1) Bank dan nasabah melakukan akad pembiayaan jual beli atas suatu barang, dalam akad ini bank bertindak
sebagai penjual dan nasabah berlaku sebagai pembeli.
2) Bank melakukan pembelian barang yang diinginkan nasabah dari supplier/ penjual dan dibayar secara tunai.
3) Barang yang telah dibeli bank dikirim oleh supplier kepada nasabah.
4) Nasabah menerima barang yang dibeli.
5) Atas barang yang dibelinya, nasabah membayar kewajiban kepada bank dengan waktu yang telah disepakati
Jual beli akad salam
Akad salam, yakni pembiayaan jual beli dimana barang yang diperjual belikan belum ada.
Pembayaran dilakukan didepan atau secara lunas. Namun penyerahan barang oleh nasabah
dilakukan secara tangguh karena memerlukan waktu untuk proses pengadaannya.
Lazimnya, setelah barang tersebut diserahkan kepada bank maka bank akan menjualnya
kepada pembeli yang telah memesan sebelumnya. Praktik ini disebut salam paralel karena
melibatkan pemesan dan bank, serta bank dan pelaksana yang bertanggung jawab atas
realisasi pesanan tersebut.
Contoh pengaplikasian
Contoh Aplikasi:
Biasa dipraktekkan bagi pembiayaan produk pertanian. Sebagai contoh seorang pedagang besar sembako (nasabah 2)
melakukan pemesanan 1000 ton beras yang tipe, kualitas, kuantitas dan harganya sudah ditentukan kepada
seorang petani (nasabah 1). Karena petani (nasabah 1) tersebut tidak memiliki modal kerja , maka bank akan membiayai modal
kerja petani.
(nasabah 1) Petani menerima dana di awal akad dari bank yang akan digunakan untuk kebutuhan pengadaan sarana produksi
maupun kebutuhan proses penanaman hingga panen. Setelah panen, hasil beras sesuai spesifikasi yang diminta akan diserahkan
kepada bank. Selanjutnya bank akan menjual kepada pemesannya yaitu si pedagang besar (nasabah 2) dan bank akan menerima
pembayaran
sebagai sumber pelunasan pembayaran.
Penjelasan skema akad salam
Istishna, yakni pembiayaan jual beli yang polanya sama dengan pembiayaan salam, namun berbeda dalam pola pembayarannya. Bila
salam pembayarannya dilakukan didepan akad, maka pembayaran dalam istishna dapat dilakukan secara bertahap sesuai kesepakatan,
bisa dilakukan diawal, ditengah atau di akhir.
Contoh Aplikasi:
Biasa dipraktikkan dalam pembiayaan manufaktur atau pembiayaan kontruksi. Seperti pembuatan ruko.
Misal: pak Badu ingin membangun ruko diatas tanah yang dimilikinya maka, pak Badu melakukan pembiayaan konstruksi konsumtif
pada akad istishna dengan Bank Syariah. Bank Syariah akan menetapkan harga jual ruko yang akad dibangun kepada pak Badu dan
pak Badu akan mencicil sampai lunas berdasarkan kesepakatan. Kemudian Bank Syariah akan menunjuk kontraktor yang akan
membangun ruko tersebut dan membayar kontraktor sesuai dengan termin pembayaran yang disepakati sampai bangunan selesai.
Penejelasan skema istishna