Anda di halaman 1dari 11

KELOMPOK 3

1.INTAN JAYANTI T. D. (C10015001


4)
2.RIRIN ATI’AH (C10017219
8)
3.AJENG FAMILIA D. P. (C10017020
3)
4.AYU ISTIQOMAH (C10017020
8)
JUAL BELI DALAM
PERBANKAN SYARIAH
- MURABAHAH -
MURABAHAH
Imam al-Mawardi dalam kitab al-Iqna’ fi Hillil Alfadh Abi Sujja’ (1/468), mendefinisikan ak

ad murabahah sebagai berbagi keuntungan antara pemodal dan pedagang dengan rasio keunt

ungan yang diketahui di awal. Hukum transaksi jual beli murabahah adalah boleh, tanpa ada

nya unsur makruh. Murabahah merupakan akad yang dibangun dengan jalan menetapkan har

ga suatu barang di atas harga belinya ditambah keuntungan.

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pertama, akad murabahah merupakan

jenis transaksi yang diperbolehkan dalam syariat. Kedua, unsur pelaku akad ini adalah adany

a pemodal dan adanya wakil (orang yang dimodali). Ketiga, diketahuinya harga beli barang (

harga dasar), dan Keempat, adanya perhitungan nisbah rasio keuntungan yang mafhum dan d

iketahui oleh wakil (orang yang dimodali).


LANDASAN AKAD MURABAH
AH
 Al-Qur’an (4) : Al-Baqarah : 275.
Artinya: “Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”
 An-Nisaa’ : 29.
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu denga
n jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di an
tara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyay
ang kepadamu”
 Al-Hadits (6) :
Hadis Nabi dari Abu Said al-Khudri: Dari Abu Said Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka.”(H.R. al-Baihaqi dan Ibnu Maj
ah, dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban).
Ijma’ : Ijma' Mayoritas ulama tentang kebolehan jual beli dengan cara Murabahah (Ibnu Rusyd, Bi
dayah al-Mujtahid, juz 2, hal. 161; lihat pula al-Kasani, Bada’i as-Sana’i, juz 5 Hal. 220-222)
 Kaidah Fikih :
Artinya : “Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengh
aramkannya”.
Majelis Ulama Indonesia (2003), Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional edisi kedua, (Jakarta
: MUI), hal. 22-25
JENIS –JENIS MURABAHAH
Dalam aplikasinya, pembiayaan murabahah dapat dibedakan menjadi dua macam, yait
u:
Murabahah Tanpa Pesanan
Murabahah tanpa pesanan maksudnya adalah penyediaan barang tidak terpengaruh atau
terkait terhadap pesanan atau pembeli.
Murabahah Berdasarkan Pesanan
Murabahah berdasarkan pesanan maksudnya bahwa bank syari’ah baru akan melakuka
n transaksi murabahah apabila ada anggota yang memesan barang sehingga penyediaan
barang baru akan dilakukan jika ada pesanan. Pada murabahah ini, pengadaan barang s
angat tergantung atau terkait langsung dengan pesanan atau pembelian barang tersebut.
Murabahah berdasarkan pesanan ini dapat dibagi lagi menjadi dua yaitu, berdasarkan p
esanan dan mengikat, dalam hal ini pihak anggota harus terikat oleh suatu perjanjian ya
itu jika barangnya sudah ada maka harus beli. Sedangkan murabahah berdasarkan pesa
nan tidak terikat maksudnya adalah bahwa anggota boleh menolak atau mengembalikan
pesanan yang sudah diterima.
RUKUN DAN SYARAT MURABAH
AH
Menurut jumhur ulama’ ada 4 rukun dalam jual beli, yaitu :
1. orang yang menjual,
2. orang yang membeli,
3. Akad jual beli,
4. dan barang atau sesuatu yang diakadkan.

Keempat rukun di atas mereka sepakati dalam setiap jenis akad. Sedangkan syarat-syar
at yang harus dipenuhi dalam melakukan pembiayaan Murabahah, yaitu:
1.penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah,
2.kontrak pertama harus sudah sesuai dengan rukun yang ditetapkan,
3.kontrak harus bebas riba,
4.penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atau kerusakan barang se
sudah pembelian,
5.penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian,.
PROSEDUR AKAD MURABAHAH
 Klien meminta bank melalui form tertulis untuk membeli produk tertentu, dimana k
lien akan membeli melalui murabahah. Form tersebut berisi tentang spesifikasi prod
uk yang diminta, persyaratan dokumen, total nilai produk, informasi tentang klien,
pembagian laba dan sumber penawaran produk.
 Setelah memeriksa dan mengesahkan pembiayaan murabahah, bank meminta pemb
eli untuk menandatangani kontrak perjanjian. Pada tahap ini, biaya operasi pembiay
aan murabahah dan penentuan pembagian laba didiskusikan dan disepakati. Disamp
ing itu bank Islam meminta pembeli untuk membayar angsuran pertama harga mur
abahah. Bentuk paling umum kontrak pembelian bank Islam disini adalah pernyataa
n oleh klien bahwa klien akan menyelesaikan perjanjian pembeliannya ketika diberi
tahukan oleh bank bahwa produk telah tersedia.
 Setelah bank Islam membeli produk, kemudian bank Islam dan pembeli menandata
ngani kontrak penjualan murabahah. Pada kontrak tersebut, biaya operasi yang sesu
ngguhnya pembiayaan murabahah dan keuntungan yang diperoleh bank harus diket
ahui.
 Pembeli menerima produk.
KENDALA PELAKSANAAN MUR
ABAHAH
 Minimnya Informasi Bank Syariah
Persepsi yang kurang tepat mengenai bank syariah dianggap sebagai bank yang sifatnya bank sekt
arian sehingga segala transaksi dan operasionalnya diperuntukkan golongan umat agama terte
ntu, yang seakan-akan tertutup mengadakan transaksi dengan golongan umat yang lain
 Sumber Daya Manusia Masih Terbatas
Indonesia dewasa ini bahkan di tingkat glonal dirasakan masih langka bankir yang memiliki keahl
ian operasional bank syariah. Bahkan para bankir yang telah mengikuti berbagai kursus dan p
elatihan dalam praktiknya masih merasakan keterbatasan pengetahuan tentang aplikasi model
penghimpunan dana, pembiayaan dan jasa dari Bank Syariah.
 Jaringan dan Kantor Cabang yang Terbatas
Jaringan dan kantor cabang Bank Syariah di Indonesia masih jauh dari jumlah jaringan dan kantor
cabang yang dimiliki bank konvensional . Tersedianya fasilitas untuk dapat melayani nasabah
yang akan bertransaksi dengan bs masih sangat minim.
 Penerapan Standar Tingkat Kesehatan Perbankan
Dalam tugasnya otoritas pengawas harus mengadakan pengawasan terhadap kegiatan bank syariah
. Dalam tugasnya otoritas pengawas mutlak memerlukan piranti pengaturan dalam bentuk stan
dar dalam pengawasan kesehatan bank.
PENANYA SAAT PRESENTASI

1. Apa maksud dari “Bank Syariah dianggap operasionalnya


diperuntukkan bagi golongan umat tertentu? (Santi Susant
i C100170226)
2. Mengapa bank konvensional lebih dipilih masyarakat dari
pada bank syariah? (Arum Nugraeni C100170189)
3. Bagaimana contoh nyata negosiasi dan akad ketika melaku
kan murabahah? (Pratama Maulana C100172004)

Anda mungkin juga menyukai