Anda di halaman 1dari 5

Nama : M. Habiburrahman.

Kelas : Perbankan Syari’ah 3

Nim : 2131811099

Akuntansi

1.
a. Pengertian murabahah adalah akad dalam syariah Islam yang menetapkan harga produksi
dan keuntungan ditetapkan bersama oleh penjual dan pembeli. Sehingga skema akad
murabahah adalah transparansi penjual kepada pembeli. Pembiayaan murabahah
membuat pembeli mengetahui harga produksi suatu barang dan besaran keuntungan
penjual. Sedangkan akad murabahah dalam perbankan syariah yaitu perjanjian antara
nasabah dan bank dalam transaksi jual beli dimana bank membeli produk sesuai
permintaan nasabah, kemudian produk tersebut dijual kepada nasabah dengan harga lebih
tinggi sebagai profit bank. Dalam hal ini, nasabah mengetahui harga beli produk dan
perolehan laba bank. Jenis murabahah:
 Murabahah dengan tunai
Murabahah adalah akad yang bisa dilakukan dengan tunai. Artinya, ada jual beli
barang di mana bank bertindak sebagai penjual, sedangkan nasabah sebagai pembeli.
 Murabahah dengan cicilan (bitsaman ajil)
Murabahah adalah akad yang bisa dilakukan dengan cicilan. Artinya, jual beli barang
di mana harga jual dicantumkan dalam akad jual beli.

b. Beberapa karakteristik murabahah sebagai berikut


 Murabahah. Yang dimaksudkan dengan murabahah adalah jual beli barang pada harga
asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam murabahah, pihak penjual
harus memberitahukan harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat
keuntungan sebagai tambahannya.
 Murabahah. Menurut fatwa dari Dewan Syariah Nasional, yang dimaksudkan dengan
murabahah adalah menjual suatu barang dengan menegaskan harga beliunya kepada
pihak pembeli dan pembeli membayarnya denfan harga yang lebih tinggi sebagai laba.
Sesuai dengan ketentuan yang ada dalam fatwa DSN MUI nomor 4 tahun 2000,
ketentuan umum yang ada pada murabahah adalah sebagai berikut :
 Akad murabahah bebas riba
 barang yang diperdagangkan bukan barang yang diharamkan
 Bank membiayai sebagian atau seluruh pembelian barang
 bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri dan juga
pembelian ini harus bebas riba
 bank menjual barang kepada nasabah dengan harga jual senilai harga beli plus
keuntungannya.
2.
a. Berdasarkan PSAK 102 (Revisi 2016) paragraf 02, ruang lingkup PSAK 102 (Revisi
2016) mencakup lembaga keuangan syariah dan koperasi syariah yang melakukan
transaksi murabahah baik sebagai penjual maupun pembeli dan pihak-pihak yang
melakukan transaksi murabahah dengan lembaga keuangan syariah atau koperasi syariah.

b. Akuntansi penjualan Di lakukan pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai
persediaan sebesar biaya perolehan.
Akuntansi pembelian di lakukan keika Aset yang diperoleh melalui transaksi murabahah
diakui sebesar biaya perolehan murabahah tunai. Selisih antara harga beli yang disepakati
dengan biaya perolehan tunai diakui sebagai beban murabahah tangguhan.
3.
a. Menurut fatwa DSN No. 16, harga jual beli murabahah adalah harga beli dan biaya
yang diperlukan ditambah keuntungan sesuai dengan kesepakatan. Apabila dalam jual
beli murabahah, LKS mendapatkan diskon dari supplier, maka harga jual beli antara
LKS dan nasabah adalah harga setelah diskon, karena diskon tersebut merupakan hak
nasabah. Apabila diskon tersebut diberikan setelah akad, pembagian diskon dilakukan
berdasarkan perjanjian (persetujuan) yang dimuat dalam akad. Dalam akad, pembagian
diskon setelah akad hendaklah diperjanjikan dan ditandatangani dapat dipahami bahwa
diskon yang berikan oleh supplier kepada LKS sebelum terjadinya akad murabahah
antara LKS dengan nasabah adalah merupakan hak dari nasabah. Diskon tersebut secara
otomatis menjadi hak nasabah tanpa adanya suatu proses perjanjian yang dituangkan
dalam akad. Namun, jika diskon tersebut diberikan oleh supplier kepada LKS setelah
terjadinya akad murabahah antara LKS dengan nasabah, maka diskon tersebut bisa
diberikan kepada nasabah berdasarkan kesepakatan antara kedua belah pihak yang
dituangkan dalam akad perjanjian murabahah yang ditandatangani.

b. Menurut Fatwa DSN No. 13 tersebut, para ulama sepakat bahwa meminta uang muka
dalam akad jual beli adalah boleh (jawaz). Oleh karena itu, LKS dibolehkan untuk
meminta uang muka dalam akad pembiayaan murabahah kepada nasabah apabila
mereka sepakat. Jumlah uang muka juga ditentukan sesuai dengan kesepakatan.
Selanjutnya, uang muka nantinya akan menjadi bagian dari harga yang akan dibayarkan
nasabah kepada LKS apabila akad murabahah terlaksana. Namun, apabila pembiayaan
akad murabahah tidak jadi dilaksanakan karena dibatalkan oleh nasabah, uang muka
nasabah tersebut akan digunakan oleh LKS untuk mengganti kerugian yang dialami atas
biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam pengurusan pembiayaan akad murabahah.
Apabila uang muka jumlahnya lebih besar dari kerugian, maka LKS dapat meminta
tambahan kepada nasabah. Namun, apabila uang muka lebih besar dari jumlah kerugian,
maka LKS harus mengembalikan kelebihannya kepada nasabah.
4.
a. Dalam murabahah, karakteristik hutang meliputi:
 Pembelian barang:
Murabahah melibatkan pembelian barang oleh pihak bank dari pihak ketiga yang
kemudian akan dijual kembali kepada nasabah dengan harga yang lebih tinggi.
 Kewajiban pembayaran:
Nasabah harus membayar hutang kepada bank dalam jangka waktu yang
disepakati, baik dalam bentuk angsuran maupun cicilan. Biaya tambahan: Selain
harga jual, nasabah juga harus membayar biaya tambahan seperti margin
keuntungan bagi bank, biaya administrasi, dan biaya pengiriman barang.
 Jaminan:
Bank dapat menentukan jaminan atau agunan yang harus diserahkan oleh
nasabah untuk menjamin pembayaran hutang. Tidak ada bunga: Dalam
murabahah, tidak ada bunga yang dikenakan atas hutang yang diberikan oleh
bank kepada nasabah, karena bunga dianggap riba dalam Islam.
 Risiko pemilikan barang:
 Sejak bank membeli barang dari pihak ketiga hingga barang tersebut dijual
kepada nasabah, risiko pemilikan barang sepenuhnya ditanggung oleh bank.
Dalam skema murabahah, harga jual barang tidak dapat berubah selama jangka
waktu akad karena adanya prinsip jual beli yang telah disepakati sebelumnya antara
bank dan nasabah. Prinsip ini dikenal dengan istilah "qardhul hasan", yang artinya
pemberian pinjaman dengan tanpa bunga atau dengan bunga yang sangat kecil.
Dalam murabahah, bank berfungsi sebagai perantara antara nasabah dan supplier
barang. Bank membeli barang dari supplier dengan harga tertentu, dan kemudian
menjual kembali barang tersebut pada nasabah dengan harga yang lebih tinggi. Harga
jual murabahah harus diatur sebelum akad dilakukan, sehingga nasabah mengetahui
secara pasti besarnya harga yang harus dibayarkan. Jika harga jual murabahah diubah
selama jangka waktu akad, maka hal tersebut akan menyebabkan terjadinya
perubahan kesepakatan antara bank dan nasabah, yang dapat menimbulkan
ketidakpastian dan tidak adanya kejelasan mengenai kewajiban pembayaran nasabah.
Oleh karena itu, harga jual murabahah tidak boleh berubah selama jangka waktu
akad, sehingga terdapat kepastian dan kejelasan mengenai kewajiban pembayaran
nasabah.

b. Jangka waktu akad murabahah tidak bisa berubah dikarenakan adanya kesepakatan
diawal yang dimana sudah ditentukan waktu dan harga yang sudah disepakati maka
tidak boleh di langgar agar tidak terjadi kedzaliman antara pihak bank dan pihak
nasabah
5.
a. Langkah-langkah dalam menangani piutang bermasalah
 Buat kebijakan jatuh tempo dan limit kredit
 Berikan denda keterelambatan
 Buat daftar hitam pelanggan yang telat bayar
 Atur maksimal jumlah piutang

b. Penanganan piutang bermasalah murabahah ialah dengan jalan objek murabahah atau
jaminan lainnya dijual nasabah kepada LKS dengan harga pasar yang telah
disepakati. Nasabah melunasi sisa utangnya kepada LKS dari hasil penjualan.
Apabila hasil penjualan melebihi utang maka LKS mengembalikan sisanya kepada
nasabah, dan apabila hasil penjualannya lebih kecil dari utang maka sisanya tetap
menjadi utang nasabah. Apabila masih tidak bisa membayar sisa utangnya, maka
LKS dapat membebaskannya
6.
a. Murabahah adalah salah satu produk keuangan syariah yang dikenal sebagai akad
jual-beli, dimana penjual membeli barang yang diminta oleh pembeli kemudian
menjual kembali dengan keuntungan. Untuk menghitung keuntungan dari transaksi
murabahah, terdapat beberapa metode yang dapat digunakan, antara lain:
 Metode Markup: Metode ini menghitung keuntungan dengan menambahkan
persentase markup tertentu pada harga beli barang. Persentase markup biasanya
sudah ditetapkan sebelumnya dan didasarkan pada biaya operasional, risiko, dan
laba yang diinginkan. Contoh perhitungannya adalah jika harga beli barang
adalah Rp. 10 juta dan markup yang ditetapkan adalah 10%, maka harga jual
adalah Rp. 11 juta dan keuntungan adalah Rp. 1 juta.
 Metode Musawamah: Metode ini mengacu pada keuntungan yang disepakati
antara penjual dan pembeli, tanpa ada persentase markup yang ditetapkan
sebelumnya. Kedua belah pihak bebas untuk menetapkan harga yang dianggap
adil berdasarkan negosiasi.
 Metode Ijarah: Metode ini digunakan untuk transaksi yang melibatkan
penyewaan atau leasing. Keuntungan dihitung dengan menghitung selisih antara
harga beli barang dan harga sewa selama periode waktu tertentu.
 Metode Musyarakah: Metode ini melibatkan dua belah pihak, yaitu investor dan
pengusaha. Keuntungan dihitung berdasarkan persentase keuntungan yang
disepakati antara kedua belah pihak, biasanya berdasarkan proporsi modal yang
diinvestasikan.
 Metode Mudharabah: Metode ini juga melibatkan dua belah pihak, yaitu investor
dan pengusaha. Investor memberikan modal dan pengusaha bertanggung jawab
atas pengelolaannya. Keuntungan dihitung berdasarkan persentase keuntungan
yang disepakati antara kedua belah pihak, biasanya berdasarkan proporsi modal
yang diinvestasikan.
 Metode perhitungan keuntungan murabahah dapat dipilih sesuai dengan
kebutuhan dan kesepakatan antara kedua belah pihak. Penting untuk dipastikan
bahwa metode yang digunakan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan adil
bagi kedua belah pihak.

b. Dalam mengakui keuntungan murabahah, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan


(PSAK) No. 102 tentang Akuntansi Murabahah dalam paragraf 23 menyatakan
bahwa keuntungan murabahah diakui proporsional dengan besaran kas yang berhasil
ditagih dari piutang murabahah.

Anda mungkin juga menyukai