Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KONSEP dan MEKANISME AKAD JUAL BELI


(MURABAHAH, SALAM dan ISTISHNA’)

Dosen Pengampu :
Reza Hilmy Luayyin, M.H.

Disusun Oleh
Abdul Jalal - 22506018

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH
PROBOLINGGO
2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Syukur Alhamdulillah kami haturkan terhadap Allah SWT. karena rahmad dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Konsep
dan Mekanisme Akad Jual Beli (Murabahah, Salam, Istishna’)”.
Kami sadar, bahwa dalam penulisan makalah ini tidak sedikit kesalahan baik
dari segi materi, penulisan maupun bahasa, bahkan jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami sebagai penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun sebagai pedoman untuk menjadi lebih baik lagi dalam penulisan
kedepannya.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca untuk
menambah pengetahuan serta berguna untuk perkembangan ilmu pengetahuan.
Wallahul muwafiq ilaa aqwamith thoriq
Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Probolinggo, 22 Juni 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN 1 ................................................................................. 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 2
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
C. Tujuan ...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3
A. Akad Jual Beli Murabahah ....................................................................... 3
B. Akad Jual Beli Salam ............................................................................... 5
C. Akad Jual Beli Istishna’ ........................................................................... 8
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 11
A. Kesimpulan .............................................................................................. 11
B. Saran ......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegiatan jual beli merupakan kegiatan yang sudah lama dilakukan oleh
manusia. Kegiatan jual beli juga dilakukan sejak sebelum islam itu datang yang
dipergunakan untuk memenuhi segala kebutuhan manusia dalam
melangsungkan kehidupannya. Jual beli juga termasuk sesuatu usaha yang
dilakukan oleh rosulullah dan para sahabatnya pada dahulu dibandingkan
dengan usaha yang lainnya.
Fenomena pada zaman sekarang, banyak praktek jual beli yang dilakukan
oleh manusia bahkan umat islam itu sendiri melakukan praktek jual beli yang
dilarang oleh syariat agama islam. Hal ini disebabkan salah satunnya karna
ketidaktahuannya dalam bermualah sesuai dengan syariat agaman islam yang
sudah diajarkan dalam Al-qur’an maupun As-sunnah.
Di dalam jual beli yang dilakukan oleh rasulullah dan para sahabatnya
pada zaman dulu, tentu menggunakan praktik jual beli yang disyariatkan oleh
agama islam yang bersumber dari Al-qur’an maupun as-sunnah. Bukan hanya
rosulullah dan para sahabatnya yang melakukan praktek jual beli sesuai syariat
tetapi umat islam seluruhnya berkewajiban untuk menerapkan jual beli sesuia
dengan syariah agama islam yang bersumber hukum dari Al-qur’an maupun
As-sunnah.
Dilihat dari kompleknya agama islam, maka agama islam sudah mengatur
segala aspek kebutuhan manusia itu sendiri. Diantara kebutuhan manusia yaitu
bagaimana tata cara bermualah yang benar sesuai dengan syariat agama islam.
Adapun tata cara bermualah atau jual beli dapat dilakukan dengan berbagai
cara yang sudah diajarkan di dalam agama islam, diantara salah satu cara
tersebut yaitu bermuamalah dengan akad jual beli murabahah, akad jual beli
salam dan akad jual beli istishna’. Pada makalah kali ini penulis akan
membahas tentang konsep dan mekanisme akad jual beli murabahah, akad jual
beli salam dan akad jual beli istishna’.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaiman konsep dan mekanisme akad jual beli murabahah?
2. Bagaiman konsep dan mekanisme akad jual beli salam?
3. Bagaiman konsep dan mekanisme akad jual beli istishna’?

C. Tujuan
1. Mengetahui konsep dan mekanisme akad jual beli murabahah.
2. Mengetahui konsep dan mekanisme akad jual beli salam.
3. Mengetahui konsep dan mekanisme akad jual beli istishna’.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Akad Jual Beli Murabahah


1. Konsep Akad Jual Beli Murabahah
Menurut fatwa DSN MUI, murabahah ialah menjual suatu barang
dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli
membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba (M. Aditya Ananda,
MA, 2019).
Di dalam Undang- Undang RI No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan
syariah pasal 19 ayat (1 ) huruf d dijelaskan tentang definisi murabahah
yang berbunyi “Akad murabahah adalah akad pembiayaan suatu barang
dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli
membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang
disepakati (Anugrah, 2020).
Dari beberapa konsep definisi murabahah di atas maka dapat kita
simpulkan bahwa murabahah adalah suatu akad jual beli barang yang
dilakukan oleh penjual dan pembeli, dimana penjual harus
memberitahukan harga beli barangnya dan pembeli harus membeli
barangnya baik secara tunai maupun berkala dengan harga yang lebih
tinggi sesuai kesepakatan yang disepakati bersama sebagai keuntungan
dari hasil penjualannya.
Meskipun akad jual beli murabahah tidak pernah ada dalam Al-qur’an
maupun As-sunnah yang menjelaskan secara khusus dan tersurat akad jual
beli murabahah. Namun, mayoritas ulama dikalangan sahabat, tabi’in dan
para imam mazhad memperbolehkan akad jual beli murabahah dengan
dasar dalil yang terdapat dalam surah Al-baqarah ayat 275, An-nisa ayat 9
dan riwayat Ibnu Mas’ud r.a membolehkan jual beli barang dengan
mengambil keuntungan satu dirham atau dua dirham untuk setiap sepuluh
dirham (M. Aditya Ananda, MA, 2019).

3
Untuk menjaga keabsahan akad jual beli murabahah, maka ada
beberapa syarat keabsahan jual beli murabahah yang harus dipenuhi
diantaranya yaitu sebagai berikut :
a. Harus ada kejelasan informasi mengenai harga atau besarnya modal
awal pembelian barang.
b. Harus menjelaskan keuntungan (ribh) yang diambil penjual dari
pembeli karena keuntungan merupakan bagian dari harga (tsaman).
c. Harus dilakukan atas barang yang sudah dimiliki/hak kepemilikan
telah berada di tangan penjual.
d. Transaksi pertama (antara penjual dan pembeli pertama) haruslah sah.
e. Hendaknya akad yang dilakukan terhindar dari praktik riba, baik akad
yang pertama (antara penjual dalam murâbahah sebagai pembeli
dengan penjual barang) maupun pada akad yang kedua antara penjual
dan pembeli dalam akad murâbahah (Ah. Azharuddim Lathif, 2012).

2. Mekanisme Akad Jual Beli Murabahah


Mekanisme praktik akad jual beli murabahah dapat dilakukan
diberbagai tempat maupun kondisi yang berbeda. Berikut adalah beberapa
penerapan mekanisme akad jual beli murabahah sebagai berikut :
a. Mekanisme Akad Jual Beli Murabahah di Perbankan Syariah
Nasabah mengajukan proposal pembelian barang kepada bank
dengan spesifikasi barang yang sudah ditentukan oleh nasabah dan
nasabah harus berjanji akan membeli barang tersebut dan pihak bank
berjanji akan menjual barang tersebut dengan akad jual beli
murabahah. Karna pihak bank tidak memiliki barang sesuai dengan
spesifikasi dari permintaan nasabah maka pihak bank membeli dahulu
barang tersebut kepada pihak ketiga. Setelah barang sudah berpindah
kepemilikannya kepada pihak bank, selanjutnya pihak bank dan
nasabah melakukan akad jual beli murabahah dengan membeli barang
tersebut dengan harga yang lebih tinggi sesuai dengan kesepakatan
dan dengan pembayaran secara berkala sesuai kesepakatan yang
disepakati bersaman (M. Aditya Ananda, MA, 2019).

4
b. Mekanisme Akad Jual Beli Murabahah Terhadap Pembelian Hewan
Ternak
Mekanisme akad jual beli murabahah terhadap pembelian hewan
ternak seperti yang dipraktekkan oleh masyarakat penduduk
kelurahan Donggala Kodi yaitu misalkan ada seorang pedagang
hewan ternak yang biasa membeli dan menjual hewan ternak di pasar.
Kemudian ada seorang pembeli hewan ternak yang memesan hewan
ternak kepada pedagang agar dicarikan hewan ternak sesuai dengan
spesifikasi yang ditentukan. Kemudian pedagang membelikan hewan
ternak di pasar sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Selanjutnya
pedagang menjual hewan ternak tersebut kepada pembeli dengan
harga 5% persen lebih tinggi dari harga pembelian pertama sebagai
tambahan dari keuntungan (Sari et al., 2021).

B. Akad Jual Beli Salam


1. Konsep Akad Jual Beli Salam
Jual beli salam (pesan/pre order) adalah menjual barang yang
barangnya tidak hadir dan belum bisa dilihat ketika akad sehingga masih
disebutkan ciri-cirinya dan menjadi tanggungan penjual untuk
mendatangkan barang sesuai dengan pesanan. Jual beli salam juga dapat
diartikan sebagai jual beli dengan cara memesan, pembayaran diawal
transaksi secara tunai dan barang diserahkan dikemudian hari (Subairi &
Hamidah, 2021).
Jual beli salam disebut juga dengan salaf yaitu menjual barang dengan
spesifikasi tertentu yang barangnya masih dalam tanggungan penjual
dengan pembayaran secara tunai diawal transaksi (Lubaba et al., 2021).
Dari berbagai pendapat yang sudah dipaparkan mengenai akad salam,
tentunya masih banyak lagi pendapat-pendapat tentang konsep definisi
akad jual beli salam. Namun dapat disimpulkan konsep akad jual beli
salam yaitu suatu akad jual beli barang yang dilakukan oleh penjual dan
pembeli, dimana barang yang diperjual belikan tidak dihadirkan saat akad
dilakukan dalam artian pembeli masih memesan barang tersebut sesuai

5
dengan spesifikasi yang diinginkan kepada penjual sehingga barang masih
dalam tanggungan penjual dengan pembayaran yang dilakkukan secara
tunai pada awal transaksi dan barang akan diserahkan dikemudian hari
sesuai dengan spesifikasi barang yang dipesan.
Adapun dasar hukum yang mendasari akad jual beli salam ini yaitu
diambil dalam Al-qur’an surah Al-baqarah ayat 282 dan dari Ibnu Abbas
r.a. ia berkata : “Nabi SAW. telah datang ke Madinah dan mereka
(penduduk Madinah) memesan buah-buahan selama satu tahun dan dua
tahun, maka Nabi bersabda: Barang siapa yang memesan buah kurma
maka hendaklah ia memesannya dalam takaran tertentu, dan timbangan
tertentu, serta waktu tertentu (Subairi & Hamidah, 2021).
Di dalam akad jual beli salam tentunya ada beberapa ketentuan-
ketentuan aturan yang harus dipenuhi seperti yang telah difatwakan oleh
dewan syariah nasional tentang akad jual beli salam yaitu sebagai berikut:
a. Ketentuan tentang pembayaran yaitu alat pembayaran harus diketahui
jumlah dan bentuknya, pembayaran dilakukan diawal pada waktu
akad disepakati dan pembayaran tidak boleh dalam pembebasan
hutang.
b. Ketentuan tentang barang yaitu barang harus jelas ciri-cirinya dan
dapat diakui sebagai hutang, barang jelas spesifikasinya, penyerahan
barang diserahkan dikemudian hari, waktu dan tempat penyerahan
barang harus sesuai yang disepakati, pembeli tidak boleh menjual
barang sebelum diterima dan tidak boleh menukar barang kecuali
dengan barang yang sejenis.
c. Ketentuan tentang salam parallel yaitu akad pertama terpisah dengan
akad kedua dan akad kedua dilakukan ketika akad pertama sudah
jelas.
d. Ketentuan penyerahan barang yaitu barang diserahkan tepat pada
waktunya sesuai dengan spesifikasi barang yang ditentukan, jika
penjual menyerahkan barang dengan kualiatas lebih tinggi maka
penjual dilarang meminta tambahan harga, jika penjual menyerahkan
barang dengan kualitas lebih rendah dan pembeli menerimanya maka

6
pembeli dilarang meminta pengurangan harga dan penjual dapat
menyerahkan barang lebih cepat dari pada waktu yang sudah
disepakati.
e. Pembatalan kontrak yaitu dapat dilakukan ketika tidak dapat
merugikan kedua belah pihak antara penjual dan pembeli (Arifin,
2020).
2. Mekanisme Akad Jual Beli Salam
Mekanisme akad jual beli salam dapat diterapkan diberbagai jual beli
online maupun ofline pada saat ini. Adapun contoh mekanisme akad jual
beli salam baik secara jual beli online maupun ofline yaitu sebagai berikut:
a. Mekanisme Akad Jual Beli Salam Secara Online Dengan Sistem
Dropshipping
Mekanisme akad jual beli salam secara online dengan sistem
dropshing yaitu seperti yang dilakukan oleh mahasiswi disalah satu
universitas di Indonesia. Mekanisme yang dilakukan yaitu dengan
sistem penjualannya menggunakan sistem PO (Pre Order). Di dalam
bisnisnya tersebut pembeli harus terlebih dahulu mengisi data diri dan
pesanan barang yang diinginkan. Kemuadian penjual memberikan
perincian terhadapap barang yang diinginkan dan total pembayaran
yang harus dibayar. Setelah itu pembeli melakukan pembayaran
secara tunai baik dengan transfer maupun non transfer. Baru
kemudian penjual memesan barang kepada reseller dan sekitar 1
sampai 3 minggu barang tersebut sudah dikirim kepada pembeli
(Lubaba et al., 2021).
b. Mekanisme Akad Jual Beli Salam Secara Ofline Terhadap Penjualan
Buah
Mekanisme akad jual beli salam terhadap penjualan buah yaitu
seperti ketika seseorang ingin membeli buah mangga tapi buah
mangganya masih belum siap panen. Kemuadian pembeli membeli
buah mangga tersebut dengan akad salam yaitu membeli mangga
tersebut dengan pembayaran tunai pada saat itu dan akan dipanen
setelah manggan siap panen (Hidayat & Komarudin, 2018).

7
C. Akad Jual Beli Istishna’
1. Konsep Jual Beli Istishna’
Menurut Hukum Ekonomi Syariah, istishna’ adalah jual beli barang
atau jasa dalam bentuk pesanan dengan kriteria dan kondisi tertentu yang
disepakati antara pembeli dan penjual. Istishna` (bentuk dasar dari
istashna'ayastashni'u ism mashdar. Artinya meminta seseorang untuk
membangunkan sesuatu untuknya. Dikatakan: istashna'a fulan baitan,
seseorang meminta untuk dibangunkan rumah (Bimantara & Asari, 2022).
Istishna adalah jual beli dimana barang yang diperjual belikan masih
belum ada dan akan diserahkan secara tangguh dan sementara
pembayarannya dilakukan secara angsuran baik diawal, ditengah maupun
diakhir (Bahri & Mulyana, 2021).
Jadi beberapa pengertian tentang konsep akad jual beli istishna’ maka
dapat kita sederhanakan akad jual beli istishna’ yaitu akad jual beli barang
yang dilakukan oleh penjual dan pembeli, dimana barang yang diperjual
belikan tidak dihadirkan saat akad dilakukan dalam artian pembeli masih
memesan barang tersebut sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan
kepada penjual sehingga barang masih dalam tanggungan penjual dengan
pembayaran yang dilakkukan secara angsuran baik diawal transaksi,
tengah maupun diakhir dan dengan penyerahan barang yang tidak
ditentukan waktunya.
Landasan hukun yang menjadi dasar akad jual beli istishna’
bersumber dari Al-qur’an mapun As-sunnah yaitu seperti yang ada dalam
Al-qur’an surah Al-baqarah ayai 275 dan dari Anas ra. Nabi SAW hendak
menulis surat kepada raja non-Arab, namun raja-raja non-Arab tersebut
tidak sudi menerima surat yang tidak distempel. Maka belaiupun memesan
agar ia dibuatkan cincin stempel dari bahan perak. Anas mengisahkan:
“seakan-akan sekarang ini aku dapat menyaksikan kemilau putih di tangan
belaiu " (HR. Muslim) (Bimantara & Asari, 2022)
Adapun syarat-syarat dalam melakukan akad istishna yaitu seperti di
dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah pasal 104 s/d pasal 108 adalah
sebagai berikut :

8
a. Ba`i istishna` mengikat setelah para pihak menyepakati barang yang
dipesan.
b. Ba`I istishna` dapat dijalankan pada item yang dapat dipesan.
c. Ba`i istishna` mensyaratkan bahwa identifikasi dan deskripsi barang
yang dijual harus sesuai dengan permintaan pesanan.
d. Artinya pembayaran dengan ba`I istishna` akan dilakukan pada waktu
dan tempat yang telah disepakati.
e. Setelah kontrak penjualan mengikat, tidak ada yang bisa
menegosiasikan ulang isi kontrak yang disepakati.
f. Apabila barang pada barang yang dipesan tidak sesuai dengan
spesifikasi, pelanggan dapat melanjutkan atau membatalkan pesanan
dengan menggunakan opsi (khiyar) (Bimantara & Asari, 2022).

2. Mekanisme Jual Beli Istishna’


Berikut ada beberapa contoh mekanisme penerapan praktek jual beli
menggunakan akad istishna’ yaitu sebagai berikut :
a. Mekanisme Akad Jual Beli Istishna’ Terhadap Barang Furnitur
Mekanisme akad jual beli istishna’ yang diterapkan diperusahaan
furniture yaitu seperti pembeli memesan barang kepada perusahaan
furniture sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Kemudian pihak
perusahaan akan melakukan perjanjian dengan pembeli dan akan ada
akta jual beli. Dalam sistem pembayaran perusahaan menggunakan
sistem pembayaran tunai maupun angsuran sesuai yang mana yang
disepakati dalam akad. Dalam mekanisme yang diterapkan
diperusahaan, perusahaan menggunakan sistem DP dalam
pembayaran artinya pesanan akan dikatakan sah jika pembeli sudah
membayar uang muka atau DP kepada pihak perusahaan, sebab DP
tersebut akan digunakan untuk kebutuhan pembuatan pesanan.
Setelah itu baru perusahaan akan memproses pesanan dan
memberikan pesanan jika sudah selesai dibuat sesuai dengan
spesifikasi yang diinginkan (Bahri & Mulyana, 2021).

9
b. Mekanisme Akad Jual Beli Istishna’ Terhadap Jual Beli Online
Mekanisme akad jual beli istishna’ yang diterapkan terhadap jual
beli online yaitu biasanya menggunakan sistem PO (Pre Order) atau
pemesanan barang secara custom, dimana penjual membuka kloter
pesanan untuk membuat suatu barang dengan kriteria yang sudah
ditentukan di awal dan pembayaran dilakukan dimuka, tengah
maupun akhir. Saat pre order dibuka, pembeli harus menunggu hingga
pesanan tersebut selesai dibuat. Kewajiban penjual adalah
memberikan produk yang sesuai dengan deskripsi yang sudah
dijelaskan kepada pembeli, sedangkan kewajiban pembeli adalah
membayar dan menunggu hingga pesanan tersebut selesai dikerjakan
(Subairi & Hamidah, 2021).

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Murabahah adalah suatu akad jual beli barang yang dilakukan oleh penjual
dan pembeli, dimana penjual harus memberitahukan harga beli barangnya dan
pembeli harus membeli barangnya baik secara tunai maupun berkala dengan
harga yang lebih tinggi sesuai kesepakatan yang disepakati bersama sebagai
keuntungan dari hasil penjualannya.
Konsep akad jual beli salam yaitu suatu akad jual beli barang yang
dilakukan oleh penjual dan pembeli, dimana barang yang diperjual belikan
tidak dihadirkan saat akad dilakukan dalam artian pembeli masih memesan
barang tersebut sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan kepada penjual
sehingga barang masih dalam tanggungan penjual dengan pembayaran yang
dilakkukan secara tunai pada awal transaksi dan barang akan diserahkan
dikemudian hari sesuai dengan spesifikasi barang yang dipesan.
Akad jual beli istishna’ yaitu akad jual beli barang yang dilakukan oleh
penjual dan pembeli, dimana barang yang diperjual belikan tidak dihadirkan
saat akad dilakukan dalam artian pembeli masih memesan barang tersebut
sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan kepada penjual sehingga barang
masih dalam tanggungan penjual dengan pembayaran yang dilakkukan secara
angsuran baik diawal transaksi, tengah maupun diakhir dan dengan penyerahan
barang yang tidak ditentukan waktunya.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu
diperlukan penelitian lanjutan, baik dengan pendekatan yang sama maupun
pendekatan yang berbeda. Dengan demikian, diperoleh hasil yang sesuai
dengan harapan semua pihak, terutama mereka yang menekuni bidang
sintaksis.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ah. Azharuddim Lathif. (2012). Konsep dan Aplikasi Akad Murâbahah. Ahkam,
XII(2), 69–78.
Anugrah, Y. D. Y. (2020). Analisis Konsep Penerapan Pembiayaan Murabahah
pada Perbankan Syariah. Muhasabatuna : Jurnal Akuntansi Syariah, 2(2), 1.
https://doi.org/10.54471/muhasabatuna.v2i2.806
Arifin, M. J. (2020). Keabsahan Akad Transaksi Jual Beli dengan Sistem
Dropshipping dalam Perspektif Ekonomi Islam. Lisyabab : Jurnal Studi
Islam Dan Sosial, 1(2), 279–290.
https://doi.org/10.58326/jurnallisyabab.v1i2.34
Bahri, S., & Mulyana, A. (2021). IMPLEMENTASI AKAD ISTISHNA
TERHADAP JUAL BELI FURNITURE (Studi di Bantenese Furniture
Kramatwatu Kab. Serang). Muamalatuna, 12(2), 99–118.
https://doi.org/10.37035/mua.v12i2.4132
Bimantara, D., & Asari, A. (2022). Analisis Akad Istishna Perspektif Fikih
Muamalah dan Hukum Perdata. Analisis Akad Istishna Perspektif Fikih
Muamalah Dan Hukum Perdata, 4, 143–155.
https://doi.org/10.24090/mabsya.v4i1.6969
Hidayat, R., & Komarudin, P. (2018). Tinjauan Hukum Kontrak Syariah Terhadap
Ketentuan Force Majeure Dalam Hukum Perdata. Syariah Jurnal Hukum
Dan Pemikiran, 17(1). https://doi.org/10.18592/sy.v17i1.1908
Lubaba, A., Paturrohman, P., & Khori’ah, F. (2021). Tinjauan Ekonomi Islam
Terhadap Mekanisme Dropshipping Dalam Jual Beli Online Dengan
Menggunakan Konsep Bai’ As-Salam. Ecopreneur : Jurnal Program Studi
Ekonomi Syariah, 2(2), 186. https://doi.org/10.47453/ecopreneur.v2i2.459
M. Aditya Ananda, MA. (2019). Implementasi Jual Beli Murabahah Pada
Pembiayaan Bank Syariah. At-Tasyri’: Jurnal Ilmiah Prodi Muamalah, 59–
66. https://doi.org/10.47498/tasyri.v11i1.279
Sari, N., Bachmid, S., & Malkan. (2021). PELAKSANAAN JUAL BELI
MURABAHAH DI PASAR HEWAN TRADISIONAL. 2(2), 127–142.
Subairi, & Hamidah, Z. N. (2021). PENERAPAN JUAL BELI AKAD SALAM

12
DAN ISTISHNA’ DALAM LAYANAN SHOPEE. Analisis Digitalisasi
Pemasaran Berbasis Sosial Media Untuk Meningkatkan Daya Saing Usaha
Kecil Menengah (Ukm) Di Pekalongan, Vol. 24(2016), 66–74.

13

Anda mungkin juga menyukai