran Melalui guru pendidikan
agama Islam peneliti mendapatkan informasi tentang kesulitan yang dihadapi siswa dalam
membaca Al Quran, upaya yang telah dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan belajar Al
Quran siswa, faktor pendukung dan penghambat upaya guru pendidikan agama Islam dalam
mengatasi kesulitan belajar membaca Al Quran.

b. Siswa di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Takeran, Takeran Magetan

Data yang akan didapat dari siswa adalah mengetahui kesulitan apa saja yang dihadapi siswa
dalam membaca Al Quran.

3. Metode pengumpulan data


Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah :

a. Metode observasi

Observasi adalah memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata atau pengamatan yang
meliputi keiatan, pemusatan perhatian terhadap obyek dan menggunakan seluruh panca indra.
Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapi dengan
format atau blangko pengamatan sebagai instrument. Format yang disusun berisi item – item
tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. (Arikunto, 2010: 272).
metode ini digunakan untuk mengetahui secara langsung kinerja bimbingan di lapangan dan
hasil yang di capainya.

b. Metode wawancara (interview)

Interview atau wawancara adalah cara pengumpulan data dengan jalan Tanya jawab sepihak
yang dilakukan dengan sistematik dan berlandaskan pada tujuan penelitian (Sutrisno, 1987:
193). Teknik wawancara yang digunanakan adalah teknik wawancara semi structured, dalam
hah ini mula – mula interviwer menayanyakan serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur,
kemudian satu per satu diperdalam dalam mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian
jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua variable, dengan keterangan yang lebih lengkap
dan mendalam.(Arikunto, 2010: 270). Metode wawancara dalam penelitian ini dipakai penulis
untuk mengambil data tentang pelaksanaan bimbingan membaca Al-Qur’an di Madrasah
Ibtidaiyah Negeri Takeran serta, wawancara dilakukan kepada Guru pendidikan agama Islam,
siswa serta pihak – pihak yang terkait seperti kepala sekolah, guru pelajaran dan wali kelas.

c. Metode dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal – hal yang variabelnya berupa catatan –
catatan, transkip, buku – buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda,
dan sebagainya (Arikunto, 2010: 274). Metode ini digunakan untuk memperoleh data – data
yang tidak bisa diungkap dengan metode lainnya. Dalam pelaksanaanya penulis melihat arsip –
arsip dan catatan – catatan yang diperlukan. Diantaranya tentang sejarah singkat berdirinya
sekolah, inventaris sekolah, struktur organisasi, datar nama guru, serta jumlah siswa Madrasah
Ibtidaiyah Negeri Takeran.
d. Analisis data

Teknik analisis data dipakai setelah data selesei dikumpulkan, dikerjakan dan dimanfaatkan
sedemikian rupa sampai berhasil menyimpulkan kebenaran yang akan dipakai menjawab
persoalan yang digunakan dalam penelitian. Adapun analisa yang digunakan adalah metode
deskriptif kualitatif yaitu, setelah semua data yang diperlukan telah terkumpul kemudian
disusun dan diklasifikasikan, selanjutnya dianalisis kemudian diintepretasikan dengan kata-kata
sedemikian rupa untuk menggambarkan objek-objek penelitian disaat penelitian dilakukan,
sehingga diambil kesimpulan secara proporsional dan logis. Dalam melakukan metode analisis
di atas digunakan dengan pola berfikir induktif, yaitu metode berfikir yang berangkat dari fakta-
fakta atau peristiwa-peristiwa khusus tersebut kemudian ditarik generalisasi yang memiliki sifat
umum (Sutrisno Hadi, , 1987:42). Metode ini digunakan untuk menganalisa data yang diperoleh
dari objek lapangan, kemudian dihubungkan dengan teori yang relevan.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Tafsir Surat Al An’am Ayat 91-92

Dalam surah ini ditegaskan bahwa seharunya orang-orang Yahudi yang mengaku percaya
Taurat juga percaya pada Alquran. Karena kitab ini merupakan penyempurna bagi kitab-kitab
sebelumnya.

Ayat 91
Allah menjelaskan bahwa orang-orang Yahudi telah menyimpang dari agama tauhid dan tidak
mengikuti ajaran agama mereka dan telah mengkhianatinya. Gejala-gejala itu nampak pada
sikap mereka. Mereka tidak menghormati keagungan Allah dengan penghormatan yang
seharusnya diberikan.

Mereka mengatakan bahwa Allah tidak menurunkan kitab kepada seorang manusia pun.
Perkataan mereka adalah bukti dari keingkaran mereka kepada Alquran. Hal ini berarti mereka
tidak mengakui bahwa Allah berkuasa memberikan hidayah kepada manusia selain mereka,
untuk kemaslahatan manusia sesuai dengan kehendak-Nya.

Keingkaran mereka terhadap Alquran itu bukanlah timbul dari pikiran yang jernih, dan
bukan pula mereka peroleh keterangannya dari kitab-kitab yang diturunkan sebelum Alquran
akan tetapi keingkaran mereka itu adalah keingkaran yang tidak pada tempatnya. Oleh sebab
itu, Allah memerintahkan kepada Muhammad agar menerangkan kepada kaumnya yang ingkar
itu, agar mereka ingat bahwa Allah telah menurunkan Taurat kepada Nabi Musa. Dengan kitab
itu Nabi Musa membawa kaumnya kepada agama tauhid dan terhindar dari kemusyrikan.

Allah mengungkapkan kejahatan yang dilakukan oleh Bani Israil yang telah
menyimpang dari kitab Taurat dan Injil. Mereka menyampaikan kitab-kitab itu tidak seutuhnya,
ada bagian-bagian yang disampaikan dan ada bagian yang disembunyikan, sehingga timbullah
perbedaan paham di kalangan mereka.

Sebabnya tidak lain karena mereka dipengaruhi oleh pemimpin yang menyuruh mereka
memperturutkan hawa nafsu, bahkan dalam hal menyelesaikan persengketaan, mereka
menampakkan hukum-hukum yang terdapat dalam Taurat itu apabila hukum itu sesuai dengan
keinginan mereka. Tetapi apabila hukum itu bertentangan dengan kehendaknya, hukum itu
ditinggalkan. Di antara ketetapan hukum yang mereka sembunyikan itu ialah hukum rajam, dan
berita tentang kedatangan Nabi Muhammad.

Tujuan dari diungkapkannya kembali kejahatan nenek moyang mereka adalah untuk
mengetuk hati mereka, agar mereka dapat menilai kenyataan yang sebenarnya dan mengakui
kebenaran Alquran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad.Allah menyerukan kepada orang-
orang musyrik agar menerima ajaran wahyu yang disampaikan Allah kepada Muhammad. Kitab
itu mengandung ajaran yang membukakan tabir rahasia, yang tidak diketahui oleh mereka
sendiri dan oleh nenek moyang mereka. Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad untuk
menyatakan kepada orang-orang Yahudi bahwa pernyataan mereka yang menyebutkan Allah
tidak menurunkan kitab kepada manusia, adalah tidak benar, dan menyuruhnya menanyakan
kepada mereka, siapakah yang menurunkan Taurat kepada Musa. Pernyataan yang tegas ini
merupakan tantangan bagi perkataan mereka.

Pada akhir ayat ini Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya bahwa setelah mereka
mendapat keterangan-keterangan yang telah terbukti kebenarannya itu, tetapi mereka masih
tetap tidak mau menyadari dan tidak mau percaya juga akan kebenaran Alquran, agar
membiarkan mereka dalam kesesatan ditelan arus kebatilan dan kekafiran

2. Tafsir surat Al Baqarah ayat 1-5, Arab, latin, dan terjemahnya:

1. ‫ا ٓﻟ ٓﻢ‬

Arab-latin: alif lām mīm


Artinya: "Alif laam miim."

2. َ‫ْب َل ٱ ْﻟ ِك َٰﺘ َب َٰذَﻟِك‬


َ ‫ِﻟِّ ْﻠﻤﺘﱠﻘِﯿﻦَ ھدًى ۛ فِﯿ ِﮫ ۛ َرﯾ‬

Arab-latin: żālikal-kitābu lā raiba fīh, hudal lil-muttaqīn


Artinya: "Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertakwa,"
‫ﯾﻨﻔِﻘﻮنَ َرزَ ْﻗ َٰﻨَﮭ ْﻢ َو ِﻣ ﱠﻤﺎ ٱﻟ ﱠ‬
ِ ‫ﺼﻠَ َٰﻮة َ َوﯾﻘِﯿﻤﻮنَ ﺑِٱ ْﻟﻐَ ْﯿ‬
3. َ‫ب ﯾؤْ ﻣِﻨﻮنَ ٱﻟﱠذِﯾﻦ‬

Arab-latin: allażīna yu`minụna bil-gaibi wa yuqīmụnaṣ-ṣalāta wa mimmā razaqnāhum yunfiqụn


Artinya: "(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan
menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka."

4. َ‫نز َل ﺑِ َﻤآ ﯾؤْ ﻣِﻨﻮنَ َوٱﻟﱠذِﯾﻦ‬


ِ ‫نز َل َو َﻣآ إِﻟَﯿْكَ أ‬
ِ ‫ﯾﻮﻗِﻨﻮنَ ھ ْﻢ َوﺑِٱ ْل َءاخِ َﺮةِ ﻗَ ْﺒﻠِكَ ﻣِﻦ أ‬

Arab-latin: wallażīna yu`minụna bimā unzila ilaika wa mā unzila ming qablik, wa bil-ākhirati
hum yụqinụn Artinya: "dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah
diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin
akan adanya (kehidupan) akhirat."

ٓ ٓ
5. َ‫ﻋﻠَ َٰى أ ۟و َٰ َﻟئِك‬
َ ‫ٱ ْﻟﻤ ْﻔﻠِحﻮنَ ھﻢ َوأ ۟و َٰﻟَئِكَ ۖ ﱠر ِِّﺑ ِﮭ ْﻢ ِِّﻣﻦ ھدًى‬

Arab-latin: ulā`ika 'alā hudam mir rabbihim wa ulā`ika humul-mufliḥụn


Artinya: "Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah
orang-orang yang beruntung."

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, menurut suatu pendapat, alif lām mīm pada
permulaan surat tersebut merupakan salah satu nama Allah SWT. Asy Sya'bi mengatakan
fawatihus suwar adalah asma-asma Allah.

Hal yang sama dikatakan pula oleh Salim ibnu Abdullah dan Ismail ibnu Abdur Rahman
As-Saddiyyul Kabir. Syu'bah mengatakan dari As-Saddi, telah sampai kepadanya suatu berita
bahwa Ibnu Abbas mengatakan, "Alif lam mim merupakan salah satu asma Allah Yang
Teragung." Demikian pula yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim melalui hadis Syu'bah.

Pada ayat 2, Kemenag menafsirkan bahwa ayat tersebut menerangkan tentang


keberadaan Al Quran yang tidak dapat diragukan lagi. Al Quran merupakan wahyu Allah SWT
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Jibril. Al Quran merupakan
bimbingan bagi orang yang bertakwa. Mereka adalah orang yang memelihara dan menjaga
perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Di antara orang yang bertakwa
sebagaimana tersebut pada ayat-ayat berikutnya, antara lain sebagai berikut:
1. Beriman kepada yang ghaib, termasuk di dalamnya beriman kepada Allah SWT dengan
sesungguhnya

2. Melaksanakan sholat.

3. Menginfakkan sebagian rezeki yang diberikan oleh Allah SWT kepada orang yang
membutuhkan.

4. Beriman kepada kitab-kitab yang telah diturunkan-Nya, yaitu Taurat, Zabur, Injil dan
sahifah-sahifah (suhuf) yang diturunkan kepada nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad SAW.

5. Beriman kepada hari kiamat

3. Tafsir Surah Ali imron/3:7

‫ﻋﻠَﯿْكَ أ َ ْنزَ لَ اﻟﱠذِي ھ َﻮ‬ َ ‫َﺎب‬ َ ‫ب أم ھ ﱠﻦ ﻣ ْح َك َﻤﺎت آ َﯾﺎت ﻣِ ْﻨﮫ ْاﻟ ِكﺘ‬ ِ ‫تَﺸَﺎ َﺑ َﮫ َﻣﺎ فَ َﯿﺘ ﱠ ِﺒﻌﻮنَ زَ ﯾْغ ﻗﻠﻮ ِﺑ ِﮭ ْﻢ فِﻲ اﻟﱠذِﯾﻦَ فَأ َ ﱠﻣﺎ ۖ ﻣﺘَﺸَﺎ ِﺑ َﮭﺎت َوأخَﺮ ْاﻟ ِكﺘ َﺎ‬
‫ّللا إِ ﱠل ت َأ ْ ِوﯾﻠَﮫ ﯾَ ْﻌﻠَﻢ َو َﻣﺎ ۗ تَأ ْ ِوﯾ ِﻠ ِﮫ َوا ْﺑﺘِﻐَﺎ َء ْاﻟ ِﻔﺘْﻨَ ِة ا ْﺑﺘِﻐَﺎ َء ﻣِ ْﻨﮫ‬
‫اﻟﺮاﺳِخﻮنَ ۗ ﱠ‬ ‫ﯾَذﱠ ﱠكﺮ َو َﻣﺎ ۗ َرﺑِِّﻨَﺎ ِﻋ ْﻨ ِد ﻣ ِْﻦ كﻞ ﺑِ ِﮫ آ َﻣﻨﱠﺎ ﯾَﻘﻮﻟﻮن ْاﻟﻌ ِْﻠ ِﻢ فِﻲ َو ﱠ‬
‫ْاْل َ ْﻟﺒَﺎب أوﻟﻮ إِ ﱠل‬

Artinya :

Dialah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat
yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat.
Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti
sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk
mencari-cari ta'wilnya .

(Dialah yang menurunkan kepadamu Alquran, di antara isinya ada ayat-ayat yang muhkamat)
jelas maksud dan tujuannya (itulah dia pokok-pokok Alquran) yakni yang menjadi pegangan
dalam menetapkan (sedangkan yang lainnya mutasyabihat) tidak dimengerti secara jelas
maksudnya, misalnya permulaan-permulaan surah. Semuanya disebut sebagai 'muhkam' seperti
dalam firman-Nya 'uhkimat aayaatuh' dengan arti tak ada cacat atau celanya, dan 'mutasyaabiha'
pada firman-Nya, 'Kitaaban mutasyaabiha,' dengan makna bahwa sebagian menyamai lainnya
dalam keindahan dan kebenaran. (Adapun orang-orang yang dalam hatinya ada kecenderungan
pada kesesatan) menyeleweng dari kebenaran, (maka mereka mengikuti ayat-ayat mutasyabihat
untuk membangkitkan fitnah) di kalangan orang-orang bodoh dengan menjerumuskan mereka
ke dalam hal-hal yang syubhat dan kabur pengertiannya (dan demi untuk mencari-cari
takwilnya) tafsirnya (padahal tidak ada yang tahu takwil) tafsirnya (kecuali Allah) sendiri-Nya
(dan orang-orang yang mendalam) luas lagi kokoh (ilmunya) menjadi mubtada, sedangkan
khabarnya: (Berkata, "Kami beriman kepada ayat-ayat mutasyaabihat) bahwa ia dari Allah,
sedangkan kami tidak tahu akan maksudnya, (semuanya itu) baik yang muhkam maupun yang
mutasyabih (dari sisi Tuhan kami," dan tidak ada yang mengambil pelajaran) 'Ta' yang pada
asalnya terdapat pada 'dzal' diidgamkan pada dzal itu hingga berbunyi 'yadzdzakkaru' (kecuali
orang-orang yang berakal) yang mau berpikir. Mereka juga mengucapkan hal berikut bila
melihat orang-orang yang mengikuti mereka.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Manusia itu pada dasarnya sudah dianugerahi oleh Allah Swt dua buah
kemampuan.Pertama,kemampuan untuk mengajarkan sesuatu kepada orang lain,walaupun
pengajaran yang dilakukan manusia itu sifatnya terbatas.Kedua,kemampuan untuk menyerap
pengajaran dari orang lain.Jika dihubungkan ke dalam hal Pendidikan,maka kedua kemampuan
inilah yang akan menjadi kunci bagi sesuatu agar bisa disebut dengan pelaku pendidikan atau
yang biasa disebut dengan Subyek pendidikan Sejatinya yang diperintahkan untuk berfikir serius
atau mendetail mengenai isi dan kandungan Al Qur’an bukan hanya Nabi Muhammad seorang,
tetapi seluruh manusia.Sebab Al Qur’an itu merupakan hidayah dari Allah yang fungsi utamanya
adalah sebagai petunjuk bagi manusia dalam mengelola hidupnya di dunia secara baik,dan
merupakan rahmat untuk seluruh alam semesta.Dari berbagai penjelasan diatas jika dihubungkan
dengan pendidikan,maka akan muncul 2 hal penting.Pertama,Mengenai Gambaran seperti apa
seharusnya pelaku pendidikan atau yang sering disebut dengan Subyek pendidikan itu, dan
yang Kedua,Mengenai bahan ajar atau sesuatu yang akan diajarkan dan diterima oleh para pelaku
pendidikan tersebut.Penghoramatan seorang peserta didik terhadap seorang pendidiknya telah
dicontohkan oleh Nabi Musa as terhadap al- Khidir.Di antara bentuk-bentuk penghormatan Nabi
Musa as terhadap al- Khidir adalah berbicara dengan lemah lembut, tidak banyak bicara,dan
menganggap al-Khidir lebih tahu daripada dirinya.
DAFTAR PUSTAKA

https://tafsiralquran.id

https://tafsirq.com

Anda mungkin juga menyukai