Anda di halaman 1dari 2

Nama : Ikhda Muhtada

NIM : 1917201289

UTS AKAD MUAMALAH KONTEMPORER

1. Jelaskan Pelaksanaan Pembiayaan dengan akad mudharabah pada Perbankan Syari’ah di


Indonesia! Jawaban : Aksentasi mudharabah sebagai sebuah sistem adalah bahwa
mudharabah menjadi sebuah pedoman umum bagi bank dalam melakukan berbagai transaksi
produk perbankan yang tersedia, karena dengan sistem ini bank akan membagi keuntungan
dengan para pengguna jasanya dan investornya. Adapun mudharabah sebagai sebuah produk
diterapkan dalam sebuah jenis-jenis pelayanan yang disediakan oleh bank untuk para
nasabahnya. Kriteria tentang perhitungan bagi hasil mudharabah berdasarkan PSAK No. 59
yaitu pembagian hasil usaha Mudharabah dilakukan berdasarkan prinsip bagi hasil ( revenue
sharing) atau bagi hasil ( profit sharing). Dalam praktiknya Bank Syariah menggunakan
sistem bagi hasil berdasarkan revenue sharing, yaitu perhitungan bagi hasil yang didasarkan
pada pendapatan operasional bank untuk mendapatkan pendapatan tersebut. Bagi hasil yang
didapat oleh pemilik dana lebih besar dibandingkan kalau bank menggunakan sistem profit
sharing. Berdasarkan asumsi bahwa para nasabah belum terbiasa menerima kondisi hasil dan
berbagairesiko, maka sebagian bank syariah di Indonesia saat ini menempuh pola
pendistribusian pendapatan (revenue sharing), disamping untuk menerapkan profit sharing
bank harus secara terperinci memaparkan biaya-biaya operasional yang dibebankan pada
pemilik dana.
2. Bank syari’ah membeli barang yang diperlukan nasabah kemudian menjualnya pada nasabah
dengan ditambah margin yang disepakati. Jelaskan Pelaksanaan Pembiayaan dengan akad
murābahah pada Perbankan Syari’ah di Indonesia. Jawaban : Bank syariah mengikatkan diri
yang berimplikasi adanya hak dan kewajiban, itulah akad. Di bank syariah ada beberapa jenis
akad yang menjadi dasar perjanjian dengan nasabah. Salah satunya murabahah atau
pembiayaan bank dengan akad jual beli. Akad ini biasa digunakan untuk mendapatkan
pembiayaan dari bank syariah guna membeli barang (rumah, kendaraan atau kebutuhan
lainnya). Nasabah datang ke Bank mengajukan permohonan pembiayaan sebuah barang.
Kemudian, Bank membelikan barang tersebut dan kemudian menjualnya kepada nasabah
dengan margin keuntungan. Jadi nasabah membeli barang tersebut dengan harga pokok plus
keuntungan bank yang telah disepakati bersama. Kemudian nasabah mencicil pembelian itu
sesuai waktu yang telah disepakati. Berapa persen margin yang dikenakan bank bergantung
pada masing-masing Bank. Mereka telah memasukkan unsur biaya, risiko, dan lain-lain.
3. Budi adalah pemilik sebuah rumah yang dijual kepada Chandra seharga Rp. 79.000.000,-
(tujuh puluh sembilan juta rupiah), dengan perjanjian selama 2 (dua) tahun Chandra akan
menjual kembali kepada Budi dengan harga yang sama. Pada tahun pertama, Budi
melaporkan kehilangan Sertifikat Kepemilikan Rumah, dan dengan surat tersebut ia
membuat sertifikat baru untuk rumah yang sama. Bagaimana Penyelesaiannyad alam konteks
jual-beli al-Wafā. Jawaban : Penyelesaian dari kasus ini adalah si pembeli meminta penjual
rumah mengembalikan uang atau jika dilihat dari perjanjian diatas penjual membeli Kembali
rumah yg telah ia jual dengan harga yang sama. Karena dalam konteks akad Bai' al-wafa'
sendiri sistem jual beli yang dilakukan mirip seperti gadai. Jadi si pembeli berhak
mendapatkan Kembali uangnya dengan mengembalikan rumah yang telah “digadai”.

Anda mungkin juga menyukai