- Haerul
(01143261)
- Afiah Nur
(01143263)
Pembiayaan Murabahah di Bank Syariah
A. Pengertian Murabahah
Murabahah adalah perjanjian jual-beli antara bank dengan nasabah. Bank syariah
membeli barang yang diperlukan nasabah kemudian menjualnya kepada nasabah yang
bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati
antara bank syariah dan nasabah.
Murabahah, dalam konotasi Islam pada dasarnya berarti penjualan. Satu hal yang
membedakannya dengan cara penjualan yang lain adalah bahwa penjual dalam murabahah
secara jelas memberi tahu kepada pembeli berapa nilai pokok barang tersebut dan berapa
besar keuntungan yang dibebankannya pada nilai tersebut. Keuntungan tersebut bisa berupa
lump sum atau berdasarkan persentase.
aplikasi jual beli murabahah pada perbankan syariah di dasarkan pada Keputusan
Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Peraturan Bank
Indonesia (PBI). Menurut keputusan fatwa DSN Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 ketentuan
murabahah pada perbankan syariah adalah sebagai berikut:
1. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.
4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan
pembelian ini harus sah dan bebas riba.
7. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka
waktu tertentu yang telah disepakati.
9. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak
ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip,
menjadi milik bank.
2. Barang adalah obyek jual beli yang diketahui secara jelas kuantitas, kualitas,
harga perolehan dan spesifikasinya;
3. Bank wajib menjelaskan kepada nasabah mengenai karakteristik produk
Pembiayaan atas dasar Akad Murabahah, serta hak dan kewajiban nasabah
sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai transparansi
informasi produk Bank dan penggunaan data pribadi nasabah;
4. Bank wajib melakukan analisis atas permohonan Pembiayaan atas dasar Akad
Murabahah dari nasabah yang antara lain meliputi aspek personal berupa
analisa atas karakter (Character ) dan/atau aspek usaha antara lain meliputi
analisa kapasitas usaha (Capacity), keuangan (Capital), dan/atau prospek
usaha (Condition).
5. Bank dapat membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang
telah disepakati kualifikasinya;
7. Kesepakatan atas marjin ditentukan hanya satu kali pada awal Pembiayaan
atas dasar Murabahah dan tidak berubah selama periode Pembiayaan
9. Jangka waktu pembayaran harga barang oleh nasabah kepada Bank ditentukan
berdasarkan kesepakatan Bank dan nasabah.
Untuk menentukan margin dan penentuan harga jual murabahah ada beberapa cara, diantaranya:
1. Bank menentukan keuntungan dari jumlah dana yang dipinjam oleh nasabah untuk membeli
barang ke bank tersebut sebesar harga yang telah disepakati bersama.
2. Atas dana yang dipinjam oleh nasabah bank syariah menetapkan keuntungan transakasi,
misalnya 20%. Kemudian jika dibayar satu atau dua tahun untuk menstabilkan daya beli uang
tersebut, maka bank dapat menambahkan dua kali inflasi dimasa mendatang. Misal diperkirakan
inflasi 5% pertahun maka faktor stabilizer daya beli selama dua tahun sama dengan 2x5%=10%.
Jadi selama dua tahun nasabah mengangsur pokok pinjaman ditambah dengan keuntungan dan
inflasi.
3. Dalam penentuan harga jual bank, bank dapat menerapkan metode penetapan harga jual
berdasarkan cost plus mark up.
Jika bank syariah hendak menerapkan metode mark-up pricing, metode ini hanya tepat jika
digunakan untuk pembiayaan yang sumber dananya dari Restricted Investment Account (RIA)
atau Mudharabah Muqayyadah sebab akad mudharabah muqayyadah adalah akad di mana
pemilik dana menuntut adanya kepastian hasil dari modal yang diinvestasikan.
Bank syariah beroperasi dengan tidak menggunakan bunga. Mekanisme operasional dalam
memperoleh pendapatan dapat dihasilkan berdasarkan klasifikasi akad, yaitu akad yang
menghasilkan keuntungan secara pasti, disebut natural certainty contract, dan akad yang
menghasilkan keuntungan yang tidak pasti, disebut natural uncertainty contract.
Dalil Pertama:
.
Dari Urwah al Bariqi, bahwasanya Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam memberinya satu
dinar uang untuk membeli seekor kambing. Dengan uang satu dinar tersebut, dia membeli dua
ekor kambing dan kemudian menjual kembali seekor kambing seekor satu dinar. Selanjutnya dia
datang menemui nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam dengan membawa seekor kambing dan uang
satu dinar. (Melihat hal ini) Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam mendoakan keberkahan
pada perniagaan sahabat Urwah, sehingga seandainya ia membeli debu, niscaya ia
mendapatkan laba darinya. (HR. Bukhari, no. 3443)
Pada kisah ini, sahabat Urwah Radhiyallahu Anhu dengan modal satu dinar, ia mendapatkan
untung satu dinar atau 100%. Pengambilan untung sebesar 100% ini mendapat restu dari Nabi
Shalallahu Alaihi wa Sallam. Dan bukan hanya merestui, bahkan beliau Shalallahu Alaihi wa
Sallam berdoa agar perniagaan sahabat Urwah senantiasa diberkahi. Sehingga sejak itu, beliau
Shalallahu Alaihi wa Sallam semakin lihai berniaga.
Dalil Kedua:
Berbagai dalil yang telah dikemukakan pada prinsip pertama juga bisa dijadikan dalil dalam
masalah ini. Betapa tidak, pedagang telah secara sah memiliki barang daganganny, maka tidak
ada alasan untuk memaksanya agar menjual barangnya dengan harga yang tidak ia sukai.
Dalil Ketiga:
Sahabat Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam, Anas bin Malik radhiyallahu anhu
meriwayatkan bahwa para sahabat mengadu kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam,
Wahai Rasulullah, telah terjadi kenaikan harga, hendaknya engkau membuat ketentuan harga
jual! Menanggapi permintaan ini, beliau Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda, yang artinya:
sesungguhnya Allah-lah yang menentukan pergerakan harga, Yang menyempitkan rezeki dan
Yang melapangkannya. Sedangkan aku berharap untuk menghadap kepada Allah dan tidak
seorangpun yang menuntutku dengan satu kezhaliman, baik dalam urusan jiwa (darah) atau
harta kekayaan. (HR. Abu Dawud, no 3453, Tirmidzi, no. 1314 dan dinyatakan shahih oleh
syaikh al-Albani dalam kitab Misykatul Mashabih, no. 2894).