Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“TAFSIR AYAT TENTANG QIRADH”

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Terstruktur


Mata Kuliah: Tafsir Ayat Ekonomi
Dosen Pengampu: Dr. Hj. Hartati, MA

Disusun oleh :

Muhamad Hamdan Tauvqillaah (1708304049)

Kelas: IAT B/IV

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SYEKH NURJATI CIREBON

2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................................ 1
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. 3
BAB I ............................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 4
A. Latar belakang ................................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 4
C. Tujuan pembahasan .......................................................................................................................... 4
BAB II .......................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 5
A. Ayat yang melandasi Qiradh: an-Nisa (4): 4..................................................................................... 5
B. Pendapat Mufassir tentang surat an-Nisa (4): 29 .............................................................................. 6
a) Tafsir al-Maraghi .......................................................................................................................... 6
b) Tafsir Ibnu Katsir .......................................................................................................................... 8
c) Tafsir Jalalain ................................................................................................................................ 9
BAB III....................................................................................................................................................... 11
PENUTUP.................................................................................................................................................. 11
A. Kesimpulan ..................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 12
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya pada kita semua. Sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada pangkuan Nabi besar
Muhammad SAW yang telah membawa kita ke alam yang penuh rahmat ini, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah Tafsir Ayat Ekonomi dengan judul “Riba dan pembagianya”.

Penulis berterima kasih kepada banyak pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini, sehingga makalah ini dapat terealisasikan dengan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran
dan kritik dari pembaca makalah ini sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini
kedepanya.

Cirebon, 16 Mei 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sejak adanya kehidupan manusia di permukaan bumi, hajat hidup untuk secara kooperatif di
antara manusia telah dirasakan dan telah diakui sebagai faktor esensial agar dapat
mempertahankan hidup. Seluruh manusia bergantung kepada yang lain untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Ketergantungan mutualistik dalam kehidupan individu dan sosial di antara
manusia telah melahirkan sebuah proses evaluasi gradual dalam pembentukan sistem pertukaran
barang dan pelayanan.

Islam adalah undang-undang yang disyari’atkan Allah dengan perantaraan Nabi Muhamad
SAW, baik berupa ibadah, maupun mu’amalah. Allah menjelaskan kepada manusia untuk
beribadah kepadanya, dan juga bermua’malah dalam bentuk jual beli, sewa menyewa, hutang
piutang, penerapan pelaksaan Qiradh dan lainnya.

Qiradh merupakan salah satu bentuk sistem ekonomi islam yang juga dipraktekan Nabi
Muhamad SAW dan juga berdasarkan ayat al-Qur’an.

B. Rumusan Masalah

1. Apa ayat al-Qur’an tentang Qiradh ?


2. Bagaimana penafsiran ayat tersebut ?
3. Bagaimana perbandingan tafsiran ayat Qiradh di antara mufassir?

C. Tujuan pembahasan

1. Untuk mengetahui ayat al-Qur’an tentang Qirad


2. Untuk mengetahui penafsiran ayat yang berkaitan tentang Qiradh
BAB II

PEMBAHASAN

Qiradh secara bahasa adalah ‫القطع‬, artinya memutus, sedangkan menurut istilah artinya
pemilik modal atau investor menyerahkan modalnya pada penyedia tenaga keahlian kerja
(amil) untuk diniagakan dengan sistem bagi hasil1. Qiradh yang juga disebut mudharabah,
Imam Hanafi, Hambali dan Zaidiyyah menyebutnya dengan istilah mudharabah,
sementara Malikiyah dan Syafi’ah menggunakan istilah Qiradh2

Dari definisi diatas Qiradh adalah sistem perjanjian di antara pemilik modal dan
pengelola diamana pemilik modal memberikan modal untuk diniagakan dengan sistem
bagi hasil.

Secara umum kegiatan Qiradh lebih mencerminkan anjuran untuk melaksanakan usaha
dengan akad atau perjanjian yang sesusai dengan syari’at. Hal ini terdapat ayat al-Qur’an
yang meladasi tentang Qiradh tersebut seperti surat an-Nisa (4): 29.3

A. Ayat yang melandasi Qiradh: an-Nisa (4)

َٰٓ َّ ‫ََٰٓيأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ ََل ت َ ۡأ ُكلُ َٰٓواْ أ َ ۡم َولَ ُكم بَ ۡينَ ُكم ِب ۡٱلبَ ِط ِل ِإ‬
‫َل أَن ت َ ُكونَ ِت َج َرة ً َعن‬
٢٩ ‫ٱّللَ َكانَ ِب ُك ۡم َر ِح ٗيما‬ َّ ‫س ُك ۡۚۡم إِ َّن‬َ ُ‫اض ِمن ُك ۡۚۡم َو ََل ت َ ۡقتُلُ َٰٓواْ أَنف‬
ٖ ‫ت َ َر‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama"suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya
Allah maha Penyayang keepadamu”
Ayat diatas melarang kita memperoleh harta dengan cara yang batil namun harus
dengan cara yang benar seperti lewat perniagaan yang sesuai syar’at. Dalam perniagaan

1
Ibnu Qosim, Fathul Qorib, (Kediri: Anfha, 2015) hlm. 413
2
Veithzal rival, Islamic Financial Management (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm 203
3
M. Ichwan Sam dkk, Himpunan Fatwa Keuangan Syari’ah (Jakarta: Erlangga, 2014) hlm 7
terdapat beberapa akad atau perjanjian di antara dua belah pihak untuk saling bekerja sama,
salah satunya akad Qiradh.

Ayat tadi juga menyebutkan harus melakukan perniagaan yang berdasarkan suka sama
suka, maka dapat dipahami untuk mewujudkan perniagaan seperti itu, maka akad atau
perjanjian yang ada di dalamnya tidak boleh merugikan salah satu pihak.

Qiradh hadir sebagai salah satu akad dalam perniagaan dimana pemilik modal
menyerahkn sejumlah uang sebagai modal kepada orang lain untuk dikelola dengan sistem
bagi hasil, praktek Qiradh ini sudah dipraketkan oleh Nabi Muhamad SAW dengan Siti
Khadijah.4

B. Pendapat Mufassir tentang surat an-Nisa (4): 29

a) Tafsir al-Maraghi

ِ ‫ِين آ َمنُوا ال تَأ ْ ُكلُوا أ َ ْموالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم ِبا ْل‬


‫باط ِل) الباطل من البطل والبطالن وهو‬ َ ‫(يا أَيُّ َها الَّذ‬
‫ وال رضا ممن‬،‫ وفي الشرع أخذ المال بدون عوض حقيقى يعتد به‬،‫الضياع والخسار‬
‫ فيدخل في ذلك النصب والغش والخداع‬،‫ أو إنفاقه في غير وجه حقيقى نافع‬،‫يؤخذ منه‬
‫والربا والغبن وإنفاق المال في الوجوه المحرمة واإلسراف بوضع المال فيما ال يرضى‬
5
.‫به العقالء‬
Kata al-bathil berasal dari al-buthl dan al-buthlan, berarti ke sia-siaan dan kerugian,
menurut syara' adalah: mengambil harta tanpa pengganti hakiki yang biasa, dan keridhaan
dari pemilik harta yang diambil itu, atau menafkahkan harta bukan pada jalan hakiki yang
bermanfaat, maka termasuk ke dalam hal ini adalah lotre, penipuan di dalam jual beli, riba,
dan menafkahkan harta pada jalan jalan yang diharamkan, serta pemborosan dengan
mengeluarkan harta untuk hal-hal yang tidak dibenarkan oleh akal.

Dari penjelasan diatas, Al-Maraghi menafsirkan lafadz al-bathil dalam konetks ayat
diatas dengan dengan cara mendefinisakan maknanya secara bahasa dan menjelaskan

4 Siti Nurhayati, Akuntasi Syari’ah di Indonesia (Jakarta: Salemba Empat 2015) hlm 129.
5 Musthofa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi (Libanon-Beirut: Darul Kitab 1946) hlm 250
maksdunya menurut pandangan beliau, bahwa lafadz al-bathil adalah mengambil harta
dengan cara yang tidak benar atau menggunakan harta tersebut dijalan yang tidak
dibenarkan pula.

Jika dikaitkan dengan pembahasan Qiradh, ayat diatas melarang mudharib (pekerja atau
pengelola) menggunakan modal yang diterima dari pemodal secara sembarangan dan
ceroboh yang dapat merugikan (shohibul mal (pemberi modal), seperti menghabiskan
modal itu untuk kebutuhan pribadinya.

Salah satu syarat Qiradh, mudharib memang bebas menggunakan modal tersebut tanpa
batasan yang menyulitkan dari si pemberi modal, namun mudharib tetap harus
menggunakan modal itu sesuai dengan kebutuhan, mengingat Qiradh termasuk kedalam
akad amanah.6

‫ وعبر عنه األكل ألنه أكثر أوجه استعمال‬،‫والمراد باألكل األخذ على أي وجه‬
‫ تنبيها‬،‫ وأضاف األموال إلى الجميع ولم يقل ال يأكل بعضكم مال بعض‬،‫المال وأقواها‬
7
‫إلى تكافل األمة في الحقوق والمصالح كأن مال كل واحد منها هو مال األمة جميعها‬
Yang dimaksud dengan memakan di sini adalah mengambil dengan cara bagaimana
pun. Diungkapkan dengan kata makan kerana ia merupakan cara yang paling banyak dan
kuat digunakan. Harta disandarkan kepada semua orang (kalian) dan tidak dikatakan,
"Janganlah sebagian kalian memakan harta sebagian yang lain", di maksudkan untuk
mengingatkan bahwa umat saling membahu di dalam menjamin hak-hak dan maslahat-
maslahat, seakan-akan, harta setiap orang dari mereka adalah harta umat seluruhnya.

‫راض ِم ْن ُك ْم (أي ال تكونوا من ذوى األطماع الذين يأكلون‬


ٍ َ‫جارةً ع َْن ت‬ َ ‫) َّال أ َ ْن تَك‬
َ ِ‫ُون ت‬
‫ ولكن كلوها بالتجارة التي قوام الحل‬،‫أموال الناس بغير مقابل لها من عين أو منفعة‬
8
‫فيها التراضي‬

6
Ibnu Qosim, Fathul Qorib, hlm 414
7
Musthofa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, hlm 251
8
Musthofa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, hlm 252
Janganlah kalian termasuk orang-orang yang tamak yang memakan harta orang lain
tanpa ganti mata uang atau suatu manfa’at. Tapi makanlah harta itu dengan perniagaan
yang pokok penghalalannya ialah saling meridhai.

َ ُ‫(وال ت َ ْقتُلُوا أ َ ْنف‬


‫ ولإلشعار‬،‫ وعبر بذلك للمبالغة فى الزجر‬،‫س ُك ْم) أي ال يقتل بعضكم بعضا‬ َ
‫ وقد جاء فى الحديث «المؤمنون كالنفس الواحدة» وألن‬،‫بتعاون األمة وتكافلها ووحدتها‬
9
.‫ فكأنه قتل نفسه‬،‫قتل اإلنسان لغيره يفضى إلى قتله قصاصا أو ثأرا‬

Yakni, Janganlah sebahagian kalian membunuh sebagian yang lain. Diungkapkan


demikian dimaksudkan sebagai mubalaghah (penekanan) didalam melarang, dan untuk
menyadarkan bahwa umat itu saling membahu, menjamin dan bersatu. Di dalam Hadis
dikatakan: "Kaum mu'minin itu laksana satu diri".

b) Tafsir Ibnu Katsir

ُ‫اركَ َوتَعَالَى ِعبَا َده‬ َ َ‫باط ِل) ينهى تَب‬ ِ ‫ِين آ َمنُوا ال تَأ ْ ُكلُوا أ َ ْموالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِا ْل‬
َ ‫(يا أَيُّ َها الَّذ‬
َ ‫ب الَّتِي ِه َي‬
‫غ ْي ُر‬ ِ ‫س‬ ِ ‫ أ َ ْي ِبأ َ ْن َواعِ ا ْل َمكَا‬،‫اط ِل‬ ِ َ‫ين ع َِن أ َ ْن يَأ ْ ُكلُوا أَ ْم َوا َل بَ ْع ِض ِه ْم بَ ْعضًا ِبا ْلب‬ َ ِ‫ا ْل ُم ْؤ ِمن‬
‫ َوإِ ْن‬،‫وف ا ْل ِحيَ ِل‬ ِ ُ‫صن‬ ُ ‫سائِ ِر‬ َ ‫ َو َما َج َرى َمجْ َرى ذَ ِلكَ ِم ْن‬،‫الربَا َوا ْل ِق َم ِار‬ ِ ِ‫ش َْر ِعيَّ ٍة َكأ َ ْن َواع‬
،‫الر َبا‬ ِ ‫علَى‬ َ َ‫اط َي َها ِإنَّ َما يُ ِري ُد ا ْل ِحي َلة‬ ِ ‫َّللاُ أ َ َّن ُمت َ َع‬
َّ ‫ب ا ْل ُحك ِْم الش َّْر ِعي ِ ِم َّما َي ْعلَ ُم‬ ِ ‫غا ِل‬ َ ‫ظ َه َرتْ فِي‬ َ
‫َاو ُد ع َْن‬ُ ‫ َح َّدثَنَا د‬،‫ب‬ ِ ‫ع ْب ُد ا ْل َو َّها‬ َ ‫ َح َّدثَنَا‬،‫ َح َّدثَنِي ا ْب ُن ا ْل ُمثَنَّى‬: »2« ‫ير‬ ٍ ‫َحتَّى قَا َل ا ْب ُن َج ِر‬
،ُ‫ إِ ْن َر ِضيتُهُ أ َ َخ ْذتُه‬:‫ب فَيَقُو ُل‬ َ ‫الر ُج ِل الث َّ ْو‬َّ ‫شت َ ِري ِم َن‬ ْ َ‫الر ُج ِل ي‬ َّ ‫اس فِي‬ َ ‫ ع َِن ا ْب ِن‬،َ‫ِعك ِْر َمة‬
ٍ َّ‫عب‬
‫َّللاُ ع ََّز َو َج َّل فيه َوال تَأ ْ ُكلُوا أ َ ْموالَ ُك ْم‬ َّ ‫ ُه َو الَّذِي قَا َل‬:‫ قَا َل‬،‫َو ِإ َّال َر َد ْدتُهُ َو َر َد ْدتُ َمعَهُ د ِْر َه ًما‬
10
ِ ‫بَ ْينَ ُك ْم بِا ْل‬
.‫باط ِل‬

Allah SWT, melarang hamba-hamba-Nya yang beriman memakan harta sebagian dari
mereka atas sebagian yang lain dengan cara yang batil, yakni melaui usaha yang tidak
diauki oleh syari’at, seperti dengan cara riba, judi, serta cara yang lainnya yang termasuk
kedalam kategori tersebut dengan meelakukan berbagai macam tipuan dan pengelabuhan.
Hingga ibnu Jarir menegaskan cerita dari Ibnu Abbas terkait dengan seorang lelaki yang
membeli pakaian kepada lelaki lain, si lelaki pertama mengatakan, “Jika aku suka, maka
aku akan mengambilnya, dan jika aku tidak suka, maka aku akan kembalikan berikut

9 Musthofa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, hlm 252


10 Abu Fida bin Isma’il, Tafsir al-Qur’an ‘adzhim, juz 5 (Beirut: Darul Kutub 2006), hlm 56
dengan satu dirham”. Beliau (Ibnu Abbas) mengatakan hal inilah yang disebutkan Allah

ِ ‫ِبا ْل‬
dalam firman ‫باط ِل‬ ‫وال تَأ ْ ُكلُوا أَ ْموالَ ُك ْم َب ْينَ ُك ْم‬.
َ

‫ستِثْنَاء‬
ْ ‫ب َو ُه َو ا‬ ْ َّ‫الر ْف ِع َو ِبالن‬
ِ ‫ص‬ َّ ‫ارة ِب‬ َ ‫راض ِم ْن ُك ْم قُ ِر‬
َ ‫ئ تِ َج‬ ٍ َ‫جارةً ع َْن ت‬ َ ِ‫ُون ت‬َ ‫ِإ َّال أ َ ْن تَك‬
‫اب ا ْل ُم َح َّر َم َة فِي اكتساب األموال‬ َ َ‫سب‬ ْ َ ‫ط ُوا ْاأل‬
َ ‫ َال تَتَعَا‬:‫ َكأَنَّهُ َيقُو ُل‬،‫ُم ْنقَ ِطع‬

‫ وأكل أموالكم بَ ْينَ ُك ْم‬،‫ وتعاطي معاصيه‬،‫ب َم َح ِار ِم هللا‬ ْ ‫س ُك ْم أ َ ْي ِب‬


ِ ‫ارتِكَا‬ َ ُ‫َوقَ ْولُهُ َوال تَ ْقتُلُوا أ َ ْنف‬
11
ِ َ‫ِبا ْلب‬
‫اط ِل‬
( ً‫جارة‬
َ ِ‫ت‬ َ ‫ ) إِ َّال أ َ ْن تَك‬Lafadz tijaratan dapat pula dibaca tijaratun, ungkapan ini
‫ُون‬
merupakan bentuk istisna munqati. Seakan dikatan, “Janganlah kalian menjalankan
usaha yang menyebabkan perbuatan yang diharamkan.

َ ُ‫) َوال تَ ْقتُلُوا أ َ ْنف‬Yakni dengan mengerjakan hal-hal yang diharamkan Allah dan
( ‫س ُك ْم‬
melakuka perbuatan maksiat terhadap-Nya serta memakan harta orang lain secara batil.

c) Tafsir Jalalain

‫{ ياأيها الذين ءا َمنُو ْا َال تَأ ْ ُكلُو ْا أموالكم بَ ْي َن ُك ْم بالباطل } بالحرام في الشرع كالربا‬
‫ أي تكون‬، ‫ُون } تقع { تجارة } وفي قراءة بالنصب‬ َ ‫والغصب { إِآلَّ } لكن { أَن تَك‬
َ‫اض ِم ْن ُك ْم } وطيب نفس فلكم أن تأكلوها { َوال‬ ٍ ‫األموال أموال تجارة صادرة { عَن ت َ َر‬
‫س ُك ْم } بارتكاب ما يؤدِي إلى هالكها أيا ً كان في الدنيا أو اآلخرة بقرينة { إِ َّن‬ َ ُ‫ت َ ْقتُلُواْ أَنف‬
12
. ‫َان ِب ُك ْم َر ِحيما ً } في منعه لكم من ذلك‬ َ ‫هللا ك‬

(Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu makan harta sesamamu dengan jalan
yang batil) artinya jalan yang haram menurut agama seperti riba dan gasab/merampas
(kecuali dengan jalan) atau terjadi (secara perniagaan) menurut suatu qiraat dengan baris
di atas sedangkan maksudnya ialah hendaklah harta tersebut harta perniagaan yang berlaku
(dengan suka sama suka di antara kamu) berdasar kerelaan hati masing-masing, maka
bolehlah kamu memakannya. (Dan janganlah kamu membunuh dirimu) artinya dengan
melakukan hal-hal yang menyebabkan kecelakaannya bagaimana pun juga cara dan

11 Abu Fida bin Isma’il, Tafsir al-Qur’an ‘adzhim, juz 5 (Beirut: Darul Kutub 2006), hlm 40-41
12 Al-Mahalli dan as-Suyuti, Tafsir Jalalain (Jakarta: Darul Hadis, 2007) hlm 105
gejalanya baik di dunia dan di akhirat. (Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu)
sehingga dilarang-Nya kamu berbuat demikian..
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Qiradh adalah pemilik modal atau investor menyerahkan modalnya pada


penyedia tenaga keahlian kerja (amil) untuk diniagakan dengan sistem bagi
hasil
2. Istilah Qiradh disebutkan Imam Syafi’i dan Imam Maliki, sementara Imam
Hanafi dan Hambali menyebut dengan istilah Mudharabah
3. Secara makna umum surat an-Nisa (4): 29 menjadi landasan Qirad
DAFTAR PUSTAKA

al-Maraghi, Musthofa. 1990. Tafsir al-Maraghi. (Libanon-Beiru: tDarul Kitab.

as-Suyuti, Al-Mahalli dan. 2007. Tafsir Jalalain . Jakarta: Darul Hadis.

M. Ichwan Sam, dkk. 2014. Himpunan Fatwa Keuangan Syari’ah. Jakarta: Erlangga.

Isma’il, Abu Fida bin. 2006. Tafsir al-Qur’an ‘adzhim, juz 5. Beirut:: Darul Kutub.

Nurhayati, Siti. 2015. Akuntasi Syari’ah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Qosim, Ibnu. 2015. Fathul Qorib. Kediri: Anfha.

rival, Veithzal. 2010. Islamic Financial Management. Bogor: Ghalia Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai