Jenis-jenis Murabahah
Dalam sistem keuangan syariah, ada beberapa macam murabahah yang dapat
digunakan untuk jual beli barang dengan harga asal dan keuntungan yang disetujui
antara penjual dan pembeli. Berikut adalah beberapa macam murabahah:
10. Murabahah Salam: Murabahah salam adalah jenis jual beli murabahah
yang dilakukan dengan barang yang belum ada. Dalam hal ini, pembeli
akan membeli barang yang belum ada, dan penjual akan menjual barang
yang belum ada.
Pengertian murabahah sebagai jual beli barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang disepakati dan tidak terlalu memberatkan calon pembeli masih
berlaku sekarang. Namun, terdapat perbedaan dalam pengertian murabahah masa
lalu dan masa kini.
1. Masa lalu
Murabahah dipercepatkan dengan kontrak yang tidak memungkinkan
pembeli pertama untuk menjual barang kepada pembeli kedua, yang mengandung
unsur kezaliman dalam ekonomi dan menyebabkan banyak kejahatan sosial.
Namun, dengan perkembangan hukum dan keadilan, pengertian murabahah telah
dirubah menjadi lebih transparan dan tidak mengandung unsur kezaliman.
2.Masa kini
Perbedaan pengertian murabahah masa lalu dan masa kini terkait pada
kontrak yang lebih transparan dan tidak mengandung unsur kezaliman, yang
memungkinkan pembeli pertama untuk mengambil manfaat dari keuntungan yang
diperoleh.
Pengakuan Urbun
Pengakuan piutang adalah proses pemberian simbol atas transaksi yang terkait
dengan piutang, yang mencakup pengakuan, pengukuran, pencatatan, dan
pelaporan. Proses pengakuan piutang melibatkan beberapa langkah:
Pengakuan Keuntungan
Pengakuan Denda
Denda dapat menjadi bagian dari perjanjian yang dibuat antara penjual dan
pembeli sebagai konsekuensi dari pelanggaran atau keterlambatan pembayaran.
Denda ini biasanya diatur dalam perjanjian jual beli dan menjadi salah satu
ketentuan yang disepakati oleh kedua belah pihak.
Proses:
2. Akad Wakalah:
Proses:
Sharf adalah salah satu bentuk transaksi dalam fiqh (hukum Islam) yang
merujuk pada jual beli valuta asing (uang). Istilah "sharf" dalam bahasa Arab
secara harfiah berarti "pertukaran" atau "transaksi valuta asing". Dalam Islam,
hukum mengenai sharf sangat penting karena melibatkan pertukaran uang, yang
merupakan bagian integral dari kehidupan ekonomi modern.
Berikut adalah beberapa poin penting tentang sharf (jual beli valuta asing)
dalam Islam:
1. Definisi: Sharf adalah pertukaran dua mata uang yang berbeda dengan
nilai tukar yang telah disepakati di antara kedua belah pihak. Contoh
paling umum dari transaksi sharf adalah pertukaran mata uang asing
dengan mata uang domestik.
2. Aspek Syariah: Dalam Islam, syarat utama untuk transaksi sharf adalah
adanya nilai tukar yang jelas dan tidak boleh ada unsur penipuan atau
ketidakadilan. Juga, transaksi sharf harus memenuhi syarat-syarat jual beli
Islam yang umum, seperti kejelasan harga, kepemilikan aset yang
diperdagangkan, dan kepatuhan terhadap aturan-aturan syariah.
3. Hukum dalam Islam: Hukum sharf dalam Islam bisa beragam tergantung
pada kondisi dan konteks transaksi. Dalam beberapa kasus, seperti jika
nilai tukar mata uang berubah secara signifikan atau jika transaksi
melibatkan unsur riba (bunga), transaksi sharf bisa dianggap haram (tidak
halal). Namun, dalam kondisi-kondisi tertentu, seperti untuk keperluan
perjalanan atau bisnis internasional, transaksi sharf bisa dianggap halal.
Dalam prakteknya, transaksi sharf atau jual beli valuta asing diatur oleh aturan
hukum dan kebijakan pemerintah yang berlaku di negara-negara tersebut. Dalam
konteks ekonomi Islam, penting bagi individu dan lembaga keuangan untuk
memastikan bahwa transaksi sharf mereka mematuhi prinsip-prinsip syariah dan
tidak melanggar larangan atau ketentuan yang telah ditetapkan dalam agama
Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Salam dan Istishna adalah jenis jual beli yang digunakan dalam transaksi
syariah. Salam merupakan jual beli yang dilakukan dengan harga yang sudah
disepakati dan barang yang sudah diketahui, sedangkan Istishna merupakan jual
beli yang dilakukan dengan barang yang belum ada atau belum jadi.
Pada jual beli Istishna, pembeli akan memesan barang dengan spesifikasi
tertentu dan pembayaran dapat dilakukan secara kontan atau dengan cicilan sesuai
kesepakatan kedua belah pihak. Jual beli Istishna dapat dilakukan dengan cara
membuat kontrak baru dengan pihak lain, yang dikenal sebagai kontrak
paralel.Salam dan Istishna berbeda dalam hal waktu pembayarannya. Dalam jual
beli salam, pembayaran dilakukan sebelum barang diterima, sedangkan dalam jual
beli Istishna, pembayaran dapat dilakukan sebelum, di tengah, atau diakhir
transaksi.
Salam
Salam adalah jenis jual beli yang digunakan dalam transaksi syariah.
Dalam salam, pembeli akan memesan barang dengan spesifikasi tertentu dan
pembayaran dapat dilakukan secara kontan atau dengan cicilan sesuai kesepakatan
kedua belah pihak.Pada jual beli salam, pembeli akan membayar harga pokok
pembelian dan keuntungan yang disetujui sebelum barang diterima. Harga pokok
pembelian dan keuntungan yang disetujui akan menjadi dasar untuk pembiayaan
murabahah yang akan dilakukan.Salam dapat digunakan dalam transaksi jual beli
yang dilakukan dengan barang yang sudah ada atau belum ada, yang dikenal
sebagai salam dengan barang yang ada dan salam dengan barang yang belum ada.
3. Harga: Harga komoditas harus disepakati oleh kedua belah pihak. Harga
ini bisa ditetapkan di awal, walaupun penyerahan komoditas ditunda.
Pembayaran bisa dilakukan secara penuh atau sebagian di muka.
Dengan mengikuti model akad salam yang telah ditetapkan, pihak-pihak yang
terlibat dapat melakukan transaksi jual beli dengan cara yang sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah, sambil memastikan kejelasan, keadilan, dan kepastian
dalam pelaksanaan transaksi tersebut.
2. Pembayaran:
3. Penyerahan Barang:
Salam Pararel
Akad salam paralel adalah jenis akad jual beli yang dilakukan dengan
spesifikasi dan harga barang pesanan sudah disepakati di awal akad, sedangkan
pembayaran dilakukan di muka secara penuh. Dalam akad salam paralel, pembeli
akan membayar terlebih dahulu atas suatu barang yang belum ada atau belum
diterima.
Pada akad salam paralel, pembeli akan membayar harga pokok pembelian
dan keuntungan yang disetujui sebelum barang diterima. Harga pokok pembelian
dan keuntungan yang disetujui akan menjadi dasar untuk pembiayaan murabahah
yang akan dilakukan.Akad salam paralel juga diterima dan disepakati oleh kedua
belah pihak, yaitu pembeli dan penjual, dengan adanya barang dan uang, ada
sighat (lafaz akad), dan diketahui capital cost masing-masing pihak.
Akad salam paralel merupakan jenis akad jual beli yang diperbolehkan dan
dipergunakan dalam transaksi syariah. Hal ini berdasarkan dalil-dalil yang
terdapat dalam Alquran, dan rukun salam paralel adalah penjual dan pembeli, ada
barang dan uang, ada sighat (lafaz akad).
Istishna
Istishna adalah salah satu bentuk kontrak jual beli dalam hukum Islam yang
digunakan untuk memproduksi barang yang belum ada. Dalam istishna, pembeli
memesan barang tertentu kepada penjual dengan spesifikasi yang telah disepakati,
dan penjual setuju untuk membuat dan menyediakan barang tersebut sesuai
dengan permintaan pembeli. Berikut adalah penjelasan lebih spesifik tentang
istishna:
2. Proses:
3. Pembayaran:
Pembayaran dalam istishna bisa dilakukan secara tunai atau dicicil,
tergantung pada kesepakatan antara pembeli dan penjual.
Pembayaran bisa dilakukan sebagian di muka dan sisanya setelah
barang selesai diproduksi, atau pembayaran bisa dilakukan secara
penuh setelah penyerahan barang.
1. Murabahah:
Definisi: Murabahah adalah jenis akad jual beli di mana penjual
membeli barang atas permintaan pembeli dan kemudian
menjualkannya kembali kepada pembeli dengan tambahan
keuntungan yang telah disepakati.
2. Salam:
3. Istishna:
Istishna Pararel
Istishna Paralel (Parallel Istishna) adalah jenis istishna yang melibatkan dua
transaksi istishna yang terjadi secara paralel atau bersamaan antara tiga belah
pihak: pembeli, produsen, dan bank. Istishna paralel biasanya digunakan dalam
pembiayaan proyek konstruksi di mana bank bertindak sebagai pemberi pinjaman
atau pembiayaan. Berikut adalah penjelasan lengkap tentang istishna paralel:
2. Proses:
3. Tujuan:
4. Pembayaran:
5. Jaminan:
6. Dokumentasi:
7. Pencatatan Akuntansi:
Pembiayaan Istishna
4. Pencatatan Akuntansi:
Akad dalam istishna adalah perjanjian antara pihak-pihak yang terlibat dalam
proses pembuatan dan penyediaan barang atau proyek yang diminta oleh pembeli.
Akad ini mengatur hak dan kewajiban masing-masing pihak, serta syarat-syarat
yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan transaksi. Berikut adalah penjelasan
secara spesifik tentang akad dalam istishna:
2. Syarat-syarat Akad:
Spesifikasi harga barang dalam akad salam paralel adalah harga pokok
pembelian dan keuntungan yang disetujui sebelum barang diterima. Harga pokok
pembelian adalah harga asal yang diterima oleh pembeli, sedangkan keuntungan
adalah persen atau jumlah yang akan diperoleh oleh penjual atas transaksi
tersebut. Akad salam paralel juga dapat mengatur pembayaran sebelum barang
diterima, yang dikenal sebagai pembayaran di muka secara penuh.
Pendapatan Istishna
Pendapatan dalam transaksi istishna dapat berasal dari dua sumber utama:
biaya produksi dan margin keuntungan. Berikut adalah penjelasan lebih detail
tentang pendapatan istishna:
1. Biaya Produksi:
Pembayaran ini bisa dilakukan secara tunai atau dengan cara dicicil
sesuai dengan kesepakatan yang telah ditetapkan dalam akad.
Sementara itu, Termin Istishna merujuk pada tanggal atau waktu dimana
barang atau proyek yang diminta oleh pembeli harus diserahkan oleh produsen
atau kontraktor. Termin Istishna biasanya ditentukan dalam perjanjian istishna dan
bergantung pada kesepakatan antara pembeli dan produsen. Termin ini
mencerminkan waktu dimana produsen harus menyelesaikan produksi atau
konstruksi barang atau proyek sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati.
Utang Istishna
Utang Istishna merujuk pada kewajiban yang dimiliki oleh pembeli kepada
bank atau lembaga keuangan yang memberikan pembiayaan untuk pembiayaan
proyek konstruksi atau produksi barang dalam transaksi istishna. Dalam konteks
ini, bank atau lembaga keuangan memberikan dana kepada produsen atau
kontraktor untuk membiayai biaya produksi proyek atau barang yang diminta oleh
pembeli. Sebagai imbalannya, pembeli berkewajiban untuk membayar kembali
dana yang diberikan oleh bank atau lembaga keuangan tersebut dalam bentuk
utang istishna.
Mujiatun, S. (2014). Jual beli dalam perspektif islam: Salam dan istisna’. Jurnal
Riset Akuntansi Dan Bisnis, 13(2).
Husna, Z. (2022). Perbandingan Akad Salam Dan Istishna Dalam Transaksi Jual
Beli.
Maksum, G. (2018). Telaah Dalil Hukum Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama Indonesia Tentang Produk Perbankan Syariah Studi Fatwa
Tentang Murabahah, Salam Dan Istishna.
AL-QARDH (Pinjaman)
Al-Qardh adalah salah satu prinsip penting dalam keuangan Islam yang
mendorong kesetaraan dan solidaritas dalam memberikan bantuan keuangan
kepada mereka yang membutuhkan, tanpa menimbulkan beban tambahan atau
keuntungan bagi pemberi pinjaman.
Riba
Dalam konteks Al-Qardh (pinjaman) dalam hukum Islam, riba mengacu pada
praktik memberikan atau menerima tambahan atau keuntungan atas pinjaman
yang diberikan. Riba dilarang dalam Islam dan dianggap sebagai dosa besar
karena melanggar prinsip-prinsip keadilan dan kesetaraan dalam transaksi
keuangan. Berikut adalah beberapa cara di mana riba dapat muncul dalam Al-
Qardh:
5. Pengembalian dengan Barang atau Jasa yang Lebih Besar dari Nilai
Pinjaman: Riba juga terjadi jika penerima pinjaman dipaksa untuk
mengembalikan pinjaman dengan barang atau jasa yang memiliki nilai
lebih besar daripada jumlah yang dipinjamkan. Ini terjadi jika pemberi
pinjaman memaksa penerima pinjaman untuk mengembalikan pinjaman
dengan jumlah yang lebih besar daripada yang mereka terima.
Qardh Bukan Riba Nasa' adalah konsep dalam hukum Islam yang
menyatakan bahwa pinjaman yang diberikan tanpa bunga atau tambahan biaya
kepada pihak lain, dengan tujuan untuk memberikan bantuan atau bantuan
keuangan, tidak melanggar larangan riba. Konsep ini menekankan bahwa
transaksi pinjaman yang diberikan dengan niat membantu atau memberikan
manfaat kepada penerima pinjaman tidak dianggap sebagai riba, meskipun tidak
ada tambahan biaya atau bunga yang dikenakan.
Berikut adalah beberapa poin penting terkait dengan Qardh Bukan Riba Nasa':
2. Tidak Ada Tambahan Biaya atau Bunga: Dalam Qardh Bukan Riba
Nasa', tidak ada tambahan biaya atau bunga yang dikenakan atas pinjaman
yang diberikan. Penerima pinjaman hanya diwajibkan untuk
mengembalikan jumlah yang dipinjamkan tanpa ada tambahan biaya atau
keuntungan bagi pemberi pinjaman.
Dalam Islam, Qardh Bukan Riba Nasa' dianggap sebagai bentuk kebajikan dan
solidaritas sosial, di mana individu atau komunitas dapat memberikan bantuan
atau bantuan keuangan kepada mereka yang membutuhkan tanpa menimbulkan
beban tambahan atau keuntungan bagi pemberi pinjaman. Oleh karena itu, praktik
ini didorong dalam ajaran Islam sebagai cara untuk membantu sesama dan
meringankan penderitaan mereka yang membutuhkan.
Riba yang disyaratkan dalam Qardh (pinjaman) dan jual beli merupakan
bentuk pelanggaran terhadap prinsip-prinsip Islam. Riba dalam konteks ini
merujuk pada tambahan atau keuntungan yang ditetapkan sebagai syarat untuk
memberikan atau menerima pinjaman, atau sebagai bagian dari transaksi jual beli.
Dalam Islam, riba adalah dilarang keras dan dianggap sebagai dosa besar karena
bertentangan dengan prinsip keadilan dan kesetaraan dalam transaksi keuangan.
Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang riba yang disyaratkan dalam
Qardh dan jual beli:
Riba dalam transaksi jual beli terjadi ketika tambahan biaya atau
keuntungan ditetapkan sebagai syarat untuk menjual atau membeli
barang atau jasa.
Sumber Dana
2. Dana Institusi Keuangan: Dalam beberapa kasus, sumber dana dalam Al-
Qardh dapat berasal dari institusi keuangan seperti bank atau lembaga
keuangan lainnya. Institusi-institusi ini dapat menyediakan dana dalam
bentuk pinjaman tanpa bunga atau tambahan biaya kepada individu atau
kelompok yang membutuhkan, sebagai bagian dari program bantuan atau
layanan keuangan mereka.
3. Dana Sosial atau Amal: Sumber dana juga dapat berasal dari sumbangan
sosial atau amal yang diberikan oleh individu, kelompok, atau lembaga
amal kepada mereka yang membutuhkan. Dana ini sering digunakan untuk
memberikan bantuan atau bantuan keuangan kepada mereka yang
mengalami kesulitan keuangan atau kebutuhan mendesak lainnya.
Penting untuk dicatat bahwa dalam Al-Qardh, dana yang dipinjamkan harus
bersumber dari sumber yang sah dan halal menurut prinsip-prinsip syariah. Selain
itu, pemberi pinjaman harus memberikan dana tanpa ada tambahan biaya atau
keuntungan tambahan yang diharapkan sebagai imbalan atas pinjaman yang
diberikan, sesuai dengan prinsip Qardh Bukan Riba Nasa'. Dengan memastikan
sumber dana yang sah dan mematuhi prinsip-prinsip syariah, Al-Qardh dapat
dilakukan dengan baik dan memberikan manfaat kepada mereka yang
membutuhkan tanpa melanggar prinsip-prinsip Islam.
Qardh Berdiri Sendiri adalah konsep dalam hukum Islam yang mengacu
pada pinjaman yang diberikan tanpa jaminan atau agunan (tanpa kehadiran pihak
ketiga) dan tidak terkait dengan transaksi atau perjanjian lainnya. Dalam Qardh
Berdiri Sendiri, pinjaman diberikan secara langsung dari pemberi pinjaman
kepada penerima pinjaman tanpa adanya keterkaitan dengan transaksi lain atau
tujuan tertentu.
Pinjaman Qardh
Pinjaman Qardh, atau sering disebut sebagai Qardh Hasan, adalah jenis
pinjaman dalam hukum Islam yang diberikan tanpa bunga atau tambahan biaya
kepada penerima pinjaman. Konsep Qardh memiliki basis pada prinsip solidaritas
sosial dan membantu sesama, di mana dana dipinjamkan dengan tujuan
memberikan bantuan atau bantuan keuangan kepada individu atau komunitas yang
membutuhkan. Berikut adalah beberapa poin penting terkait dengan pinjaman
Qardh:
Qardhul Kebajikan
1. Prinsip Kesetaraan dan Keadilan: Qardhul Kebajikan didasarkan pada
prinsip kesetaraan sosial dan keadilan dalam Islam. Ini menekankan
pentingnya membantu mereka yang membutuhkan tanpa meminta imbalan
atau keuntungan materiil sebagai imbalan.
3. Tanpa Syarat Pengembalian: Salah satu ciri khas dari Qardhul Kebajikan
adalah bahwa tidak ada syarat atau persyaratan yang ditetapkan untuk
pengembalian dana yang dipinjamkan. Penerima pinjaman tidak
diharapkan untuk mengembalikan dana tersebut, meskipun mereka
memiliki kemampuan untuk melakukannya di masa depan.
1. Qardh:
2. Murabahah:
Qardh dan Ijarah adalah dua jenis produk pembiayaan yang berbeda dalam
perbankan syariah. Qardh merupakan jenis pembiayaan yang tidak memiliki
syarat waktu pembayaran tertentu, dimana peminjam hanya wajib membayar
jumlah pinjaman yang sama atau lebih besar dari jumlah pinjaman yang diterima.
Sumber dana untuk akad Qardh dapat berasal dari berbagai sumber, seperti bagian
modal yang dialokasikan khusus, dana zakat, infaq, dan shadaqah.
Qardh, Kafalah, dan Ijarah adalah tiga jenis akad yang digunakan dalam
perbankan syariah.Qardh adalah jenis pinjaman yang tidak memiliki syarat waktu
pembayaran tertentu, dimana peminjam hanya wajib membayar jumlah pinjaman
yang sama atau lebih besar dari jumlah pinjaman yang diterima. Sumber dana
untuk akad Qardh dapat berasal dari berbagai sumber, seperti bagian modal yang
dialokasikan khusus ataupun dari dana zakat, infaq, dan shadaqah.
Kafalah adalah jenis akad yang digunakan dalam mekanisme syariah card
di Indonesia. Penerapan akad kafalah dalam syariah card terjadi ketika Penerbit
Kartu menjadi penjamin (kâfil) bagi Pemegang Kartu terhadap Merchant atas
semua kewajiban bayar (dayn) yang timbul dari transaksi antara Pemegang Kartu
dengan Merchant, dan/atau penarikan tunai dari selain bank atau ATM bank
Penerbit Kartu. Atas pemberian Kafalah, penerbit kartu dapat menerima fee (ujrah
kafalah).
Qardh dan Salam adalah dua jenis akad yang berbeda dalam perbankan
syariah.Qardh adalah salah satu jenis pinjaman yang tidak memiliki syarat waktu
pembayaran tertentu, dimana peminjam hanya wajib membayar jumlah pinjaman
yang sama atau lebih besar dari jumlah pinjaman yang diterima. Sumber dana
untuk akad Qardh dapat berasal dari berbagai sumber, seperti bagian modal yang
dialokasikan khusus ataupun dari dana zakat, infaq, dan shadaqah.Salam adalah
jenis akad jual beli yang digunakan dalam transaksi syariah. Dalam salam,
pembeli akan membayar terlebih dahulu atas suatu barang yang belum ada atau
belum diterima. Pada saat barang diterima, pembeli akan membayar harga pokok
pembelian dan keuntungan yang disetujui sebelum barang diterima. Salam dapat
digunakan dalam transaksi jual beli yang dilakukan dengan barang yang sudah ada
atau belum ada, yang dikenal sebagai salam dengan barang yang ada dan salam
dengan barang yang belum ada.
Qardh dan Rahn
Qardh dan Rahn adalah dua konsep yang berbeda dalam perbankan
syariah.Qardh adalah jenis pinjaman yang tidak memiliki syarat waktu
pembayaran tertentu, dimana peminjam hanya wajib membayar jumlah pinjaman
yang sama atau lebih besar dari jumlah pinjaman yang diterima. Sumber dana
untuk akad Qardh dapat berasal dari berbagai sumber, seperti bagian modal yang
dialokasikan khusus ataupun dari dana zakat, infaq, dan shadaqah.
Qardh dan hibah adalah dua konsep yang berbeda dalam hukum
syariah.Qardh adalah pinjaman yang tidak memiliki syarat waktu pembayaran
tertentu, dimana peminjam hanya wajib membayar jumlah pinjaman yang sama
atau lebih besar dari jumlah pinjaman yang diterima. Sumber dana untuk akad
Qardh dapat berasal dari berbagai sumber, seperti bagian modal yang dialokasikan
khusus ataupun dari dana zakat, infaq, dan shadaqah. Akad Qardh tidak memiliki
syarat waktu pembayaran tertentu, dan peminjam hanya wajib membayar jumlah
pinjaman yang sama atau lebih besar dari jumlah pinjaman yang diterima.
Qardh dan Ariyah adalah dua jenis akad yang berbeda dalam hukum
syariah.Qardh adalah jenis pinjaman yang tidak memiliki syarat waktu
pembayaran tertentu, dimana peminjam hanya wajib membayar jumlah pinjaman
yang sama atau lebih besar dari jumlah pinjaman yang diterima. Sumber dana
untuk akad Qardh dapat berasal dari berbagai sumber, seperti bagian modal yang
dialokasikan khusus ataupun dari dana zakat, infaq, dan shadaqah. Akad Qardh
tidak memiliki syarat waktu pembayaran tertentu, dan peminjam hanya wajib
membayar jumlah pinjaman yang sama atau lebih besar dari jumlah pinjaman
yang diterima.
Ariyah, sementara itu, adalah jenis pinjaman yang memiliki syarat waktu
pembayaran tertentu, dimana peminjam harus membayar jumlah pinjaman yang
sama atau lebih besar dari jumlah pinjaman yang diterima sebelum tiba waktu
yang telah disepakati. Sumber dana untuk akad Ariyah dapat berasal dari berbagai
sumber, seperti harga sewa atau pemeliharaan.Pada akad Ariyah, terjadi berpindah
kepemilikan dan nantinya diganti, sedangkan pada akad Qardh tidak ada
berpindah kepemilikan.
DAFTAR PUSTAKA
Hannanong, I., & Aris, A. (2018). Al-Qardh al-Hasan: soft and Benevolent Loan
pada Bank Islam. DIKTUM: Jurnal Syariah dan Hukum, 16(2),
171-182.
Saputra, J., Sudiarti, S., & Husna, A. (2021). Konsep Al-‘Ariyah, Al-Qardh dan
Al-Hibah. Al-Sharf: Jurnal Ekonomi Islam, 2(1), 19-34.
Ismail, L. S., & Halim, A. (2018). Persepsi Takmir, Jamaah Dan Warga Terhadap
Potensi Dijadikannya Masjid Jogokariyan Sebagai Pusat
Muamalah Utang-Piutang (Al-Qardh). ABIS: Accounting and
Business Information Systems Journal, 6(2).