NIM : 030117854
Semester : VI (enam)
Akad murabahah adalah suatu bentuk jual beli di mana penjual memberi tahu kepada
pembeli tentang harga pokok (modal) barang dan pembeli membelinya berdasarkan harga
pokok tersebut kemudian memberikan margin keuntungan kepada penjual sesuai dengan
kesepakatan beserta dengan syarat – syarat tertentu. Tentang “keuntungan yang disepakati”,
penjual harus memberi tahu pembeli tentang harga pembelian barang dan menyatakan jumlah
keuntungan yang ditambahkan pada biaya tersebut.
1. Kepastian pembeli, dimana bank syariah tidak akan membeli suatu barang
Kekurangan:
2. Margin fix.
Keuntungan murabahah sifatnya fix (certainty)atau tetap, jika sudah disepakati tidak dapat
berubah. Berbeda dengan bagi hasil yang sifatnya tidak tetap(uncertainty), berubah-rubah
menyesuaikan hasil usaha.
Transaksi yang sering dilakukan dalam akad Murabahah yaitu jual beli kendaraan bermotor
dan perumahan.
1. Bank-bank syariah, termasuk BPR Syariah harus membentuk divisi atau bidang
penyelamatan dan penyelesaian pembiayaan bermasalah.
2. Bank-bank syariah harus meningkatkan kompetensi SDM agar bisa mengatasi pembiayaan
bermasalah dan mampu melakukan restrukturisasi pembiayaan secara syariah.
3. Bank syariah harus terus memperketat standar underwriting dan secara proaktif memonitor
nasabah dalam sektor industri yang terkena dampak perlambatan ekonomi secara umum.
4. Perbankan syariah harus membuat kebijakan yang ihtiyath, (hati-hati), sesuai dengan
prinsip prudential dalam pemberian pembiayaan, tidak boleh didesak oleh pengejaran target
atau pengaruh lain-lain.
6. Bank syariah bisa menyelesaikan masalah pembiayaan yang diragukan dengan mendatangi
langsung nasabah yang bersangkutan, dalam hal ini pihak nasabah dan bank bisa melakukan
perjanjian tertulis dimana nasabah akan melunasi tunggakan kepada bank pada waktu yang
telah ditentukan.
Fatwa DSN no : 23/DSN - MUI / III /2002 tentang potongan pelunasan dalam murabahah.
Ketentuan ini adalah :
1. Jika nasabah melakukan pelunasan tepat waktu / lebih cepat dari waktu yang telah
disepakati , LKS boleh memberikan potongan dari kewajiban pembayaran tersebut, dengan
syarat tidak diperjanjikan dalam akad.
Keuntungan/Margin
Keuntungan diakui saat seluruh piutang murabahah dapat tertagih. Cara ini dipakai jika
resiko penagihan piutang murabahah cukup besar.
Contoh : BMT Berkah menjual sepeda motor kepada tuan Agus dengan harga jual Rp 10 juta
secara tangguh selama 12 bulan. Diketahui harga perolehan Rp 8 juta dan margin Rp 2 juta.
Pembayaran dilakukan secara tempoan selama 2 kali. Karena dinilai memiliki resiko cukup
besar, keuntungan diakui saat pelunasan
Kerugian Piutang
Pada saat akad murabahah piutang diakui sebesar biaya perolehan ditambah dengan
keuntungan yang disepakati. Pada akhir periode laporan keuangan, piutang murabahah dinilai
sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi sama dengan akuntansi konvensional, Yaitu: saldo
piutang – penyisihan kerugian piutang. Jurnal untuk penyisihan piutang tak tertagih:
Salah satu contoh permasalahnya yang sering terjadi di dalam akad murabahah adalah
penyelesaian piutang murabahah bagi nasabah gagal bayar, Jika salah satu pihak tidak
menunaikan kewajibannya atau terjadi perselisihan di antara pihak-pihak terkait,
penyelesaiannya dilakukan lewat Badan Arbitrase Syariah Nasional setelah tidak tercapai
kesepakatan melalui musyawarah.
Apabila pembeli tidak dapat membayar utang sesuai dengan waktu yang di tetapkan, penjual
tidak diperbolehkan mengenakan denda atas keterlambatan pd pembeli karena kelebihan
pembayaran atas suatu utang sama dengan riba, pengecualian berlaku, apabila pembeli
tersebut tidak membayar bukan karena mengalami kesulitan keuangan tapi karena lalai.