Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

“AKUNTANSI MURABAHAH”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Syariah

Dosen Pengampu: Achmad Fauzi, S.Pd., M.Ak

Disusun Oleh:

Anis Purwita 1701617012


Catur Muhammad Erlangga 1701617164
Chatrin Nila Mutiara 1701617122
Dhea Kamila Rasul 1701617171
Pendidikan Akuntansi A 2017

PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2020
AKUNTANSI MURABAHAH

A. Definisi Murabahah
Murabahah secara bahasa berasa dari kata ‫ رﺑﺢ‬yang berarti keuntungan, karena
dalam jual beli murabahah harus menjelaskan keuntungannya. Sedangkan menurut istilah
murabahah adalah jual beli dengan harga pokok dengan tambahan keuntungan. 1
Murabahah merupakan salah satu bentuk jual beli amanah yang dikenal dalam
syari’at Islam, karena penjual disyaratkan melakukan kontrak terlebih dahulu dengan
menyatakan harga barang yang akan dibeli. 2
Ada pula menurut Huda, Nurul, Mohamad Heykal (2010) murabahah merupakan
akad jual dan beli yang terjadi antara pihak bank syariah selaku penyedia barang yang
menjual kepada nasabah yang memesan dalam rangka pembelian barang itu. Keuntungan
yang diperoleh dari pihak bank syariah dalam transaksi ini merupakan keuntungan jual
beli yang telah disepakati secara bersama. 3
Sedangkan didalam fatwa Dewan Syari‟ah Nasional (DSN) No. 04/DSN-
MUI/IV/2000, murabahah yaitu menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya
kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba.4
Melihat beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa murabahah adalah akad
jual beli dengan dasar adanya informasi dari pihak penjual terkait atas barang tertentu,
dimana penjual menyebutkan dengan jelas barang yang diperjualbelikan, termasuk harga
pembelian barang kepada pembeli, disyaratkan atas laba atau keuntungan dalam jumlah
tertentu.

B. Jenis-Jenis Murabahah
Menurut Wasilah (2015), jenis – jenis akad murabahah adalah sebagai berikut:
1) Murabahah dengan pesanan (murabaha to the purchase order).
Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang setelah ada
pesanan dari pembeli. Pada bank syariah, bank baru akan melakukan transaksi
murabahah atau jual beli apa bila ada nasabah yang memesan barang sehingga
1
Wahbah Al Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adilatuhu (Lebanon: Dar al Fikri, 1984).
2
Hulwati, Ekonomi Islam (Ciputat: Ciputat Press Group, 2006).
3
Mohamad Heykal Huda, Nurul, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis Dan Praktis (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2010).
4
Dewan Syariah Nasional MUI, ‘Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Murabahah’,
DSN MUI, 1.1 (2000), 1–4 <https://dsnmui.or.id/murabahah/>.
penyediaan barang baru di lakukan jika ada pesanan. Pada murabahah ini, pengadaan
barang sangat tergantung atau terkait langsung dengan pesanan atau pembelian barang
tersebut.  Murabahah dengan pesanan dapat bersifat mengikat dan tidak mengikat 
pembeli untuk membeli barang pesananya, kalau bersifat mengikat maka pembeli
harus membeli barang pesanannya dan tidak dapat membatalkan pesananya . jika aset
murabahah yang telah dibeli oleh penjual dalam murabahah pesanan mengikat,
mangalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli maka penurunan nilai
tersebut menjadi beban penjual dan akan mengurangi nilai akad.
2) Murabahah tanpa pesanan
Murabahah jenis ini bersifat tidak mengikat, dimana pembeli langsung
membeli barang dagang yang telah tersedia untuk dijual oleh si penjual. Pada bank
syariah Barang yang di sediakan oleh pihak bank adalah merupakan menjadi
tanggung jawab dari pihak bank itu sendiri sebagai penjual.
Dimana bank syariah menyediakan barang ataupun persediaan barang yang
akan diperjual belikan dilakukan tanpa memperhatikan ada nasabah yang membeli
atau tidak. Sehingga proses pengadaan barang dilakukan sebelum transaksi jual beli
murabahah dilakukan.5

C. Ketentuan Ketentuan Murabahah


Para ahli hukum Islam menetapkan beberapa syarat mengenai jual-beli
murabahah. Wahbah az-Zuhaili mengatakan bahwa di dalam bai’ al-murabahah itu
disyaratkan beberapa hal, yaitu :
1) Mengetahui harga pokok. Dalam jual-beli murabahah disyaratkan agar mengetahui
harga pokok/ harga asal karena mengetahui harga merupakan syarat sah jualbeli.
Syarat ini juga diperuntukkan untuk jual-beli at-tauliyyah dan al-wadi’ah.6
2) Mengetahui keuntungan. Hendaknya margin keuntungan juga diketahui oleh si
pembeli. Karena margin keuntungan termasuk bagian dari harga, sedangkan
mengetahui harga merupakan syarat sah jual-beli.
3) Harga pokok merupakan sesuatu yang dapat diukur, dihitung dan ditimbang, baik
pada waktu terjadi jual-beli dengan penjual yang pertama atau setelahnya, seperti
dirham, dinar, dan lain-lain.

5
Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah Di Indonesia, Edisi 4 (Jakarta: Salemba Empat, 2015).
6
Amilis Kina, ‘Mekanisme Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Studi Pada BMT Syari ’ah Pare’,
An-Nisbah, 03.02 (2017), 1–24.
Praktik akad murabahah di lapangan haruslah memenuhi rukun dan ketentuan
yang menjadi prasyaratnya (Dimyauddin, 2010: 111). Rukun dan ketentuan tersebut
yaitu;
1) Adanya pelaku yang meliputi penjual (ba’i) dan pembeli (musytari). Ba’i (penjual).
Penjual dalam hal ini adalah Lembaga Keuangan Syariah.7 Dalam hal ini adalah
Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Baitul Mall Wat Tamwil (BMT)) atau Koperasi
Jasa Keuangan Syariah (KJKS). Musytari (pembeli). Pembeli yang dimaksud disini
adalah nasabah, baik berlaku sebagai pembeli akhir ataupun selaku pedagang. Para
pihak yang berakad harus cakap menurut hukum. Cakap dalam pengertian hukum
syara’harus sudah baligh dan dalam keitannya dengan hukum perdata sebagai hukum
positif dan yang bersangkutan minimal harus berusia 21 tahun atau sudah menikah.
2) Adanya objek jual beli (mabi’) yang diperbolehkan secara syariah.8 Barang-barang
yang menjadi objek jual-beli dipersyaratkan harus jelas dari segi sifat, jumlah, jenis
yang akan diperjualbelikan harus barang yang halal dan baik (memberi manfaat) dan
tidak tergolong barang yang haram aau yang mendatangkan mudharat. Selain itu
barang harus memiliki nilai. Objek jual beli harus menjadi milik dan dalam
penguasaan penjual. Kepemilikan dapat bersifat faktual/fisikal, dapat pula bersifat
kontruktif. Menurut fatwa DSN-MUI, Bank atau BMT harus memiliki terlebih dahulu
aset yang akan dijual kepada nasabah.
3) Munculnya harga barang (tsaman) yang disebutkan secara jelas jumlah dan satuan
mata uangnya. Harga yang disepakati dalam murabahah adalah harga jual sedangkan
harga beli harus diberitahukan.9 Harga barang dan keuntungan harus disebutkan
secara jelas jumlahnya dan mata uang apa yang digunakan (rupiah atau mata
uang/valuta asing). Demikian juga cara pembayarannya, apakah dibayarkan secara
tunai atau ditangguhkan (cicilan).
4) Terjadinya kontrak (ijab qabul) antara penjual dan pembeli. Kontrak murabahah pada
umumnya ditandatangani sebelum ba‟i mendapatkan barang yang dipesan oleh
musytari’.10
7
Wiroso, ‘Akuntansi Perbankan Syariah Akuntansi Murabahah (Psak 102)’, UNPAD-Pelatihan Akuntansi
Perbankan Syariah, 2011, 1–104.
8
Muzayyidatul Habibah and Alfu Nikmah, ‘Analisis Penerapan Akuntansi Syariah Berdasarkan Psak 102 Pada
Pembiayaan Murabahah Di Bmt Se-Kabupaten Pati’, Equilibrium: Jurnal Ekonomi Syariah, 4.1 (2017), 114
<https://doi.org/10.21043/equilibrium.v4i1.1842>.
9
Sofyan S Harahap, Wiraso, and Muhammad Yusuf, Akuntansi Perbankan Syariah PSAK Syariah Baru, Ed. Cet.IV
(Jakarta: LPFE Usakti, 2010).
10
Lukmanul Hakim and Amelia Anwar, ‘Pembiayaan Murabahah Pada Perbankan Syariah Dalam Perspektif
Hukum Di Indonesia’, Al-Urban : Jurnal Ekonomi Syariah Dan Filantropi Islam, 1.2 (2017), 212–23
Berbeda dengan akad murabahah dengan pesanan, penjual dengan akad
murabahah tanpa pesanan melakukan pengadaan barang tanpa adanya pemesanan
atau pembelian dari pelanggan dan perhatian utama dari pengadaan persediaan ini
adalah pemenuhan nilai persediaan minimum sesuai kebijakan perusahaan, dengan
memperhatikan biaya pengiriman dan termasuk kelangkaan barang (Wiroso, 2011:
77).
Syarat-syarat akad murabahah antara lain: 1) Penjual memberitahu biaya
barang kepada nasabah 2) Kontrak pertama sesuai dengan rukun yang ditetapkan 3)
Kontrak harus bebas riba, penjual harus terbuka 5) Penjual menyampaikan perihal
barang yang dibeli.11
Adapun ketentuan yang harus dipenuhi dalam praktikkannya transaksi
murabahah adalah sebagai berikut:
1) Pihak yang berakad. Pelaku harus cakap hukum dan baligh yaitu harus berakal
dan dapat membedakan. Pihak yang berakad juga tidak ada paksaan.
2) Objek yang diperjualbelikan.
a) Barang dagang merupakan barang halal. Tidak termasuk yang diharamkan.
b) Barang yang diperjualbelikan harus mempunyai manfaat atau nilai.
c) Barang tersebut sudah dimiliki oleh penjual.
d) Barang tersebut dapat diserahkan tanpa tergantung kondisi tertentu dimasa
mendatang.
e) Barang tersebut harus diketahui secara spesifik dan dapat diidentifikasi oleh
pembeli.
f) Barang tersebut dapat diketahui kuantitasnya dan kualitasnya dengan jelas.
g) Harga barang tersebut jelas.
h) Barang yang diakadkan ada di tangan penjual.
3) Ijab kabul (sighat) atau formula akad, suatu pernyataan kehendak oleh masing-
masing pihak.12
Oktavia (2010), menjelaskan bahwa pendapatan margin murabahah
merupakan pendapatan dari transaksi normal dan bukan transaksi incidental. 13

<https://doi.org/10.22236/alurban>.
11
Afifudin, ‘Akuntansi Murabahah’, Ak-Syari’ah, 6.psak 102 (2011), 1–44.
12
Bagya Agung Prabowo, ‘Konsep Akad Murabahah Pada Perbankan Syariah (Analisa Kritis Terhadap Aplikasi
Konsep Akad Murabahah Di Indonesia Dan Malaysia)’, Jurnal Hukum Ius Quia Iustum, 16.1 (2009), 106–26
<https://doi.org/10.20885/iustum.vol16.iss1.art7>.
13
Muhammad Yusuf, ‘Analisis Penerapan Pembiayaan Murabahah Berdasarkan Pesanan Dan Tanpa Pesanan
Serta Kesesuaian Dengan Psak 102’, Binus Business Review, 4.1 (2013), 15–29.
Pengakuan pendapatan yang dilakukan sudah sesuai dengan ketentuan PSAK No. 101
dan 102, baik dari metode yang dipakai untuk mengakui keuntungan maupun untuk
pelaporan keuanganya. Namun, ada yang berbeda yaitu pada pembiayaan murabahah
karena yang dibiayakan berupa uang atau berupa peminjaman kredit.
Berkaitan dengan pembiayaan Murabahah, dalam melakukan penilaian
permohonan pembiayaan LKS (lembaga Keuangan Syariah) bagian marketing harus
memperhatikan beberapa prinsip utama yang berkaitan dengan kondisi secara
keseluruhan calon nasabah, sehingga bisa mengurangi tingkat risiko pembiayaan jika
calon nasabah bermasalah, yaitu dikenal dengan prinsip penilaian 5 C + 1 S:
1) Character
Yaitu penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon penerima
pembiayaan dengan tujuan untuk memperkirakan kemungkinan bahwa penerima
pembiayaan dapat memenuhi kewajibannya.14
2) Capacity
Yaitu penilaian secara subyektif tentang kemampuan penerima pembiayaan
untuk melakukan pembayaran. Kemampuan diukur dengan catatan prestasi
penerima pembiayaan di masa lalu yang didukung dengan pengamatan di
lapangan atas sarana usahanya seperti toko, karyawan, alat-alat, pabrik serta
metode kegiatan.
3) Capital
Yaitu penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh calon
penerima pembiayaan yang diukur dengan posisi perusahaan secara keseluruhan
yang ditujukan oleh rasio finansial dan penekanan pada komposisi modalnya.15
4) Collateral
Yaitu jaminan yang dimiliki calon penerima pembiayaan. Penilaian ini
bertujuan untuk lebih meyakinkan bahwa jika suatu resiko kegagalan pembayaran
tercapai terjadi , maka jaminan dapat dipakai sebagai pengganti dari kewajiban.16
5) Condition
Bank syariah harus melihat kondisi ekonomi yang terjadi di masyarakat
secara spesifik melihat adanya keterkaitan dengan jenis usaha yang dilakukan oleh
14
Shindy Marcela Nasir and Siswadi Sululing, ‘Penerapan Akuntansi Murabahah Terhadap Pembiayaan Kredit
Pemilikan Rumah Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk’, Jurnal Akuntansi, 19.1 (2015), 109–28
<https://doi.org/10.24912/ja.v19i1.117>.
15
Amilis Kina, “Mekanisme Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Studi pada BMT Syari ’ah Pare,”
An-Nisbah, 03.02 (2017), 1–24.
16
Yusuf.
calon penerima pembiayaan. Hal tersebut karena kondisi eksternal berperan besar
dalam proses berjalannya usaha calon penerima pembiayaan.
6) Syariah
Penilaian ini dilakukan untuk menegaskan bahwa usaha yang akan
dibiayaai benar-benar usaha yang tidak melanggar syariah sesuai dengan fatwa
DSN “Pengelola tidak boleh menyalahi hukum syariah Islam dalam tindakannya
yang berhubungan dengan mudharabah.”17

D. Mekanisme Murabahah
Transaksi jual beli yang mengandung unsur barang (cara dan syarat penyerahan
barang) dan pembayaran (cara dan syarat pembayaran). Untuk memberikan gambaran
alur transaksi murabahah secara umum dapat dilihat pada gambar berikut:
Bagan 1. Alur Umum Transaksi Murabahah

(1) Antara pembeli dan penjual terjadi negosiasi tentang barang yang akan dibeli,
syarat pembayaran dan syarat penyerahan barangnya. Penjual memberitahu harga
perolehan barang, maka timbul kesepakatan yang tercantum dalam akad murabahah. 18 (2)
Barang yang akan diperjualbelikan menjadi milik penjual dan sudah dalam penguasaan
penjual (agar tidak terjadi gharar). Setelah akad disepakati dilakukan penyerahan barang
dari penjual kepada pembeli.19 (3) Cara pembayaran dilakukan sesuai kesepakatan, baik
secara tunai atau secara tangguh yaitu dengan cara cicilan atau angsuran.
1) Skema Mekanisme Murabahah Sederhana

17
Lukmanul Hakim and Amelia Anwar, ‘Pembiayaan Murabahah Pada Perbankan Syariah Dalam Perspektif
Hukum Di Indonesia’, Al-Urban : Jurnal Ekonomi Syariah Dan Filantropi Islam, 1.2 (2017), 212–23.
18
Harahap, Wiraso, and Yusuf.
19
Prabowo.
Pada murabahah sederhana ini hanya melibatkan dua pihak yaitu penjual dan
pembeli.20 Penjual akan menjualkan barangnya berupa motor kepada si pembeli.
Harga yang ditetapkan penjual adalah 12 juta. Harga tersebut terdiri dari harga modal
sebesar 10 juta dan margin keuntungan sebesar 2 juta. Pennjual menyebutkan dua
harga tersebut kepada pembeli. Dikarenakan harga tersebut layak menurut pembeli,
maka ia sepakat untuk membayar motor tersebut dengan harga total 12 juta, yang
sudah diketahui margin keuntungan untuk penjual.
2) Skema Murabahah Pada Perbankan Syariah

a) Praktik Murabahah Pada Perbankan Syariah (Kondisi Ideal)


Adanya tambahan uang yang harus dibayar adalah bentuk dari keuntungan
yang diperoleh bank konvesional dari pinjaman yang ia berikan kepada nasabah.
Q.S.Al-Baqarah[2]:275 bahwa Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba.21 Lain halnya dengan perbankan syariah. Bila bicara pada kondisi ideal, jual beli
murabahah yaitu nasabah memesan terlebih dahulu kepada bank syariah sesuai
dengan spesifikasi yang nasabah inginkan. Kemudian bank tersebut membelikan
barang yang dipesan nasabah kepada supplier secara tunai sehingga terjadi
perpindahan kepemilikan dari supplier kepada bank. Lalu, bank menjual barang
tersebut kepada nasabah dengan ditambahkan margin keuntungan, dan nasabah
berhak membeli barang tersebut secara cicilan. Konsep ini lebih dikenal dengan
sebutan murabahah lil amir bisysyiraa.22
b) Praktik Murabahah Pada Perbankan Syariah (Kondisi Real)
Namun, pada praktik real bank syariah tidak dapat melakukan praktik jual-
beli. Hal ini disebabkan bank syariah berada dalam regulasi BI dan OJK, pada
regulasi tersebut terdapat undang-undang yang mengatur bahwa perbankan tidak

20
Qazwa, ‘Akad Murabahah Dalam Ekonomi Islam’ <https://qazwa.id/blog/murabahah/>.
21
Prabowo.
22
Qazwa.
boleh melakukan praktik jual-beli.23 Selain itu, bank syariah memiliki kendala
terdapat pada perhitungan pajak. Apabila bank syariah melakukan transaksi jual-beli,
maka ia akan dikenakan dua kali perhitungan pajak yaitu antara supplier dengan bank
dan antara bank dengan nasabah. Untuk mengatasi hal tersebut, bank syariah meminta
nasabah untuk membelikan dahulu barang yang ia inginkan secara tunai kemudian
diserahkan kepada bank, dan bank tersebut menjual kembali kepada nasabah secara
cicil. Hal ini dikenal dengan sebutan murabahah bil wakalah.

E. Dasar Syariah Akuntasi Murabahah


1) Al-Qur’an
a) Surat Al-Baqarah ayat 275
“Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”.24
b) Surat Al-Baqarah ayat 280
“Dan jika (orang berutang itu) dalam kesulitan, maka berilah tenggang waktu
sampai dia memperoleh kelapangan.”25
c) Surat An-Nisa ayat 29
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka samasuka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh
dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.26
d) Surat Al-Maidah ayat 1
“Hai orang – orang yang beriman penuhilah akad – akad itu”.27
2) Al-Hadits
a) HR. Ibnu Majah
Dari Suhaib Ar Rumi r.a., bahwa Rasulullah Saw bersabda “Tiga hal yang
didalamnya terdapat keberkatan: jual-beli secara tangguh, muqaradhah
(mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah
bukan untuk dijual.”28

23
Bank Indonesia, ‘Ekonomi Dan Keuangan Syariah’ <https://www.bi.go.id/id/ekonomi-dan-keuangan-
syariah/default.aspx>.
24
Surat Al-Baqarah Ayat 275.
25
Surat Al-Baqarah Ayat 280.
26
Surat An-Nisa Ayat 29.
27
Surat Al-Maidah Ayat 1.
28
Irfan, Analisis Pembiayaan Mudarrabah Perbankan Syariah Di Indonesia, ed. by B. Rahman (Aceh: Unimal
Press, 2018).
b) HR. Al Baihaqi dan Ibnu Majah
Dari Abu Sa‘id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya jual
beli itu harus dilakukan suka sama suka.”29
c) HR. Ahmad, Al Bazzar, dan Ath Thabrani
"Dari Rifa’ah Ibn Rafi’, bahwa Rasulullah ditanya: “wahai Rasulullah,
pekerjaan apa yang paling baik”? Rasulullah menjawab pekerjaan orang dengan
tangannya sendiri dan jual beli secara mabrur”. 30
d) HR. Jama’ah
“Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu adalah suatu
kedzaliman...”31
e) HR. `Abd al-Raziq
Dari Zaid bin Aslam bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Rasulullah SAW. ditanya
tentang 'urban (uang muka) dalam jual beli, maka beliau menghalalkannya."32
3) Ijma’
Umat manusia telah berkosensus tentang keabsahan jual beli, karena manusia
sebagai anggota masyarakat selalu membutuhkan apa yang dihasilkan dan dimiliki
orang lain. Oleh karena jual beli ini adalah salah satu jalan untuk mendapatkan secara
sah, dengan demikian mudahlah bagi setiap individu untuk memenuhi kebutuhannya.
Dari dasar hukum di atas, dapat disimpulkan bahwa transaksi Murabahah itu
dibolehkan dan tidak bertentangan dengan ajaran syari’at Islam serta memberikan
keringanan kepada pembeli untuk memeperoleh barang yang diinginkan walaupun
dengan pembayaran yang tidak tunai. 33
4) Kaidah Ushul Fiqh
Murabahah sejalan dengan kaidah Ushul fiqh yang berbunyi“Pada dasarnya,
semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya”.34

G. Perlakuan Akuntansi Murabahah


a) Transaksi yang terjadi saat serah-terima uang muka

29
MUI.
30
As-Shan’ani, Subul Al-Salam III (Surabaya: Al-Ikhlas, 1995).
31
MUI.
32
MUI.
33
Yenti Afrida, ‘Analisis Pembiayaan Murabahah Di Perbankan Syariah’, Jebi (Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Islam),
1.2 (2016), 155–66 <http://journal.febi.uinib.ac.id/index.php/jebi/article/view/32>.
34
Al-Hanif Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih (Jakarta: Kencana, 2007).
Berdasarkan PSAK 102 paragraf 29 disebutkan bahwa uang muka pembelian
sebesar jumlah yang diterima. Dalam praktiknya terdapat tiga macam alternatif
mekanisme perlakuan uang muka. Sekiranya yang digunakan adalah kebijakan
pendebitan langsung untuk mengakui adanya uang muka, saldo rekening nasabah
langsung berkurang sebesar nilai uang muka yang disepakati.
Menurut PSAK Nomor 102 paragraf 29, jika barang batal dibeli oleh pembeli,
maka uang muka dikembalikan kepada pembeli setelah diperhitungkan dengan biaya-
biaya yang diperhitungkan oleh penjual. Pada saat pembiayaan murabahah nasabah
tidak membatalkan pesanan terhadap Bank sehingga tidak ada pencatatan mengenai
penilaian uang muka, maka pencatatan yang dibuat oleh bank tidak sesuai dengan
PSAK Nomor 102 paragraf 29.35
1) Penyerahan uang muka dari pembeli (nasabah)
Berdasarlan PSAK 102 paragraf 14 disebutkan bahwa Penjual dapat meminta
uang muka kepada pembeli sebagai bukti komitmen pembelian sebelum akad
disepakati.36
Tanggal Rekening Debit Kredit

Kas/Rekening Rpxxx

Hutang uang muka murabahah Rpxxx

2) Penyerahan uang muka kepada pihak ketiga


Uang muka kepada pemasok atau dealer yang dibayarkan oleh bank
syariah, juga dimaksudkan sebagai tanda keseriusan bank syariah dalam melakukan
pembelian barang tersebut, dan atas uang muka tersebut harus disepakati
ketentuan-ketentuan tentang hak dan kewajiban masing-masing yang berkaitan
dengan uang muka seperti misalnya bagaimana jika terjadi pembatalan pembeli,
bagaimana jika pembelian tersebut jadi dilaksanakan. 37
Tanggal Rekening Debit Kredit

Piutang uang muka murabahah Rpxxx

Kas/Rekening Rpxxx

3) Penyerahan barang pesanan kepada nasabah berdasarkan uang muka


35
Irfan, ‘Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Murabahah Berdasarkan PSAK Nomor 102 Pada PT Bank
Syariah Mandiri Cabang Makassar’, 2018, 24.
36
Ikatan Akuntan Indonesia, ‘PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 102 AKUNTANSI
MURABAHAH’, 102.102 (2006), 1–14.
37
Muhammad Yusuf S. Harahap, Sofyan, Wiroso, Akuntansi Perbankan Syariah (LPFE Universitas Trisakti,
2010).
Berdasarkan PSAK 102 paragraf 29, disebutkan bahwa jika barang jadi
dibeli oleh pembeli (akad jual beli disepakati), uang muka diakui sebagai
pembayaran piutang. Untuk uang muka yang sebelumnya diakui dengan
mendebit rekening nasabah.38
Tanggal Rekening Debit Kredit

Hutang uang muka murabahah Rpxxx

Piutang Murabahah Rpxxx

4) Pembatalan pesanan barang


Berdasarkan PSAK 102 paragraf 7 disebutkan bahwa murabahah berdasarkan
pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat untuk pembelian barang yang
dipesannya. Selanjutnya, berdasarkan PSAK 102 paragraf 30 disebutkan bahwa jika
barang batal dibeli oleh pembeli. Maka uang muka dikembalikan kepada pembeli
setelah diperhitungkan dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual.39

a. Titipan uang muka lebih besar daripada kerugian


Berdasarkan PSAK 102 paragraf 14 disebutkan bahwa jika
akad murabahah batal, uang muka dikembalikan kepada pembeli
setelah dikurangi dengan kerugian sesuai dengan kesepakatan.
Tanggal Rekening Debit Kredit

Hutang uang muka murabahah Rpxxx

Biaya pemesanan barang- Rpxxx


pendapatan lainnya

Kas/Rekening Rpxxx

b. Titipan uang muka lebih rendah dari kerugian


Berdasarkan PSAK 102 paragraf 14 disebutkan bahwa jika uang
muka itu lebih kecil dari kerugian maka penjual dapat meminta tambahan
dari pembeli.40
38
Ikatan Akuntan Indonesia.
39
Rizal Yaya, Akuntansi Perbankan Syariah: Teori Dan Praktik Kontemporer (Jakarta: Salemba Empat, 2009).
40
Ikatan Akuntan Indonesia.
Tanggal Rekening Debit Kredit

Hutang uang muka murabahah Rpxxx

Piutang kepada pembeli Rpxxx

Beban/Kerugian Rpxxx

b) Transaksi pengadaan atau perolehan barang murabahah


1) Perolehan/Pengadaan Barang
Dapat dilakukan dengan dua alternatif, yaitu 1). Bank atau BMT membeli
sendiri barang yang dipesan; dan 2). Bank atau BMT mewakilkan kepada nasabah
pembeli membeli barang yang dipesan atas nama bank syariah atau BMT.41
Melalui Pihak Ketiga oleh Bank42
a. Perolehan/pengadaan barang murabahah secara tunai

Tanggal Rekening Debit Kredit

Persediaan aset murabahah Rpxxx

Piutang uang muka Rpxxx

Kas/Rekening pihak ketiga Rpxxx

b. Perolehan/pengadaan barang murabahah secara kredit

Tanggal Rekening Debit Kredit

Persediaan aset murabahah Rpxxx

Piutang uang muka Rpxxx

Utang kepada pemasok Rpxxx

c. Melalui Nasabah atau Mitra oleh Bank (Wakalah)


Dari segi akuntansi, apabila bank syariah memberi kuasa kepada nasabah
untuk membeli barang, maka hal ini dibukukan dalam perkiraan “Piutang
Wakalah” sebesar uang yang diserahkan kepada nasabah, sedangkan apabila
barangnya telah ada dan telah diserahkan kepada nasabah baru dibukukan dalam
perkiraan “Piutang Murabahah” sebesar harga jual barang tersebut. 43
Jurnal penyerahan uang secara tunai :
41
Yaya.
42
Irfan, ‘Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Murabahah Berdasarkan PSAK Nomor 102 Pada PT Bank
Syariah Mandiri Cabang Makassar’.
43
S. Harahap, Sofyan, Wiroso.
Tanggal Rekening Debit Kredit

Piutang Wakalah Rpxxx

Kas/Rekening Rpxxx

Pembelian barang diberitahukan nasabah (mitra) kepada Bank :

Tanggal Rekening Debit Kredit

Persediaan murabahah Rpxxx

Piutang wakalah Rpxxx

2) Penurunan nilai asset/barang sebelum serah-terima barang


Berdasarkan PSAK 102 paragraf 19 disebutkan bahwa jika terjadi
penurunan nilai aset karena usang, rusak atau kondisi lainnya sebelum
diserahkan ke nasabah, penurunan nilai tersebut diakui sebagai beban dan
mengurangi nilai aset:44

Tanggal Rekening Debit Kredit

Beban kerugian penurunan nilai Rpxxx


aset murabahah

Persediaan aset murabahah Rpxxx

c) Transaksi apabila terjadi diskon dari pemasok


Menurut PSAK Nomor 102 paragraf 20 menjelaskan bahwa diskon pembelian
aset murabahah diakui sebagai45:
1) Terjadi sebelum akad murabahah, maka sebagai pengurang biaya perolehan
aset murabahah.
Tanggal Rekening Debit Kredit

44
Ikatan Akuntan Indonesia.
45
Irfan, ‘Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Murabahah Berdasarkan PSAK Nomor 102 Pada PT Bank
Syariah Mandiri Cabang Makassar’.
Kas Rpxxx

Persediaan aset murabahah Rpxxx

2) Terjadi setelah akad murabahah dan disepakati menjadi milik hak nasabah.
Tanggal Rekening Debit Kredit

Kas Rpxxx

Hutang diskon murabahah Rpxxx

3) Terjadi setelah akad murabahah dan disepakati menjadi milih hak bank.46
Tanggal Rekening Debit Kredit

Kas Rpxxx

Pendapatan murabahah Rpxxx

4) Terjadi setelah akad murabahah dan tidak diperjanjikan, maka diakui sebagai
pendapatan operasi lainnya.47
Tanggal Rekening Debit Kredit

Kas Rpxxx

Pendapatan operasional lainnya Rpxxx

d) Transaksi saat akad murabahah/penyerahan barang


Harga Jual Rpxxx

Harga Perolehan (Nilai Aset) (Rpxxx)

Margin/Keuntungan Rpxxx

Jangka Waktu x Bulan

Metode Pembayaran Angsuran

46
S. Harahap, Sofyan, Wiroso.
47
S. Harahap, Sofyan, Wiroso.
Biaya Administrasi Rpxxx

1) Jurnal transaksi
Berdasarkan PSAK 102 paragraf 22, piutang murabahah diakui sebesar biaya
perolehan aset keuntungan yang disepakati. 48
Berdasarkan PSAK Nomor 102 (paragraf 38) Margin murabahah tangguhan
disajikan di neraca pada bagian aset dengan nama keuntungan murabahah tangguhan
sebagai pengurang (contra account) piutang murabahah.49
Jika angsuran lebih dari satu periode laporan keuangan maka keuntungan
diakui proporsional dengan besaran kas yang berhasil ditagih dari piutang murabahah.
Jurnalnya sebagai berikut50:
Tanggal Rekening Debit Kredit

Piutang murabahah Rpxxx

Margin murabahah yang Rpxxx


ditangguhkan

Persediaan murabahah Rpxxx

Kas Rpxxx

Pendapatan administrasi pembiyaan Rpxxx

2) Pencatatan biaya-biaya yang ditanggung nasabah


Sehubungan dengan pembiayaan yang diberikan, pada umumnya bank
membebankan beberapa jenis biaya kepada nasabah.51
Tanggal Rekening Debit Kredit

Kas Rpxxx

Pendapatan administasi Rpxxx

Persediaan materai Rpxxx

48
MUI.
49
Ikatan Akuntan Indonesia.
50
Irfan, ‘Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Murabahah Berdasarkan PSAK Nomor 102 Pada PT Bank
Syariah Mandiri Cabang Makassar’.
51
S. Harahap, Sofyan, Wiroso.
Rekening notaris Rpxxx

Rekening perusahaan asuransi Rpxxx

3) Pembayaran Angsuran Nasabah


Pengakuan keuntungan murabahah dibedakan berdasarkan waktu pelunasan
piutang murabahah, yaitu masa satu tahun atau lebih52. Jika murabahah dilakukan
secara tunai atau tangguh yang tidak melebihi satu tahun, maka keuntungan
murabahah dilakukan secara tunai (PSAK 102 paragraf 23 (a)). Jika murabahah
dilakukan dengan transaksi tangguh lebih dari satu tahun, terdapat beberapa alternatif
metode pengakuan yang sesuai dengan karakteristik resiko dan upaya transaksi
murabahahnya (PSAK 102 paragraf 23(b).53
Tabel jadwal angsuran murabahah dengan metode proporsional (flat).54
Angsuran Total Pokok Margin Sisa Pokok Sisa margin
ke-Bulan Angsuran

Rpxxx Rpxxx

1 Rpxxx Rpxxx Rpxxx Rpxxx Rpxxx

2 Rpxxx Rpxxx Rpxxx Rpxxx Rpxxx

Jurnal transaksi
Tanggal Rekening Debit Kredit

Kas/Rekening Rpxxx

Piutang murabahah Rpxxx

Margin murabahah yang Rpxxx


ditangguhkan

Pendapatan margin murabahah Rpxxx

4) Potongan murabahah

52
Yaya.
53
Ikatan Akuntan Indonesia.
54
S. Harahap, Sofyan, Wiroso.
Berdasarkan PSAK 102 tentang Akutansi Murabahah, potongan pelunasan
piutang murabahah dapat diberikan pada pembeli yang melunasi secara tepat waktu
atau lebih cepat dari waktu yang disepakati (paragraf 26)55.
a. Diberikan saat pelunasan :
Berdasarkan metode ini, bank atau BMT, sebagai penjual mengurangi
piutang murabahah dan keuntungan murabahah.
Tanggal Rekening Debit Kredit

Kas/Rekening Rpxxx

Margin murabahah yang Rpxxx


ditangguhkan

Piutang murabahah Rpxxx

Margin murabahah yang Rpxxx


ditangguhkan

Pendapatan margin murabahah Rpxxx

b. Diberikan setelah pelunasan


Pada metode ini, bank atau BMT sebagai penjual menerima pelunasan
piutang dari pembeli dan kemudian membayarkan potongan pelunasannya kepada
pembeli.
Tanggal Rekening Debit Kredit

Kas/Rekening Rpxxx

Piutang murabahah Rpxxx

Margin murabahah yang Rpxxx


ditangguhkan

Pendapatan margin murabahah Rpxxx

Pendapatan margin murabahah Rpxxx

Kas/Rekening Rpxxx

5) Pengenaan denda kepada nasabah

55
Nasir and Sululing.
Bank syariah/BMT diperbolehkan mengenakan denda pada nasabah yang
memiliki kemampuan untuk membayar angsurannya, tetapi sengaja menunda-nunda
pembayarannya. 56Berdasarkan PSAK 102 paragraf 29 disebutkan bahwa denda yang
diterima diakui sebagai bagian dana kebajikan.57
Tanggal Rekening Debit Kredit

Kas/Rekening Rpxxx

Titipan dana kebajikan-denda Rpxxx


murabahah

H. Contoh Kasus atau Soal


Tanggal 3 Agustus 2020 Bank UNJ Syariah (BUS) menerima pembayaran uang
muka sebesar Rp 20.000.000 dari tuan Andi sebagai tanda keseriusannya untuk
memesan barang kepada BBS berupa mesin kopi. Jurnal transaksi adalah :58
Tanggal Rekening Debit Kredit

3/8/2020 Kas/Rekening Andi Rp20.000.000

Hutang uang muka murabahah Rp20.000.000

Tanggal 5 Agustus 2020 Bank UNJ Syariah (BUS) memesan barang kepada pemasok PT.
Kopi Sejahtera dan menyerahkan uang muka sebesar Rp20.000.000 dan sisanya akan
dibayar saat serah-terima barang. Jurnal transaksi adalah:
Tanggal Rekening Debit Kredit

5/8/2020 Piutang uang muka murabahah Rp20.000.000

Kas/Rekening Rp20.000.000

Tanggal 7 Agustus 2020 atas pemesanan tuan Andi, Bank Syariah UNJ membeli mesin
Kopi secara tunai ke pemasok PT. Kopi Sejahtera dengan harga Rp 220.000.000. Jurnal
transaksi adalah :
Tanggal Rekening Debit Kredit

7/8/2020 Persediaan aset murabahah Rp220.000.000

56
Irfan, ‘Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Murabahah Berdasarkan PSAK Nomor 102 Pada PT Bank
Syariah Mandiri Cabang Makassar’.
57
Ikatan Akuntan Indonesia.
58
S. Harahap, Sofyan, Wiroso.
Piutang uang muka Rp20.000.000

Kas/Rekening pihak ketiga Rp200.000.000

Tanggal 8 Agustus 2020 sebelum barang diserahkan ke tuan Andi, terjadi penurunan nilai
barang yang disebabkan oleh satu dan lain hal sebesar Rp 10.000.000. Jurnal transaksi
adalah:
Tanggal Rekening Debit Kredit

8/8/2020 Beban kerugian penurunan nilai Rp10.000.000


aset murabahah

Persediaan aset murabahah Rp10.000.000

Tanggal 9 Agustus 2020, atas pembelian mesin Kopi oleh BUS, PT. Kopi Sejahtera
memberikan diskon harga sebesar Rp 10.000.000 dan diberikan secara tunai.
Tanggal Rekening Debit Kredit

9/8/2020 Kas Rp10.000.000

Persediaan aset murabahah Rp10.000.000

Tanggal 10 Agustus 2020 BUS menyerahkan barang pesanan kepada tuan Andi.
Tanggal Rekening Debit Kredit

Hutang uang muka murabahah Rp20.000.000

Piutang Murabahah Rp20.000.000

Kesepakatan Akad
Tanggal 10 Agustus 2020 disepakati akad murabahah antara Bank UNJ Syariah dengan
tuan Andi untuk pembelian Mesin Kopi, dengan rincian sebagai berikut :
Harga Jual Rp240.000.000

Harga Perolehan (Nilai Persediaan Aset) (Rp180.000.000)

Margin/Keuntungan Rp60.000.000

Jangka Waktu 12 Bulan (1 Tahun)

Metode Pembayaran Angsuran

Biaya Administrasi Rp3.000.000


Jurnal Transaksi :
Tanggal Rekening Debit Kredit

10/8/2020 Piutang murabahah Rp240.000.000

Margin murabahah yang Rp60.000.000


ditangguhkan

Persediaan murabahah Rp180.000.000

10/8/2020 Kas Rp3.000.000

Pendapatan administrasi Rp3.000.000


pembiyaan

Pembayaran Angsuran Nasabah


Tabel jadwal angsuran murabahah dengan metode proporsional (flat)
Angsuran Total Pokok Margin Sisa Pokok Sisa margin
ke-Bulan Angsuran

Rp180.000.000 Rp60.000.000

1 Rp20.000.000 Rp15.000.000 Rp5.000.000 Rp165.000.000 Rp55.000.000

2 Rp20.000.000 Rp15.000.000 Rp5.000.000 Rp150.000.000 Rp50.000.000

3 Rp20.000.000 Rp15.000.000 Rp5.000.000 Rp135.000.000 Rp45.000.000

4 Rp20.000.000 Rp15.000.000 Rp5.000.000 Rp120.000.000 Rp40.000.000

5 Rp20.000.000 Rp15.000.000 Rp5.000.000 Rp105.000.000 Rp35.000.000

6 Rp20.000.000 Rp15.000.000 Rp5.000.000 Rp90.000.000 Rp30.000.000

7 Rp20.000.000 Rp15.000.000 Rp5.000.000 Rp75.000.000 Rp25.000.000

8 Rp20.000.000 Rp15.000.000 Rp5.000.000 Rp60.000.000 Rp20.000.000

9 Rp20.000.000 Rp15.000.000 Rp5.000.000 Rp45.000.000 Rp15.000.000

10 Rp20.000.000 Rp15.000.000 Rp5.000.000 Rp30.000.000 Rp10.000.000

11 Rp20.000.000 Rp15.000.000 Rp5.000.000 Rp15.000.000 Rp5.000.000

12 Rp20.000.000 Rp15.000.000 Rp5.000.000 Rp0 Rp0


Jurnal Transaksi :
Tanggal Rekening Debit Kredit

10/9/2020 Kas/Rekening Rp20.000.000

Piutang murabahah Rp20.000.000

10/9/2020 Margin murabahah yang Rp5.000.000


ditangguhkan

Pendapatan margin murabahah Rp5.000.000

Tanggal 16 Desember 2020 atas kelalaian pembayaran angsuran oleh tuan Andi, Bank
Berkah Syariah mengenakan denda sebesar Rp 150.000 dan tuan Andi langsung
membayar denda secara tunai.
Tanggal Rekening Debit Kredit

16/12/2020 Kas/Rekening Rp150.000

Titipan dana kebajikan-denda Rp150.000


murabahah

Tanggal 10 juni 2021 tuan Andi melakukan pelunasan murabahah lebih cepat dari jadwal
jatuh tempo seharusnya. Sampai bulan Juli sisa piutang murabahah a.n Tuan Andi adalah
sebesar Rp40.000.000 terdiri dari pokok Rp30.000.000 dan margin Rp10.000.000. Atas
pelunasan tersebut Bank UNJ Syariah memberikan potongan margin murabahah sebesar
Rp5.000.000. Jurnal transaksi :
Metode Diberikan saat pelunasan :
Tanggal Rekening Debit Kredit

10/6/2021 Kas/Rekening Rp35.000.000

Margin murabahah yang Rp5.000.000


ditangguhkan

Piutang murabahah Rp40.000.000

10/6/2021 Margin murabahah yang Rp5.000.000


ditangguhkan

Pendapatan margin murabahah Rp5.000.000


Metode Diberikan setelah pelunasan :
Tanggal Rekening Debit Kredit

10/7/2021 Kas/Rekening Rp30.000.000

Piutang murabahah Rp30.000.000

10/7/2021 Margin murabahah yang Rp10.000.000


ditangguhkan

Pendapatan margin murabahah Rp10.000.000

10/7/2021 Pendapatan margin murabahah Rp5.000.000

Kas/Rekening Rp5.000.000
DAFTAR PUSTAKA

Buku:
Al Zuhaili, Wahbah, Fiqih Islam Wa Adilatuhu (Lebanon: Dar al Fikri, 1984)
As-Shan’ani, Subul Al-Salam III (Surabaya: Al-Ikhlas, 1995)
Djazuli, Al-Hanif, Kaidah-Kaidah Fikih (Jakarta: Kencana, 2007)
Harahap, Sofyan S, Wiraso, and Muhammad Yusuf, Akuntansi Perbankan Syariah PSAK
Syariah Baru, Ed. Cet.IV (Jakarta: LPFE Usakti, 2010)
Huda, Nurul, Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis Dan Praktis
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010)
Hulwati, Ekonomi Islam (Ciputat: Ciputat Press Group, 2006)
Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah Di Indonesia, Edisi 4 (Jakarta: Salemba
Empat, 2015)
Surat Al-Baqarah Ayat 275
Surat Al-Baqarah Ayat 280
Surat Al-Maidah Ayat 1
Surat An-Nisa Ayat 29
Yaya, Rizal, Akuntansi Perbankan Syariah: Teori Dan Praktik Kontemporer (Jakarta:
Salemba Empat, 2009)

Jurnal:
Afifudin, ‘Akuntansi Murabahah’, Ak-Syari’ah, 6 (2011), 1–44
Afrida, Yenti, ‘Analisis Pembiayaan Murabahah Di Perbankan Syariah’, Jebi (Jurnal
Ekonomi Dan Bisnis Islam), 1 (2016), 155–66
<http://journal.febi.uinib.ac.id/index.php/jebi/article/view/32>
Habibah, Muzayyidatul, and Alfu Nikmah, ‘Analisis Penerapan Akuntansi Syariah
Berdasarkan Psak 102 Pada Pembiayaan Murabahah Di Bmt Se-Kabupaten Pati’,
Equilibrium: Jurnal Ekonomi Syariah, 4 (2017), 114
<https://doi.org/10.21043/equilibrium.v4i1.1842>
Hakim, Lukmanul, and Amelia Anwar, ‘Pembiayaan Murabahah Pada Perbankan Syariah
Dalam Perspektif Hukum Di Indonesia’, Al-Urban : Jurnal Ekonomi Syariah Dan
Filantropi Islam, 1 (2017), 212–23 <https://doi.org/10.22236/alurban>
Indonesia, Bank, ‘Ekonomi Dan Keuangan Syariah’ <https://www.bi.go.id/id/ekonomi-dan-
keuangan-syariah/default.aspx>
Indonesia, Ikatan Akuntan, ‘PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.
102 AKUNTANSI MURABAHAH’, 102 (2006), 1–14
Irfan, Analisis Pembiayaan Mudarrabah Perbankan Syariah Di Indonesia, ed. by B. Rahman
(Aceh: Unimal Press, 2018)
———, ‘Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Murabahah Berdasarkan PSAK Nomor
102 Pada PT Bank Syariah Mandiri Cabang Makassar’, 2018, 24
Kina, Amilis, ‘Mekanisme Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Studi Pada
BMT Syari ’ah Pare’, An-Nisbah, 03 (2017), 1–24
MUI, Dewan Syariah Nasional, ‘Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 04/DSN-MUI/IV/2000
Tentang Murabahah’, DSN MUI, 1 (2000), 1–4 <https://dsnmui.or.id/murabahah/>
Nasir, Shindy Marcela, and Siswadi Sululing, ‘Penerapan Akuntansi Murabahah Terhadap
Pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk’,
Jurnal Akuntansi, 19 (2015), 109–28 <https://doi.org/10.24912/ja.v19i1.117>
Prabowo, Bagya Agung, ‘Konsep Akad Murabahah Pada Perbankan Syariah (Analisa Kritis
Terhadap Aplikasi Konsep Akad Murabahah Di Indonesia Dan Malaysia)’, Jurnal
Hukum Ius Quia Iustum, 16 (2009), 106–26
<https://doi.org/10.20885/iustum.vol16.iss1.art7>
Wiroso, ‘Akuntansi Perbankan Syariah Akuntansi Murabahah (Psak 102)’, UNPAD-
Pelatihan Akuntansi Perbankan Syariah, 2011, 1–104
Yusuf, Muhammad, ‘Analisis Penerapan Pembiayaan Murabahah Berdasarkan Pesanan Dan
Tanpa Pesanan Serta Kesesuaian Dengan Psak 102’, Binus Business Review, 4 (2013),
15–29

Internet:
Indonesia, Bank, ‘Ekonomi Dan Keuangan Syariah’ <https://www.bi.go.id/id/ekonomi-dan-
keuangan-syariah/default.aspx>
Qazwa, ‘Akad Murabahah Dalam Ekonomi Islam’ <https://qazwa.id/blog/murabahah/>

Anda mungkin juga menyukai