Anda di halaman 1dari 11

Produk Penyaluran Dana Perbankan Syari’ah

Papper Mata Kuliah Hukum Perbankan Syariah


Dosen Pengampu : Dr. H. Abdul Mujib, M.Ag

Oleh Kelompok 07:


Chandra Maulana 20103080040
M Andriko Alamsyah 20103080088
Anggi Febrianti 20103080051
Ali Wafa 20103080116

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2022

1
PENDAHULUAN

Seperti yang kita ketahui bersama saat ini, keberadaan bank sebagai salah satu
lembaga yang menyediakan fasilitas layanan dalam hal penyimpanan, penukaran, distribusi
dan layanan perantara tampaknya terus mengembangkan penyediaan layanan tersebut
untuk mengikuti apakah itu metode transaksi, metode pertukaran, atau metode penarikan
dana yang lebih modern membutuhkan perkembangan ekonomi yang cepat.
Dalam memenuhi fungsinya sebagai lembaga penyalur penyediaan dana kepada
masyarakat, salah satu kegiatan bank untuk menyalurkan dana tersebut adalah melalui
kegiatan perkreditan. Dari perspektif rencana pembiayaan hingga alokasi modal, bank
tradisional memberikan layanan kepada deposan dalam bentuk bunga deposito dalam
pembiayaan. Yang dimaksud dengan pencairan dana adalah dana yang diperoleh dari hasil
penjualan kembali dana yang dihimpun dalam bentuk tabungan. Dalam mengalokasikan
dana tersebut, bank harus memiliki strategi yang mumpuni untuk menyalurkan dananya
kepada masyarakat melalui distribusi yang strategis, sehingga dapat memaksimalkan
keuntungan yang diperoleh. Tujuan bank dalam mengalokasikan dana adalah untuk
memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Dalam buku “Bank dan Lembaga
Keuangan Lainnya Edisi 6” karya Kasmir, menurut Undang-Undang Perbankan No. 10
Tahun 1998, kredit adalah pemberian uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan perjanjian atau perjanjian pinjam meminjam antara bank dengan bank lain.
Para pihak mewajibkan peminjam untuk melunasi utangnya dengan bunga setelah jangka
waktu tertentu.1

PEMBAHASAN
1
Ryu Sasori, Produk Penyaluran Dana https://makalah-xyz.blogspot.com/2017/11/produk-penyaluran-
dana-kredit-perbankan.html (2017) hal 01

2
A. Model Penyaluran Dana Bank Syari’ah
Tiga model yang dapat dikembangkan untuk produk penyaluran dana Bank
Syariah, yaitu:
1. Transaksi pembiayaan dalam rangka kepemilikan barang dilakukan dengan cara:
prinsip jual beli. Prinsip jual beli berkembang menjadi bentuk pembiayaan murabahah,
salam dan istisna pembiayaan.
2. Transaksi pembiayaan dalam rangka memperoleh jasa dilakukan dengan prinsip
sewa guna usaha (ijarah). Transaksi ijarah didasarkan pada transfer manfaat. Jadi pada
dasarnya prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli, tetapi objek transaksinya
berbeda. Jika obyek yang diperjualbelikan dalam jual beli adalah suatu komoditi, maka
obyek yang diperjualbelikan dalam ijarah adalah jasa.
3. Transaksi pembiayaan bagi usaha patungan yang memperoleh barang dan jasa
dengan prinsip bagi hasil. Juga, secara umum, produk pembiayaan dan pembiayaan
perbankan syariah dibagi menjadi empat kategori berdasarkan tujuannya. Keempat
kategori tersebut adalah:
a) Pendanaan dengan prinsip bagi hasil.
b) Pembiayaan dengan prinsip jual beli.
c) Pembiayaan dengan prinsip sewa, dan
d) Pembiayaan dengan akad pelengkap.
Pada kategori pertama dan kedua, tingkat keuntungan bank ditentukan di depan
dan menjadi bagian harga atas barang atau jasa yang dijual. Produk yang termasuk
dalam kelompok ini adalah produk yang menggunakan prinsip jual-beli seperti
murabahah, salam, dan istishna serta produk yang menggunakan prinsip sewa yaitu
ijarah. Sedangkan pada kategori ketiga, tingkat keuntungan bank ditentukan dari
besarnya keuntungan usaha sesuai dengan prinsip bagi-hasil. Pada produk bagi hasil
keuntungan ditentukan oleh nisbah bagi hasil yang disepakati di muka. Produk
perbankan yang termasuk ke dalam kelompok ini adaiah musyarakah dan mudharabah.
1. Pembiayaan Dengan Prinsip Jual Beli (Ba'i)
Pembiayaan dengan prinsip jual beli ditujukan untuk memiliki barang yakni
adanya

3
perpindahan kepemilikan barang atau benda (transfer of property), dimana
keuntungan bank telah ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang atau
jasa yang dijual. Barang yang diperjualbelikan dapat berupa barang konsumtif maupun
barang produktif. Jenis pembiayaaan berdasarkan akad jual beli ini dibedakan menjadi
tiga macam, yaitu:
a. Murabahah
Syarat Ba’i al Murabahah adalah :
1. Penjual harus memberi tahu biaya modal kepada nasabah
2. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.
3. Kontrak harus bebas dari riba.
4. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang
sesudah pembelian. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian.

Perbedaan Jual Beli (Murabahah) pada Bank Islam dan Kredit pada Bank
Konvensional:

1. Pada bank konvensional, ada bantuan kredit untuk pengusaha. Untuk itu, bank
menyerahkan uang kepada debitur untuk kelangsungan usahanya. Selnjutnya
untuk pinjaman uang itu bank meminta bunga, yang dinyatakan dalam %.
2. Pada bank Islam, juga ada bantuan untuk pengusaha. Diantaranya, dengan pola
jual/ murabahah. Caranya bank bukan menyerahkan uang, tetapi bank
membelikan barang/jasa yang diperlukan untuk berusaha, kemudian bank
menjualnya kembali kepada pengusaha. Untuk penjualan itu, maka bank
mendapat laba, disebut margin yang dihitung dalam %.2
b. Salam

Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan


belum ada. Oleh karena itu barang diserahkan secara tangguh sedangkan
pembayaran dilakukan tunai. Bank bertindak sebagai pembeli, sementara
nasabah sebagai penjual. Sekilas transaksi ini mirip jual beli ijon, namun dalam

2
Muhammad Nejatullah Siddiqi. Bank Islam. (Bandung. Penerbit Pustaka, 2002)

4
transaksi ini kuantitas, kualitas, harga, dan waktu penyerahan barang harus
ditentukan secara pasti.

Ketentuan umum Salam:

1. Pembelian hasil produksi harus diketahui spesifikasinya secara jelas seperti jenis,
macam, ukuran, mutu dan jumlahnya. Misalnya jual beli 100 kg mangga harum
manis kualitas "A" dengan harga Rp5000 / kg, akan diserahkan pada panen dua
bulan mendatang.
2. Apabila hasil produksi yang diterima cacat atau tidak sesuai dengan akad maka
nasabah (produsen) harus bertanggung jawab dengan cara antara lain mengembalikan
dana yang telah diterimanya atau mengganti barang yang sesuai dengan pesanan.
3. Mengingat bank tidak menjadikan barang yang dibeli atau dipesannya sebagai
persediaan (inventory), maka dimungkinkan bagi bank untuk melakukan akad salam
kepada pihak ketiga (pembeli kedua) seperti bulog, pedagang pasar induk atau rekanan.
Mekanisme seperti ini disebut dengan paralel salam.3

c. Istishna

Produk istishna menyerupai produk salam, namun dalam istishna


pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali (termin)
pembayaran. Skim istishna dalam bank syariah umumnya diaplikasikan pada
pembiayaan manufaktur dan konstruksi.
Ketentuan umum:
1). Spesifikasi barang pesanan harus jelas seperti jenis, macam ukuran, mutu
dan jumlah. Harga jual yang telah disepakati dicantumkan dalam akad istishna
dan tidak boleh berubah selama berlakunya akad. Jika terjadi perubahan dari
kriteria

2. Pembiayaan dengan Prinsip Sewa (Ijarah)

3
Ismail, perbankan syariah, (Jakarta: kencana, 2011), hal. 193

5
Pembiayaan dengan prinsip seewa ditujukan untuk mendapatkan jasa,
dimana keuntungan bank ditentukan didepan dan menjadi bagian harga atas
barang atau jasa yang disewakan. Namun dalam beberapa kasus, prinsip sewa
dapat pula disertai dengan opsi kepemilikan. Yang termasuk dalam kategori ini
adalah ijarah dan ijarah muntahia bit tamlik (IMBT). Ijarah adalah akad
pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui barang itu sendiri. Ijarah
tanpa akad pemindahan kepemilikan sebagai operational lease dalam ilmu
keuangan konvensional.

Sementara ijarah muntahia bit tamlik adalah pemindahan hak guna atas barang
dan jasa melalui pembayaran upah sewa, diikuti dengan opsi kepemindahan
kepemilikan atas barang itu diakhir masa kontrak. Sehingga penyewa memiliki
hak untuk memilii barang yang disewa pada akhir masa kontrak penyewaan
dan ini yang sering dikenal sebagai financial lease dalam ilmu keuangan
konvensional. Pemindahan kepemilikan inilah yang membedakan antara ijarah
dengan ijarah muntahia bit tamlik. 66 Al ijarah muntahia bit tamlik memiliki
banyak bentuk, bergantung pada apa yang telah disepakati kedua pihak yang
berkontrak. Misalnya, al ijarah dan janji menjual, nilai sewa yang mereka
tentukan dalam al ijarah, harga barang dalam transaksi jual, dan kapan
kepemilikan dipindahkan.4

3. Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)

Produk pembiayaan syariah yang berdasarkan prinsip bagi hasil adalah:

a. Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu dimana masing-masihng pihak memberikan kontribusi dana
dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama
sesuai dengnakesepakatan. Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan
para pihak yang bekerja sana untuk meningkatkan nilai aset yang dimiliki secara
bersama-sama. Semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak Penjual Supplier

4
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, Ed. 1 (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 41

6
Obyek Sewa Penjual Supplier A. Milik Bank Syariah B. Milik 1. Sewa beli 96
atau lebih dimana mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk
sumber daya baik yang berwujud maupun tidak berwujud dalam bahasa ekonomi
hal ini dikenal sebagai joint venture. Secara spesifik bentuk kontribusi dari pihak
yang bekerjasama dapat berupa dana, barang perdagangan (trading asset),
kewiraswastaan (entrepreneurship), kepandaian (skill), kepemilikan (property),
peralatan (equipment), atau intangible asset (seperti hak paten atau goodwill),
kepercayaan/reputasi (credit worthiness) dan barang-barang lainnya yang dapat
dinilai dengan uang. Dengan merangkum seluruh kombinasi dari bentuk
kontribusi masing-masing pihak dengan atau tanpa batasan waktu menjadikan
produk ini sangat fleksibel.5

Ketentuan umum

Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek musyarakah dan


dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam
menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek. Pemilik
modal dipercaya untuk menjalankan proyek musyarakah tidak boleh
melakukan tindakan seperti:

1) Menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi.

2) Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa ijin pemilik


modal lainnya. Nasabah Bank Proyek Usaha Keuntungan Bagi hasil
keuntungan sesuai kontribusi 97

3) Memberi pinjaman kepada pihak lain.

4) Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaan atau digantikan


oleh pihak lain.

5) Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerjasama apabila: -


Menarik diri dari perserikatan - Meninggal dunia - Menjadi tidak cakap
hukum
5
Muhammad Syafi‟i Antonio. Bank Syariah; dari Teori ke Praktek, Jakarta, Gema Insani Press, 2001 .

7
6) Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu proyek
harus diketahui bersama. Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan sedangkan
kerugian dibagi sesuai dengan porsi kontribusi modal.

7) Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam akad. Setelah


proyek selesai nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil
yang telah disepakati untuk bank.6

b. Mudharabah

Secara spesifik terdapat bentuk musyarakah yang popular dalam


produk perbankan syariah yaitu mudharabah. Mudharabah adalah bentuk
kerjasama antara dua atau lebih pihak dimana pemilik modal (shahibul maal)
mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu
perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerjasama dengan
kontribusi 100% modal dari shahibul maal dan keahlian dari mudharib. 67
Transaksi jenis ini tidak mensyaratkan adanya wakil shahibul maal dalam
manajemen proyek. Sebagai orang kepercayaan, mudharib harus bertindak
hati-hati dan bertanggung jawab untuk setiap kerugian yang terjadi akibat
kelalaian. Sedangkan sebagai wakil shahibul maal dia diharapkan untuk
mengelola modal dengan cara tertentu untuk menciptakan laba optimal.

Perbedaan yang esensial dari musyarakah dan mudharabah terletak


pada besarnya kontribusi atas manajemen dan keuangan atau salah satu
diantara itu. Dalam mudharabah modal hanya berasal dari satu pihak,
sedangkan dalam musyarakah modal berasal dari dua pihak atau lebih.
musyarakah dan mudharabah dalam literatur fiqih berbentuk perjanjian
kepercayaan (uqud al amanah) yang menuntut tingkat kejujuran yang tinggi
dan menjunjung keadilan. Karenanya masing-masing pihak harus menjaga
kejujuran untuk kepentingan bersama dan setiap usaha dari masing-masing
pihak untuk melakukan kecurangan dan ketidakadilan pembagian pendapatan
betul-betul akan merusak ajaran Islam.

6
Ahmad Supriyadi, Perbankan Syari‟ah, (STAIN Kudus, 2011), hal. 134

8
Ketentuan umum

1) Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola


modal; harus diserahkan tunai, dapat berupa uang atau barang yang
dinyatakan nilainya dalam satuan uang. Apabila modal diserahkan secara
bertahap, harus jelas tahapannya dan disepakati bersama.

2) Hasil dan pengelolaan modal pembiayaan mudharabah dapat


diperhitungkan dengan dua cara: -

o Perhitungan dari pendapatan proyek (revenue sharing)


o Perhitungan dari keuntungan proyek (profit sharing)7

KESIMPULAN

Dalam menjalankan kegiatan dan fungsinya, bank syariah memiliki beberapa produk
penyaluran dana yang sesuai dengan prinsip syariah yang bisa digunakan, adapun dari
papper yang telah kita bahas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa produk penyaluran dana
yang ada pada bank syariah adalah sebagai berikut:
1. Produk penyaluran dana
a. Prinsip Jual Beli (Bay’)
1) Pembiayaan Murabahah
2) Pembiayaan Salam
3) Pembiayaan Istisna
b. Prinsip Sewa (Ijarah)
c. Prinsip Bagi Hasil (Shirkah)
1) Musharakah
2) Mudharabah
3) Al-muzara’ah
4) Al-musaqah
d. Akad Pelengkap
1) Hiwalah (Alih Utang-Piutang)
2) Rahn (Gadai)
7
Ibid (hal 97)

9
3) Qard (Pinjaman Uang)
4) Wakalah (Perwakilan)
5) Kafalah (Garansi Bank

DAFTAR PUSTAKA

Ash-Shiddieqy,T.M. Hasbi,Pengantar Fiqh Mu’amalah, cet. II Jakarta:


BulanBintang,1984.
Kamsir, Dasar-dasar Perbankan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003.
Nikensari,SriIndah,PerbankanSyariah,Semarang:PustakaRizkiPutra,2012

10
Karim,Adiwarman A.BankIslamAnalisisFiqhdanKeuangan,Jakarta:Raja
Grafindo,2004.
http://independent.academia.edu/SofianAnsori1
Baraba, A. (2015). Prinsip Dasar Operasional Perbankan Syariah. Bulletin of Monetary
Economics and Banking, II(3), 1-8.
Gemina, D. (2011). Strategi Pengembangan Produk Bank Syariah di Indonesia. Jurnal
Sosial
Humaniora, II(1), 67-88.
Ichsan, N. (2016). Akad Bank Syariah. Asy-Syir'ah, 50(2), 399-422.
Kambali, M. (2021). Produk Operasionalisasi Bank Syariah. Al-Iqtishod, IX(1), 19-35.
Konsep Operasional Perbankan Syariah. (t.thn.). Diambil kembali dari OJK:
https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/pages/konsep-
operasionalPBS.aspx

11

Anda mungkin juga menyukai