Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

MURABAHAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqh Muamalat
Dosen Pengampu : Bapak Ubadul Azkiya S.E.I. M.A

Ddisusun Oleh :

Eni Ma’rufah 20106011077


Inna Sholihati Maghfiroh 20106011132

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT dan sholawat serta salam
semoga terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya serta pertolongan dan perlindungan-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penulisan tugas makalah mata kuliah fiqih muamalat .
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
merampungkan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan
lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin
memberikan saran, masukan, serta kritik yang membangun demi memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam proses perkuliahan,
pembelajaran dan memperluas wawasan kepada para pembaca tentang “Pembentukan
Karakter ala Pendidikan Islam” .

Semarang 4 juni 2022

penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN......................................................................................................................4

A. Latar Belakang................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................5

C. Tujuan.............................................................................................................................5

BAB II........................................................................................................................................5

PEMBAHASAN........................................................................................................................5

A. Murabahah.......................................................................................................................5

B. Dasar Hukum..................................................................................................................6

C. Komponen murabahah....................................................................................................6

D. murabahah dan ba’i saman ajil dalam praktek lembaga keuangan syari’ah...................8

BAB III.......................................................................................................................................9

PENUTUP..................................................................................................................................9

A. Kesimpulan.....................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bentuk-bentuk akad jual beli yang telah dibahas para ulama dalam fiqih muamalah
islamiah terbilang sangat banyak. Jumlahnya bisa mencapai belasan bahkan sampai
puluhan.Sungguhpun demikian, dari sekian banyak itu, ada tiga jenis jual beli yang
telahdikembangkan sebagai sandaran pokok dalam pembiayaan modal kerja dan
investasi dalam perbankan syariah .

Jual beli terdiri dari dua macam, yaitu jual beli tunai dan jual beli secara tangguh.
Jual beli secara tangguh pun terbagi lagi menjadi tiga, yaitu jual beli murabahah,
salam dan istishna’. Jual beli salam dan istishna’ sebenar nya jual beli yang serupa,
hanya saja perbedaannya terletak dari keberadaan barang yang dijadikan sebagai
objek akad dan cara pembayaran yang sedikit berbeda, dan ketiga akad jual beli inilah
yang sering digunakan dalam perbankan syari’ah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari murabahah ?
2. Apa dasar hukum murabahah ?
3. Apa saja komponen murabahah ?
4. Jelaskan murabahah dan ba’i saman ajil dalam praktek lembaga keuangan
syari’ah !

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari murabahah
2. Untuk mengetahui dasar hukum murabahah
3. Untuk mengetahui komponen murabahah
4. Untuk mengetahui murabahah dan ba'i saman ajil dalam prakterk lembaga
keuangan syari'ah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Murabahah
Kata Murabahah secara bahasa adalah bentuk mutual (bermakna: saling) yang
diambil dari bahasa Arab, yaitu ar-ribhu yang berarti kelebihan dan tambahan
(keuntungan). Jadi,murabahah diartikan dengan saling menambah
(menguntungkan).Sedangkan dalam definisi para ulama terdahulu adalah jual beli
dengan modal ditambahkeuntungan yang diketahui. Hakekatnya adalah menjual
barang dengan harga (modal) nyayang diketahui kedua penjual dan pembeli dengan
tambahan keuntungan yang jelas. Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal
dengan tambahankeuntungan/margin yang disepakati.
Akad yang banyak mendapat penilaian tentang “kehalalan” pelaksanaannya
adalah murabahah, yaitu jual beli dengan harga jual terdiri dari harga beli dan
keuntungan yangsudah disepakati.Murabahah berbeda dengan jual beli biasa
(musawamah) dimana dalam jual belimusawamah terdapat proses tawar-menawar
(bargaining) antara penjual dan pembeli untukmenentukan harga jual, dimana penjual
juga tidak menyebutkan harga beli dan keuntunganyang diinginkan. Sedangkan
murabahah, harga beli dan margin yang diinginkan harusdijelaskan kepada
pembeli.Pada murabahah, penyerahan barang dilakukan pada saat transaksi
sementara pembayarannya dilakukan secara tunai, tangguh ataupun dicicil.

B. Dasar Hukum
Murabahah merupakan akad jual beli yang diperbolehkan, hal ini berlandaskan
atasdalil-dalil yang terdapat dalam Al Qur’an, Al Hadits ataupun ijma ulama. Di
antara dalil (landaan syariah) yang memerbolehkan praktik akad jual beli murabahah
adalah sebagai berikut
a) Al-Quran
Ayat-ayat Al-Quran yang secara umum membolehkan jual beli, diantaranya
adalah firman Allah: "..dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba"
(QS.Al-Baqarah:275).Ayat ini menunjukkan bolehnya melakukan transaksi jual beli
danmurabah
b) Assunnah
Hadits dari riwayat Ibnu Majah, dari Syuaib: ”Tiga perkara yang didalamnya
terdapat keberkahan: menjual dengan pembayaran secara tangguh,muqaradhah (nama
lain dari mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan
rumah dan tidak untuk dijual” (HR. Ibnu Majah).ah merupakansalah satu bentuk dari
jual beli.

C. Komponen murabahah
Menurut Muhammad Syafi’i Antonio 2002:102 transaksi murabahah harus
memenuhi syarat berikut ini:
1. Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah.
2. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.
3. Kontrak harus bebas dari riba.
4. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah
pembelian.
5. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian.
Secara prinsip, jika syarat 1, 4 dan 5 tidak dipenuhi, pembeli memiliki
pilihan: 1. Melanjutkan pembelian seperti apa adanya.
2. Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang yang dijual.
3. Membatalkan kontrak. Jual beli secara murabahah diatas hanya untuk barang atau
produk yang telah dikuasai atau dimiliki oleh penjual pada waktu negosiasi dan
berkontrak. Bila produk tersebut tidak dimiliki penjual, system yang digunakan
adalah murabahah kepada pemesan pembeli murabahah KPP. Hal ini dinamakan
demikian karena penjual semata-mata mengadakan barang untuk memenuhi
kebutuhan pembeli yang memesannya. Pada pelaksanaan murabahah banyak pihak
yang mengatakan murabahah tidak berbeda dengan pembiayaan konsumen yang
diberikan dalam bentuk uang bahkan dalam melakukan perhitungan keuntungan,
lebih mahal dibanding konvensional.
Jika ditelaah lebih lanjut pengertian murabahah adalah menjual barang dengan
menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga
yang lebih tinggi sebagai laba. Bank syariah harus memberitahukan secara jujur
harga pokok barang tersebut, atas besarnya biaya yang dikeluarkan.
Menurut Wiroso 2005:60 terkandung komponen-komponen sebagai berikut:
1. Harga pokok barang adalah harga barang ditambah dengan beban-beban
lain yang dikeluarkan sehingga barang tersebut memiliki nilai ekonomis. Masalah
yang terkait dengan harga pokok ini adalah:

a. Pengadaan barang yang diperjualbelikan,

b. Diskon dari pemasok Supplier,


c. Pengadaan barang jika diwakilkan,
d. Nilai harga pokok perolehan.
2. Keuntungan yang disepakati oleh kedua belah pihak dengan tidak
menganiaya salah satu pihak,
3. Harga jual murabahah, yaitu harga yang disepakati yang meliputi harga
perolehan ditambah dengan keuntungan yang disepakati yang terkait dengan
harga jual murabahah adalah sama:
a. Hutang nasabah,
b. Uang muka dari nasabah,
c. Pembayaran angsuran,
d. Pembayaran pelunasan lebih awal. Dalam prinsip jual beli pada
prinsipnya penyerahan barang dilakukan pada saat transaksi jual beli akad dan
pembayarannya dapat dilakukan secara tunai atau angsuran.

D. murabahah dan ba’i saman ajil dalam praktek lembaga keuangan syari’ah
Bai` Bitsaman Ajil (BBA) secara tata bahasa dapat diartikan sebagai
pembelian barang dengan pembayaran cicilan atau angsuran. Prinsip bai` bitsaman
ajil (BBA) merupakan pengembangan dari prinsip murabahah. Jadi dalam hal ini
pihak perbankan membiayai pembelian barang yang diperlukan nasabah dengan
sistem pembayaran angsuran. Dalam pelaksanaannya dengan cara pihak baitul mal
wat tamwil (BMT) membeli atau memberi surat kuasa kepada nasabah untuk
membelikan barang yang diperlukannya atas nama BMT (Hasbi, 2009).Selanjutnya
pada saat yang sama baitul mal wa tamwil (BMT) menjual barang tersebut kepada
nasabah dengan harga sebesar harga pokok ditambah sejumlah keuntungan atau
mark-up, di mana jangka waktu serta besarnya angsuran berdasarkan kesepakatan
bersama antara baitu baitul mal wa tamwil (BMT) dengan nasabah.
Bai` atau jual-beli adalah akad yang dihalalkan dan disyariatkan Islam. Baik
dengan harga tunai atau dengan kredit. Diantaranya mensyaratkan manfaat pada
salah seorang diantara yang melakukan transaksi. Misal, saya jual rumah ini dengan
syarat saya tinggal dahulu satu tahun. Transaksi jenis diperselisihkan ulama.
Madzhab Malik dan Hambali membolehkannya, sedangkan madzhab Syafi`i
melarangnya (Iswanaji et al, 2021).Istilah bai` bitsaman ajil (BBA) sesungguhnya
istilah yang baru dalam literatur fiqih Islam. Meskipun prinsipnya memang sudah ada
sejak masa lalu. Secara makna harfiyah, bai` maknanya adalah jual-beli atau
transaksi. Tsaman maknanya harga dan ajil maknanya bertempoh atau tidak tunai.
Jenis transaksi ini sesuai dengan namanya adalah jual-beli yang uangnya diberikan
kemudian atau ditangguhkan. tsaman ajil maknanya adalah harga belakangan.
Maksudnya harga barang itu berbeda dengan bila dilakukan dengan tunai (Hasbi,
2020). Contohnya, sebuah mobil bila dibeli dengan tunai, harganya 100 juta. Tetapi
karena pelunasannya memerlukan waktu 5 tahun (ajil), maka harganya menjadi 130
juta. Setelah itu nasabah melakukan pembayaran cicilan bulanan berjumlah tetap
pada bank selama 5 tahun itu. Dengan asumsi cicilan Rp. 500.000,- maka selama 5
tahun jumlah total Rp. 30.000.000,- akan terbayarkan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Al bai’ (jual beli) bererti pertukaran sesuatu dengan sesuatu. Secara istilah,
menurutmadzhab Hanafiyah, jual beli adalah pertukaran harta (mal) dengan harta
denganmenggunakan cara tertentu.
Bai’ Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan
keuntunganyang di sepakati. Dalam murabahah penjual harus memberitahu harga produk
yang di beli danmenentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Murabahah
dapat di lakuakandengan pembelian secara pemesanan dan biasa di sebut sebagai
murabahah pemesanana pembelian.
Bai’ Salam adalah akad atas barang pesanan dengan spesifikasi tertentu yang
ditangguhkan penyerahanya pada waktu tertentu dimana pembayaran dilakukan secara
tunai dimajlis akad.Para imam mazhab telah bersepakat bahwasanya jual beli salam
adalah benar denganenam syarat yaitu jenis barangnya diketahui, sifat barangnya
diketahui, banyaknya barangdiketahui, waktunya diketahui oleh kedua belah pihak,
mengetahui kadar uangnya, jelastempat
Bai’ Istishna’ atau pemesanan secara bahasa artinya meminta di buatkan.
Menurutterminologi artinya perjanjian terhadap barang jualan yang berada dalam
kepemilikan penjualdengan syarat di buatkan oleh penjual, atau meminta di buatkan
secara khusus sementara bahan bakunya dari pihak penjual.
DAFTAR PUSTAKA

Hasbi, M. Zidny Nafi’. 2009. Dampak Krisis Keuangan Global terhadap Perbankan di
Indonesia: Perbandingan antara Bank Konvensional dan Bank Syariah.
La_Riba, 3(1), p. 12–23.
Iswanaji, Chaidir., Hasbi, M. Zidny Nafi’., & Amin, Mohammad. 2021.Implementasi
Analitycal Networking Process (ANP) Distribusi Zakat Terhadap
Pembangunan Ekonomi Masyarakat Berkelanjutan (Study Kasus Lembaga
Baznas Kabupaten Jember Jawa Timur). Jurnal Tabarru‟: Islamic Banking and
Finance, 4(1), p. 195–208.
Dr. Ibrhim Anis dkk, Al-Wasith, juz I, hlm 322
Prof.Dr. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran, hlm 407

Anda mungkin juga menyukai