Anda di halaman 1dari 5

Nama : Khofifah Aini

Nim : 030117854

Mata Kuliah : Akuntansi Syariah

“Akad Istishna”

Pengertian dan penjelasan isthisna

Akad istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati anatara pemesan
(pembeli/mustashi’) dan penjual (pembuat/shani’). Shani’ akan menyiapkan barang yang
dipesan sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati di mana ia dapat menyiapkan
sendiri atau melalui pihak lain (istishna’ paralel).

Dalam PSAK 104 par 8 dijelaskan barang pesanan haru memenuhi kriteria :

a. Memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati

b. Sesuai spesifikasi pemesanan, bukan produk massal, dan

c. Harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi jenis, spesifikasi


teknis, kualitas, dan kuantitas.

Hak pembeli memperoleh jaminan dari produsen/penjual:

1. Jumlah yang telah dibayarkan

2. Penyerahan barang pesanan sesuai dengan spesifikasi dan waktu

Peraturan tentang istishan diatur dalam :

1. FatwaDSN MUI No. 06/DSN-MUI/IV/2000 Tentang jual beli istishna


2. PSAK nomor 104

3. PBI No 7/6/PBI/2005

Alur transaksi pada akad istishna:

 Pertama, nasabah memesan barang yang dikehendaki dan melakukan negosiasi


kesepakatan anatara penjual dengan pembeli terkait transaksi istishna’ yang akan
dilaksanakan.
 Kedua, pada transaksi istishna setelah akad disepakati, penjual (bank syariah) tidak
membayar sendiri barang istishna’, setelah meyepakati kontrak istishna’ dan
menerima dana dari nasabah istishna’, selanjutnya secara terpisah membuat akad
ishtishna’ dengan produsen barang istishna’.
 Ketiga, setelah menyepakati transaksi istishna’ dalam jangka waktu tertentu, pemasok
kemudian mulai melakukan pengerjaan barang yang dipesan.
 Keempat, selama mengerjakan barang yang dipesan, pemasok melakukan tagihan
kepada bank syariah senilai tingkat penyelesaian barang pesanan.
 Kelima, bank syariah melakukan pembayaran kepada pembuat barang sebesar nilai
yang ditagihkan.
 Keenam, bank syariah melakukan tagihan kepada nasabah pembeli berdasarkan
tingkat penyelesaian barang.
 Ketujuh, pemasok menyerahkan barang kepada nasabah pembeli.
 Kedelapan, pemaso mengirimkan bukti pengiriman barang kepada bank syariah.
 Kesembilan, nasabah melunasi pembayaran barang istishna’ sesuai dengan akad yang
telah disepakati.

Mekanisme pembayaran akad istihna

Wiroso (2005: 168-187) menjelaskan bahwa sesuai dengan pengertian istishna’, maka
mekanisme pembayaran transaksi istishna’ yang disepakati dapat dalam akad dapat
dilakukan dengan tiga cara; yaitu:

1. Pembayaran Dimuka Secara Keseluruhan


Proses pembayaran ini dilakukan dengan cara keseluruhan harga barang pada saat akad
sebelum aktivita istishna’ yang dipesan pada pembelian akhir. Cara pembayaran seperti ini
sama dengan pembayaran dalam transaksi salam.

2. Pembayaran Secara Angsuran Selama Proses Pembuatan

Proses pembayaran dilakukan oleh pemesan secara bertahap atau secara angsuran selama
proses pembuatan barang. Cara pembayaran memungkinkan adanya pembayaran dalam
beberapa termin sesuai dengan perkembanga proses pembuatan aktiva istishna’.

3. Pembayaran Setelah Penyelesaian Barang

Prosese pembayaran dilakukan oleh pemesan kepada lembaga keuangan syaria’ah setelah
aktiva istishna’ yang dipesan diserahkan kepada pembeli akhir, baik pembayaran secara
keseluruhan maupun pembayaran secara angsuran. Cara pembayaran istishna’ seperti ini
sama dengan cara pembayaran transaksi murabahah.

Praktek akad istishna dalam kehidupan sehari - hari

Akad istishna sering diterapkan pada produk-produk yang sifatnya untuk konstruksi
seperti bahan bangunan atau furnitur. Sementara akad salam lebih sering digunakan untuk
produk-produk seperti buah-buahan dan sebagainya. Mengapa berbeda? Karena pada produk
buah-buahan, contoh buah tersebut sudah pernah ada.

Hanya Karena Perlu Terbatas Maka Perlu Diperlukan. Tambahan penjual tidak perlu
dibuatkan terlebih dahulu sampai sesuai dengan spesifikasi yang dibeli pembeli pada buah
yang memiliki jumlah sama.

Tambahan penjual tidak perlu dibuatkan terlebih dahulu sampai sesuai dengan spesifikasi
yang dibeli pembeli pada buah yang memiliki jumlah sama.

Penjual yang mewakili petani hanya perlu menanamkan bibit tanaman yang diminta
kemudian diinformasikan sampai tanaman tersebut menumbuhkan buah yang kemudian akan
diberikan kepada pembeli. Lain halnya DENGAN barang-barang seperti furnitur Yang mana
pembeli Perlu memberikan Beroperasi Spesifik barang furniture Yang Dibutuhkan.
Misal, jika ia meminta lemari maka pembeli harus memberikan penjelasan tentang jumlah
pintu lemari, ada kaca atau enggak dan sebagainya. Setelah spesifikasi disetujui maka
pembeli dapat mengirimkan uangnya langsung, dikembalikan setelah barangnya selesai atau
dengan cara dicicil.

Implementasi akad istishna di Bank syariah

Akad istishna di bank syariah sekarang dipake buat produk produk KPR Syariah soalnya
akad istishna cocok untuk bidang property dan industry dimana mereka banyak memerlukan
gedung atau mesin yang perlu dibuat sesuai sepsifikasi, kebutuhan dan keinginan nasabah.

Contoh sederhananya:

Gilang pengen rumah dengan spesifikasi bergaya klasik modern, didepan rumah ada taman
dengan tanaman tropis dan dibelakang rumah ada kolam renang dengan bentu bulat.

Masalahnya Gilang kekurangan uang, maka itu Gilang memerlukan pinjaman Bank. Bank
memberikan skema produk dengan akad istishna, bank akan memenuhi permintaan Gilang
dengan terlebih dahulu menyepakati ketentuan, kesepakatan margin dan waktu angsurannya
bersama Gilang.

Setelah itu bank akan menghubungi kontraktor untuk membuat rumah sesuai dengan pesanan
Gilang. Kontraktornya bisa dari bank atau sesuai kesepakatan.

Setelah itu Gilang mengangsur sesuai waktu dan margin yang telah disepakati.

Cara BI mendorong bank syariah untuk memaksimalkan akad ishtisna

Salah satunya, memaksimalkan akad istishna (jual beli dengan cara pesanan) dalam
penyaluran pembiayaan kepemilikan rumah (KPR). Akad ini memiliki keunggulan, yakni
membolehkan nasabah memiliki rumah, meskipun pendirian bangunan baru 5%. Bangunan
tersebut juga harus sesuai kesepakatan antara nasabah, penjualan dan pembuat barang.
Tentang penggunaan akad istishna pada pembiayaan rumah di bank syariah bank masih
kesulitan menerapkan akad ini karena perbedaan pandangan. "Saat ini, pembiayaan rumah
melalui akad istishna baru 1% terhadap total pembiayaan bank. Dalam akad ini penyertaan
kepemilikan rumah pada saat awal oleh bank ditetapkan paling tinggi 80% dari nilai rumah.
Jadi, nasabah harus melakukan penyertaan kepemilikan 20% dari nilai rumah.

Pencatatan jika ada keuntungan dalam akad istishna

Ada 2 metode pencatatan dalam mencatat keuntungan yaitu metode presentase penyelesaian
dan pembayaran secara tunai dan presentase penyelesaian dan pembayaran secara tangguh.

1. Metode persentase penyelesaian dan pembayaran secara tunai

(Dr)Aset istishna dalam penyelesaian

(Dr) Beban istishna

(Cr) pendapatan istishna

2. Metode persentase penyelesajan dan pembayaran secara tangguh

-jurnal pengakuan margin keuntungan pembuatan barang:

(Dr) aset istishna dalam penyelesaian

(Dr) beban istishna

(Cr) pendapatan istishna

-jurnal pengakuan pendapatan selisih antara nilai akad Dan nilai tunai pada saat
pendandatangan akad:

(Dr) piutang istishna

(Cr) pendapatan istishna

(Dr) pendapatan istishna tangguh

(Cr) pendapatan akad istishna

(Dr) piutang usaha

(Cr) kas

Anda mungkin juga menyukai