PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
knsumen merupakan suatu pinjaman yang diberikan oleh suatu perusahaan kepada
debitur untuk pembelian barang dan jasa yang akan langsung dikonsumsikan oleh
credit) yang letak perbedaannya jika pembiayaan dilakukan oleh sebuah perusahaan
pembiayaan yang dilakukan oleh lembaga kepada konsumen harus disertai dengan
1
Munir Fuady, 2002, Huum Tentang Pembiayaan Konsumen (Dalam Teori Dan Praktek), Bandung: Citra
Aditya Bakti, hal. 161.
2
Kasmir, 2008, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: Rajawali Pers, hal. 23.
3
Munir Fuady, 2006, Hukum Tentang Pembiayaan, Bandung: Citra Aditya Bakti, hal. 162,
1
2
jaminan. Jaminan yang pada umumnya digunakan berupa benda bergerak yang mana
masih dapat digunakan oleh pemiliknya yang biasa disebut dengan jaminan fidusia.4
a. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba;
disepakati kualifikasinya;
atas nama bank yang dalam prosesnya harus sah dan bebas riba;
e. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya
jika pembelian dilakukan secara utang. Bank kemudian menjual barang tersebut
kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga plus keuntungannya.
Dalam kaitan inibank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada
f. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka
h. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang kepada
pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara
4
Aristya Setyorini & Agus Muwato, Akibat Hukum Perjanjian Pembiayaan Konsumen Dengan Pembebanan
Jaminan Fidusia Yang Tidak Dapat Didaftarkan, Mimbar Keadilan Jurnal Ilmu Hukum Agustus 2017
5
Ahmad Ifham Sholihin, 2010, Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syari’ah, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, hal. 141-142.
3
Murabahah berasal dari kata ribhu (keuntungan) yang merupakan transaksi jual
beli dengan penyebutan jumlah keuntungan oleh bank. Bank memposisikan sebagai
penjual dan nasabah memiliki keduudkan sebagai pembeli. Harga jual merupakan
harga beli berasal dari pemasok dan ditambah dari keuntungan (margin). Harga jual
akan dicantumkan dalam akad jual beli dan apabila para pihak sudah sepakat maka
tidak boleh terjadi perubahan selama masih masih dalam porses atau sedang berjalan.6
gila. keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata
(berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah Telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang Telah sampai
datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali
kekal di dalamnya”.
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
c. Hadist Rasulullah
6
Muhammad, 2015, Manajemen Dana Bank Syari’ah, Jakarta: Rajawali Pers, hal. 46.
4
dari Suhaib Ar Rumi r.a., bahwa Rasulullah Saw bersabda “Tiga hal yang
Jumhur Ulama mengatakan bahwa rukun dan syarat daripada bai’ murabahah
sama dengan rukun dan syarat yang ditetapkan dalam transaksi jual beli, diantaranya
a. Penjual (bai’)
b. Pembeli (musytari)
d. Harga (tsaman)
e. Ijab Qobul.
Bank sebagai lembaga keuangan memanfaatkan jasa hukum Notaris dalam setiap
perjanjian akta seperti jaminan fidusia dan hak tanggungan. Pada umumnya bank-
bank konvesional yang lebih terdengar melibatkan Notaris dalam pembuatan akta
perjanjian dibandingkan Bank Syariah. Namun demikian saat ini Bank-Bank Syariah
sebagai sub sistem dari Sistem Perbankan Nasional yang diatur secarakhusus dalam
menggunakan jasa hukum Notaris dalam setiap kegiatan bisnisnya, terutama masih
Pada galibnya, akad akta memiliki kedudukan yang sama dengan akta otentik
KUHPerdata. Hal yang perlu ditekankan di sini bahwa produk-produk Bank Syariah
bersumber dari hukum Islam khususnya prinsip-prinsip syariah yang bukan saja
7
Muhammad, 2000, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Islam, Yogyakarta: UII Press, hal. 58.
5
diperuntukkan bagi umat muslim tetapi juga non-muslim. UUJN tidak mengenal
adanya keyakinan berkaitan dengan agama yang dianut bagi para pihak yang
menghadap Notaris untuk dibuatkan akta karena pada dasarnya hanya bersifat
mengatur.
Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syari’ah adalah prinsip hukum
Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga
yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syari’ah. Syari’ah atau
syariat, secara harfiah adalah jalan sumber (mata) air yakni jalan yang lurus yang
harus diikuti oleh setiap Muslim. Syariat mengandung hukum Allah dan ketentuan
Rasul-nya yang berupa larangan maupun suruhan dalam segala sendi kehidupan
manusia.
dianggap sah walaupun tanpa adanya akta notaris sebagaimana yang berbunyi: “Suatu
tulisan di bawah tangan yang diakui oleh orang terhadap siapa tulisan itu hendak
dipakai, atau dengan cara menurut undang undang dianggap sebagai diakui,
maupun implementasi. Oleh sebab itu penulis akan melakukan penelitian dengan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
pernjanjian yang di lakukan dengan akad murabahah tanpa hadirnya notaris saat
perjanjian tersebut.
D. Manfaat Penelitian
1. Penulis
2. Ilmu Pengetahuan
3. Masyarakat
E. Kerangka Pikiran
Bagan 1.1
Kerangka Pikiran
Perjanjian Pembiayaan
Konsumen
a) KUHPerdata a. Al-Qur’a
b) UU No. 21 Tahun 2008 b. Hadis Rauslulla
c) Perpres No. 9 Tahun 2009 c. Fatwa MU
d. UU No. 21 Tahun 2008
Kedudukan Notaris:
Pembuatan Akta
Keterangan
perusahaan kepada debitur untuk pembelian barang dan jasa yang akan langsung
dikonsumsikan oleh konsumen dan tidak digunakan untuk tujuan produksi maupun
distribusi.
Jumhur Ulama mengatakan bahwa rukun dan syarat daripada bai’ murabahah
sama dengan rukun dan syarat yang ditetapkan dalam transaksi jual beli, diantaranya
adalah sebagai beriku: a) Penjual (bai’); b) Pembeli (musytari); c) Objek Jual Beli
Kerja sama antara Notaris dengan bank syariah dalam pembuatan akta akad
usaha tertentu dan dari usaha tersebut keuntungan akan dibagi sesuai dengan
kesepakatan.
pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow atau arus kas
d. Pembiayaan Murabahah
dianggap sah walaupun tanpa adanya akta notaris sebagaimana yang berbunyi: “Suatu
tulisan di bawah tangan yang diakui oleh orang terhadap siapa tulisan itu hendak
dipakai, atau dengan cara menurut undang undang dianggap sebagai diakui,
F. Metode Penelitian
1. Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode normatif,
karena dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah kaidah-kaidah hukum, asas-
8
Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum. Cet. 1, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, hal.
52.
9
2. Jenis Penelitian
3. Sumber Data
a. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh penulis
Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri
a) Al-Qur’an
b) Hadist Rasulullah
c) KUHPerdata
Pembiayaan Konsumen.
notaris.
Bahan hukum tersier yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamus
b. Data Primer
1) Lokasi Penelitian
2) Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menetapkan subyek yang diteliti yaitu dengan
Metode pengumpulan yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut: 9 studi
pustaka, yaitu Metode pengumpulan data dengan cara mencari, mempelajari, dan
tanpa notaris.
9
Hasan Mustafa, 2003, Teknik Sampling, Bandung: Alfabeta, hal. 28.
11
G. Sistematika Penulisan
BAB I adalah Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
sistematika penulisan
syari’ah dan syarat dan rukun pembiayaan syari’ah. bab ini menjelaskan mengenai
penyelesaian hukum pembiayaan akad murabahah yang terdiri litigasi serta non
litigasi
BAB III merupakan Hasil Penelitian Dan Pembahasan yang terdiri faktor dan