Anda di halaman 1dari 28

PSAK 104

Akuntansi Istishna’
Present By Kelompok 2
KELOMPO
K
 NUR AZIKIN A031181019 2
 NURFADILLAH A031181050

 NUR AZIZAH AFIFAH IDRUS


A031181052

 NURHADIJA A031181348
Pengertian dan Skema Istishna’
Pengertian Istishna’
Istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan
tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli/mustahni’)
dan penjual  (pembuat/shani’). 

Shani’ akan menyiapkan barang yang dipesan, sesuai dengan


spesifikasi yang telah disepakati di mana ia dapat menyiapkan
sendiri atau melalui pihak lain (istishna’ paralel).
Istishna’ Paralel

Dalam istishna’ paralel, penjual membuat akad istishna’ kedua


dengan subkontrak untuk membantunya memenuhi kewajiban akad
isthisna’ pertama (antara penjual dan pemesan). Pihak yang
bertanggung jawab pada pemesan tetap terletak pada penjual dan
tidak dapat dialihkan pada subkontrak karena akad terjadi antara
penjual dan pemesan, buka pemesan dengan subkontraktor.
Sehingga penjual tetap bertanggung jawab atas hasil kerja
subkontraktor.
Pembeli memiliki hak untuk memperoleh
jaminan dari penjual atas
 jumlah yang telah dibayarkan; dan
 penyerahan barang pesanan sesuai
dengan spesifikasi dan tepat waktu.
Begitu akad disepakati maka akan
mengikat para pihak yang bersepakat dan
pada dasarnya tidak dapat dibatalkan,
kecuali:
 Kedua belah pihak setuju untuk
menghentikannya; atau
 Akad batal demi hukum karena timbul
kondisi hukum yang dapat menghalangi
pelaksanaan atau penyelesaian akad.
Istishna’ mirip dengan salam. Namun, ada beberapa perbedaan di antara keduanya, antara
lain:
a) Objek istishna’ selalu barang yang harus diproduksi, sedangkan objek salam bisa
diproduksi lebih dahulu maupun tidak diproduksi lebih dahulu.
b) Harga dalam akad salam harus dibayar penuh di muka, sedangkan harga dalam akad
istishna’ tidak harus dibayar penuh di muka, melainkan dapat juga dicicil atau dibayar di
belakang.
c) Akad salam efektif tidak dapat diputuskan secara sepihak, sementara dalam istishna’,
akad dapat diputuskan sebelum perusahaan mulai memproduksi.
d) Waktu penyerahan tertentu merupakan bagian penting dari akad salam, namun dalam
akad istishna’ tidak merupakan keharusan
Sumber Hukum dan Ketentuan Istishna’
Sumber hukum akad istishna’ adalah sebagai berikut:

Amr bin ‘Auf berkata: “Perdamaian dapat dilakukan di


antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang
menharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram; dan
kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali
syarat yang mengharamkan yang halal dan menghalalkan
yang haram”. (HR. Tirmidzi)
Abu Sa’id al-Khudri berkata: “Tidak boleh membahayakan
diri sendiri maupun orang lain.” (HR. Ibnu Majah,
Daruquthni, dan yang lain).
Adapun rukun istishna’ ada tiga, yaitu:
1. Pelaku terdiri atas pemesan
(pembeli/mustashni’) dan penjual
(pembuat/shani’).
2. Objek akad berupa barang yang akan
diserahkan dan modal istishna’ yang
berbentuk harga.
3. Ijab kabul/serah terima.
Ketentuan syariah mengenai rukun tersebut adalah
sebagai berikut:
1.Pelaku, harus cakap hukum dan baligh.
2. Objek akad:
a. Ketentuan tentang pembayaran
b. Ketentuan tentang barang
3.Ijab kabul
Berakhirnya akad istihsna’ dapat berdasarkan
kondisi-kondisi berikut:
1) Dipenuhinya kewajiban secara normal oleh
kedua belah pihak;
2) Persetujuan bersama kedua belah pihak
untuk menghentikan kontrak;
3) Pembatalan hukum kontrak. Hal ini jika
muncul sebab yang masuk akal untuk
mencegah dilaksanakannya kontrak atau
penyelesaiannya, dan masing-masing pihak
bisa menuntut pembatalannya.
Ketentuan umum yang berlaku pada dunia perbankan syariah
untuk akad istishna’ adalah sebagai berikut:
a) Spesifikasi barang pesanan harus jelas, seperti jenis, macam,
ukuran, dan jumlah.
b) Harga jual telah disepakati tercantum dalam akad istishna’ dan
tidak boleh berubah selama berlakunya akad.
c) Jika terjadi perubahan dari kriteria pesanan asal dan terjadi
perubahan harga setelah akad ditandatangani, maka seluruh
biaya tambahan ditanggung oleh nasabah.
Pengakuan dan Pengukuran
Akuntansi Istishna’
Bank Syariah sebagai Penjual
Beberapa transaksi yang melibatkan bank syariah sebagai
pihak penjual dalam akad istishna’ berdasarkan PSAK 104
meliputi: transaksi pra-akad, transaksi pada saat disepakati.
Hal-hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut adalah sebagai
berikut:
Pengakuan dan pengukuran

Pengakuan dan pengukuran biaya pra-akad


Biaya perolehan aset istishna' terdiri dari biaya langsung dan
biaya tidak langsung. Biaya langsung (direct cost) merupakan
biaya yang secara langsung berhubungan dengan produksi
barang pesanan, contohnya biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja.

Adapun biaya tidak langsung (indirect cost) merupakan biaya


yang tidak dapat diidentifikasikan kepada produk secara
langsung, contohnya biaya overhead pabrik (biaya bahan
pembantu, biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya akad, dan
biaya praakad).
Berdasarkan PSAK 104, dijelaskan bahwa
biaya perolehan isthisna' paralel meliputi:
a) Biaya perolehan barang pesanan sebesar tagihan produsen
atau kontraktor kepada bank syariah.
b) Biaya tidak langsung, biaya overhead pabrik termasuk
biaya praakad dan biaya akad.
c) Semua biaya akibat produsen atau kontraktor tidak dapat
memenuhi kewajibannya, jika ada.
Dalam PSAK 104, disebutkan bahwa biaya praakad diakui sebagai
beban tangguhan atau biaya yang ditangguhkan (deffered expense)
dan dapat diperhitungkan sebagai biaya istishna' apabila akad
disepakati.
Pengakuan dan pengukuran biaya istishna'

Pada saat penandatanganan akad antara pihak bank


syariah dengan nasabah, tidak ada jurnal tambahan yang harus
dibuat oleh bank syariah. Namun demikian, biaya praakad
yang telah dikeluarkan sebelumnya dan telah dicatat sebagai
beban tabg ditangguhkan, maka dapat diakui sebagai biaya
istishna'. Jurnal diperlukan untuk mengubah dari rekening
biaya yang ditangguhkan menjadi biaya istishna' yang telah
direalisasi.
Pengakuan dan Pengukuran Utang Istishna'-Istishna' Paralel

Berdasarkan PSAK 104, disebutkan bahwa pembeli dapat


mengakui aset istishna' sebesar jumlah termin yang ditagih oleh
penjual (pembuat barang) dan sekaligus mengakui utang
istishna' kepada pembuat barang tersebut (subkontraktor).
Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Istishna'

Pendapatan istishna' diakui dengan menggunakan metode kontrak selesai atau


metode persentase penyelesaian. Akad dianggap selesai apabila proses pembuatan
barang pesanan selesai dan diserahkan kepada pembeli. Berdasarkan PSAK 104,
dijelaskan bahwa dalam metode persentase penyelesaian berlaku hal-hal sebagai
berikut:
1. Bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah diselesaikan
dalam periode tersebut, diakui sebagai pendapatan istishna' pada periode yang
bersangkutan.
2. Bagian margin keuntungan istishna' yang diakui selama periode pelaporan
ditambahkan kepada aset istishna' dalam penyelesaian.
3. Pada akhir periode harga pokok istishna' yang diakui sebesar biaya istishna'
yang telah dikeluarkan sampai dengan periode tersebut.
Jika menggunakan metode persentase penyelesaian dan proses
pelunasan dilakukan dalam periode lebih dari satu tahun setelah
penyerahan barang pesanan, maka pengakuan pendapatan dibagi
menjadi 2 bagian yaitu:
a) Margin keuntungan pembuatan barang pesanan yang dihitung apabila
istishna' dilakukan secara tunai, diakui sesuai persentase penyelesaian.
b) Selisih antara nilai akad dan nilai tunai pada saat penyerahan diakui selama
periode pelunasan secara proporsional sesuai dengan jumlah pembayaran.
Meskipun istishna' dilakuk an dengan pembayaran tangguh, penjual
(bank syariah) harus menentukan nilai tunai istishna' pada saat penyerahan
barang pesanan sebagai dasar untuk mengakui margin keuntungan terkait
dengan proses pembuatan barang pesanan. Barikut akan dibuatkan hubungan
antara biaya perolehan, nilai tunai, dan nilai akad.
Nilai tunai = biaya perolehan + margin keuntungan
Selisih lebih nilai akad di atas nilai tunai = nilai akad - nilai
tunai.
Penjelasan masing-masing nilai adalah:

1) Nilai akad adalah harga yang disepakati antara penjual dan


pembeli akhir.
2) Nilai tunai adalah nilai yang ditentukan pada saat penyerahan
barang pesanan.
3) Selisih lebih nilai akad diatas nilai tukar diakui selama
periode pelunasan secara proporsional sesuai dengan jumlah
pembayaran.
Pengakuan dan Pengukuran Piutang Istishna'

1) Berdasarkan PSAK 104, disebutkan bahwa piutang istishna'


diakui sebesar tagihan setiap termin kepada pembeli. Oleh
karena istishna' yang dilakukan adalah istishna' paralel, maka
termin yang ada dibedakan antara termin bank pembuat barang
dengan termin bank pembeli.
2) Setelah menerima tagihan, pembeli akan melakukan pelunasan
utang istishna' nya kepada bank syariah. Pada saat menerima
pembayaran, bank syariah akan menutup rekening piutang
istishna' dan termin istishna'.
Penyajian dan Pengungkapan

Penyajian rekening-rekening yang terkait dengan istishna' dan


istishna' paralel diatur dalam PSAK 104 yang meliputi:

1) Piutang istishna' timbul karena pemberian modal usaha istishna' oleh bank syariah.
Piutang istishna' disajikan sebesar jumlah yang belum dilunasi oleh pembeli akhir.
2) Termin istishna' yang berasal dari transaksi istishna' sebesar jumlah tagihan termin
penjual kepada pembeli akhir.
3) Piutang yang muncul karena penjual tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam
transaksi istishna' disajikan secara terpisah dengan piutang istishna’.
4) Utang istishna', timbul karena bank syariah menjadi penjual barang istishna' yang
dipesan oleh nasabah pembeli.
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan tentang transaksi istishna' dan istishna' paralel:
1) Metode akuntansi yang digunakan dalam pengukuran pendapatan kontrak istishna’.
2) Metode yang digunakan dalam penentuan pengukuran pendapatan kontrak istishna’.
3) Rincian piutang istishna' dan utang istishna' berdasarkan jumlah, jangka waktu, jenis valuta,
kualitas piutang, dan penyisihan kerugian piutang istishna’.
4) Piutang istishna' dan utang istishna' kepada penjual (pemasok) yang memiliki hubungan istimewa.
5) Besarnya modal usaha istishna', baik yang dibiayai sendiri oleh bank maupun yang dibiayai secara
bersama-sama dengan bank atau pihak lain.
6) Jenis dan kuantitas barang pesanan.
7) Pengungkapan yang diperlukan sesuai dengan PSAK 101 tentang penyajian laporan keuangan
syariah.
Bank Syariah sebagai Pembeli
• Jika bank syariah menolak menerima barang
• Bank syariah mengakui aset istishna’ dalam penyelesaian pesanan karena tidak sesuai dengan spesifikasi
sebesar jumlah termin yang ditagih oleh penjual dan dan tidak memperoleh kembali seluruh jumlah
sekaligus mengakui hutang istishna’ kepada penjual uang yang telah dibayarkan kepada penjual,
jumlah yang belum diperoleh kembali diakui
• Aset istishna’ yang diperoleh melalui transaksi istishna’ sebagai piutang jatuh tempo kepada penjual
dengan pembayaran tangguh lebih dari satu tahun diakui dan jika diperlukan dibentuk penyisihan
sebesar biaya perolehan tunai. Selisih antara harga beli yang kerugian piutang.
disepakati dalam akad istishna’ tangguh dan biaya perolehan
tunai diakui sebagai beban istishna’ tangguhan. • Jika bank syariah menerima barang pesanan
yang tidak sesuai dengan spesifikasi, barang
• Beban istishna’ tangguhan diamortisasikan secara pesanan tersebut diukur dengan nilai yang lebih
proporsional sesuai dengan porsi pelunasan hutang istishna’. rendah antara nilai wajar dan biaya perolehan.
• Jika barang pesanan terlambat diserahkan karena kelalaian Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian
atau kesalahan penjual dan mengakibatkan kerugian bank pada periode berjalan.
syariah, kerugian tersebut dikurangkan garansi penyelesaian • Dalam istishna’ paralel, jika bank syariah
proyek yang telah diserahkan penjual. Jika kerugian tersebut menolak menerima barang pesanan karena
melebihi garansi penyelesaian proyek, selisihnya akan tidak sesuai dengan spesifikasi, barang pesanan
diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada penjual dan jika diukur dengan nilai yang lebih rendah antara
diperlukan dibentuk penyisihan kerugian piutang. nilai wajar dan harga pokok istishna’. Selisih
yang terjadi diakui sebagai kerugian pada
periode berjalan.
Thanks!

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon
, and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai