MAKALAH
Oleh:
Oleh Kelompok 3 :
2023
KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN iii
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. TujuanPenulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Akad Murabahah
B. Landasan Hukum Akad Murabahah
C. Rukun dan Syarat Akad Murabahah
D. Karakteristik Akad Murabahah
E. Jenis Akad Murabahah
F. Manfaat Akad Murabahah
G. Perlakuan Akuntansi Murabahah
H. Implementasi Murabahah dalam Dunia Perbankan
I. Berakhirnya akad murabhahah
BAB III PENUTUP
A. Kesimapulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHSAN
A. Pengertian Murabahah
“Murabahah adalah akad jual beli atas barang tertentu, di
mana penjual menyebutkan dengan jelas barang yang
diperjualbelikan, termasuk harga pembelian barang kepada
pembeli, kemudian ia mensyaratkan atasnya laba/ keuntungan
dalam jumlah tertentu.” “yang dimaksud dengan akad murabahah
adalah akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga
belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga
yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati.”
Wahbah Az-Zuhaili memasukkan akad murabahah ke dalam
bai’ul amanah hal ini disebabkan pada praktiknya murabahah ini
berlangsung didasarkan atas kepercayaan di antara pemodal dan
pekerja. Dalam hal ini pemodal mengharapkan sifat jujur dari
pekerja agar tetap istikamah dalam menjalankan tugasnya.
Termasuk kebaikan yang terdapat dari akad murabahah ini
adalah Pemodal akan tertahan dari semena-mena dalam membuat
harga karena bila Hal ini dilakukannya maka akan berimbas
terhadap hilangnya pembeli atau Pelanggannya. Akad murabahah
ini banyak digunakan dalam bank-bank Syariah. Akad murabahah
ini juga menjadi akad yang banyak diminati oleh Nasabah
dibandingkan dengan akad-akad lainnya.
Jadi singkatnya, murabahah adalah akad jual beli barang
dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin)
yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Dalam teknis perbankan
syariah, akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainty
contracts, karena dalam murabahah ditentukan require rate of
profitnya (keuntungan yang ingin diperoleh). 1
Berdasarkan PSAK no 102, akad murabahah adalah akad
jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan
ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus
mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli.
Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau
tanpa pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan, penjual
melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari
pembeli. Murabahah berdasarkan pemesanan dapat bersifat
mengikat atau tidak mengikat pembeli untuk membeli barang yang
dipesannya. Dalam murabahah pesanan mengikat, pembeli tidak
dapat membatalkan pesanannya. Jika aset murabahah yang telah
dibeli oleh penjual mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan
kepada pembeli. Maka penurunan nilai tersebut menjadi
tanggungan penjual dan akan mengurangi nilai akad.
Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau
tangguh. Pembayaran tangguh adalah pembayaran yang
dilakukan tidak pada saat barang diserahkan kepada pembeli,
tetapi pembayaran dilakukan secara angsuran atau sekaligus pada
waktu tertentu. Akad murabahah memperkenankan penawaran
harga yang berbeda untuk cara pembayaran yang berbeda
sebelum akad murabahah dilakukan. Namun jika akad tersebut
telah disepakati.
1
Asyura,dkk, Multi Level Marketing Syariah Di Indoesia Dalam Persefektif Maqashid
Syariah ( Yogyakarta: Depublish, 2012), 33-34.
Maka hanya ada satu harga (harga dalam akad) yang
digunakan. Harga yang disepekati dalam murabahah adalah harga
jual, sedangkan biaya perolehan harus diberitahukan. Jika penjual
mendapatkan diskon sebelum akad murabahah, maka diskon itu
merupakan hak pembeli. Diskon atas pembelian barang yang
diterima setelah akad murabahah disepakati diperlakukan sesuai
dengan kesepakatan dalam akad tersebut. Jika tidak diatur dalam
akad, maka diskon tersebut menjadi hak penjual.
Jika pembeli tidak dapat menyelesaikan piutang murabahah
sesuai dengan yang diperjanjikan, maka penjual dapat
mengenakan denda kecuali jika dapat dibuktikan bahwa pembeli
tidak atau belum mampu melunasi disebabkan oleh force majeur.
Denda tersebut didasarkan pada pendekatan ta 'zir yaitu untuk
membuat pembeli lebih disiplin terhadap kewajibannya. Besarnya
denda sesuai dengan yang diperjanjikan dalam akad dan dana
yang berasal dari denda diperuntukkan sebagai dana kebajikan.
Penjual boleh memberikan potongan pada saat pelunasan piutang
murabahah jika pembeli:
1. Melakukan pelunasan pembayaran tepat waktu
2. Melakukan pelunasan pembayaran lebih cepat dari waktu yang
telah disepakati.
Penjual boleh memberikan potongan dari total piutang
murabahah yang belum dilunasi jika pembeli:
1. Melakukan pembayaran cicilan tepat waktu
2. Mengalami penurunan kemampuan pembayaran, atau
3. Meminta potongan dengan alasan yang dapat diterima penjual. 2
Adapun akad murabahah Menurut Undang-undang
Perbankan Syariah adalah akad pembiayaan suatu barang dengan
menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli
membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang
telah disepakati. Murabahah didefinisikan oleh para fuqaha sebagai
2
Evi Grediani, Akuntansi Syariah Pengantar (Klaten: Lakeisha, 2022),218-219.
penjualan biaya/harga pokok (cost) barang tersebut ditambah
dengan mark up atau margin keuntungan yang disepakati.
Karakteristik dari akad murabahah adalah bahwa penjual harus
memberitahu pembeli mengenai harga pembelian produk dan
menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya
tersebut (Ismail, 2015).3
Sedangkan akad murabahah menurut para ulama
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Menurut ulama Hanafiyah, yang dimaksud dengan murabahah
yaitu mengalihkan kepemilikan sesuatu yang dimiliki melalui
akad pertama dengan harga pertama disertai tambahan
sebagai keuntungan.
2. Menurut ulama malikiyah bahwa murabahah adalah jual beli
barang dagangan sebesar harga pemebliyan disertai dengan
tambahan sebagai keuntungan yang sama diketahui kedua
belah pihak yang berakad.
3. Menurut ulama syafi’iyah mendefinisikan murabahah adalah
jual beli dengan seumpama harga (awal), atau yang senilai
denganya, disertai dengan keuntungan yang didasarkan pada
setiap bagiannya. Imam syafi’i berbendapat, jika seseorang
menunjukkan suatu barang kepada orang lain dan berkata:
“ belikan barang seperti ini untukku dan aku akan memberimu
keuntungan sekian”. Kemudian orang itu pun memeblinya,
maka jual beli ini adalah sah.
3
Mohammad Ainun Najib,dkk, Modul Praktikum Teori dan Implementasi Keuangan
Syariah (Bandung: Media Sains Indonesia, 2022), 8.
disepakati dengan memperhatikan modal si penjual. Keterbukaan
dan kejujuran adalah syarat utama terjadinya murabahah yang
sesungguhnya. Sehungga yang menjadi karakteristik dari
murabahah adalah penjual harus memberi tahu pembeli tentang
harga pembelian barang dan menyatakan jumlah keuntungan yang
ditambahkan pada biaya tersebut. Dalam literatur fiqih klasik,
murabahah mengacu pada suatu penjualan yang pembayarannya
ditangguhkan. Justru elemen pokok yang bembedakannya dengan
penjualan normal lainnya adalah penangguhan pembayaran itu.
Pembayaran dilakukan dalam suatu jangka wakttu yang disepakati,
baik secara tunai maupun secara angsuran.
4
Muhammad Sauqi, Fiqih Muamalah Kontemporer (Jawa Tengah: Cv Pena Persada,
2021),66-67.
a. Surah An-Nisa Ayat 29
واMْٓ Mُاض ِّم ْن ُك ْم ۗ َواَل َت ْق ُتل َ Mو َن ت َِجMْ Mٰ ٓيا َ ُّي َها الَّ ِذي َْن ٰا َم ُن ْوا اَل َتْأ ُكلُ ْٓوا اَمْ َوالَ ُك ْم َب ْي َن ُك ْم ِب ْالبَاطِ ِل ِآاَّل اَنْ َت ُك
َ Mار ًة َعنْ َت
ٍ رM
هّٰللا
ان ِب ُك ْم َر ِح ْيمًا َ اَ ْنفُ َس ُك ْم ۗ اِنَّ َ َك.
Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu”.
Dari ayat diatas menyimpulkan bahwasannya Allah
memperbolehkan umatnya untuk memperoleh harta dengan
melakukan perniagaan yang berdasarkan pada kerelaan atau
dengan kebaikan hati antara dua belah pihak, dan berpegang teguh
pada syariat. Serta memperbolehkan transaksi antara dua orang
yang melakukan jual-beli tanpa adanya tipuan, tindakan menutupi
kecacatan barang, tindakan perjudian dan riba.
b. Surah Al-Maidah ayat 1
َّ ُر ۗ ٌم ِا نM ْي ِد َواَ ْن ُت ْم ُحMالص َ Mا ُي ْت ٰلى َعلَ ْي ُك ْم َغ ْيMMت لَ ُك ْم َب ِه ْي َم ُة ااْل َ ْن َع ِام ِااَّل َم
َّ ر ُم ِحلِّىM ْ َّٰ ٓيا َ ُّي َها الَّ ِذي َْن ٰا َم ُن ْٓوا اَ ْوفُ ْوا ِب ْال ُعقُ ْو ۗ ِد ا ُ ِحل
هّٰللا َ َيحْ ُك ُم َما ي ُِر ْي ُد
2. Hadis
Dari Abu Sa’id Al Khudri bahwa Rasullullah Shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya jual beli itu harus
dilakukan suka sama suka.” (HR Al- Baihaqi, Ibnu Majah, dan
shahih menurut Ibnu Hibban). Rasulullah bersabda, “Ada tiga hal
yang mengandung keberkahan: jual beli secara tangguh,
muqadharah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan
jewawut untuk keperluan rumah tangga bukan untuk dijual.” (HR
Ibnu Majah dari Shuhaib.
Hadits diatas memberikan prasyarat bahwa akad jual beli
murabahah harus dilakukan dengan adanya kerelaan masing-
masing pihak ketika melakukan transaksi. Segala ketentuan yang
terdapat dalam jual beli murabahah, seperti penentuan harga jual,
margin yang diinginkan, mekanisme pembayaran, dan lainnya,
harus terdapat persetujuan dan kerelaan antara pihak nasabah
dan bank, tidak bisa ditentukan secara sepihak.5
3. Ijma
Dasar hukum murabahah menurut ijma’ para ulama adalah
bahwa umat islam telah berkonsessus tentang keabsahan jual beli,
karena manusia sebagai anggota masyarakat selalu membutuhkan
sesuatu yang dihasilkan dan dimiliki orang lain, oleh karena itu jual
beli adalah salah satu jalan untuk mendapatkannya secara sah,
dengan demikian maka mempermudah bagi setiap individu untuk
memenuhi kebutuhannya.6
C. Rukun dan syarat murabahah
1. Rukun Murabahah
Rukun jual beli menurut mazhab Hanafi adalah ijab dan kabul,
sedangkan menurut jumhur ulaman ada empat rukun yaitu: orang
yang menjual, orang yang membeli, shighat, dan barang yang
diakadkan.
Menurut mazhab Hanafi bahwa ijab adalah menetapkan
perbuatan tertentu yang menunjukkan keridaan yang keluar
pertama kali dalam pembicaraan salah satu dari dua orang yang
mengadakan salah satu dari kedua pihak.
Jadi yang dianggap adalah awal munculnya dan yang
kedua saja. Baik yang berasal dari pihak penjual maupun dari pihak
pembeli.Menurut ulama jumhur, ijab adalah apa yang muncul dari
5
Tri Hani,dkk, Praktik Akuntansi Syariah (Sumatera Barat: PT Global Eksekutif Ekonomi,
2023), 5-6.
6
Muhammad Sauqi, Fiqih Muamalah Kontemporer, 68.
dua orang yang mempunyai hak dan memberikan hak
kepemilikannya meskipun munculnya belakangan. Sedangkan
kabul adalah apa yang muncul dari orang yang akan memiliki
barang yang dibelinya meskipun munculnya di awal.
Rukun dan ketentuan murabahah dirincikan, yaitu sebagai berikut:
a. Pelaku
Pelaku harus cakap hukum dan sudah baligh, sehingga jual
beli dengan orang gila menjadi tidak sah sedangkan jual beli
dengan anak kecil dianggap sah, apabila seizin walinya.
b. Objek jual beli, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Barang yang diperjualbelikan adalah barang halal.
2) Barang yang diperjualbelikan harus mempunyai manfaat
atau memiliki nilai, dan bukan merupakan barang-barang
yang dilarang diperjualbelikan.
3) Barang tersebut dimilki oleh penjual. Jual beli atas barang
yang tidak dimilki oleh penjual adalah tidak sah karena
bagaimana mungkin ia dapat menyerahkan kepemilikan
barang kepada orang lain atas barang yang bukan miliknya.
4) Barang diserahkan tanpa tergantung dengan kejadian
tertentu dimasa depan.
5) Barang harus diketahui secara spesifik dan dapat
diidentifikasikan oleh pembeli sehingga tidak ada gharar
(ketidakpastian).
6) Barang dapat diketahui kuantitas dan kualitasnya dengan
jelas.
7) Harga barang jelas.
8) Barang yang diakadkan ada ditangan penjual.
c. Ijab Kabul Pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara
pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis,
melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara
komunikasi modern.7
7
Ibid, 6-7.
1. Syarat Murabahah
Syarat jual beli adalah sesuai dengan rukun jual beli yaitu:
a. Syarat orang yang berakal
Orang yang melakukan jual beli harus memenuhi:
1) Berakal. Oleh karena itu, jual beli yang dilakukan oleh anak
kecil dan orang gila hukumnya tidak sah. Menurut jumhur
ulaman bahwa orang yang melakukan akad jual beli itu
harus telah baligh dan berakal.
2) Yang melakukan akad jual belin adalah orang yang
berbeda.
b. Syarat yang berkaitan dengan ijab kabulnMenurut para ulama
fiqih, syarat ijab dan kabul adalah:
1) Orang yang mengucapkannya telah baligh dan Berakal.
2) Kabul sesuai dengan ijab.
3) Ijab dan kabul itu dilakukan dalam satu majelis.
c. Syarat barang yang dijualbelikan Syarat barang yang
diperjualbelikan, yaitu:
1) Barang itu ada atau tidak ada ditempat, tetapi pihak penjual
menyatakan kesanggupannya untuk mengadakan barang
tersebut.
2) Dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi manusia.
3) Milik seseorang, baran yang sifatnya belum dimiliki
seseorang tidak boleh dijualbelikan.
4) Boleh diserahkan saat akad berlangsung dan pada waktu
yang desepakati bersama ketika transaksi berlangsung. 8
D. Karakteristik Akad Murabahah
Karakteristik murabahah adalah sebagai berikut:
1. Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa
pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan, penjual
melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari
pembeli.
8
Ihsan Rambe,dkk, Akuntansi Syariah ( Teori Dasar dan Implementasiya) ( Medan: Umsu
Press, 2022), 145-146.
2. Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau
tidak mengikat pembeli untuk membeli barang yang
dipesannya. Dalam murabahah pesanan mengikat pembeli
tidak dapat membatalkan pesanannya. Jika aset murabahah
yang telah dibeli oleh penjual, dalam murabahah pesanan
mengikat, mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan
kepada pembeli, penurunan nilai tersebut menjadi beban
penjual dan akan mengurangi nilai akad.
3. Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau
tangguh. Pembayaran tangguh adalah pembayaran yang
dilakukan tidak pada saat barang diserahkan kepada pembeli
tetapi pembayaran dilakukan dalam bentuk angsuran atau
sekaligus pada waktu tertentu.
4. Akad murabahah memperkenankan penawaran harga yang
berbeda untuk cara pembayaran yang berbeda sebelum akad
murabahah dilakukan. Namun, jika akad tersebut telah
disepakati, hanya ada satu harga (harga dalam akad) yang
digunakan.
5. Harga yang disepakati dalam murabahah adalah harga jual,
sedangkan biaya perolehan harus diberitahukan. Jika penjual
mendapatkan diskon sebelum akad murabahah, maka
potongan itu merupakan hak pembeli. Sedangkan diskon yang
diterima setelah akad murabahah disepakati, sesuai dengan
yang diatur dalam akad, dan jika tidak diatur dalam akad,
potongan tersebut adalah hak penjual.
6. Diskon yang terkait dengan pembelian barang, antara lain,
meliputi:
a. diskon dalam bentuk apa pun dari pemasok atas pembelian
barang.
b. diskon biaya asuransi dari perusahaan asuransi dalam
rangka pembelian barang.
c. komisi dalam bentuk apa pun yang diterima terkait dengan
pembelian barang.
7. Diskon atas pembelian barang yang diterima setelah akad
murabahah disepakati diperlakukan sesuai dengan
kesepakatan dalam akad tersebut. Jika akad tidak mengatur,
diskon tersebut menjadi hak penjual.
8. Penjual dapat meminta pembeli menyediakan agunan atas
piutang murabahah, antara lain, dalam bentuk barang yang
telah dibeli dari penjual.
9. Penjual dapat meminta uang muka kepada pembeli sebagai
bukti komitmen pembelian sebelum akad disepakati. Uang
muka menjadi bagian pelunasan piutang murabahah jika akad
murabahah disepakati. Jika akad murabahah batal, uang muka
dikembalikan kepada pembeli setelah dikurangi dengan
kerugian sesuai dengan kesepakatan. Jika uang muka itu lebih
kecil dari kerugian, penjual dapat meminta tambahan dari
pembeli.
10. Jika pembeli tidak dapat menyelesaikan piutang murabahah
sesuai dengan yang diperjanjikan, penjual berhak mengenakan
denda kecuali jika dapat dibuktikan bahwa pembeli tidak atau
belum mampu melunasi disebabkan oleh force majeur. Denda
tersebut didasarkan pada pendekatan ta'zir yaitu untuk
membuat pembeli lebih disiplin terhadap kewajibannya.
Besarnya denda sesuai dengan yang diperjanjikan dalam akad
dan dana yang berasal dari denda diperuntukkan sebagai dana
kebajikan.
11. Penjual boleh memberikan potongan pada saat pelunasan
piutang murabahah jika pembeli:
a. melakukan pelunasan pembayaran tepat waktu; atau
b. melakukan pelunasan pembayaran lebih cepat dari waktu
yang telah disepakati.
12. Penjual boleh memberikan potongan dari total piutang
murabahah yang belum dilunasi jika pembeli:
a. melakukan pembayaran cicilan tepat waktu; dan atau
b. mengalami penurunan kemampuan pembayaran.9
E. jenis murabahah
Akad jual beli murabahah dapat dikelompokan menjadi
beberapa jenis sebagai berikut (Karim, 2010):
1. Murabahah berdasarkan jenis pemesannya
Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau
tanpa pesanan. Murabahah tanpa pesanan atau dalam istilah
fiqih disebut bai’ al- murabahah al-‘adiyyah, yaitu akad juali beli
murabahah yang dilakukan atas barang yang sudah dimiliki
penjual pada sat barang tersebut ditawarkan. Murabahahn jenis
ini bersifat tidak mengikat karena pengadaan barang sebagai
objek jual beli dilakukan tanpa memperhatikan ada yang pesan
atau tidak, ada yang akan membeli atau tidak.Sedangkan
murabahah berdasarkan pesanan atau dalam istilah fiqih
disebut dengan bai’ al- murabahah li al-amir bi al-syira’. Bank
syariah melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan
dari nasabah. Murabahah dengan pesanan dapat bersifat
mengikat atau tidak mengikat nasabah untuk membeli barang
yang dipesannya. Dalam murabahah pesanan, bank syariah
boleh meminta pembayaran hamish ghadiyah, yakni uang
tanda jadi ketika ijab-qabul. Hal ini sekedar untuk menunjukan
bukti keseriusan si pembeli. Adapun pada murabahah jenis
pesanan yang bersifat mengikat pembeli tidak dapat
membatalkan pesanannya.
2. Murabahah berdasarkan metode pembayarannya
Murabahah berdasarkan metode pembayarannya dapat
dilakukan dengan cara tunai (naqdan) maupun dengan cara
tangguh (tidak tunai). Pembayaran dengan cara tangguh dapat
9
Ahmad Ifham Sholihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2010), 47-48.
dilakukan dengan dua cara, yaitu murabahah dengan cara
cicilan (bai’ taqsith) atau dengan cara lump-sum di akhir (bai’
mu’ajjal).
3. Murabahah berdasarkan sumber dananya
Berdasarkan sumber dana yang digunakan, Murabahah
dapat dibedakan menjadi tiga Kelompok:
a. Pembiayaan murabahah yang didanai dengan URIA
(unrestricted Investment Account) atau dengan investasi
tidak terikat.
b. Pembiayaan murabahah yang didanai dengan RIA
(Restricted Investment Account) atau dengan investasi
terikat.
c. Pembiayaan murabahah yang didanai dengan modal bank. 10
F. Manfaat dan Risiko Akad Murabahah
Manfaat murabahah bagi nasabah yaitu sebagai berikuat:
1. Untuk membantu masyarakat yang memerlukan bantuan
penyaluran dana dari bank berdasarkan pada prinsip jual beli.
2. Untuk membantu masyarakat guna melangsungkan dan
meningkatkan kesejahteraan dan berbagai kegiatan.
Contoh kasus:
11
Mardani, Hukum Kontrak Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana, 2021), 117.
kepada BBS berupa mobil Avanza. Atas transaksi tersebut BBs
melakukan pencatatan sebagai berikut:
3. Diskon murabahah
Diskon murabahah adalah pengurangan harga atau
penerimaan dalam bentuk apapun yang diperoleh pihak
pembeli dari pemasok. Dalam pembelian barang oleh bank
syariah biasanya akan mendapat diskon harga dari pihak
pemasok atau supplier. Diskon tersebut oleh bank syariah
diakui sebagai (PSAK 102 par 20):
a. Penguran biaya perolehan aset murabahah, jika terjadi
sebelum akad murabahah:
b. Liabilitas kepada nasabah, jika terjadi setelah akad
murabahah dan sesuai akad yang di sepakati menjadi
hak nasabah.
c. Tambahan keuntungan murabahah, jika terjadi setelah
akad murabahah dan sesuai akad yang disepakati maka
menjadi hak bank.
d. Pendapatan operasional lain, jika terjadi setelah akad
murabahah dan tidak diperjanjikan dalam akad.
Contoh kasus:
Contoh kasus:
Jurnal Transaksi:
Jurnal Transaksi:
6. Potongan murabahah
Potongan murabahah adalah pengurangan kewajiban
nasabah yang diberikan oleh bank. Potongan murabahah
dapat diberikan pada dua kondisi yaitu potongan pelunasan
murabahah dan potongan tagihan murabahah.
Pada dasarnya nasabah harus melunasi seluruh
kewajibannya atas transaksi murabahah, namun jika
nasabah melakukan pelunasan tepat waktu atau melakukan
pelunasan sebelum jatuh tempo maka bank syariah
dibolehkan untuk memberikan potongan harga, dengan
syarat tidak diperjanjikan dalam akad dan besarnya
potongan diserahkan pada kebijakan bank.
Potongan pelunasan piutang murabahah yang
diberikan kepada nasabah diakui sebagai pengurang
pendapatan murabahah. Metode potongan pelunasan
piutang murabahah dengan menggunakan salah satu
metode berikut ini (PSAK 102 par 27):
a. Diberikan pada saat pelunasan, yaitu bank mengurangi
piutang murabahah dari keuntungan murabahah.
b. Diberikan setelah pelunasan, yaitu bank menerima
pelunasan piutang dari nasabah dan kemudian
membayarkan potongan pelunasannya kepada
nasabah.
Contoh Kasus:
7. Denda
Bank dapat mengenakan denda kepada nasabah yang tidak
dapat melakukan pembayaran angsuran piutang
Murabahah, dengan indikasi antara lain:
a. Adanya unsur kesengajaan, yaitu nasabah mempunyai
dana tetapi tidak melakukan pembayaran piutang
Murabahah; dan
b. Adanya unsur penyalahgunaan dana, yaitu nasabah
mempunyai dana tetapi digunakan terlebih dahulu untuk
hal lain. Denda tidak dapat dikenakan kepada nasabah
yang tidak/belum mampu melunasi disebabkan oleh
force majeur, jika dapat dibuktikan. Denda yang diterima
diakui sebagai bagian dana kebajikan.
Contoh Kasus
Tanggal 16 Desember 2015 atas kelalaian
pembayaran angsuran oleh tuan Ahmad, Bank Berkah
Syariah mengenakan denda sebesar Rp150.000 dan tuan
Ahmad langsung membayar denda secara tunai. Jurnal
Transaksi:12
12
Ihsan Rambe,dkk, Akuntansi Syariah ( Teori Dasar dan Implementasiya),146-159.
1. Tipe Pertama penerapan murabahah adalah tipe konsisten
terhadap fiqih muamalah. Dalam tipe ini bank membeli dahulu
barang yang akan dibeli oleh nasabah setelah ada perjanjian
sebelumnya. Setelah barang dibeli atas nama bank kemudian dijual
ke nasabah dengan harga perolehan ditambah margin keuntungan
sesuai kesepakatan. Pembelian dapat dilakukan secara tunai
(cash), atau tangguh baik berupa angsuran atau sekaligus pada
waktu tertentu. Pada umumnya nasabah membayar secara
tangguh.
2. Tipe Kedua serupa dengan tipe yang pertama, tapi perpindahan
kepemilikan langsung dari supplier kepada nasabah, sedangkan
pembayaran dilakukan bank langsung kepada penjual
pertama/supplier. Nasabah selaku pembeli akhir menerima barang
setelah sebelumnya melakukan perjanjian murabahah dengan
bank. Pembelian dapat dilakukan secara tunai (cash), atau tangguh
baik berupa angsuran atau sekaligus pada waktu tertentu. Pada
umumnya nasabah membayar secara tangguh. Transaksi ini lebih
dekat dengan murabahah yang asli, tapi rawan dari masalah legal.
Dalam beberapa kasus ditemukan adanya klaim nasabah bahwa
mereka tidak berhutang kepada bank, tapi kepada pihak ketiga
yang mengirimkan barang.Meskipun nasabah telah
menandatangani
perjanjian murabahah dengan bank, perjanjian ini kurang memiliki
kekuatan hukum karena tidak ada tanda bukti bahwa nasabah
menerima uang dari bank sebagai bukti pinjaman/hutang. Untuk
mengindari kejadian seperti itu maka ketika bank syariah dan
nasabah telah menyetujui untuk melakukan transaksi murabahah
maka bank akan mentransfer pembayaran barang ke rekening
nasabah (numpang lewat) kemudian didebet dengan persetujuan
nasabah untuk ditranfer ke rekening supplier. Dengan cara seperti
ini maka ada bukti bahwa dana pernah ditranfer ke rekening
nasabah. Namun demikian, dari perspektif syariah model
murabahah seperti ini tetap saja berpeluang melanggar
ketentuan syariah jika pihak bank sebagai pembeli pertama tidak
pernah menerima barang (qabdh) atas namanya tetapi langsung
atas nama nasabah. Karena dalam prinsip syariah akad jual beli
murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip,
menjadi
milik bank .
c. Tipe Ketiga, Bank melakukan perjajian murabahah dengan
nasabah, dan pada saat yang sama mewakilkan (akad wakalah)
kepada nasabah untuk membeli sendiri barang yang akan
dibelinya. Dana lalu dikredit ke rekening nasabah dan nasabah
menandatangi tanda terima uang. Tanda terima uang ini menjadi
dasar bagi bank untuk menghindari klaim bahwa nasabah tidak
berhutang kepada bank karena tidak menerima uang sebagai
sarana pinjaman. Tipe kedua ini bisa menyalahi ketentuan syariah
jika bank mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari
pihak ketiga, sementara akad jual beli murabahah telah dilakukan
sebelum barang, secara prinsip, menjadi milik bank.
13
Amelia Hud Leo dkk, Analisisi Impelementasi Akad Murabahah dan Fatwa Ulama Terhadap
Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia, 2018, hlm. 10-13
1. Berakhirnya masa berlaku akad itu, apabila akad itu
mempunyai tenggang waktu.
2. Dibatalkan oleh pihak-pihak yang berakad, apabila akad itu
sifatnya tidak mengikat
3. Dalam akad yang bersifat mengikat, suatu akad dapat dianggap
berakhir jika:
a. Jual beli itu fasad, seperti terdapat unsur-unsur tipuan
salah
satu rukun atau syaratnya tidak terpenuhi.
b. Berlakuknya khiyar syarat, aib, atau rukyat.
c. Akad itu tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak.
d. Tercapainya tujuan akad itu sampai sempurna.
4. Salah satu pihak yang berakad meninggal dunia.
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran