Anda di halaman 1dari 4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Murabahah
Murabahah merupakan salah satu konsep islam dalam melakukan perjanjian jual
beli. Konsep ini telah banyak digunakan oleh bank-bank dan lembaga-lembaga
keuanganislam untuk membiayaimodal kerja, dan pembiayaan perdagangan para
nasabahnya.
Murabahah adalah istilah dalam fikih islam yang berarti suatu bentuk jual beli
tertentu ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga barang dan
biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut, dan tingkat
keuntungan (margin) yang diinginkan.
Menurut dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional (Fatwa, 2006) yang dimaksud
dengan Murabahah adalah menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya
kepada pembeli dan pembelimembayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba.
Murabahah sesuai jenisnya dapat dikategorikan dalam :
1. Murabahah tanpa pesanan artinya ada yang beli atau tidak, bank syariah
menyediakan barang
2. Murabahah berdasarkan pesanan artinya bank syariah baru akan melakukan
transaksi jual beli apabila ada yang pesan.
Murabahah berdasarkan pesanan dapat dikategorikan dalam :
 Sifatnya mengikat artinya murabahah berdasarkan pesanan tersebut mengikat
untuk dibeli oleh nasabah sebagai pemesan.
 Sifatnya tidak mengikat artinya walaupun nasabah telah melakukan pemesanan
barang, namun nasabah tidak terikat untuk membeli barang tersebut.
Dari cara pembayaran murabahah dapat dikategorikan menjadi pembayaran tunai
dan pembayaran tangguh. Dalam praktek yang dilakukan oleh bank syariah saat ini adalah
Murabahah berdasarkan pesanan, sifatnya mengikat dengan cara pembayaran tangguh.
Yang menjadi dasar hukum dari murabahah yaitu dalam Al-qur’an surat Al-Baqarah
ayat 276 yang artinya:
“…Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…”
Dan dalam hadits dari HR Ibnu Majah menyatakan bahwa:
‘Dari Suhaib ar-Rumi r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tiga hal yang didalmnya
terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, nuqaradhah (mudharabah), dan
mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (HR
Ibnu Majah)
- Beberapa firman dan dalil yang mendukung adanya akad murabahah tersebut
adalah :
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad (perjanjian) itu” (Q.S. Al-
Maidah : 1)
“Hai orang-orang yang beriman jangalah kamu makan harta sesamamu dengan jalan
bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka
diantaramu” (Q.S. An-Nissa : 29)
Dari Abu Hurairah R.A. bahwa Nabi SAW pernah bersabda:
“Barang siapa meminjam dengan tekad mengembalikan, maka Allah akan membantu
melunasinya. Dan barang siapa meminjam dengan niat tidak mengembalikannya,
maka Allah akan membuatnya bangkrut” (Al Hadist)
1. Rukun dan Syarat Murabahah

Rukun Murabahah, yaitu: a. Transaktor (pihak yang bertransaksi) b. Obyek murabahah c. Ijab dan
Kabul

2. Syarat Myrabahah, yaitu:

1. Penjual memberitahu biaya modal kepada nasabah, 2. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan
rukun yang ditetapkan ,3.Kontrak harus bebas riba, 4. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli
bila terjadi cacat barang sesudah pembelian ,5. Penjual harus menyampaikan semua hal yang
berkaitan dengan pembelian.

Jika syarat pada poin 1, 2 dan 5 tidak dipenuhi, maka pembeli memiliki pilihan: 1. Melanjutkan
pilihan seperti apa adanya 2. Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang
yang djual 3.) Membatalkan kontrak

2. PSAK 102 Tentang Akuntansi Murabahah


Pengukuran, pengakuan, penyajian dan pengungkapan transaksi murabahah yang
sebelumnya diatur dalam PSAK 59 direvisi menjadi PSAK tersendiri yaitu PSAK 102
tentang Akuntansi Murabahah. Dalam PSAK 59 tentang Akuntansi Perbanksn Syariah
hanya mengatur pengukuran dan pengakuan transaksi murabahah yang dilaksanakan
oleh Bank Syariah. Sedangkan PSAK 102 tentang akuntansi Murabahah membahas
tentang pengakuan dan pengkuruan transaksi murabahah yang dilakukan oleh penjual
dan pembeli. Pada umumya bank syariah dalam melaksanakan transaksi murabahah
hanya bertindak sebagai penjual, oleh karena itu akuntansi bank syariah dalam
transaksi murabahah hanya dibahas ”akuntansi penjual” saja
B. Aplikasi Murabahah pada Bank Syariah Indonesia
Di Indonesia, aplikasi jual beli murabahah pada bank syariah di dasarkan pada
Keputusan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan
Peraturan Bank Indonesia (PBI). Menurut keputusan fatwa DSN Nomor
04/DSN-MUI/IV/2000 ketentuan murabahah pada perbankan syariah adalah sebagai
berikut (Dewan Syariah Nasional MUI dan Bank Indonesia. 2006 : 24-25).

1) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.
2) Barang yang diperjual-belikan tidak diharamkan oleh syari’ah Islam.
3) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah
disepakati kualifikasinya.
4) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan
pembelian ini harus sah dan bebas riba.
5) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya
jika pembelian dilakukan secara hutang.
6) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga
jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus
memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang
diperlukan.
7) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu
tertentu yang telah disepakati.
8) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak
bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.
9) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak
ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip,
menjadi milik bank.

Selain itu, ketentuan pelaksanaan pembiayaan murabahah di perbankan syariah diatur


berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) nomor 9/19/PBI/2007 jo Surat Edaran BI
No. 10/14/DPbS tanggal 17 Maret 2008,

C. Penggunaan Akad Murabahah pada Pembiayaan Murabahah di Syariah


Mekanisme pembiayaan murabahah dapat digunakan untuk pengadaan barang,
modal kerja, pembangunan rumah dan lain-lain. Berikut ini beberapa contoh aplikasi
mekanisme pembiayaan murabahah dalam perbankan syariah adalah seperti : pengadaan
barang,modal kerja,renovasi Rumah
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan asal kata dan beberapa pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa akad
murabahah adalah suatu bentuk jual-beli dimana penjual memberi tahu keada pembeli
tentang harga pokok (modal) barang dan pembeli membelinya berdasarkan harga pokok
tersebut kemudian memberikan margin keuntungan kepada penjual sesuai dengan
kesepakatan.
Jenis-jenis akad murabahah ada 2 yaitu, murabahah dengan pesanan dan murabahah
tanpa pesanan. Murabahah dengan pesanan adalah penjual tidak melakukan pembelian
barang sebelum adanya akan murabahah. Sementara murabahah tanpa pesaan, adalah
penjual memiliki persediaan barang dagangan/murabahah.
Dasar hukum akad murabahah tentunya terdiri dari Al-Qur’an, As-Sunnah, Ijma’,
Kaidah syariah dan Fatwa DSN-MUI.
Perlakuan akuntansi murabahah menurut PSAK 102 revisi dari PSAK 59 adalah
bagaimana proses pencatatan terhadap produk pembiayaan yang memakai sistem jual beli
dari pihak-pihak yang terkait menjadi sistem akuntansi yang dipakai di lembaga syariah.
Terdiri dari akuntansi untuk penjual dan pembeli mulai dari perolehan sampai pada
pengungkapan.
Bentuk khusus kontrak keuangan yang sedang dikembangkan untuk menggantikan
sistem bunga dan transaksi keuangan adalah mekanisme bagi hasil merupakan core
product bagi bisnis syariah sebab bisnis syariah secara eklisit melarang penerapan tingkat
bunga pada semua transaksi keuangannya bentuk bisnis yang berdasarkan syariah dapat
dikembangkan dengan mengacu pada konsep syariah yaitu murabahah.

Demikianlah makalah yang dapat saya sajikan dan saya sampaikan. Lebh kurangnya
saya mohon maaf dan semoga bermanfaat untuk kita semua
Wasalamualaikum wr.wb

Anda mungkin juga menyukai