Anda di halaman 1dari 12

Akutansi Istishna’

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntasi Bank Syariah

DOSEN PEMBIMBING:

Suwandi Ali Syamsi, S.Pd.

Disusun oleh:

1. Elsa Anugrah (20172900232)


2. M. Fajar R.S (20172900238)
3. Muhammad Aminuddin Bahar S. (20172900242)
4. Diqy Syaifullah S. (20172900263)

PROGRAM STUDY EKONOMI SYARIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-AZHAR

MENGANTI – GRESIK
2019
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Istishna’
Berasal dari kata ‫( ﺻﻧﻊ‬shana’a) yang artinya membuat kemudian
ditambah huruf alif, sin dan ta’ menjadi ‫( ﺍ ﺴﺗﺻﻧﻊ‬istashna’a) yang berarti
meminta dibuatkan sesuatu.
Istishna’ atau pemesanan secara bahasa artinya meminta di
buatkan. Menurut terminologi ilmu Fiqih artinya perjanjian terhadap
barang jualan yang berada dalam kepemilikan penjual dengan syarat di
buatkan oleh penjual, atau meminta di buatkan secara khusus sementara
bahan bakunya dari pihak penjual.
Istishna’ adalah akad jual beli atas dasar pesanan antar nasabah dan
bank dengan spesifikasi tertentu yang diminta oleh nasabah. Bank akan
meminta produsen untuk membuatkan barang pesanan sesuai dengan
permintaan nasabah. Setelah selesai nasabah akan membeli barang
tersebut dari bank dengan harga yang telah disepakati bersama.
Dalam fatwa DSN MUI akad istishna’ adalah akad jual beli dalam
bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan
persyaratan tertentu yang disepakati antar pemesan (pembeli, mustashni’)
dan penjual (pembuat, shani’).
Akad istishna' juga identik dengan akad ijarah, ketika bahan baku
untuk produksi berasal dari pemesan, sehingga produsen (shani') hanya
memberikan jasa pembuatan, dan ini identik dengan akad ijarah. Berbeda
ketika jasa pembuatan dan bahan bakunya dari produsen (shani'), maka ini
dinamakan dengan akad istishna'.
Karakteristik Istishna’ antara lain:
1. Berdasarkan akad istishna', pembeli menugaskan penjual untuk
menyediakan barang pesanan (mashnu') sesuai spesifikasi yang

1
disyaratkan untuk diserahkan kepada pembeli, dengan cara
pembayaran dimuka atau tangguh.
2. Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan
penjual di awal akad. Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat
berubah selama jangka waktu akad.
Barang pesanan harus memenuhi kriteria:
a. Memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati
b. Sesuai dengan spesifikasi pemesan (customized) bukan
produk massal
c. Harus diketahui karakteristiknya secara umum yang
meliputi jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya
Barang pesanan harus sesuai dengan karakteristik yang telah
disepakati antara pembeli dan penjual. Jika barang pesanan yang
dikirimkan salah atau cacat maka penjual harus bertanggung jawab atas
kelalaiannya.

B. Jenis – jenis Istishna’


Menurut jenisnya istihna’ dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :

1. Akad istihna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesan dan
pembuat barang tertentu dengan kriteria atau persyaratan tertentu
yang disepakati antara pemesan (pembeli/mustashni’) dan penjual
(pembuat/shani’).
2. Istishna’ pararel adalah suatu bentuk akad istisna’ antara penjual
dan pemesan, dimana untuk memenuhi kewajibannya kepada
pemesan, penjual melakukan akad istishna’ dengan pihak lain
(subkontraktor) yang dapat memenuhi asset yang dipesan pemesan.

Syarat akad istishna’ pararel , yang pertama (antara penjual dan


pemesan) tidak tergantung pada istishna’, kedua (antara penjual dan
pemasok). Selain itu, akad antara pemesan dan penjual dan akad antara

2
penjual dan pemesan harus terpisah dan penjual tidak boleh mengakui
adanya keuntungan selama kontruksi.

C. Hukum Istishna’
Menurut mazhab hanafi, istishna hukumnya boleh karena hal itu
telah dilakukan oleh masyarakat muslim tanpa ada ulama yang
mengingkarinya.

D. Pengakuan & Pengukuran


Menurut PSAK 104, pada pihak penjual, biaya Istishna terdiri dari
biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya pra akad diakui sebagai
biaya ditangguhkan dan diperhitungkan sebagai biaya istishna untuk akad
yang ditandatangani, tetapi jika akad tidak jadi ditandatangani maka biaya
tersebut dibebankan pada periode berjalan. Biaya istishna yang terjadi
selama periode laporan keuangan, diakui sabagai aktiva istishna dalam
penyelesaian pada saat terjadinya.
Biaya istishna’ paralel terdiri dari biaya perolehan barang pesanan,
biaya tidak langsung dan (jika ada) semua biaya akibat sub-kontraktor
tidak dapat memenuhi kewajibannya. Biaya istishna paralel diakui sabagai
aktiva istishna’ dalam penyelesaian pada saat diterimanya tagihan dari
subkontraktor sebesar jumlah tagihan. Tagihan setiap termin kepada
pembeli akhir diakui sebagai piutang istishna dan sebagai termin istishna
(istishna’ billing) pada pos lawannya.
Jika pembeli melakukan pembayaran sebelum tanggal jatuh tempo
dan penjual memberikan potongan, maka potongan tersebut sebagai
pengurang pendapatan istishna. Pengakuan Pendapatan dapat diakui
dengan 2 metode:
1. Metode persentase penyelesaian
Sistem pengakuan pendapatan yang dilakukan seiring
dengan proses penyelesaian berdasarkan akad istishna, nilai akad
sebanding dengan pekerjaan yang telah diselesaikan diakui sebagai
pendapatan istishna pada periode yang bersangkutan.

3
2. Metode akad selesai
Sistem pengakuan pendapatan yang dilakukan ketika proses
pekerjaan telah diselesaikan. Pendapatan diakui berdasarkan
persentase akad yang telah diselesaikan, biasanya menggunakan
dasar persentase pengeluaran biaya dibandingkan dengan total
biaya, kemudian persentase tersebut dikalikan dengan nilai akad.

Ketentuan Pembayaran

1. Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa


uang, barang, atau manfaat
2. Pembayaran dilakukan sesuai dengan kesepakatan
3. Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang.

Ketentuan Barang

1. Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sbg hutang


2. Harus dapat dijelaskan spesifikasinya
3. Penyerahnnya dilakukan kemudian
4. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan
berdasarkan kesepakatan
5. Pembeli (mustashni’) tidak boleh menjual barang sebelum
menerimanya.
6. Tidak boleh menukar barang kecuali dengan barang sejenis sesuai
kesepakatan

Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sdengan kesepakatan,


pemesan memiliki hak khiyar (hak memilih) untuk melanjutkan atau
membatalkan akad.

E. Syarat Istishna’
1. Ridha dua belah pihak dan tidak ingkar janji

4
2. Pihak yang berakad cakap hukum dan mempunyai kekeuasaan untuk
melakukan jual beli
3. Pihak yang membuat menyatakan kesanggupan untuk membuat
barang itu
4. Mashnu (barang) mempunyai criteria yang jelas seperti jenis,ukuran,
mutu, dan jumlahnya
5. Barang tersebut tidak termasuk dalam kategori yang dilarang syara’
atau menimbulkan maksiat

Syarat Istishna’ Paralel

1. Akad kedua antara bank dan sub kontraktor terpisah dari akad
pertama bank dan pembeli akhir
2. Akad kedua dilakukan setelah akad pertama sah

Istishna’ dapat dibatalkan karena :

1. Kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya


2. Akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat
menghalangi pelaksanaan atau penyelesaian akad

F. Hak pembeli untuk memperoleh jaminan dari produsen/penjual


1. Jumlah yang telah dibayarkan
2. Penyerahan barang pesanan sesuai dengan spesifikasi dan tepat waktu

G. Rukun Istishna’
1. Produsen
2. Pemesan/ pembeli barang
3. Jasa yang dipesan
4. Harga
5. Ijab qabul

H. Pengakuan dan Pengukuran Biaya


Biaya istishna’ terdiri dari :

5
1. Beban umum dan administrasi, beban penjualan, serta biaya riset
dan pengembangan tidak termasuk dalam biaya istishna
2. Biaya pra akad diakui sebagai biaya ditangguhkan dan
diperhitungkan sebagai biaya istishna jika akad yang
ditandatangani, jika akad ditandatangani, maka biaya tersebut
dibebankan pada periode berjalan
3. Biaya istishna yang terjadi selama periode laporan keuangan,
diakui sebagai aktiva istishna dalam penyelesaian pada saat
terjadinya.

Biaya istishna paralel

1. Biaya perolehan barang pesanan sebesar biaya tagihan


subkontraktor kepada bank
2. Biaya istishna paralel diakui sebagai aktiva istishna dalam
penyelesaian pada saat diterimanya tagihan dari subkontraktor
sebesar jumlah tagihan

I. Mekanisme pembayaran transaksi Istishna’


Yang harus disepakati dengan 3(tiga) cara yaitu :

1. Pembayaran dimuka secara keseluruhan


2. Pembayaran secara angsuran selama proses pembuatan
3. Pembayaran setelah penyerahan barang

J. Jurnal Transaksi Istishna’


1. Jurnal penyerahan dana dari pemilik modal ke bank syariah

Kas xxx

Hutang Istishna’ xxx

2. Jurnal penyerahan dana dari bank syariah ke kontraktor

Aktiva Istishna’ dalam penyelesaian xxx

6
Kas xxx

3. Jurnal penyerahan aktiva dari kontraktor ke bank syariah

Persediaan istishna xxx

Aktiva istishna dalam penyelesaian xxx

4. Jurnal penyerahan aktiva dari bank syariah ke pemilik modal

Hutang istishna xxx

Persediaan xxx

Keuntungan istishna’ xxx

K. Akuntansi Istishna’
Contoh kasus: Untuk membangun sebuah bagunan
Transaksi istishna pertama: antara nasabah dengan bank
Harga bangunan: Rp. 150.000.000
Termin pembayaran: 5 termin sebesar @ 30.000.000

Transaksi istishna kedua: antara bank dengan pemasok (kontraktor)


Harga bangunan: Rp. 130.000.000
Termin pembayaran: 3 termin sebesar: 20%= 26.000.000 dan 30%=
39.000.000 dan 50%= 65.000.000
1. Untuk keperluan survey bank telah mengeluarkan sejumlah dana, hal
yang demikian di kemudian hari akan diakui sebagai biaya overhead
sebagai penambah jumlah harga perolehan barang istishna’
Beban pra akad yang ditangguhkan Rp. 2 jt

Kas Rp.2 jt

2. Saat penandatangan akad sebagai bentuk jadinya akad diteruskan


Biaya istishna Rp. 2 jt

7
Beban praakad yang ditangguhkan Rp. 2 jt

3. Saat menerima barang dari pemasok, karena pemasok telah


menyelesaikan 20% pembangunan, dan diakui dengan hutang
Asset istisna dalam penyelesaian Rp. 26 juta
Utang Rp. 26 juta

Pembayaran barang kepada pemasok


Utang istishna Rp. 26 juta
Kas Rp. 26 juta

Pengakuan pendapatan istishna’


Asset istishna dalam penyelesaian Rp. 4 juta
Harga pokok istishna Rp. 26 juta
Pendapatan margin istishna Rp. 30 juta

4. Saat menerima barang dari pemasok, karena pemasok telah


menyelesaikan 30% pembangunan, dan diakui dengan hutang
Asset istisna dalam penyelesaian Rp. 39 juta
Utang istishna Rp. 39 juta
Pembayaran barang kepada pemasok
Utang istishna Rp. 39 juta
Kas Rp. 39 juta
Pengakuan pendapatan istishna
Asset istishna dalam penyelesaian Rp. 6 juta
Harga pokok istishna Rp. 39 juta
Pendapatan margin istishna’ Rp. 45 juta

8
5. Saat menerima barang dari pemasok, karena pemasok telah
menyelesaikan 50% pembangunan, dan diakui dengan hutang
Asset istisna dalam penyelesaian Rp. 65 juta
Utang istishna’ Rp. 65 juta
Pembayaran barang kepada pemasok
Utang istishna Rp. 65 juta
Kas Rp. 65 juta
Pengakuan pendapatan istishna’
Asset istishna dalam penyelesaian Rp. 10 juta
Harga pokok istishna Rp. 65 juta
Pendapatan margin istishna Rp. 75 juta

6. Penagihan piutang istishna dan menerima pembayaran piutang


istishna dari pembeli (nasabah) selama 5 kali termin, maka sebenarnya
jurnal ini dibut sebanyak 5 kali sesuai tanggal terminnya, namun disini
dilakukan penyingkatan menjadi Satu
Piutang istishna Rp. 30 juta
Termin istishna Rp. 30 juta
Menerima pembayaran termin istishna dari pembeli (5 kali jurnal
sesuai termin)
Kas Rp. 30 juta
Piutang istishna Rp. 30 juta
Termin istishna Rp. 30 juta
Asset istishna dalam penyelesaian Rp. 30 juta

Istishna Dengan Pembayaran Tangguh

Apabila pembeli (nasabah) meminta agar pembayarannya dilakukan secara


tangguh (nyicil) selama 3 tahun, maka bank mengenakan kesepakatan

9
dengan pembayaran selama 3 tahun tersebut sebesar 190.000.000, dan
bukan lagi 150.000.000 sebagaimana kasus sebelumnya. Maka jurnalnya
adalah sebagai berikut:

1. Saat pengakuan pengeluaran untuk memperoleh istishna


Asset istishna dalam penyelesaian Rp. 130 juta
Kas Rp. 130 juta
2. Jurnal saat pengakuan pendapatan
Asset istisna dalam penyelesaian Rp. 20 juta
Harga pokok istishna Rp. 130 juta
Pendapatan istishna Rp. 150 juta
3. Jurnal saat penagihan dan penyerahan asset istishna kepada pembeli
Piutang istishna Rp. 150 juta
Termin Istishna Rp. 150 juta
Piutang istishna Rp. 40 juta
Pendapatan istishna yang ditangguhkan Rp. 40 juta
Termin istishna Rp. 190 juta
Asset istishna dalam penyelesaian Rp. 190 juta
4. Pembayaran bulanan
190.00.0 3 tahun = 5.277.778 /bulan
190.01.0 Pendapatan /bulan = 40.000.000 : 3 tahun = 1.111.111
5. Jurnal saat pembayaran oleh pembeli
Kas Rp. 5.277.778
Piutang istishna Rp. 5.277.778
Pendapatan istishna yang ditangguhkan Rp. 1.111.111
Pendapatan istisna Rp. 1.111.111
6. Pemberian potongan saat pembeli melunasi lebih awal, saat sisa
piutang berjumlah Rp. 63.333.333, yaitu dengan potongan sebesar
10.000.000.
Cara 1
Kas Rp. 53.333.333

10
Potongan istishna’ Rp. 10 juta
Piutang istishna’ Rp. 63.333.333
Cara 2
Kas Rp. 63.333.333
Piutang Istishna Rp. 63.333.333
Pendapatan istishna tangguh Rp. 13 juta
Kas Rp. 10 juta
Pendapatan istishna’ Rp. 3.333.333

11

Anda mungkin juga menyukai