Anda di halaman 1dari 7

Tugas ini disusun untuk memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester Ganjil

Ekonomi dan Keuangan Islam Lanjutan


Dosen Pengampu:
Al-Ustadz Mohammad Zen Nasrudin Fajri, S.H.I., M.Ec.

Disusun oleh:
Syaidatul Sa’diah
402019418115

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
1443 H/2022 M
Ekonomi dan Keuangan Islam Lanjutan

Soal:
1. Gambarlah skema pembiayaan murabahah pada Bank Syariah dan skema Sukuk
Murabahah sekaligus penjelasannya!
2. Komestik Halal merupakan salah satu sektor penting dalam Ekonomi Islam
mengingat jumlah muslimah yang besar. Jelaskan perkembangan pasar
komestik halal di Indonesia serta tantangan yang dihadapi dalam
pengembangan nya!
3. Buatlah perbandingan antara pembiayaan rumah menggunakan akad ijarah
muntahiyah bittamlik dan musyarakah mutanaqisah!

Jawaban:

1. Skema Pembiayaan Murabahah Pada Perbankan Syariah

Sumber: Hamdi & Hastri (2019)1

1
Hamdi Agustin and Hastri Febria, “Analisis Perbedaan Pembiayaan Murabahah Bank
Syariah Mandiri Dan Bmt ‘X’ Di Pekanbaru,” Jurnal Tabarru’: Islamic Banking and Finance Vol.
2, No. 1 (2019), p. 53.
Dari skema diatas menjelaskan bahwa:
1) Nasabah mengajukan permohonan atau negoisasi, dilanjutkan dengan
perjanjian serta melengkapi persyaratan pembelian suatu barang atau asset
kepada bank syariah.
2) Apabila permohonan yang diajukan nasabah diterima oleh bank syariah, maka
bank harus membeli dahulu barang atau asset yang dipesan kepada pedagang.
Adapun bank membeli barang keperluan nasabah atas nama bank tersebut, serta
pembelian harus sah dan terbebas dari riba. Bank harus memberikan informasi
secara transparan dan jujur terkait harga pokok barang kepada nasabah. Bank
memberikan kuasa pembelian barang kepada nasabah untuk membeli barang
yang dibutuhkannya. Dengan demikian, akad murabahah dapat dilakukan
setelah barang secara prinsip telah menjadi milik bank.
3) Bank menjual barang kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual sebesar
harga beli ditambah dengan margin. Nasabah diharuskan membeli barang atau
asset sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya, karena hukum
perjanjian tersebut bersifat mengikat dan kedua pihak harus membuat kontrak
jual beli.
4) Agar terhindar dari penyalahgunaan ataupun kerusakan atas akad/perjanjian,
maka pihak bank dapat mengadakan sebuah perjanjian khusus dengan nasabah.
5) Langkah terakhir yaitu nasabah membayar harga barang yang telah disepakati
pada jangka waktu yang telah disepakati. Pada transaksi jual beli, bank
diperbolehkan meminta nasabahnya untuk menyiapkan jaminan ataupun
membayar uang muka ketika menandatangani kesepakatan awal pemesanan.
Apabila nasabah menolak membeli barang tersebut, maka biaya riil bank harus
dibayar dari uang muka tersebut. Namun apabila nilai uang muka kurang dari
kerugian yang harus ditanggung oleh bank, bank dapat meminta kembali sisa
kerugiannya kepada nasabah. Adapun nasabah dapat menjual kembali barang
tersebut dengan keuntungan atau kerugian, serta tetap wajib untuk
menyelesaikan utangnya terhadap bank.
Skema Sukuk Murabahah Pada Perbankan Syariah

Sumber: Angrum, et al (2017)2

Dari skema Sukuk Murabahah diatas dapat dijelaskan bahwa:

1) Terdapat kesepakatan antara originator atau pembeli dengan SPV.


2) SPV atau wali amanat menerbitkan serta menjual sukuk murabahah kepada
investor.
3) Investor menyerahkan uang atau pembayaran kepada SPV atas nilai sukuk
murabahah yang diterbitkan.
4) SPV melakukan pembelian barang oleh pembeli dengan membayar tunai
sesuai harga barang.
5) Penjual komoditi memberikan barang kepada SPV.
6) SPV menyerahkan komoditi kepada originator atau pembeli dengan
menggunakan akad murabahah
7) Originator atau pembeli melakukan pembayaran secara cicilan.
8) SPV membayarkan sewa kepada investor berdasarkan kesepakatan.
9) Sertifikat sukuk yang ada di investor ditebus kembali oleh SPV.

2
Angrum Pratiwi, Dedy Mainata dan Rizky Suci “Peran Sukuk Negara Dalam Pembiayaan
Infrastruktur,” Al-Tijary: Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Islam Vol. 2, No. 2 (2017), p. 161.
2. - Perkembangan Kosmetik Halal di Indonesia:
Komestik halal merupakan komestik yang tidak mengandung unsur
babi serta komposisi tidak berbahaya bagi tubuh seperti halnya merkuri dan
hidroquinon.3 Brand komestik berdiri sejak tahun 1995. Wardah merupakan
brand kosmetik pertama yang mengenalkan tentang komestik halal. Pada
tahun 2018, kosmetik halal ini mulai menjamur hampir ke seluruh pelosok
negeri. Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) sebagai
penyelenggara jaminan produk halal mendukung upaya pengembangan
produk kosmetik halal di Indonesia, sebagaimana ditegaskan dengan
keluarnya aturan produk yang diharuskan memiliki sertifikat halal sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 terkait jaminan produk
halal. Dengan adanya aturan produk kosmetik yang wajib memiliki
sertifikat halal maka diharapkan produk kosmetik halal ini dapat bersaing
baik di pasar lokal maupun internasional. Lebih lanjut, kini telah berdiri
lembaga pelatihan dan edukasi bidang halal yaitu Indonesia Halal Trainning
and Education Center (IHATEC) yang bertujuan untuk memberikan
pelatihan kepada pelaku bisnis kosmetik halal terkait pengajuan sertifikat
halal.4
- Tantangan Kosmetik Halal di Indonesia:
Menurut Kementrian Perindustrian, nilai impor kosmetik negara
Indonesia sebesar US$ 803.58 juta pada tahun 2019, sementara nilai
ekspornya sebesar US$ 506.65.5 Banyak dari konsumen Indonesia yang
cenderung memilih kosmetik impor dibandingkan kosmetik lokal, yang
notabennya high-end brand agar terkesan mengikuti trend serta memuaskan
lingkungannya. Hal tersebut menjadi tantangan bagi keberlangsungan
kosmetik halal di Indonesia. Selain itu, literasi masyarakat akan konsep

3
Agnesya Balques, Bustanul Arifin Noer dan Varah Nuzulfah, “Analisis Sikap, Norma
Subjektif, Dan Niat Beli Produk Kosmetik Halal Pada Konsumen Muslimah Di Surabaya,” Jurnal
Sains Dan Seni ITS Vol. 6, No. 2 (2017), p. 240.
4
IHATEC, “Perkembangan Kosmetik Halal Di Indonesia,” at [07.30a.m]
https://ihatec.com/perkembangan-kosmetik-halal-di-indonesia/, viewed on 24 Juli 2022.
5
Monavia Ayu Rizaty, “Pertumbuhan Pasar Kosmetik Global Terkontraksi 8% Pada
2020,” at [08.00a.m] https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/08/05/pertumbuhan-pasar-
kosmetik-global-terkontraksi-8-pada-2020, viewed on 24 Juli 2022.
halal yang masih cenderung minim mengakibatkan masyarakat kurang
memperhatikan labelisasi halal pada kosmetik yang digunakan.6

3.
Perbandingan Pembiayaan Rumah menggunakan akad Ijarah
Muntahiyah Bittamlik dan Musyarakah Mutanaqisah
Aspek Akad Ijarah Akad Musyarakah
Muntahiyah Bittamlik Mutanaqisah
Karakteristik akad Sewa dan jual beli Kerjasama Modal dan
Sewa
Angsuran dan biaya Pembayaran dengan Modal minimal yang
metode yang efektif.
lainnya wajib diberikan nasabah
Harga rumah + ujrah.
Pembiayaan berdasarkan 20% dan maksimal
taksiran harga aset
modal yang diberikan
nasabah.
bank 80%. Setelah akad
terjadi, maka nasabah
mengangsur kepada bank
ditambah dengan biaya
sewa rumah selama
pembiayaan.7
Kepemilikan asset Milik nasabah pada akhir LKS dan nasabah sama-
pembayaran atau terjadi
sama memiliki hak atas
pelunasan lebih awal.8
aset yang menjadi objek
perjanjian.
Skema dan prosedur Pihak LKS akan Pihak LKS dan nasabah
membeli aset nasabah
pembiayaan memuat persyaratan
kemudian aset tersebut
akan disewa sekaligus penyertaan modal, sewa

6
Sitti Saleha Madjid, “Analisis Peluang, Tantangan Dan Strategi Industri Halal Di
Indonesia (Pada Masa Pandemi Covid-19),” JURNAL PILAR: Jurnal Kajian Islam Kontemporer
Vol. 13, No. 1 (2022), p. 31.
7
Putri Kamilatur Rohmi, “Implementasi Akad Musyarakah Mutanaqishah Pada
Pembiayaan Kepemilikan Rumah Di Bank Muamalat Lumajang,” Iqtishoduna: Jurnal Ekonomi
Islam Vol. 5, No. 1 (2015), p. 35.
8
Iwan Mulyana, “Praktek Pembiayaan KPR Dengan Akad Ijarah Muntahiya Bittamlik
(IMBT) Mandiri Cabang Bandung: Tantangan Dan Solusinya,” Banking and Management Review
Vol. 10, No. 2 (2021), p. 1488.
dijual kembali kepada menyewa dan pengikat
nasabah.9
jaminan berupa barang
yang diperjualbelikan
ditambah dengan
jaminan tambahan
lainnya berupa
pembayaran sewa yang
dibagi berdasarkan
proporsi kepemilikan
antara LKS dengan
nasabah.10

9
Afit Kurniawan and Nur Inayah, “Tinjauan Kepemilikan Dalam Kpr Syariah: Antara
Murabahah, Ijarah Muntahiyyah Bittamlik, Dan Musyarakah Mutanaqisah,” Equilibrium: Jurnal
Ekonomi Syariah Vol. 1, No. 2 (2013), p. 296.
10
‘Ainul Imronah, “Musyarakah Mutanaqisah,” Jurnal Al-Intaj Vol. 4, No. 1 (2018), p. 47.

Anda mungkin juga menyukai