MAKALAH
DOSEN PEMBIMBING:
Disusun oleh:
MENGANTI – GRESIK
2019
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Istishna’
Berasal dari kata ( ﺻﻧﻊshana’a) yang artinya membuat kemudian
ditambah huruf alif, sin dan ta’ menjadi ( ﺍ ﺴﺗﺻﻧﻊistashna’a) yang berarti
meminta dibuatkan sesuatu.
Istishna’ atau pemesanan secara bahasa artinya meminta di
buatkan. Menurut terminologi ilmu Fiqih artinya perjanjian terhadap
barang jualan yang berada dalam kepemilikan penjual dengan syarat di
buatkan oleh penjual, atau meminta di buatkan secara khusus sementara
bahan bakunya dari pihak penjual.
Istishna’ adalah akad jual beli atas dasar pesanan antar nasabah dan
bank dengan spesifikasi tertentu yang diminta oleh nasabah. Bank akan
meminta produsen untuk membuatkan barang pesanan sesuai dengan
permintaan nasabah. Setelah selesai nasabah akan membeli barang
tersebut dari bank dengan harga yang telah disepakati bersama.
Dalam fatwa DSN MUI akad istishna’ adalah akad jual beli dalam
bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan
persyaratan tertentu yang disepakati antar pemesan (pembeli, mustashni’)
dan penjual (pembuat, shani’).
Akad istishna' juga identik dengan akad ijarah, ketika bahan baku
untuk produksi berasal dari pemesan, sehingga produsen (shani') hanya
memberikan jasa pembuatan, dan ini identik dengan akad ijarah. Berbeda
ketika jasa pembuatan dan bahan bakunya dari produsen (shani'), maka ini
dinamakan dengan akad istishna'.
Karakteristik Istishna’ antara lain:
1. Berdasarkan akad istishna', pembeli menugaskan penjual untuk
menyediakan barang pesanan (mashnu') sesuai spesifikasi yang
1
disyaratkan untuk diserahkan kepada pembeli, dengan cara
pembayaran dimuka atau tangguh.
2. Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan
penjual di awal akad. Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat
berubah selama jangka waktu akad.
Barang pesanan harus memenuhi kriteria:
a. Memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati
b. Sesuai dengan spesifikasi pemesan (customized) bukan
produk massal
c. Harus diketahui karakteristiknya secara umum yang
meliputi jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya
Barang pesanan harus sesuai dengan karakteristik yang telah
disepakati antara pembeli dan penjual. Jika barang pesanan yang
dikirimkan salah atau cacat maka penjual harus bertanggung jawab atas
kelalaiannya.
1. Akad istihna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesan dan
pembuat barang tertentu dengan kriteria atau persyaratan tertentu
yang disepakati antara pemesan (pembeli/mustashni’) dan penjual
(pembuat/shani’).
2. Istishna’ pararel adalah suatu bentuk akad istisna’ antara penjual
dan pemesan, dimana untuk memenuhi kewajibannya kepada
pemesan, penjual melakukan akad istishna’ dengan pihak lain
(subkontraktor) yang dapat memenuhi asset yang dipesan pemesan.
2
penjual dan pemesan harus terpisah dan penjual tidak boleh mengakui
adanya keuntungan selama kontruksi.
C. Hukum Istishna’
Menurut mazhab hanafi, istishna hukumnya boleh karena hal itu
telah dilakukan oleh masyarakat muslim tanpa ada ulama yang
mengingkarinya.
3
2. Metode akad selesai
Sistem pengakuan pendapatan yang dilakukan ketika proses
pekerjaan telah diselesaikan. Pendapatan diakui berdasarkan
persentase akad yang telah diselesaikan, biasanya menggunakan
dasar persentase pengeluaran biaya dibandingkan dengan total
biaya, kemudian persentase tersebut dikalikan dengan nilai akad.
Ketentuan Pembayaran
Ketentuan Barang
E. Syarat Istishna’
1. Ridha dua belah pihak dan tidak ingkar janji
4
2. Pihak yang berakad cakap hukum dan mempunyai kekeuasaan untuk
melakukan jual beli
3. Pihak yang membuat menyatakan kesanggupan untuk membuat
barang itu
4. Mashnu (barang) mempunyai criteria yang jelas seperti jenis,ukuran,
mutu, dan jumlahnya
5. Barang tersebut tidak termasuk dalam kategori yang dilarang syara’
atau menimbulkan maksiat
1. Akad kedua antara bank dan sub kontraktor terpisah dari akad
pertama bank dan pembeli akhir
2. Akad kedua dilakukan setelah akad pertama sah
G. Rukun Istishna’
1. Produsen
2. Pemesan/ pembeli barang
3. Jasa yang dipesan
4. Harga
5. Ijab qabul
5
1. Beban umum dan administrasi, beban penjualan, serta biaya riset
dan pengembangan tidak termasuk dalam biaya istishna
2. Biaya pra akad diakui sebagai biaya ditangguhkan dan
diperhitungkan sebagai biaya istishna jika akad yang
ditandatangani, jika akad ditandatangani, maka biaya tersebut
dibebankan pada periode berjalan
3. Biaya istishna yang terjadi selama periode laporan keuangan,
diakui sebagai aktiva istishna dalam penyelesaian pada saat
terjadinya.
Kas xxx
6
Kas xxx
Persediaan xxx
K. Akuntansi Istishna’
Contoh kasus: Untuk membangun sebuah bagunan
Transaksi istishna pertama: antara nasabah dengan bank
Harga bangunan: Rp. 150.000.000
Termin pembayaran: 5 termin sebesar @ 30.000.000
Kas Rp.2 jt
7
Beban praakad yang ditangguhkan Rp. 2 jt
8
5. Saat menerima barang dari pemasok, karena pemasok telah
menyelesaikan 50% pembangunan, dan diakui dengan hutang
Asset istisna dalam penyelesaian Rp. 65 juta
Utang istishna’ Rp. 65 juta
Pembayaran barang kepada pemasok
Utang istishna Rp. 65 juta
Kas Rp. 65 juta
Pengakuan pendapatan istishna’
Asset istishna dalam penyelesaian Rp. 10 juta
Harga pokok istishna Rp. 65 juta
Pendapatan margin istishna Rp. 75 juta
9
dengan pembayaran selama 3 tahun tersebut sebesar 190.000.000, dan
bukan lagi 150.000.000 sebagaimana kasus sebelumnya. Maka jurnalnya
adalah sebagai berikut:
10
Potongan istishna’ Rp. 10 juta
Piutang istishna’ Rp. 63.333.333
Cara 2
Kas Rp. 63.333.333
Piutang Istishna Rp. 63.333.333
Pendapatan istishna tangguh Rp. 13 juta
Kas Rp. 10 juta
Pendapatan istishna’ Rp. 3.333.333
11