Anda di halaman 1dari 3

BAB III

LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Pengajaran Al-Quran dan Tafsir
Al-Qur’an merupakan kitab suci yang diturunkan sebagai kitab-kitab sebelumnya dan
di tetapkan sebagai pedoman hidup umat manusia. Sudah menjadi suatu keharusan bagi
seorang muslim untuk mengimani kitab yang Alloh ta’ala turunkan, adapun realisasi dari
keimanan seorang muslim terhadap kitab Al-Qur’an adalah dengan senantiasa memabacanya,
mendalami makna yang terkandung di salamnya, serta mengaplikasikan isinya di sepanjang
kehidupan. Maka dari itu, pembelajaran dan pengajaran membaca Al-Qur’an merupakan
langkah pertama dari realisasi keimanannya kepada kitabulloh.
Dalam hal ini, pengajaran Al-Qur’an di aplikasikan serta mengalami banyak
improvisasi dengan lahirnya berbagai buku metode yang memudahkaan pembelajaran
membaca Al-Qur’an bagi kaum muslimin, seperti ; Metode Qiro’ati, Metode Ummi, Metode
Tilawati, Metode IQRO’, Metode Al-Barqy dan berbagai macam metode lainnya yang
tumbuh dan berkembang di Indonesia.
Adapun pengajaran tafsir merupakan proses untuk menghantarkan seorang muslim
untuk mencapai langkah berikutnya dalam memanifestasikan keimanannya terhadap
kitabulloh, karena pengajaran tafsir ini akan membahas lebih dalam dan detail sebuah ayat
yang dari pemahaman itu seorang muslim dapat mengaplikasikan pelajaran yang terkandung
pada kitabulloh yakni Al-Qur’an.

B. Tujuan dan Manfaat Pengajaran Al-Qur’an


Pengajaran Al-Qur’an khususnya dalam membacanya bertujuan untuk menguatkan
keislaman dan keimanan kaum muslimin terhadap kitabulloh, karena pada era ini semakin
merebak kasus buta huruf Al-Qur’an yang terjadi di mayoritas kaum muslimin. Sekalipun
bisa, mereka tidak memahami bagaimana bacaan Al-Qur’an yang baik dan benar, maka dari
itu pengajaran membaca Al-Qur’an ini sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh setiap
kaum muslimin.
Begitu pula dengan pengajaran tafsir Al-Qur’an, tentunya tidak sedikit dari kaum
muslimin yang belum pernah mendengar, membaca bahkan memahami isi kandungan dari
kitabulloh. Maka ini menjadi tugas besar bagi para pembelajar untuk menyebarkan ilmu yang
di pahami agar terwujudnya masyarakat islami yang senantiasa dekat dengan Al-Qur’an dan
menjadikan Al-Qur’an satu-satunya pedoman hidup yang dapat menghantarkannya kepada
kebahagiaan yang kekal.
C. Metode dan Teknik Pengajaran Al-Qur’an dan Tafsir
Dalam pengajaran Al-Qur’an, sebagaimana yang telah dilestarikan oleh para sahabat
dan ulama terdahulu yakni dengan Metode Talaqqi atau Musyafahah. Metode Talaqqi adalah
suatu cara belajar dan mengajar Al-Qur'an dari Rasulullah SAW kepada para sahabat beliau,
dan kemudian oleh mereka diteruskan ke generasi selanjutnya hingga kini. Metode ini
terbukti paling lengkap dalam mengajarkan bacaan Al-Qur'an yang benar, dan paling mudah
diterima oleh semua kalangan. Metode ini menjadi bukti historis keaslian Al-Qur'an yang
bersumber dari Allah Subhanahu wata’ala.
Talaqqi dari segi bahasa diambil daripada perkataan yaitu belajar secara berhadapan
dengan guru. Sering pula disebut Musyafahah, yang bermakna dari mulut ke mulut (pelajar
belajar Al-Qur'an dengan memperhatikan gerak bibir guru untuk mendapatkan pengucapan
makhraj yang benar).
Allah berfirman:
"Dan Kami (Allah) telah membacakan (Al-Qur'an itu) kepada (Muhammad) secara tartil".
(QS. Al-Furqan : 32)
Rasulullah SAW pernah berpesan supaya pembacaan Al-Qur'an itu diambil dan
dipelajari dari 4 orang sahabat terkemuka dengan sabdanya:
"Ambillah bacaan al-Quran itu dari empat orang yaitu; Abdullah Ibnu Mas`ud, Salim, Mu'adz
bin Jabal dan Ubay bin Ka'ab".
(HR Bukhari, Kitab fadhail amal, Bab al-Qurra min ashab al-nabiy)
Fatimah Radhyallahu’anha meriwayatkan sebuah hadits bahwa Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam menceritakan kepadanya suatu rahasia yang maksudnya:
"Jibril membaca dan memperdengarkan Al-Qur'an kepadaku setiap tahun sekali, kemudian
dua kali setahun, hingga aku dapat merasakan kehadiran ajalku".
(HR Bukhari)
Al-Qur'an juga yang merupakan kalamullah, seharusnya dibaca dengan sebaik-
baiknya agar dapat memelihara keaslian bacaan tersebut sesuai dengan hadits berikut ini:
"Sesungguhnya Allah menyukai Al-Qur'an itu dibaca menepati sebagaimana ia diturunkan".
(HR Sahih Ibnu Khuzaimah).
Berdasarkan sumber-sumber dari Al-Qur'an dan Al-Sunnah di atas jelaslah
menunjukkan metode talaqqi dan musyafahah telah diamalkan dalam pengajaran dan
pembelajaran Al-Qur'an sejak dari awal penurunan wahyu kepada Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam. Metode Talaqqi ini pun seringkali di sebut dengan metode sorogan.
Adapun pengajaran tafsir disampaikan menggunakan metode bandongan, metode
bandongan adalah metode transfer keilmuan atau proses belajar-mengajar di pesantren yang
khusus mengajarkan kitab kuning atau kitab berbahasa arab. Yakni ustadz membacakan,
menerjemahkan, dan menerangkan kepada santri. Santri mendengarkan, menyimak, dan
mencatat apa yang disampaikan oleh kiai.
Adapun Istilah bandongan berasal dari bahasa Sunda ngabandungan yang berarti
memperhatikan secara saksama atau menyimak. Dengan metode ini, para santri akan belajar
dengan menyimak secara kolektif. Namun, dalam bahasa Jawa, bandongan disebutkan juga
berasal dari kata bandong, yang artinya pergi berbondong-bondong. Hal ini karena
bandongan dilangsungkan dengan peserta dalam jumlah yang relatif besar.

Anda mungkin juga menyukai