1. Jelaskan Pelaksanaan Pembiayaan dengan akad mudharabah pada Perbankan Syari’ah di
Indonesia! Jawaban : Aksentasi mudharabah sebagai sebuah sistem adalah bahwa mudharabah menjadi sebuah pedoman umum bagi bank dalam melakukan berbagai transaksi produk perbankan yang tersedia, karena dengan sistem ini bank akan membagi keuntungan dengan para pengguna jasanya dan investornya. Adapun mudharabah sebagai sebuah produk diterapkan dalam sebuah jenis-jenis pelayanan yang disediakan oleh bank untuk para nasabahnya. Kriteria tentang perhitungan bagi hasil mudharabah berdasarkan PSAK No. 59 yaitu pembagian hasil usaha Mudharabah dilakukan berdasarkan prinsip bagi hasil ( revenue sharing) atau bagi hasil ( profit sharing). Dalam praktiknya Bank Syariah menggunakan sistem bagi hasil berdasarkan revenue sharing, yaitu perhitungan bagi hasil yang didasarkan pada pendapatan operasional bank untuk mendapatkan pendapatan tersebut. Bagi hasil yang didapat oleh pemilik dana lebih besar dibandingkan kalau bank menggunakan sistem profit sharing. Berdasarkan asumsi bahwa para nasabah belum terbiasa menerima kondisi hasil dan berbagairesiko, maka sebagian bank syariah di Indonesia saat ini menempuh pola pendistribusian pendapatan (revenue sharing), disamping untuk menerapkan profit sharing bank harus secara terperinci memaparkan biaya-biaya operasional yang dibebankan pada pemilik dana. 2. Bank syari’ah membeli barang yang diperlukan nasabah kemudian menjualnya pada nasabah dengan ditambah margin yang disepakati. Jelaskan Pelaksanaan Pembiayaan dengan akad murābahah pada Perbankan Syari’ah di Indonesia. Jawaban : Bank syariah mengikatkan diri yang berimplikasi adanya hak dan kewajiban, itulah akad. Di bank syariah ada beberapa jenis akad yang menjadi dasar perjanjian dengan nasabah. Salah satunya murabahah atau pembiayaan bank dengan akad jual beli. Akad ini biasa digunakan untuk mendapatkan pembiayaan dari bank syariah guna membeli barang (rumah, kendaraan atau kebutuhan lainnya). Nasabah datang ke Bank mengajukan permohonan pembiayaan sebuah barang. Kemudian, Bank membelikan barang tersebut dan kemudian menjualnya kepada nasabah dengan margin keuntungan. Jadi nasabah membeli barang tersebut dengan harga pokok plus keuntungan bank yang telah disepakati bersama. Kemudian nasabah mencicil pembelian itu sesuai waktu yang telah disepakati. Berapa persen margin yang dikenakan bank bergantung pada masing-masing Bank. Mereka telah memasukkan unsur biaya, risiko, dan lain-lain. 3. Budi adalah pemilik sebuah rumah yang dijual kepada Chandra seharga Rp. 79.000.000,- (tujuh puluh sembilan juta rupiah), dengan perjanjian selama 2 (dua) tahun Chandra akan menjual kembali kepada Budi dengan harga yang sama. Pada tahun pertama, Budi melaporkan kehilangan Sertifikat Kepemilikan Rumah, dan dengan surat tersebut ia membuat sertifikat baru untuk rumah yang sama. Bagaimana Penyelesaiannyad alam konteks jual-beli al-Wafā. Jawaban : Penyelesaian dari kasus ini adalah si pembeli meminta penjual rumah mengembalikan uang atau jika dilihat dari perjanjian diatas penjual membeli Kembali rumah yg telah ia jual dengan harga yang sama. Karena dalam konteks akad Bai' al-wafa' sendiri sistem jual beli yang dilakukan mirip seperti gadai. Jadi si pembeli berhak mendapatkan Kembali uangnya dengan mengembalikan rumah yang telah “digadai”.