Anda di halaman 1dari 14

BAB I

A. Latar Belakang
AL-Qur’an di turunkan sebagai kitab suci bagi umat Islam. Kandungan
ayat-ayatnya menjadi petunjuk dan pedoman bagi manusia. Keotentikan dan
kesucian ayat-ayatnya terpelihara. Umat Islam mempunyai kewajiban untuk
memelihara dan menjaga kesucian al-Qur’an, hal ini didasarkan pada firman
Allah dalam surat al-Hijr ayat 9.

 
       
 
    

Artinya : Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan
Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.1
Nabi Muhammad Saw bersabda: “Barang siapa membaca satu huruf dari
kitab Allah (al-Qur‟an), maka dia mendapat satu kebajikan dilipatkan 10 kali.
Saya tidak mengatakan bahwa membaca Alif lam mim adalah satu huruf, tetapi
alifsatu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.2
Al-Qur‟an merupakan Kitab Allah yang mulia dan wahyu langit yang
terakhir ke bumi yang dijaga oleh Allah dari segala bentuk pengubahan dan
dijadikan sebagai rahmat serta petunjuk bagi manusia.3Al-Qur‟an mengandung
nilai ibadah dalam membaca, menghafal, mengamalkan hukum-hukum, etika-
etika serta akhlak-akhlak yang dikandungnya.4 Sebagaimana dikutip oleh Ahmad
Salim Badwilan dari al-Tibyan.
Seperti yang dijelaskan dalam At-Tibyan fi ‘Ulum al-Qur‟an5

‫من قراء القران وعمل مبا فيو البس اهلل والديو تاجا يوم القيامة ضوؤه احسن من‬
.‫ضوء الشمس يف بيةت الدنيا فما ظنكم با الذي عمل هبذا‬
Dari Mu‟adz bin Anas R.A. bahwa Rasulullah bersabda: “ Barang
siapa membaca al-Qur‟an dan mengamalkannya maka Allah akan
memakaikannya mahkota kepada kedua orang tuanya di hari kiamat
cahaya al-Qur‟an yang lebih bagus dari cahaya matahari di
dunia.”

1
Ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Quran selama-lamanya.
2
Suhuf, Jurnal Kajian al-Qur’an, (Vol 1, No 1, 2008), hlm 111.
3
Ahmad Salim Badwilan, Panduan Cepat Menghafal al-Qur‟an dan Rahasia-
rahasia Keajaibannya, (Jogjakarta: Diva Press, 2009),hlm,6.
4
Ahmad Salim Badwilan, ibid, hlm,7.
5
Abu Zakariyah Yahya bin Syarifuddin An-Nawawi Asy-Syafi’I, Attibyan Fi Adabi Hamalatil
al-Qur‟an, (Beirut: Al-Haromain), hlm,16.
1
2

Al-Qur‟an berisi pesan-pesan Ilahi (Risalah Ilahiyyah) untuk umat


manusia yang disampaikan melaui Nabi Muhammad SAW. Pesan-pesan tersebut
tidak berbeda dengan risalah yang dibawa oleh Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, dan
rasul-rasul lainnya sampai kepada Nabi Isa SAW. Risalah itu adalah
mentauhidkan Allah, yaitu “Ma lakum min ilahin ghayruh (tidak ada bagi kamu
Tuhan selain-Nya).6
Stagnasi yang dialami ilmu tajwid dan ilmu qiraat selama beberapa
dekade, membuat kedua ilmu ini mengalami ketinggalan dibanding dengan ilmu
bunyi lain, terutama jika dihubungkan dengan sarana teknologi informasi. Oleh
sebab itu, pemutakhiran ilmu tajwid dan ilmu qira’at merupakan keharusan demi
pelestarian kedua ilmu tersebut.7
Diantara ilmu-ilmu keislaman yang jarang dipelajari oleh umat Islam
adalah ilmu Qira’at (kata qira‟at sebagai jamak dari qira‟ah). Ilmu qira’at adalah
Ilmu yang digunakan untuk mengetahui cara mengucapkan atau melafalkan kata-
kata (bacaan) dalam al-Qur’an, baik disepakati oleh para qurra’ (para ahli qiraat)
atau yang diperselisihkan.
Obyek pembahasan ilmu qira’at adalah kata-kata (bacaan) dalam al-
Qur’an dari segi bagaimana cara membacanya. Kegunaan ilmu qira’at adalah
untuk menjaga kesalahan dalam membaca al-Qur’an, menjaga dari perubahan,
mengetahui bagaimana para Qurra’ membaca, dan dapat membedakan bacaan
yang boleh dan yang tidak boleh. Ilmu ini memiliki keutamaan yang tinggi
karena berkaitan dengan kitab samawi yang paling mulia (al-Qur’an). Orang
yang pertama kali menyusun qira’at adalah para Qurra’. Ada yang berpendapat,
bahwa yang awal mula menyusun ilmu Qira‟‟at adalah Abu ‘Umar Hafsh bin
‘Umar al-Duri.8
Sebagai kitab suci al-Qur‟an tidak boleh dibaca dengan semaunya sendiri.
Ada aturan-aturan tertentu dalam membacanya. Hanya mengenal huruf Arab saja
tidak cukup untuk membaca al-Qur‟an. Karena keunikannya ini, belajar membaca
al-Quran (mengaji) tidak cukup hanya dengan membaca buku-buku tajwid

6
Kadar M. Yusuf, Studi Al-Qur‟an, (Jakarta: Amzah, 2012), hlm, 166
7
Ibid, hlm, 5.
8
M. Solahudin, Ulama Penjaga Wahyu, (Kediri: Nous Pustaka Utama, 2013), hlm, 38.
misalnya. Belajar al-Qur‟an harus dihadapan seorang guru. Tujuannya adalah
agar sang murid dapat melihat gerakan mulut gurunya, dan begitu juga
sebaliknya. Lebih dari itu, idealnya guru yang mengajar al-Qur‟an, adalah yang
memiliki sanad bersambung hingga Nabi Muhammad s.a.w. dengan begitu apa
yang di ajarkan muridnya bener-bener dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata
lain, qira’ah yang disampaikan gurunya adalah Qira‟ah Shahihah (bacaan yang
benar). Dalam Haqq al-Tilawah yang ditulis oleh Husni Syaikh ‘Utsman,
disebutkan tiga syarat dari qira‟ah shahihah, yaitu: Pertama qira’ah yang
dipelajari memiliki sanad shahih yang bersambung hingga Nabi Muhammad,
kedua sesuai dengan bahasa Arab yang fasihah atau afsah dan ketiga sesuai
dengan tulisan dalam mushaf Rasm Utsmani.
Pondok pesantren sebagai pusat pendalaman ilmu-ilmu agama Islam
(tafaqquh fi al-din) yang bersumber dari karya-karya Islam klasik. Oleh sebab itu,
pondok pesantren masih tetap diakui oleh masyarakat karena beranggapan bahwa
pendidikan keperibadian pesantren lebih unggul dibandingkan pendidikan sekolah
atau madrasah. Istilah pesantren telah akrab pemakaiannya di kalangan
masyarakat untuk membedakan antara pendidikan Islam dan pendidikan umum.
Pondok Pesantren Kempek merupakan salah satu pondok pesantren salaf
terbesar di Kabupaten Cirebon yang didirikan oleh Kyai Harun putra dari Kyai
Abdul Jalil sekitar tahun 1908 M. Pondok Pesantren Kempek adalah pondok
pesantren yang mengedepankan pembelajaran pembacaan al-Qur‟an dengan baik,
tartil dan benar dengan logat khas kempekan. Oleh karena itu, Pondok Pesantren
Kempek mempunyai khas tersendiri dalam membaca al-Qur‟an yang terkenal
denganal-Qur‟an Kempekan karena bagi setiap santri baru diwajibkan untuk
Makhrojan yaitu belajar Makhroj dan tajwid disertai suara sehingga bisa fasih
setiap menjelang fajar. Selain itu, hal yang menarik dalam pembelajan al-Qur‟an
di Pondok Pesantren adalah ilmu qiro‟at yang menginduk ke Pondok Krapyak
Yogyakarta yang dipimpin oleh Syekh Munawwir bin Abdillah ar-Rosyad (pada
saat itu) yaitu ilmu qiro‟at dengan literatur kitab al-Ikhtilaf dan Muqorror.
Yang pertama kali mengajarkan al-Qur‟an di Pondok Pesantren Kempek
dengan menggunakan Qira’at yaitu K.H. Umar Shaleh beliau belajar Qira’at
pada Syekh Munawwir bin Abdillah ar-Rosyad (Krapyak) Qira’at yang diajarkan
yaitu Qira’at umum yang sering dibaca di Indonesia yaitu Qira’at Imam Hafs min
riwayat Imam ‘Ashim dalam Qira‟at Sab‟ah, setiap Imam mempunyai dua murid
Imam ‘Ashim pun mempunyai dua murid yaitu Imam Hafs dan Syu’bah. Supaya
kita mempunyai sanad Qira‟at min riwayat Imam „Ashim maka harus belajar atau
memahami Qira’at muridnya Imam ‘Ashim yaitu Imam Syu’bah dan Hafs.
Karena diantara Imam Syu’bah dan Hafs cara membacanya ada yang berbeda,
walaupun satu guru akan tetapi ada yang beda dalam membacanya.
Metode pembelajaran al-Qur‟an di Kempek itu bisa ditempuh dengan Bin
Nadzor dan Bil Hifdzi. Pada awal perkembangannya, pembangunan Pondok
Pesantren Kempek hanya menggunakan metode pembacaan Bil-Hifdzi pada juz
terahir (juz 30) saja dan dari juz 1 sampai dengan juz 29 ditempuh dengan Bin
Nadzor. Adapun Untuk pembelajaran al-Qur‟an dengan cara Bin Nadzor paling
lama ditempuh dalam jangka waktu lima Tahun baru bisa mengikuti resepsi
Khotmil Qur’an yang diselenggarakan pada bulan Rajab untuk Putri, bulan
Ruwah untuk Putra. Pada bulan Ramadhan dikhususkan untuk para khatimin dan
khatimat mengikuti kajian Qira‟at biasa di sebut dengan Tamrinul Idarah.
Kegiatan atau kajian tersebut dilaksanakan hanya sekali dalam setahun. Kajian
berlangsung dimulai dari seminggu sebelum Bulan Ramadhan sampai tanggal 25
Ramadhan untuk Putri. Pada tanggal 25 sampai malam 30 Ramadhan untuk Putra.
Pengertian Tamriinul Idarah secara bahasa Tamriin artinya latihan atau praktek
membaca al-Qur‟andengan menggunakan Qira‟ah ‘Ashim Riwayat Hafs dan
Syu’bah. Adapun Idarah sendiri artinya adalah berputar atau bergantian. Jadi
Tamriinul Idarah adalah kajian dan penelitian pembacaan al-Qur’an dengan
menggunakan Qira‟ah ‘Ashim Riwayat Hafs dan Syu’bah yang dilakukan secara
berputar dan bergantian. Santri atau peserta yang mengikuti Tamrinl Idarah tidak
hanya dari Pondok Pesantren Kempek, tetapi diikuti juga oleh santri di luar
Kempek dan masyarakat umum. Kajian tersebut sudah ditetapkan sejak tahun
1384 H/ atau sekitar 1962 Msampai sekarang.
Dalam penelitian ini, untuk mengungkap lebih jelas mengenai Pembacaan
al-Qur’an dengan menggunakan cara Tamriinul Idarah yang memfokuskan pada
Qira’ah Imam ‘Ashim Riwayat Imam Hafs dan Syu’bah di Pondok Pesantren
Kempek Cirebon. Maka peneliti menggunakan kajian Living Qur‟an. Living
Qur‟an adalah penelitian ilmiah tentang fenomena al-Qur’an yang berada
ditengah kalangan masyarakat.
Living Qur‟an adalah kajian atau penelitian ilmiah tentang berbagai
peristiwa sosial terkait dengan kehadiran al-Qur’an atau keberadaan al-Qur’an
disebuah komunitas muslim tertentu.

B. Rumusan Masalah
Di antara banyaknya metode-metode Qiro‟ah al-Qur‟an dengan cara yang
diterapkan di Pondok Pesantren Kempek Penulis hanya membatasi dengan
meneliti metode yang digunakan di Pondok Pesantren Kempek disertai latar
belakang pondok pesantren serta Biografi Para Qurra’.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang akan
dibahas dalam tulisan ini adalah dengan dengan mengungkap sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pembacaan al-Qur’an Qiro’ah ‘ashim dalam
program Tamrinul Idaroh?
2. Bagaimana metode pembacaan al-Qur’an Qiro’ah ‘ashim dalam
program Tamrinul Idaroh?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengungkap bagaimana prosespembacaan al-Qur’an Qiro’ah ‘ashim
dalam program Tamrinul Idaroh di Pondok Pesantren Kempek.
2. Meneliti bagaimana metode membaca al-Qur’an dengan
menggunakan Qira’ah ‘Ashim dalam program Tamrinul Idarohdi
Pondok Pesantren Kempek.
D. ManfaatPenelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat, baik alumni
maupun para santri sendiri:
1. Diharapkan dengan adanya hasil penelitian ini sebagai bahan
informasi mengenai bagaimana proses membaca al-Qur’an dengan
baik dan benar yang di laksanakan dalam Qira’ah ‘Ashim di pondok
pesantren kempek.
2. Kegunaan dari penelitian ini adalah tersedianya informasi mengenai
bagaimana cara membaca al-Qur’an yang diterapkan di Pondok
Pesantren Kempek dan keterkaitan dengan bacaan al-Qur’an pada
umumnya.
E. Tela’ah Pustaka
Penelitian yang memfokuskan kajian tentang Qira‟atal-Qur'an telah
banyak dilakukan, diantaranya adalah:
Pertama penelitian pada Tahun 2014 yang ditulis oleh Didi
Junaedi9tentang Living Qur‟an Di Pesantren10yang dilatar belakangi oleh
beberapa hal berikut ini: 1). Q.S. al-Isra: 82 dan Q.S. Fushilat: 44. 2). Mengikuti
tradisi para ulama Nahdlatul Ulama (NU). 3). Pimpinah pondok pesantren As-
Siroj al-Hasan mendapat ijazah surat al-Waqi’ah dari Syekh Muhammad Fadhil
al-Jailani, salah satu keturunan dari ulama besar Syekh Abdul Qadir al-Jailani.
Kedua penelitian pada Tahun 2010 ditulis oleh Romdloni
tentangImplementasi Metoode Pembelajaran Qira‟ah Sab‟ah di Pondok
Pesantren Tahfidzul Qur‟an (PPTQ) Raudhatus Shalihin Wetan Pasar Besar
MalangMetode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif, sedangkan teknik pengumpulan data dengan melalui observasi,
wawancara dan dokumentasi. Dari hasil penelitiannya, yang dilatar belakangi
dengan adanya kajian Qira‟ah Sab‟ah banyak diajarkan di pondok pesantren al-
Qur’an mengajarkn materi Qira‟ah Sab‟ah, hanya sebagian kecil yang
mengajarkannya. Faktor penyebabnya adalah, di samping sulitnya dalam
mempelajari Qira‟ah sab‟ah, ilmu Qira‟ah Sab‟ah sendiri sulit diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari, juga faktor utamanya adalah keterbatasan orang
yang ahli dibidang ilmu Qira‟ah Sab‟ah.

9
(salah satu dosen Fakultas Ushuluddin IAIN Syekh Nurjati Cirebon)
10
(Studi tentang Tradisi Pembacaan Surah Al-Waqi’ah Setiap Hari di Pondok Pesantren As-
Siroj Al-Hasan Desa Kalimukti Kec. Pabedilan Kabupaten Cirebon)
Ketiga Skripsi yang ditulis oleh Siti Fauziah tahun 2014 tentang
Pembacaanal-Qur‟an Surat-surat Pilihan di Pondok Pesantren Putri Daar Al-
Furqon Janggalan Kudus (Studi Living Qur’an), jenis penelitian ini penulis
gunakan untuk melihat praktik pembacaan al-Qur’an surat-surat pilihan di Pondok
Pesantren Putri Daar al-Furqon, dengan menggunakan teori sosiologis
pengetahuan dari Karl Mannheim, metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif kualitatif, sedangkan teknik pengumpulan data dengan
melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.
Keempat Penelitian yang ditulis oleh Atabik Lutfi, 11 tahun 2011 tentang
Pengajaran Tafsir al-Qur‟an (Studi Orientasi Metodologi Pengajaran Tafsir al-
Qur’an di Pondok Pesantren Kempek Cirebon).
Kelima fenomena pembacaan al-Qur’an Qira’ah ‘Ashim dalam Program
Tamrinul Idaroh di Pondok Pesantren Kempek Cirebon,yang dilaksanakn hanya
sekali dalam setahun tepatnya pada bulan suci Ramadhan yang dipimpin langsung
oleh KH. Nawawi Umar Sholeh untuk santri putra, sedangkan untuk santri putri
dipimpin oleh K. Achmad Hakim Hisyam dan K. Akhfas al-Faizzi Harun.
Tamrinul Idaroh sebagai rutinitas ‘amaliyah setiap bulan Ramadhan sebagai ujian
akhir bagi para santriwan santriwati di Pondok Pesantren Kempek yang akan
menyandang predikat lulus dengan mengemban Sanad al-Qur’an Kempek yang
bersambung sampai Nabi Muhammad SAW.
F. Krangka Teori
1) Pengertian Qira’at
Al-Qira’at, jamak dari qiraatan, mashdar dari qara‟a, yara‟u qira‟atan.
Menurut istilah berarti: madzhab pembaca al-Qur’an dari para imam qura‟ yang
masing-masing mempunyai perbedaan dalam pengucapanal-Qur’an dan
disandarkan pada sanad-sanadnya sampai kepada Rasullah Saw.12
Qira’ah dari segi bahasa adalah bacaan. Dengan demikian, qira’ah Al-
Qur’an berarti bacaan al-Qur’an. Menurut Istilah, Qira’at adalah suatu madzhab

11
Salah satu dosen Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
12
Muhammad Ali Ash-Sha``abuni, Ikhtisar Ulumul Qur‟anPraktis, (Jakarta: Pustaka
Amani, 2001) hlm, 357.
yang dianut oleh seorang imam dalam membaca al-Qur’an yang berbeada satu
dengan yang lainnya dalam pengucapan al-Qur’an serta disepakati riwayat dan
jalurnya , baik perbedaan dalam pengucapan hurufdan lafadznya.13
Para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikan qira’ah. Manna’
Khalil al-Qattan mendefinisikan Qira’ah sebagai salah satu madzhab pengucapan
al-Qur’an yang dipilih oleh seorang imam Qurra’ sebagai suatu madzhab yang
berbeda dari cabang yang lain.14
Al-Jazari mengartikan Qira‟ah sebagai pengetahuan tentang cara-cara
melafalkan kalimat al-Qur’an dengan menyandarkan kepada penukilnya. 15
Menurut M.Natsar Arsyad, perintis ilmu al-Qur’an di antaranya adalah Abu
Ubaidal-Qassim ibnu salam, Abu Hatim al-Sajistani, Abu Ja’far ath-Thabari, dan
Ismail al-Qadhi.16
2) Teori Qira’at ‘Ashim Riwayat Hafs
Qira’at merupakan konsekuensi dari adanya deferensisasi qira’at merupakan
konsekuensi dari adanya sab‟ah ahruf yang bersumber dari riwayat yang
bersambung sampai Rasulallah SAW. Dengan kata lain, deferensiasi qira’at
akhirnya terinstitusi dalam beberapa madzhab qira’at merupakan sesuatu yang
harus disandarkan pada sistem riwayat.17
Berikut ini akan disampaikan beberapa teori madzhab qira’at ‘Ashim riwayat
Hafs yang akan diawali terlebih dahulu dengan perbedaan qawa‟id ushuliyah.
a. Bacaan basmalah
Mengenai aturan membaca basmalah, para ulama ahli qira’at membaginya
menjadi tiga macam:
a) Basmalah yang dibaca pada permulaan surah

13
Rusydi Anwar, Pengantar Ulumul Qur‟an dan Ulumul Hadits Teori dan Metodologi,
(Yogyakarta: IRCSoD, 2015) hlm 130 yang dikutip dari Kitab Manahilul „Irfan Fi Ulumil Qur‟an
karya Az-Zarqani, (Beirut: Darul Fikr, 1988) hlm, 142.
14
Ibid
15
Ibid hlm 143, yang dikutip dari bukunya Abduh Zulfikar Akaha, Al-Qur‟an dan
Qira‟ah
(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1996), hlm, 194.
16
Ibid, yang dikutip dari bukunya M. Natsir Arsyid, Seputar al-Qur‟an, Hadits, dan Ilmu
(Bandung: Al-Bayan 1995), hlm, 35-37.
17
Wawan djunaidi, Sejarah Qira‟at al-Qur‟an, (Jakarta Pusat: Pustaka STAINU, 2008), hlm
102.
Para ulama bisa dibilang sepakat bahwa basmalah dibaca di awal
setiap surah, kecuali pada permulaan surah al-Taubah.
b) Basmalah yang dibaca bukan pada permulaan surah
Para ulama juga masih sepakat dalam kasus basmalah yang bukan
pada permulaan surah boleh membacanya atau tidak membacanya.
Hanya saja menurut mereka, yang lebih utama adalah tetap
membaca basmalah sekalipun tidak pada permulaan surah.
c) Basmalah yang dibaca di antara dua surah al-Qur’an
Pada bagian inilah para imam qira’at berbeda pendapat. Di antara
mereka ada yang berpendapat bahwa basmalah tetap dibaca di
akhir sebuah surah sebelum seseorang meneruskan pada surah al-
Qur’an yang lainnya. Namun, ada juga imam qira’at yang
berpendapat bahwa basmalah dibaca di antara dua surah adalah
Imam ‘Ashim.
Kelompok imam qira’at yang menganjurkan bacaan
basmalah di antara dua surah masih membedakan permasalahan ini
menjadi dua hal:18
1. Menyambung basmalah di antara dua surah al-Qur’an selain
surah al-Taubah. Dalam hal ini mereka memberikan tiga macam
cara bacaan basmalah.
a) Qath‟ al-Jami‟, yakni selalu waqaf (berhenti) pada
bagian masing-masing komponen kalimat.
b) Qath‟ al-awwal wa washl al-tsani, yaitu membaca waqof
pada bagian akhir surah yang pertama, untuk kemudian
memulai membaca basmalah dengan cara menyambungnya
dengan bagian awal surah yang berikutnya.
c) Wahl al-Jami‟, yakni dengan cara membaca washl
(sambung) semua komponen kalimat.

18
Wawan djunaidi, Sejarah Qira‟at al-ur‟an, hlm 102.
G. Metode Dan Langkah-langkah Penelitian
Dalam penelitian skripsi ini merupakan peneliti kualitatif, metode yang
penulis pakai adalah sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research)19
karena mencoba membuktikan teori ilmu Qiraat yang sudah ada dengan
kenyataannya di lapangan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
kualitatif20 dan tergolong dalam penelitian deskriptif.21
2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian ini adalah deskriptif-analitis yakni menyajikan,
menguraikan, menganalisis dan mengumpulkannya sebagai data.
3. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek
penelitian dengan menggunakan pengambilan data langsung pada subjek
yang diteliti. Dalam skripsi ini data primer diperoleh melalui wawancara
langsung dengan Pengasuh, Alumni dan Santridi Pondok Pesantren
Kempek yang mengetahui pertama kali adanya pembacaan al-Qur’an
dalam program Tamrinul Idarohdi Pondok Pesantren Kempek, didukung
dengan hasil observasi lapangan yaitu dengan cara mengikuti langsung
kajianyang biasa dilakukan pada bulan Ramadhan.Dengan adanya
observasi ini, akan diketahui bagaimana metode yang digunakan ketika
mengkaji Tamrinul Idarah.
b. Data Sekunder
19
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Penerbit
Rineka Cipta, 199), hlm, 229. (Selanjutnya ditulis Arikanto, Prosedur Penelitian…)
20
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan filsafat
postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah
sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, analisis data
bersifat kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generealisai.
Lihat Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta.
2008) hlm 9.(Selanjutnya ditulis Sugiyono, Metodologi Penelitian…)
21
Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah
yang ada sekarang berdasarkan data-data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisis, dan
menginterpretasi. Lihat Narbuka, Cholid dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2008) hlm, 15 (Selanjutnya ditulis Narbuka, Metodologi Penelitian…)
Data yang tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek
penelitian. Data ini diperoleh dari buku-buku yang menjelaskan tentang
Qiraat, seperti dalam buku Ulama Penjaga Wahyu Biografi Kiai
Munawwir Krapyak (pembawa Qira’ah ‘Ashim Riwayat Hafsh ke
Indonesia) dan para penerusnya, yang ditulis oleh M.
Solahudin22Ensiklopedi, artikel, makalah-makalah seminar, dan sumber
lain. Data sekunder ini sebagai pendukung terhadap data primer tersebut.
4. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam skripsi ini adalah:
1. Observasi
Di sini penulis melakukan observasi ke Pondok Pesantren Kempek
Cirebon untuk mengetahui metode Pembelajaran kajian Tamrinul
Iadarah.
Dari hasil observasi diketahui sinkronisasi antara teori yang ada
dengan hasil obeservasi. Penelitian lapangan ini penulis lakukan untuk
mengetahui metode pembelajaran dan manfaatnya. Selain itu, dengan
metode observasi ini data yang diperoleh lebih akurat karena data
diperoleh langsung pada saat pembelajaran berlangsung, dan
menggunakan observasi berstruktur dimana pelaksanaannya
menggunakan metode pengamatan.23
2. Dokumentasi24
Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam skripsi ini
penulis menggunakan metode library research yakni penulis
melakukan analisis terhadap sumber data terhadap buku-buku yang
didalamnya membahas tentang masalah Ilmu Qiraat dan Living
Qur’an, sebagai data primer dan buku lain sebagai data pendukung.
3. Wawancara25

22
M. Solahuddin, Ulama Penjaga Wahyu, (kediri: Nous 2013).
23
Sugiyono, Metodologi Penelitian….hlm, 225.
24
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupacatatan,
transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Lihat
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta, 2002, hlm, 206.
Wawancara atau interview merupakan teknik yang sangat penting
dalam suatu penelitian. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara
dengan Pengasuh, Alumni dan Santri di Pondok Pesantren Kempek.
Interview yang ditujukan kepada pimpinan Pondok Pesantren Kempek
Kecamatan Gempol Kabupaten Cirebon yang bertujuan untuk
memperoleh data yang berkaitan dengan sejarah berdirinya Pondok
Pesantren Kempek serta perkembangannya. Sedangkan interview yang
ditujukan kepada pengasuh di Pondok PesantrenKempek adalah untuk
mengetahui tujuan dan manfaat apa saja ketika kita mengaji al-Qur’an
dengan sanad dari Qira’ah ‘Ashim riwayat Imam Hafs dan Syu’bah.
4. Metode Analisis Data
Setelah data terkumpul, data diolah dengan metode deskriptif
analisis dan metode komparatif. Deskripsi yakni menggambarkan metode
pembelajaran Qira’ah dengan menggunakan Tamrinul Idarah. Metode
deskripsi ini digunakan untuk menjelaskan kebenaran dan kesalahan dari
suatu analisis yang dikembangkan dengan melihat kelebihan dan
kekurangan objek yang diteliti. Teknis analisis deskriptif merupakan
prosedur statistik untuk menguji hasil penelitian yang didasarkan atas
satu variabel. Kemudian metode komparatif yang mana penulis akan
memberikan deskripsi mengenai hasil analisis yang penulis lakukan dan
membandingkannya dengan metode ephemeris.
Proses analisis data dimulai dengan pengumpulan buku-buku atau
data-data yang berkaitan dengan ilmu Qiraat, dan sanad dari Qiraat yang
digunakan di Pesantren, latar belakang terjadinya Tamrinul Idarah, dan
biografi para Qurra‟ dengan Living Qur‟an.

25
Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang
ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
berdasarkan tujuan tertentu. Lihat Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif Paradigma Baru
Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet IV , 2004, hlm,
180.
H. Sistematika Penulisan
Pembahasan dalam skripsi ini dibagi atas lima bab, masing-masing bab
dibagi dalam sub topik pembahasan. Hal ini dimaksud agar pembahasannya lebih
terarah dan sistematis sehingga dengan mudah dipahami isi dan tujuannya.
Bab pertama, pendahuluan yang mengenai seluk beluk penelitian skripsi
dari mulai latar belakang masalah, pembatasan danrumusan masalah, tujuan
danmanfaatpenelitian, kajian riset sebelumnya, kerangka teori, metodologi
penelitian, langkah-langkah penelitian, sistematika penelitian, dan rencana waktu
penelitian.
Bab keduaPada Bab ini penulis akan membahas tentang landasan teori
yang akandijadikan ukuran atau standarisasi dalam pembahasan pada bab
selanjutnya.Adapun tinjauan teoritis meliputi: teori dan tentangkajian al-Qur’an
dalam ranah Living Qur‟an.
Bab ketiga Bab ini akan membahas tentang profil Pondok Pesantren
Kempek, visi dan misi Pondok Pesantren Kempek, kegiatan akademik,
kepengurusan dan juga saranadan prasarana yang terdapat di Pondok Pesantren
Kempek..
Bab keempat Pada bab ini akan diuraikan tentang pelaksanaan pembacaan
al-Qur’an qiraah ‘Ashim dalam program Tamrinul Idaroh di Pondok Pesantren
Kempek Cirebon.Bab ini mempunyai arti penting bagi keseluruhankegiatan
penelitian. Karena pada bab ini peneliti membahas tentang analisisdata yang telah
ditemukan kemudian mencocokkan dengan teori yang ada.
Bab kelima Berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan juga saran
daripeneliti kepada lembaga yang menjadi objek penelitian juga sekaligus menjadi
penutup dari proposal Skripsi ini.

Anda mungkin juga menyukai